Cara Mengenal Allah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

CARA MENGENAL ALLAH

Syeikh Ahmad Arifin berpendapat bahwa setiap yang ada pasti dapat dikenal dan hanya yang tidak ada
yang tidak dapat dikenal. Karena Allah adalah zat yang wajib al-wujud yaitu zat yang wajib adanya,
tentulah Allah dapat dikenal, dan kewajiban pertama bagi setiap muslim adalah terlebih dahulu mengenal
kepada yang disembahnya, barulah ia berbuat ibadah sebagimana sabda Nabi :

Artinya: Pertama sekali di dalam agama ialah mengenal Allah


Kenallah dirimu, sebagaimana sabda Nabi SAW

















Artinya: Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya, dan barangsiapa
yang mengenal Tuhannya maka binasalah (fana) dirinya.
Lalu diri mana yang wajib kita kenal? Sungguhnya diri kita terbagi dua sebagaimana firman Allah
dalam surat Luqman ayat 20 :

Artinya : Dan Allah telah menyempurnakan bagimu nikmat zahir dan nikmat batin.
Jadi berdasarkan ayat di atas, diri kita sesungguhnya terbagi dua:
1.

Diri Zahir yaitu diri yang dapat dilihat oleh mata dan dapat diraba oleh tangan.

2.
Diri batin yaitu yang tidak dapat dipandang oleh mata dan tidak dapat diraba oleh tangan, tetapi
dapat dirasakan oleh mata hati. Adapun dalil mengenai terbaginya diri manusia
Karena sedemikian pentingnya peran diri yang batin ini di dalam upaya untuk memperoleh pengenalan
kepada Allah, itulah sebabnya kenapa kita disuruh melihat ke dalam diri (introspeksi diri) sebagimana
firman Allah dalam surat az-Zariat ayat 21:


Artinya : Dan di dalam diri kamu apakah kamu tidak memperhatikannya.

Allah memerintahkan kepada manusia untuk memperhatikan ke dalam dirinya disebabkan karena di
dalam diri manusia itu Allah telah menciptakan sebuah mahligai yang mana di dalamnya Allah telah
menanamkan rahasia-Nya sebagaimana sabda Nabi di dalam Hadis Qudsi :































( )

Artinya: Aku jadikan dalam rongga anak Adam itu mahligai dan dalam mahligai itu ada dada dan
dalam dada itu ada hati (qalbu) namanya dan dalam hati (qalbu) ada mata hati (fuad) dan dalam mata
hati (fuad) itu ada penutup mata hati (saghaf) dan dibalik penutup mata hati (saghaf) itu ada nur/cahaya
(labban), dan di dalam nur/cahaya (labban) ada rahasia (sirr) dan di dalam rahasia (sirr) itulah Aku
kata Allah. (Hadis Qudsi)
Bagaimanakah maksud hadis ini? Tanyalah kepada ahlinya, yaitu ahli zikir, sebagaimana firman Allah
dalam surat an-Nahal ayat 43 :

Artinya: Tanyalah kepada ahli zikrullah (Ahlus Shufi) kalau kamu benar-benar tidak tahu.
Karena Allah itu ghaib, maka perkara ini termasuk perkara yang dilarang untuk menyampaikannya
dan haram pula dipaparkan kepada yang bukan ahlinya (orang awam), seabagimana dikatakan para sufi:

Artinya: Bagi Allah itu ada beberapa rahasia yang diharamkan membukakannya kepada yang bukan
ahlinyah.
Nabi juga ada bersabda :






























Artinya: Telah memberikan kepadaku oleh Rasulullah SAW dua cangkir yang berisikan ilmu
pengetahuan, satu daripadanya akan saya tebarkan kepada kamu. Akan tetapi yang lainnya bila saya
tebarkan akan terputuslah sekalian ilmu pengetahuan dengan memberikan isyarat kepada lehernya.


Artinya : Kerusakan dari ilmu pengetahuan ialah dengan lupa, dan menyebabkan hilangnya ialah bila
anda ajarkan kepada yang bukan ahlinya.
Adapun tentang Ilmu Fiqih atau Syariat Nabi bersabda:

Artinya: Sampaikanlah oleh kamu walau satu ayat saja.


