Makalah PIK Kel. 7 (Pengolahan Limbah Industri Kertas)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

2.

1 Sejarah dan Jenis Pembuatan Pulp

Pembuatan kertas dengan bahan baku pulp pertama kali dilakukan di China.
Teknologi yang yang diterapkan pada saat itu sangat sederhana, yaitu pemanfaatan
suspensi dari serat bambu atau serat mulberry yang selanjutnya dijadikan pulp.
Teknologi pembuatan pulp sebagai bahan baku kertas ini lalu dikembangkan di Timur
Tengah dan Eropa setelah dibawa oleh pedagang dari China.
Pada tahun 1690, di Amerika Utara tepatnya Philadelphia, pertama kali didirikan
industri paper mill. Selanjutnya mulailah berkembang dan bermunculan paper mill di
Canada, Amerika Serikat, dan belahan dunia lainnya. Pada abad ke-20, terjadi sebuah
loncatan teknologi dengan ditemukannya metode yang hebat dan effisien, seperti
Continous Cooking, Modified Continous Cooking, Bleaching Continous Multistage,
Machine Paper Coating, Dry Foaming, dan proses pembuatan pulp dan kertas yang
lainnya. Tabel 2.1 menyajikan perkembangan teknologi pembuatan pulp dan kertas
pada masa modern, karena pada masa sebelumnya, tidak ada data historis yang
menunjang.
Tabel 2.1. Perkembangan Teknologi Pulp dan Kertas
Tahun
Teknologi
Penemu
Negara
1798
Mesin pembuatan

kertas
Nicholas Louis
Perancis
kontinyu

1803
Mesin Fourdrinier
Donkin Brothers
Inggris
1840
Pembuatan
pulp
secara
Ground wood-mekanis

1854
Proses soda kimia
-

Inggris
1867
Proses sulfit kimia
Benjamin T
USA
1884
Proses sulfat kimia
Carl Dahl
Jerman
Di Indonesia, perkembangan industri pulp dan kertas baik yang intergrated ataupun
non-intergrated berlangsung cukup pesat. Dimulai dengan dibukanya pabrik pulp
berserat panjang (softwood) di D.I Aceh dengan kapasitas produksi 165.000
ton/tahun, dan di Riau dengan kapasitas 200.000 ton/tahun, serta pada tahun 1979,
100.000 ton/tahun di tangerang. Sampai tahun 1998, mengacu pada PUSDATA
Departemen Perindustrian BPS, di Indonesia sudah berdiri 65 industri pulp dan
kertas.
Pada dasarnya, proses pembuatan pulp adalah proses pemisahan serat selulosa dari
pengotor-pengotor yang terdapat pada bahan baku. Proses tersebut lalu diikuti dengan
pengubahan bentuk bulk menjadi serat kecil yang terpisah. Proses pemasakan pulp
merupakan proses pengubahan bahan baku menjadi bentuk serat, serta pelepasan
ikatan selulosa sebagai bahan yang diinginkan dari bahan pengotor lain seperti lignin,
silika, ash, dan lain-lain. Pada proses pemasakan digunakan bahan kimia tertentu
yang berlangsung pada tekanan, temperatur, dan komposisi lindi tertentu dalam
sebuah reaktor yang dikenal dengan nama Digester. Sedangkan untuk proses
pemurnian terdiri dari proses bleaching (pemutihan) dan penambahan zat aditif sesuai
dengan karakteristik pulp yang diinginkan konsumen.

Secara umum proses pembuatan pulp dibagi menjadi menjadi tiga jenis yaitu
mekanis, semikimia, dan kimia. Setiap proses memiliki karakteristik tersendiri dalam
hal yield, tenaga yang dibutuhkan (terutama untuk proses mekanik), dan beban bagi
pengolahan limbah (effluent). Tiap-tiap proses juga memiliki sifat-sifat pulp yang
tersendiri, seperti disajikan pada Gambar 2.1 yang membandingkan macam-macam
proses pembuatan pulp dalam hal kebutuhan energi listrik dan pengambilan kembali
bahan pemasak. Pada Tabel 2.2, tersaji perbandingan teknologi Pulping berdasarkan
proses pembuatannya, yang menghasilkan pulp dengan kuantitas tertinggi adalah
proses mekanis, sedangkan untuk kualitas, proses kimia memberikan hasil yang
terbaik. Kebutuhan energi listrik pada proses semi kimia lebih besar dibandingkan
dengan proses kimia, namun yield pulp yang dihasilkan lebih besar yaitu sekitar 75%
untuk semi kimia, dan 40 50 % untuk proses kimia.

