Prosedur Pengawasan Pekerjaan Beton (26122015)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

PROSEDUR PENGAWASAN PEKERJAAN BETON

1. TUJUAN
Mengatur tata cara dan alur Prosedur Pengawasan Pekerjaan Beton dari hulu sampai hilir,
sehingga ada kesamaan persepsi mengenai penyelenggaraan bagi pihak- pihak terkait dan
juga mendapatkan hasil pekerjaan sesuai dengan mutu yang direncanakan dan standar
yang berlaku.
2. RUANG LINGKUP
Prosedur pengawasan ini meliputi Pengawasan Pekerjaan Beton pada pekerjaan
konstruksi yang terdiri dari :
- Pekerjaan Uji Slump Beton
- Pekerjaan Pengambilan Sample Beton
- Pekerjaan Pengecoran Beton
- Pekerjaan Uji Tekan Beton
3. REFERENSI / RUJUKAN
a) PBI71 N I 2

(Peraturan Beton Indonesia)

b) SNI 03-2847-2002

(Peraturan Perencanaan Struktur Beton Indonesia)

c) SNI 1972:2008

(Cara Uji Slump Beton)

d) ASTM C33-03

(American Society for Testing Material)

e) IKA 006 R-2

(Pengecoran Beton)

f)

(Pengetesan Sample Beton)

IKA 007 R-2

4. DEFINISI DAN ISTILAH


4.1. Pengecoran : Menuangkan adukan material beton ke dalam bekisting/
acuan beton sesuai dengan Konstruksi yang direncanakan.
4.2.

Beton : Merupakan campuran dengan kadar tertentu dari Pasir, Kerikil


Semen dan Air.

4.3. Beton bertulang : Merupakan campuran dengan kadar tertentu dari Pasir, Kerikil,
Semen dan Air yang dituangkan kedalam bekisting/acuan beton dimana
terdapat struktur pembesian dengan diameter dan jumlah batang tertentu sesuai
yang direncanakan.
4.4. Slump Test : Merupakan tes terhadap campuran beton yang diambil langsung dari
mixer, sebelum beton dituang ke lokasi pengecoran untuk mengetahui kadar
kekentalan campuran beton.
4.5. Beton Decking : Merupakan kaki tulangan sebagai penguat atau pemisah antar
tulangan yang terbuat dari besi maupun pemisah antar tulangan dengan

bekisting/acuan beton yang terbuat dari beton dan menjadi dudukan untuk
memberikan kepastian posisi tulangan beton tidak akan berubah selama dan
setelah proses pengecoran dilakukan
4.6. Bekisting/Acuan Beton : Merupakan cetakan beton yang dibuat secara kuat
mengikuti bentuk konstruksi beton sesuai dengan yang direncanakan.
4.7. Agregat : Merupakan batu kerikil pecah dengan ukuran tertentu sebagai salah satu
bahan campuran beton.
4.8. Spesi adukan semen
: Merupakan bahan campuran semen, pasir, air dengan
kadar tertentu yang biasa digunakan sebagai penyatu permukaan beton lama dengan
beton baru yang akan dicor.
4.9. Internal & External Vibrator : Merupakan peralatan yang digunakan pada saat
pengecoran beton agar menghasilkan konstruksi beton yang padat dan
homogen.
4.10. Drop Bucket : Merupakan peralatan
pengecoran di bawah permukaan air.

yang

biasa

digunakan

4.11. Lengas Nisbi : Merupakan salah satu


pengecoran yang terkait dengan kondisi cuaca.

unsur

persyaratan

pada

pelaksanaan

4.12. Admixture : Merupakan bahan tambahan yang dicampurkan dengan


campuran beton pada saat pengecoran yang disesuaikan dengan kondisi tempat
pekerjaan.
4.13. Homogenitas beton : Merupakan kondisi beton yang menggambarkan kualitas
beton dari hasil proses pelaksanaan pencampuran material beton.
4.14. Segregasi spesi beton : Pemisahan antara batu kerikil dengan campuran semen,
pasir dan air akibat proses pengecoran yang tidak benar.
5. INFORMASI UMUM
Prosedur monitoring ini menguraikan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
seorang supervisor dalam melakukan pengawasan pekerjaan beton mulai dari
pengujian slump sampai pekerjaan pengecoran.
6.

URAIAN RINCI
6.1. Pengawasan Pekerjaan Uji Slump Beton
6.1.1. Pengujian slump (kekentalan adukan beton) dilakukan pada campuran
beton sebelum pekerjaan pengecoran untuk menjamin agar nilai air semen
tetap sesuai dengan mix design.
6.1.2 Pengujian slump ini dilakukan setiap 3 truck mixer beton secara random
dan/atau sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dokumen kontrak dan
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan standar yang telah disepakati.
6.1.3 Apabila terjadi ketidaksesuaian slump aktual dengan slump rencana:
a. Slump lebih rendah dari rencana, maka pengawas dapat mengizinkan
pelaksana/kontraktor untuk melakukan penambahan air dengan
ketentuan sebagai berikut :

b.

- Memenuhi FAS (Faktor Air Semen) yang disyaratkan.