Adapun Ilmu Fiqih tidak boleh disembunyikan, sebagaimana sabda Nabi SAW:

Artinya: Barangsiapa yang telah menyembunyikan suatu ilmu pengetahuan (ilmu syariat) akan
dikekang oleh Allah ia kelak dengan api neraka.
Adapun ilmu hakikat atau ilmu batin memang tidak boleh disiar-siarkan kecuali kepada orang
yang menginginkannya. Memberikan dan mengajarkan ilmu hakikat kepada yang bukan ahlinya ditakuti
jadi fitnah disebabkan pemikiran otak sebahagian manusia ini tidak sampai mendalami ke lubuk dasarnya
yaitu ilmu Allah Taala. Ibarat kayu di hutan tidak sama tingginya, air di laut tidak sama dalamnya, dan
tanah di bumi tidak sama ratanya, demikian halnya dengan manusia. Maka ahli Zikir (ahlus Shufi) inilah
yang mendekati maqam wali-wali Allah yang berada di bawah martabat para nabi dan rasul. Inilah makna
tujuan Allah memerintahkan supaya bertanya kepada ahli Zikir, karena ahli Zikir adalah orang-orang yang
senantiasa hati dan pikirannya selalu ingat kepada Allah serta senantiasa mendapat bimbingan ilham dari
Allah SWT.
Oleh karena itu, agar kita dapat mengenal Allah, maka kita harus mempunyai pembimbing rohani
atau mursyid. Tentang hal ini Abu Ali ats-Tsaqafi bertaka, seandainya seseorang mempelajari semua
jenis ilmu dan berguru kepada banyak ulama, maka dia tidak sampai ke tingkat para sufi kecuali dengan
melakukan latihan-latihan spiritual bersama seorang syeikh yang memiliki akhlak luhur dan dapat
memberinya nasehat-nasehat. Dan barang siapa yang tidak mengambil akhlaknya dari seorang syeikh
yang melarangnya, serta memperlihatkan cacat-cacat dalam amalnya dan penyakit-penyakit dalam
jiwanya, maka dia tidak boleh diikuti dalam memperbaiki muamalah.
Namun tidaklah ilmu pengenalah kepada Allah ini diperoleh dengan mudah begitu saja seperti
mempelajari ilmu syariat, karena ada satu syarat yang paling utama yang harus dilakukan terlebih dahulu
yaitu mengambil ilmu ini dengan dibaiat oleh seorang mursyid yang kamil mukamil yang masuk dalam
rantai silsilah para syeikh tarekat sufi yang bersambung-sambung sampai kepada Rasulullah SAW. Oleh

karena itu jalan satu-satunya bagi kita untuk dapat mengenal Allah adalah dengan mempelajari ilmu
tarekat di bawah bimbingan seorang mursyid.

Tanya : Mengapa hati memegang peran penting di dalam mengenal Allah?