Tabel 2.2. Perbandingan teknologi pulping


Mekanis
Semi-kimia

Kimia
Tidak memerlukan bahan

Gabungan antara mekanis

Memerlukan bahan kimia


kimia

dan kimia

Hasilnya
rendah
(40 *Hasilnya tinggi (90
Hasilnya menengan
(5555%)

95%)

90%)

Serat yang dihasilkan:


Serat yang dihasilkan:

Serat yang dihasilkan


Putih

Pendek

tergantung
pada
Panjang,
pendek
Tidak stabil
kebutuhan produk
yang

sesuai bahan baku


Tidak kuat
diinginkan

Kuat dan stabil


Sulit untuk di-Bleaching

Contoh:

Mudah
untuk
dikarena kadar lignin yang
Neutral Sulfite

bleaching

tinggi

SemiChemical

Contoh:

Contoh:

(NSSC)

Kraft

Stone Ground Wood


High Yield Kraft

Sulfite

Refiner
Mechanical

Soda

Pulp

Thermo
Mechanical

Pulp

2.1.1 Proses Mekanis

Proses ini merupakan proses yang paling sederhana dibandingkan dengan dua proses
lainnya. Pada proses ini digunakan sejumlah tenaga mekanis untuk menghancurkan
bahan baku yang mengandung selulosa untuk mendapatkan serat.
Beberapa jenis proses mekanis yang paling umum adalah Stone Ground Wood,
Refiner Mechanical Pulp (RMP), dan Thermo Mechanical Pulp (TMP). Pada proses
Stone Ground Wood, pulp dibuat dengan menggunakan gerinda. Prinsip pembuatan
pulp dengan metode ini adalah menekan bahan baku pada permukaan yang kasar dan
abrasif dari suatu gerinda yang terbuat dari batu. Sejumlah air digunakan dalam
operasi ini. Air tersebut berfungsi untuk mendinginkan, membersihkan dan melumasi
permukaan batu gerinda serta membawa pulp yang terbentuk. Permukaan gerinda
yang kasar dan abrasif dilapisi oleh Al 2O3 atau Silikon Karbida yang tebalnya sekitar
7 cm. Kekasaran permukaan gerinda yang digunakan mempengaruhi pulp yang
dihasilkan. Pulp yang dihasilkan dari proses ini dipakai sebagai bahan baku
pembuatan kertas cetak, karton dan kertas khusus.
Proses RMP sejenis dengan proses gerinda, namun ada perbedaan yaitu gerinda
digantikan oleh sebuah refiner, yang fungsinya sama dengan gerinda yaitu
menghancurkan kayu. Proses RMP ini menggunakan uap panas untuk memanaskan
bahan baku sebelum dihancurkan. Hasil yang diperoleh dari proses ini memiliki
warna yang lebih suram dan kotor dibandingkan dengan proses gerinda. Proses
Thermo Mechanical Pulp (TMP) merupakan modifikasi proses RMP, pada proses ini
dilakukan pengontrolan temperatur yang lebih intensif selama proses pemanasan
bahan baku. Pulp yang dihasilkan lebih kuat dan panjang dibandingkan proses RMP
dan gerinda.

2.1.2 Proses Semi-kimia

Proses semi-kimia pada umumnya digunakan oleh industri yang tidak terlalu
membutuhkan derajat keputihan yang tinggi pada produk seratnya. Proses ini, sesuai
dengan namanya, merupakan gabungan proses mekanis dan kimia, dimana bahan
kimia yang digunakan tidak terlalu banyak dan tenaga mekanis yang digunakan juga
tidak sebesar proses mekanis. Dalam prosesnya terdapat pengerjaan yang hanya
dilakukan secara mekanis tanpa bantuan zat kimia.
Proses yang termasuk ke dalam proses semi-kimia yang umum adalah Neutral Sulfite
SemiChemical (NSSC) dan High Yield Kraft. Pada Proses Neutral Sulfite
SemiChemical (NSSC), serpihan kayu dimasak dengan larutan natrium sulfit yang
mengandung sedikit bahan kimia yang bersifat alkalis. Bahan kimia tersebut antara
lain natrium karbonat, bikarbonat atau hidroksida. Serpihan yang sudah dimasak
kemudian diolah secara mekanis dengan menggunakan disk refiner. Pada proses
NSSC hampir setengah dari lignin yang terdapat pada bahan baku kayu berhasil
dihilangkan, yaitu sekitar 40%. Kekurangan dari proses NSSC adalah dalam hal
ekonomi, karena proses ini membutuhkan bahan kimia yang relatif banyak.