- Volume dan waktu penambahan air tetap dikontrol agar mutu beton
tetap terpenuhi.
Slump lebih tinggi dari rencana, maka pengawas perlu
menginstruksikan kepada pelaksana/kontraktor untuk menambah waktu
pengadukan kemudian melakukan pengujian slump ulang.

6.2

Pengawasan Pekerjaan Pengambilan Sample Beton


6.2.1
Pengambilan sample beton sebanyak 9 buah (umur 3 hari, 7 hari, dan 28
hari masing-masing 3 buah) secara random dilakukan setiap 50 m3 beton
dan/atau sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dokumen kontrak.
6.2.2
Sample beton diambil dari campuran beton yang telah diuji nilai slumpnya.
6.2.3
Pembuatan sample beton baik kubus maupun silinder dilakukan sesuai
dengan standar yang telah disepakati.
6.2.4
Apabila poin 6.1.3 (a) dan (b) terjadi, maka perlu diambil sample beton
kembali dari campuran beton yang telah diberikan treatment hingga nilai
slumpnya memenuhi syarat, untuk selanjutnya dibuat sebagai sample benda
uji kuat tekan.

6.3

Pengawasan Pekerjaan Pengecoran Beton


6.3.1
Pengawasan Persiapan Pengecoran
6.3.1.1 Periksa kesesuaian pembesian yang terpasang di lokasi
pengecoran dengan approved drawing meliputi :
a. Dimensi area yang akan dicor.
b. Posisi beton decking dan/atau kaki tulangan.
c. Tebal selimut beton.
d. Jumlah, posisi, serta dimensi tulangan utama dan
sengkang.
e. Jarak antar tulangan utama dan sengkang.
f. Panjang penyambungan tulangan.
g. Block Out.
6.3.1.2

Periksa kekokohan dan sambungan dari bekisting beton untuk


mengetahui apakah mampu menahan beban dari adukan beton
dan terdapat celah yang dapat mengakibatkan keluarnya air
semen.

6.3.1.3

Permukaan beton lama yang nantinya berhubungan dengan


hasil pengecoran beton baru harus diberi silica bond/bonding
agent terlebih dahulu.

6.3.1.4

Periksa mix design campuran beton yang akan dipergunakan,


batasan proporsi takaran campuran minimum sesuai tabel berikut:

Mutu
Beton
K-400
K-350
K-300
K-250
K-175
K-125

Ukuran
Agregat Maks.
(mm)

Rasio Air/Semen
Maks. (Terhadap
berat)

37
25
19
37
25
19
37
25
19
37
25
19
50
50

0.45
0.45
0.45
0.45
0.45
0.45
0.45
0.45
0.45
0.50
0.50
0.50
0.57
0.60

Kadar
Semen
(Kg/m3
dari
campuran
)
356
376
400
315
335
365
300
350
350
290
310
340
300
250

Apabila tabel tersebut berbeda dengan hasil mix design yang


telah diuji di Laboratorium dan disaksikan oleh kedua belah
pihak Kontraktor dan Pemberi Kerja, maka digunakan hasil
mix design yang telah disetujui Pemberi kerja.
6.3.1.5.

Periksa kelayakan alat penggetar (internal atau external


vibrator). Untuk jumlah alat penggetar internal vibrator,
sesuaikan dengan tabel berikut :
Tabel jumlah minimum internal vibrator :
Kecepatan
Mengecor Beton
4 m3 beton/jam
8 m3 beton/jam
12 m3 beton/jam
16 m3 beton/jam
20 m3 beton/jam

Jumlah Alat
2
3
4
5
6

6.3.1.6.

Periksa peralatan tremie


pengecoran di bawah air.

atau

drop

bucket

untuk

6.3.1.7.

Periksa kebersihan area yang akan di cor dari kotoran-kotoran


yang ada.

6.3.1.8

Periksa
permukaan
sebelah
dalam
bekisting
yang
nantinya menempel dengan beton harus diolesi minyak yang
tidak meninggalkan bekas.

6.3.2.

Pengawasan Pekerjaan Pengecoran


6.3.2.1

Pengecoran beton harus dilaksanakan pada siang hari, kecuali


diizinkan oleh yang berwenang dapat dilaksanakan pada malam
hari.

6.3.2.2

Pengecoran tidak boleh dilakukan pada kondisi cuaca seperti berikut :


a) Hujan, air hujan langsung mengenai area pengecoran.
0
b) Temperatur melebihi 30 C.
c) Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %.
d) Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam.
Pada point b,c dan d pengecoran masih dapat dilakukan
dengan penambahan admixture yang sesuai dengan kondisi
tempat pekerjaan.

6.3.3

6.3.4

6.3.2.3

Pengecoran dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan


sebelum campuran beton mulai mengeras.

6.3.2.4

Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai


dengan sambungan konstruksi (construction joint) yang telah
disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.

6.3.2.5

Jarak jatuh bebas ke dalam cetakan harus pada ketinggian kurang


dari 150 cm, apabila melebihi dapat menyebabkan segregasi
spesi beton.