Jawab : Bila kita sebut nama hati, maka hati yang dimaksud di sini bukanlah hati yang merah tua seperti
hati ayam yang ada di sebelah kiri yang dekat jantung kita itu. Tetapi hati ini adalah alam ghaib yang tak
dapat dilihat oleh mata dan alat panca indra karena ia termasuk alam ghaib (bersifat rohani). Tiap-tiap diri
manusia memiliki hati sanubari, baik manusia awam maupun manusia wali, begituja para nabi dan rasul.
Pada hati sanubari ini terdapat sifat-sifat jahat (penyakit hati), seperti : hasad, dengki, loba, tamak, rakus,
pemarah, bengis, takbur, ria, ujub, sombong, dan lain-lain. Tetapi bilamana ia bersungguh-sungguh di
dalam tarekatnya di bawah bimbingan mursyidnya, maka lambat laun hati yang kotor dan berpenyakit
tadi akan bertukar bentuknya dari rupa yang hitam gelap pekat menjadi bersih putih dengan mengikuti
kegiatan suluk atau khalwat secara kontinyu. Manakala hati yang hitam tadi telah berubah menjadi putih
bersih, barulah ia memberikan sinar. Hati yang putih bersih bersinar itulah yang dinamakan hati Rohani
(Qalbu) atau disebut juga dengan diri yang batin.
Seumpama kita bercermin di depan kaca, maka kita tidak akan dapat melihat apa yang ada dibalik
cermin selain muka kita, karena terhalang oleh cat merah yang melekat disebaliknya. Tetapi bila cat
merah itu kita kikis habis, maka akan tampaklah di sebaliknya bermacam-macam dan berlapis-lapis
cermin hingga sampai menembus ke alam Nur, alam Jabarut, alam Lahut, hingga alam Hadrat Hak Allah
Taala.
Itulah sebabnya bila kita hanya baru sebatas mengenal hati sanubari saja, maka yang kita lihat
hanya diri kita saja, sebab ditahan oleh cat merah tadi, yaitu sifat-sifat jahat seperti: takabbur, ria, ujub,
dengki, hasad, pemarah, loba, tamak, rakus, cinta dunia, dan berbagai penyakit hati lainnya. Tetapi bila
mana cat merah itu telah terkikis habis, barulah ia akan menyaksikan alam yang lebih tinggi dan
mengetahuilah ia segala rahasia termasuk dirinya dan hakikatnya dan juga alam seluruhnya dan akhirnya
mengenallah ia akan Tuhannya. Itulah sebabnya para wali-wali Allah itu lahir dari para sufi yaitu orangorang yang telah berhasil membersihkan hatinya dengan bantuan mursyidnya pada zahir sedang pada
hakikatnya dengan qudrat dan iradat Allah Taala. Di sinilah terletak wajibnya mengenal diri untuk jalan
mengenal Allah.
Diposkan 1st January 2013 oleh Kalempau
18
Lihat komentar

Jan
1

ILMU HATI (ILMU TAREKAT)


Hati memegang peranan penting bagi manusia. Baik dan buruknya seseorang ditentukan oleh hati
sebagaimana Hadis Nabi:






...





























Ingatlah bahwa di dalam tubuh itu ada segumpal darah, bila ia telah baik maka baiklah sekalian
badan.Dan bila ia rusak, maka rusaklah sekalian badan. Dan bila ia rusak maka binasalah sekalian
badan, itulah yang dikatakan hati.
Demikianlah pentingnya peranan hati bagi manusia, oleh sebab itu manusia wajib menjaga kesucian
hatinya. Adapun yang menjadi penyebab kotornya hati manusia itu adalah disebabkan berbagai penyakit
yang terdapat padanya sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah:

Di dalam hati mereka ada penyakit. (Q.S. 2 Al-Baqarah: 10)


Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin terdapat 6666 ayat Al-Quran dan 6666 urat di dalam tubuh manusia,
demikian halnya dengan hati manusia, ada 6666 penyakit di dalam hati manusia. Dari sekian banyak
penyakit yang ada di dalam hati manusia, ada beberapa penyakit hati yang paling berbahaya, di antaranya:
hawa nafsu, cinta dunia, loba, tamak, rakus, pemarah, pengiri, dendam, hasad, munafiq, ria, ujub,
takabbur. Jadi bila tidak diobati, maka sambungan ayat mengatakan:

Lalu ditambah Allah penyakitnya. (Q.S. 2 Al-Baqarah: 10)


Demikianlah bahayanya apabila manusia itu tidak segera membersihkan hatinya, maka Allah akan
terus menambah penyakitnya. Oleh sebab itu kewajiban pertama bagi manusia adalah terlebih dahulu ia
harus mensucikan hatinya sebagaimana firman Allah:


Beruntunglah orang yang mensucikan hatinya dan mengingat Tuhan-Nya, maka didirikannya
sembanhyang. (Q.S. 87 Al-Ala: 14-15)
Dari penjelasan surah Al-Ala di ayat 14 dan 15 di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada tiga
kewajiban yang dibebankan oleh Allah kepada manusia:
1. Kewajiban Mensucikan Hati
Di dalam surah Al-Ala ayat 14 Allah menyatakan bahwa orang-orang yang telah mensucikan
hatinya sesungguhnya telah memperoleh keberuntungan. Lalu dibenak kita timbul beberapa pertanyaan:
-

Apa yang dimaksud dengan hati yang bersih?