Proses High Yield Kraf disebut juga sebagai proses Bisulfit, karena proses ini
menggunakan bisulfit sebagai bahan kimia yang mengandung magnesium atau natrium
sebagai dasar, ada juga beberapa yang menggunakan amonium. Proses ini banyak dipakai
pada industri kertas koran dan karton. Pemasakan dengan bisulfit lebih cepat dari pada
NSCC, namun kekuatannya rendah. Pembuatan dengan bahan kimia dasar mengandung
magnesium menghasilkan kualitas pulp yang hampir menyerupai NSCC, dengan cara
menaikkan perbandingan magnesium terhadap Sulfur Oksida.
2.1.3 Proses Kimia
Proses kimia merupakan proses yang paling banyak digunakan oleh industri pulp dewasa
ini. Sesuai dengan namanya, seluruh proses pembuatan pulp mulai dari pemutusan ikatan
lignoselulosa pada chips kayu hingga pencucian, menggunakan zat kimia. Beberapa
proses yang termasuk kedalam proses kimia secara umum adalah proses sulfat, sulfit, dan
soda.
Prinsip dari teknologi proses sulfat adalah hidrolisis, yaitu lignin yang terdapat pada
bahan baku dan berikatan dengan selulosa di-hidrolisis sehingga ikatannya terputus dan
membentuk alkohol, asam dan sedikit merkaptan. Reaksi umum yang terjadi:
Rselulosa-OH + NaOH
Rselulosa-OH . NaOH +
Na2S + H2O

NaOH + NaSH
(2.1)

Rselulosa-Na

Lignin C = O + NaSH
Lignin C
SNa

OH

Dalam pemasakan kayu proses sulfat, dipergunakan larutan pemasak alkalis yang disebut
o
lindi putih (white liquor). Pemasakan berlangsung pada temperatur 160-180 C selama 25 jam pada tekanan 660-925 kPa dimana sebagian besar lignin akan terlarut dan terlepas
dari serat. Pada proses sulfat ini dihasilkan pulp dengan kandungan lignin sekitar 3% dan
tingkat keputihan (Brightness) dari pulp setelah melewati unit bleaching adalah sekitar
89%.
Proses Sulfit menggunakan cairan pemasak yang disiapkan dari pembakaran gas
sulfur yang menghasilkan SO2. Reaksi pembakaran sulfur seperti berikut:
S
+O
SO2
(2.2)
kemudian gas SO2 yang terbentuk dilewatkan pada sebuah menara absorber. Biasanya
pada industri-industri yang baru, digunakan NH4OH, Mg(OH)2 atau Na2CO3 sebagai zat
absorber. Reaksi yang terjadi adalah:
SO2 +
H2O
H2SO3
(2.3)
H2SO3
+ Mg(OH)2
Mg(HSO3)2 + 2 H2O
(2.4)
Kombinasi sulfur

Chips kayu dimasak selama 6 12 jam, pada temperatur 125 160 C dan tekanan 620
755 kPa. Hasil dari proses sulfit ini biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuat
kertas tisu, pembungkus roti, kertas buku dan lain-lain.
Proses soda pada umumnya sama dengan proses sulfat, perbedaannya terjadi pada
penggunaan Na2SO4. Pada proses ini, selain digunakan NaOH dan Na2CO3, juga
digunakan Na2SO4 pada larutan pemasaknya. Buangan limbah dari proses ini cenderung
lebih ramah lingkungan, karena tidak mengandung belerang, hal ini disebabkan karena
pada larutan pemasak terdapat banyak jenis garam.

Anda mungkin juga menyukai