Bab 3 Teleproteksi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Teleproteksi adalah suatu sistem peralatan yang dibangun untuk mengirimkan dan

menerima sinyal koordinasi dan atau perintah trip/blocking peralatan proteksi (relay)/bay control
dari satu Gardu Induk ke Gardu Induk lain yang terhubung langsung maupun tidak langsung
dengan sistem transmisi. Dalam kerjanya, teleproteksi menggunakan kanal telekomunikasi
sebagai pembawa sinyal. Kanal komunikasi yang digunakan dapat berupa kanal analog maupun
digital sesuai kriteria sistem proteksi/bay control yang dikehendaki.
Agar teleproteksi dapat berfungi dengan baik maka kinerja teleproteksi harus dijaga dan
diukur yang meliputi:
-

Delay Time (Kecepatan)

Kinerja teleproteksi ini diukur dari waktu kirim dan waktu terima sinyal dalam orde
milidetik. Terdapat korelasi antara jumlah kanal perintah dalam 1 TP dengan kinerja delay time.
Kinerja keceatan ini sangat berhubungan erat dengan lebar kanal/bandwidth yang digunakan
pada kanal telekomunikasinya.
-

Selectivity

Karakter inin mensyaratkan bahwa TP hanya mengirim sinyal trip untuk bagian system
yang benar-benar terganggu.
-

Reliability

Kinerja realibility pada TP berarti perintah sinyal trip dari rele akan selalu terkirim
dengan benar ini berimplikasi pada Dependability dan Security
-

Dependability
Tingkat keastia bahwa TP akan bekerja dengan benar sesuai perintah sinyal rele

Security

Tingkat kepastian bahwa TP tidak akan bekerja dengan salah untuk gangguan yang
terdeteksi oleh rele dan menjamin TP tidak bekerja untuk sinyal perintah palsu yang tidak
dikirim rele.
Tipikal Konfigurasi Teleproteksi
Tipikal konfigurasi teleproteksi tergantung dari cara rele mengirim perintah. Dalam banyak
penggunaan ree proteksi terdapat 3 tipe konfigurasi yaitu:

Permissive Trip

Penggunaan system teleproteksi untuk aplikasi ini adalah untuk distance relay. Pada konfigurasi
permissive, trip Pemutus Tenaga (CB) hanya dapat terjadi ketika perintah dibandingkan dengan
kondisi proteksi disisi penerima (disupervisi).
-

Direct Transfer Trip (DTT)

Pada aplikasi DTT perintah trip tidak disupervisi pada sisi penerima oleh rele proteksi. Jenis ini
akan langsung melakkukan pembukaan Pemutus Tenaga (CB). Aplikasi untuk proteksi ini
biasanya digunakan untuk Current Circular Protection (CPP), Circuit Breaker Fault (CBF) serta
Short Zone Protection (SZP).
-

Blocking

Pada aplikais ini, system distance relay hanya akan melakukan tripping jika tidak ada sinyal
diterima dari z3 Gardu Induk remote sementara terdeteksi gangguan pada system local. Untuk
system blocking ini di P3B JB hanya subsistem kelistrikan 150kV Jawa Timur yang
mengaplikasikannya. Tiap-tiap tipe konfigurasi menuntut karakter kinerja teleproteksi yang
berbeda-beda. Karakter kinerja teleproteksi ini terutama meliputi kecepatan transfer (delay time)
serta keandalan/realibility.

Modul-Modul PLC
Power Supply
Modul ini melayani supply ke setiap modul yang memungkinan peralatan bekerja normal.
Masukan (input) power supply DC 48V. Sistem rangkaian yang digunakan dengan basis DC to

DC convender yang terisolasi input dan output dengan transformer. Sistem rangkaian ini sangat
baik untuk rangkaian elektronik telekomunikasi karena gangguan gangguan denyutan yang
terjadi pada masukan yang melewati power supply terisolasi dengan rangkaian yang supply.
Rangkaian ini bekerja dengan membangitkan oscillator frekuensi tinggi lebih urang 30 KHz yang
di umpankan ketransistor power untuk diinduksikan ke trafo frekuensi tinggi dan dengan diode
pengarah dan rangkaian regulator ouputnya di bagi menjadi beberapa keluaran tegangan sebagai
berikut:

24.3 V untuk supply Transmiter power modul di lengkapi dengan fuse

23 V untuk main modul modul PLC modul di lengkapi dengan fuse

21 V untuk modul rangkaian yang lain modul dilengkapi dengan fuse


Power supply ini dilengkapi dengan sinyal sistem alarm untuk fuse putus dan Over

Voltage juga proteksi untuk pengaman Over Voltage.