Bagaimana cara membersihkan hati?

Mengapa orang yang mensucikan hatinya disebut orang yang beruntung?

Apa keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan hatinya?

Pertama, apa yang dimaksud dengan hati yang bersih? Menurut Syekh Muda ahmad Arifin yang
dimaksud dengan hati yang bersih yaitu tidak ada di dalam hati itu selain Allah. Artinya seseorang yang
disebut hatinya bersih adalah orang yang senantiasa selalu mengingat Allah. Itulah sebabnya para sufi
berkata:

Hati orang mukmin itu adalah rumah Allah.


Kedua, bagaimana cara membersihkan hati? Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin satu-satunya
cara membersihkan hati yaitu dengan mempelajari ilmu hati. Ilmu hati ini lazim disebut dengan beberapa

nama di antaranya: ilmu batin, ilmu hakikat, ilmu tarekat. Menurutnya tujuan mempelajari ilmu hati
adalah untuk mengenal Allah, sebab hati merupakan sarana yang telah ditetapkan oleh Allah untuk dapat
menyaksikan-Nya sebagaimana firman Allah:

Tidak dusta apa yang telah dilihat oleh mata hati. (Q.S. An-Najm: 11)
Jadi hanya dengan mempelajari ilmu hatilah kita baru dapat mengenal Allah. Apabila kita telah
dapat mengenal Allah, barulah kita dapat mengingat-Nya. Dan mengingat Allah merupakan satu-satunya
cara untuk membersihkan hati sebagaimana Hadis Nabi:




Segala sesuatu ada alat pembersihnya dan alat pembersih hati yaitu mengingat Allah.
Ketiga, mengapa orang yang mensucikan hatinya disebut orang yang beruntung? Menurut Syekh
Ahmad Arifin penyebab Allah menyebut orang-orang yang telah mensucikan hatinya sebagai orang-orang
yang beruntung adalah disebabkan karena sesungguhnya hanya orang-orang yang telah mensucikan
hatinyalah yang dapat mengenal Allah. Menurut al-Ghazali hati manusia berfungsi sebagai cermin yang
hanya bisa menangkap cahaya ghaib (Allah) apabila tida tertutup oleh kotoran-kotoran keduniaan.
Sesungguhnya hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah dan
merekalah yang disebut sebagai orang-orang yang beruntung.
Keempat, apa keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan hatinya? Menurut
Syekh Muda Ahmad Arifin keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan hatinya adalah
dapat mengenal Tuhannya. Itulah sebabnya Allah berfirman:

Beruntunglah orang yang telah mensucikan hatinya dan merugilah orang yang telah mengotorinya.
(Q.S. 91 As-Syamsi: 9-10)
Itulah sebabnya pada ayat di atas Allah memuji orang-orang yang telah mensucikan hatinya, sebab
hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinya yang dapat mengenal Allah. Adapun orang-orang yang
mengotorinya adalah orang-orang yang merugi, karena sesungguhnya orang-orang yang hatinya kotor
tidak akan pernah dapat mengenal Tuhannya.
2. Kewajiban Mengingat Allah
Kewajiban yang kedua adalah mengingat Allah, sebab mustahil kita dapat mengingat Allah kalau
kita belum mengenal-Nya dan mustahil kita dapat mengenal-Nya kalau kita belum pernah berjumpa. Dan
mustahil kita dapat berjumpa dengan Allah tanpa terlebih dahulu menyertakan diri dan belajar kepada
orang yang telah dapat beserta Allah. Itulah sebabnya Nabi memerinthakan kepada kita agar menyertakan
diri kepada orang yang telah serta Allah sebagaimana sabda Nabi:



Sertakanlah kepada Allah, apabila kamu tidak dapat beserta Allah maka sertakanlah dirimu kepada orang
yang telah serta Allah, maka ia akan mengenalkan kamu kepada Allah.
Berdasarkan Hadis di atas, maka kewajiban pertama bagi manusia adalah mencari guru (wasilah)
agar ia dapat memperoleh pengenalan kepada Tuhannya. Setelah manusia itu dapat mengenal Allah maka
kewajiban kedua baginya adalah mengingat Tuhan-Nya.
3. Kewajiban Mengerjakan Shalat
Shalat merupakan tiang agama yang dilaksanakan apabila kita telah melaksanakan kewajiban
pertama dan kedua, sebab tujuan shalat adalah untuk mengingat-Nya sebagaimana firman Allah:

Sesungguhnya Aku inilah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah
shalat untuk mengingat Aku. (Q.S. 20 Thaha: 14)
Firman Allah di atas senada dengan firman Allah pada surat Al-Ala ayat 14 dan 15 yang telah
diuraikan sebelumnya. Untuk mengetahui secara jelas persamaan makna yang terdapat pada kedua ayat
tersebut penulis akan menguraikan kalimat perkalimat pada surat Thaha ayat 14 serta membandingkannya
dengan surat Al-Ala ayat 14.
Pertama, pada bagian awal surat Thaha ayat 14 Allah berfirman: Sesungguhnya Aku ini Allah.
Bila kita menganalisis firman Allah tersebut maka dapatlah kita ketahui bahwa sesungguhnya Allah itu
ingin dikenal. Firman Allah pada surat Thaha tersebut senada dengan firman Allah pada surat Al-Ala ayat
14: Beruntunglah orang-orang yang mensucikan hatinya. Makna beruntung pada ayat ini adalah
bahwa keuntungan yang diperoleh oleh orang-orang yang mensucikan hatinya adalah dapat mengenal
Allah. Bahkan bila kita analisis lebih jauh selain memiliki persamaan makna, kedua ayat tersebut juga
memiliki kaitan di mana ayat yang satu berfungsi sebagai penjelas bagi yang lain. Pada surah Thaha Allah
berfirman: Sesungguhnya Aku ini Allah. Ayat tersebut mengintruksikan kepada manusia kewajiban
untuk mengenal Allah. Pada surah al-Ala ayat 14 Allah berfirman: Beruntunglah orang-orang yang
mensucikan hatinya. Pada ayat ini Allah memuji orang-orang yang mensucikan hatinya, sebab hanya
orang-orang yang mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah dan merekalah yang dinyatakan
Allah sebagai orang-orang yang beruntung. Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa firman
Allah pada surat Thaha ayat 14 keduanya mengindikasikan bahwa kewajiban pertama bagi manusia
adalah terlebih dahulu mensucikan hatinya agar ia dapat mengenal Tuhannya.
Kedua, pada bagian tengah surat Thaha Allah berfirman: Tiada Tuhan selain Aku. Bila kita
analisis firman Allah di atas, maka dapat kita ketahui bahwa maksud yang terkandung di dalamnya adalah
perintah untuk mengingat-Nya, sebab kalimat Tiada Tuhan selain Allah, bermakna tidak ada yang
boleh diingat selain Allah. Firman Allah pada surat al-Ala ayat 15: Dan mengingat Tuhannya. Dari
uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa kewajiban yang kedua bagi manusia adalah mengingat
Tuhannya.
Ketiga, pada bagian akhir surat Thaha Allah berfirman: Sembahlah Aku dan dirikanlah shalat
untuk mengingat Aku. Bila kita analisis pada ayat di atas bahwa printah sembah datang setelah terlebih
dahulu Allah memerintahkan untuk mengenal dan mengingatnya. Perintah sembah tersebut diwujudkan
dengan mendirikan shalat yang tujuannya adalah untuk mengingat-Nya. Firman Allah tersebut senada
dengan firman Allah pada surat al-Ala ayat 15: Maka dirikanlah shlalat. Dari uraian di atas dapat
diketahui bahwa kedua ayat tersebut sama-sama mengindikasikan bahwa shalat merupakan kewajiban
ketiga.
Dari penjelasan di atas dapatlah kita ketahui mengapa para sufi menaruh perhatian besar terhadap
hati (qalb) dan menempatkan shalat sebagai kewajiban ketiga. Karena sesungguhnya perintah shalat itu
diterima setelah terlebih dahulu Jibril mensucikan hati Nabi Muhammad sebelum ia menghadap Allah.
Sebab Allah itu tidak dapat dilihat oleh mata kepala Nabi Muhammad tetapi hanya dapat dilihat oleh mata
hati Nabi Muhammad. Oleh sebab itu sebelum Nabi Muhammad berjumpa dengan Allah, terlebih dahulu
Jibril mensucikan hatinya, agar nur yang ada di dalam mata hatinya itu dapat memancar, sebab dengan
nur itulah Nabi Muhammad dapat menyaksikan Allah. Itulah sebabnya di dalam surah al-Isra ayat 1
Allah menggunakan kalimat Maha Suci, sebab Allah itu Maha Suci dan hanya dapat dilihat oleh hambahamba-Nya apabila mereka telah mensucikan hati mereka.
Adapun makna Jibril mensucikan hati Nabi Muhammad menurut Syekh Muda Ahmad Arifin pada
hakikatnya adalah sesungguhnya Malaikat Jibril menyampaikan pengenalan kepada Allah dalam istilah
ilmu tarekat lazim disebut dengan baiat. Praktik baiat yang diterima oleh Nabi dari gurunya Malaikat
Jibril diteruskan kepada Ali ibn Abi Thalib dan praktik seperti ini terus berlanjut dari guru ke murid dalam