6.3.2.6

Lakukan pemadatan dengan menggunakan alat penggetar


(internal atau external vibrator).

Pengawasan Perawatan setelah pelaksanaan Pengecoran Beton


6.3.3.1

Pastikan bahwa setelah beton mulai mengeras dilakukan


curing dengan bahan yang menyerap air. Lembaran bahan
harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari. Perawatan
beton juga dapat dilakukan dengan uap ataupun secara chemical.

6.3.3.2

Apabila digunakan acuan kayu, acuan tersebut


dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar.

6.3.3.3

Awasi bahwa lalu lintas ataupun penambahan beban selain beban


sendiri tidak diperkenankan sampai beton berumur minimum 7
hari setelah pelaksanaan pengecoran.

6.3.3.4

Pada lantai yang difungsikan sebagai lantai harus dirawat


setelah permukaannya mulai mengeras dengan cara ditutup oleh
lapisan lembab setebal 5 cm paling sedikit sebelum 21 hari.

harus

Pengawasan Pemeliharaan hasil Pengecoran Beton :


6.3.4.1

Periksa dan amati permukaan beton hasil pengecoran, sesuai

dengan pengamatan dan penyebab yang terlihat pada tabel


berikut :
PENGAMATAN
Retak-retak halus
kelihatan
Ruang ruang besar
didalam beton.
Permukaan berpasir
6.3.4.2

6.3.4.3

6.3.5

PENYEBAB
Peretakan kering/susut, retak-retak hidratasi.
Kelebihan pembebanan pengendapan beton
pada stadium plastis.
Sangkar krikil atau ruang udara tertutup
Kurangnya perawatan

Apabila terdapat cacat seperti pada point 7.3.4.1, minta


kepada pelaksana untuk diperbaiki. Gunakan Formulir Produk
Tidak sesuai atau Formulir Tindakan Koreksi jika diperlukan.
Pembongkaran bekisting tidak boleh dibongkar dari bidang
vertikal, dinding, kolom yang tipis dan struktur yang sejenis
lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang
ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelagar, atau
struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian
menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan
rancangan beton telah dicapai.

6.3.4.4

Lakukan pemeriksaan pada construction joint untuk memastikan


tidak terjadi kebocoran dan discontinuity dengan penyemprotan
air atau penggenangan air pada lokasi construction joint. Apabila
terjadi rembesan maka construction joint yang ada harus
diperbaiki.

6.3.4.5

Pekerjaan plesteran pada permukaan beton jadi tidak diizinkan.

Pengawasan Pekerjaan Uji Tekan Beton


6.3.5.1 Pengetesan sample beton dilakukan untuk setiap mutu beton dan
untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada
tiap hari pengecoran. Setiap pengujian minimum harus
mencakup tiga benda uji, dengan maksud sebagai berikut :
Benda uji pertama diuji/test pembebanan kuat tekan
sesudah 3 hari.
Benda uji kedua diuji/test pembebanan kuat tekan sesudah 7
hari.
Benda uji ketiga diuji/test pembebanan kuat tekan sesudah
28 hari.
6.3.5.2

Hasil pengujian kuat tekan beton yang tidak memenuhi syarat


perlu ditindaklanjuti oleh pengawas dengan melakukan nondestructive test seperti hammer test atau destructive test seperti
core drill test di lapangan. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk

mengetahui nilai kuat tekan beton aktual.

7. KEADAAN KHUSUS
Jika pelaksanaan tidak sesuai dari yang telah ditetapkan, tenaga supervisi harus menegur
pelaksana lapangan. Jika perlu secara tertulis dengan menggunakan Fomulir Produk
Tidak Sesuai atau Formulir Tindakan Koreksi apabila perbaikan bisa dilaksanakan
segera.
8. DOKUMENTASI
Prosedur ini didokumentasikan dalam bentuk soft copy dan hard copy, serta
pengendaliannya diatur dalam Prosedur Pengendalian Dokumen No. JMK/PSM/WMM001.
9. DOKUMEN TERKAIT
Tidak ada.
10. LAMPIRAN :
Lampiran 1 : Flowchart Pengawasan Pekerjaan Beton
Lampiran 2 : Flowchart Pengawasan Uji Tekan Beton
Lampiran 3 : Formulir Monitoring Pengecoran Beton
Lampiran 4 : Formulir Monitoring Pekerjaan Pembesian
Lampiran 5 : Formulir Monitoring Perbaikan Slump Saat Pengecoran
Lampiran 6 : Formulir Monitoring Kualitas Beton Terpasang

LAMPIRAN 1
FLOWCHART PENGAWASAN PEKERJAAN BETON

LAMP
IRAN 2
FLOWCHART PENGAWASAN UJI TEKAN BETON

LAMPIRAN 3
FORMULIR MONITORING PENGECORAN BETON

LAMPIRAN 4
FORMULIR MONITORING PEKERJAAN PEMBESIAN

LAMPIRAN 5
FORMULIR MONITORING PERBAIKAN SLUMP

LAMPIRAN 6
FORMULIR MONITORING KUALITAS BETON TERPASANG

Anda mungkin juga menyukai