ROS ( Calling Transmit Signalling)
Untuk mewujudkan signal berupa (kontak on/ off) yang bisa dikirim ke station lawan.
Rangkaian ini beerja dengan membangkitkan oscillator yang nilainya di atas frekuensi VFT band
yakni sebesar 3.6 KHz +30Hz Frekuensi ini berubah sesuai kontrol yang diberikan ke rangkaian
kontrol ground dan akan keluar frekuensi 3.630 Hz bila di ground frekuensi ini dikirim ke
penerima lawan untuk di deteksi sebagai signaling.
MOD (modulator tahap pertama)
Mod adalah rangakaian modulasi untu memodulasian informasi yang diterima dan voice
(0.3 2 kHz), VFT / Teleproteksi ( 2.6 3.4 KHz) dan signaling (3.6 30 Hz) yang di
modulasikan dengan channel carrier 16 kHz dan modul C. OSC dengan menerapkan balans
modulatordan band pass filter untu mendapatkan if frekuensi band sebesar 12 16 kHz
( masukan kanal 1) dan bila 2 (dua) kanal if frekuensi Band sebesar 16 -20 kHz (masukan kanal
1) standar level masukan untuk Mod -8dB/600ohm keluaran modul diumpankan ke G.MOD

C.OSC (channel Oscillator)


Pembangitan frekuensi chammel carrier sebesar 16 kHz untuk sarana modulasi dan pilot
frekuensi. Level keluaran dari c.osc out 5 dB/ 600 ohm
G.MOD ( Carrier Group Modulation)
Dengan menerapkan balans modulator dengan carrier yang di bangkitkan di dalam modul
itu sendiri G.MOD berfungsi untuk memmodulasi IF frekuensi Band dan pilot carrier untuk
dipancarkan ke station lawan setelah dikuatkan dan di filter pada band pass filter G.MBF
GMBF (Transmitter Filter)
Berfungsi untuk menekan band atas dan frekuensi pancaran berserta carriernya (SSBSC)
dengan level keluaran -10 dB/750hm. Selanjutnya diumpanan ke transmitter Amplifier (TA)
TA (Transmitter Amplifier)
Untuk mengirim frekuensi pengiriman di perlukan level frekuensi pancaran tertentu dan
cuup kuat. Modul TA dengan transistir power dengan gain yang besar melaksanakan tugas ini.
Dengan masukan transmitter frekuensi -10dB/75 Ohm yang diterima dari GMBF oleh TA di
uatkan menjadi +30 dB. Keuatan pancar dari TA bisa maksimum 40 watt.
DF (Directional HF Filter)
DF teridiri dari 2 buah band pass filter yang berdaya besar untuk menghilangkan
frekuensi frekuensi yang tidak diinginkan. Loses filter ini sebesar 2 dB. Filter TDF untuk
Transmitter dan RDF untuk Receiver.
GDBF (Receiver Filter)
Sebelum frekuensi penerimaan dari lawan masuk ke G.DEM perlu difilter dengan band
pass filter dan disesuaikan levelnya sesuai dengan level yang di kehendaki G.DEM sebesar
-30dB/75. Sebuah attenuator dengan beberaoa tap tahanan dalam satuan dB untuk bisa dipilih
kombinasi sesuai kebutuhan setting.

G.DEM (Group Demodulator)


Berfungsi untuk mengambil kembali dari frekuensi penerimaan frekuensi IF band yang
mengandung informasi kanal datu dan kanal dua serta pilot channel carrier dengan frekuensi
group carrier dibangkitkan sendiri dari di G.DEM.
RA (Receiver Amplifier)
IF band freuensi yang diterima dari keluaran G.DEM dan dikuatkan sampai 5 dB/600
Ohm dimpamakan ke DEM kanal satu dan kanal dua. Di dalam modul RA ini dilaksanakan
penguatan otomatis (AGC) dengan menerapkan rangkaian Vario losser. Frekuensi pilot yang
dikirim dari station lawan diterima dimodul filter di modul PLA disarankan kemudian
diinjeksikan ke amplifier RA sebagai pengatur gainya. Apabila signal pilot yang datang kecil.
Mewakili tanda adanya naiknya redaman di media maka penguatan (gain) ditinggikan sebaliknya
bila signal yang datang terlalu kuat penguatan yang datang terlalu kuat penguatan dikecilkan
sehingga keluaran menjadi sama.
PLA (Pilot Control AGC)
Seperti pada penjelasan di modul RA. PLA mengambil signal dengan memfilter frekuensi
pilot carrier kemudian disarankan untuk sarana AGC bersama modul RA. Pilot carrier juga
berguna untuk sarana sinkronisasi.
Bila pilot carrier tidak diterima, deteksi pilot alarm muncul untuk sarana remote alarm.
DEM (Audio Demodulator)
Memisahkan / mengamnil kembali informasi yang terkandung dalam IF frekuensi band di
masing masing DEM (kanal 1 dan ) sehingga muncul informasi semula untuk voice (0.3-2kHz)
VFT (2.16

Anda mungkin juga menyukai