rangkaian silsilah hingga saat ini. Praktik baiat yang diterapkan di kalangan ahli tarekat sesungguhnya
mengacu pada pola yang dilaksanakan oleh Nabi. Jadi berdasarkan tradisi baiat inilah muncul istilah
bahwa Barangsiapa yang tidak mempunyai syekh maka gurunya adalah setan sebab Nabi sendiri tidak
dapat mengenal Allah tanpa berguru kepada Malaikat Jibril, apalagi kita sebagai manusia biasa yang hina
dan dhaif yang tidak mempunyai kedudukan apa-apa di sisi Allah maka mustahil dapat mengenal Allah
tanpa guru. Oleh sebab itu Nabi bersabda:


















ilmu itu ada dua macam, adapun ilmu batin yang di dalam hati itu jauh lebih bermanfaat.
Dari penjelasan Hadis di atas dapatlah kita ketahui bahwa tidak hanya para sufi yang menaruh
perhatian besar terhadap hati, bahkan Nabi sendiri lewat Hadisnya secara tegas menyatakan keutamaan
ilmu hatilah manusia dapat mengenal Allah.
Menurut Syekh Ahmad Arifin kekeliruan umat Islam saat ini adalah tidak mau mempelajari ilmu
hati dan lebih mengutamakan ilmu syariat. Oleh sebab itu menurutnya mayoritas umat Islam saat ini
tidak mengenal yang mereka sembah dan sesungguhnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata
sebagaimana firman Allah:


Maka celakalah bagi orang yang hatinya tidak dapat mengingat Allah, mereka itu dalam kesesatan
yang nyata. (Q.S. 39 az-Zumar: 22)
Demikianlah celaan Allah terhadap orang-orang yang tidak dapat mengingat-Nya, yang
kesemuanya itu disebabkan karena mereka tidak mempelajari soal hati. Namun kebanyakan umat Islam
saat ini tidak tahu kalau mereka itu tidak tahu. Mereka menganggap bahwa amal ibadah mereka dapat
diterima oleh Allah SWT, karena merasa bahwa tauhid mereka telah sempurna, padahal sesungguhnya
mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya orang-orang yang bertauhid si sisi Allah
adalah orang-orang yang telah mempelajari ilmu hati. Sebab hanya dengan mempelajari ilmu hatilah kita
baru dapat mengenal Allah. Jadi sesungguhnya orang-orang yang tidak mempelajari ilmu hati adalah
orang-orang yang bertauhid di sisi manusia tetapi sesungguhnya kafir di sisi Allah, sebab tauhid mereka
hanya di lidah, namun hatinya tidak pernah menyaksikan Allah. Mereka menganggap bahwa dengan
mengucap dua kalimah syahadat dan percaya dalam hati berarti telah Islam dan beriman di sisi Allah.
Padahal keislaman dan keimanan mereka itu barulah sebatas percaya kepada Allah. Oleh sebab itu orangorang yang mengabaikan atau tidak mempelajari ilmu hati (ilmu tarekat) sesungguhnya adalah orangorang yang mengabaikan tauhid.
Dari uraian di atas dapatlah kita ketahui betapa pentingnya mempelajari ilmu hati (ilmu tarekat).
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu tauhid yang sesungguhnya adalah dengan mempelajari ilmu hati (ilmu
tarekat).
Diposkan 1st January 2013 oleh Kalempau
10
Lihat komentar

Jan
1

TUNTUNAN BERZIKIR

1. Dzikir Syariat : La Ilaha Illallah diucapkan berulang2 dgn lisan sampai masuk kedalam hati
sehingga lisan/mulut tak berucap lagi, rahasia dzikir ini terdiri dari 12 huruf yg sama maknanya
dengan Waktu 12 jam, dzikir ini selalu dikumandangkan oleh para malaikat bumi (Malaikatul
Ahyar) ketika ALLAH SWT menciptakan setiap makhlukNYA di muka bumi.
2. Dzikir Tarekat : ALLAHALLAHALLAH diucapkan berulang2 di dalam hati saja dengan
pengosongan pikiran fana (hampa) lalu fokus pada nama tadi sehingga nama ALLAH tadi
membuat & menciptakan alam bayangan hidup didepan mata anda sendiri, jangan kaget & takut
oleh fenomena tersebut karena para jin syetan selalu mengintai anda tetapi berlindunglah Kepada
ALLAH SWT yang Maha Menjaga Orang Beriman dgn ayat & doa : audzu billahi minas
syathanir rajim La ilaha illallah anta subhanaka inni kuntu minaz zhalimin.lalu
lafazkan ALLAHU SALAMUN HAFIZHUN WALIYYUN WA MUHAIMIN ( Allah Yang
Maha sejahtera, Maha Memelihara, Maha Melindungi lagi Maha Menjaga Hambanya yg
beriman).
3. Dzikir Hakikat : HUHUHU (DIA ALLAH) diucapkan dalam hati saja dengan keadaan fana
(hampa) melalui perantaraan tarikan Nafas ke dalam sampai ke perut, usahakan perut tetap keras
biarpun nafas telah keluar, dalam bahasa ilmu tenaga dalam ini adalah metode pemusatan power
lahiriah dari perut, dalam istilah cina yin & yang ini adalah penyembuhan/pengobatan pada diri
secara bathiniah dan kesemuanya itu benar adanya karena pusat perut adalah sumber daya energi
kekuatan manusia secara lahiriah & bathiniah serta secara hakikat dzikirHU sebenarnaya
tempatnya pada pusat perut dengan perantaraan cahaya nafas yg sangat berharga pada manusia.
4. Dzikir Marifat : HUAH-HUAH-HUAH atau HU-WAH (Dia ALLAH Bersamaku)
sebenarnya bunyi dzikir ini sudah perpaduan antara hakikat & marifat, dzikir tersebut dilantunkan
dalam hati saja dengan gerakan nafas HU masuk kedalam AH keluar nafas, pada para sufi
(wali Allah) ini adalah dzikir kenikmatan, kecintaan ( Mahabbatullah) yang sangat luas faedah
hidayahnya & karomahnya sehinngga dapat menyingkap tabir rahasia2 Allah Swt pada gerakan
kehidupan ini.
Diposkan 1st January 2013 oleh Kalempau
12
Lihat komentar

Jan
1

KENALI JASAD, JIWA, RUH DAN HATI ANDA


Pada umumnya orang hanya mengetahui manusia itu hanya terdiri dari jasad dan ruh. Mereka
tidak memahami sesungguhnya manusia terdiri dari tiga unsur , iaitu:
Jasad, Jiwa dan Ruh.
Ini dapat dibuktikan dalam firman Allah Taala surah Shaad (38:71-73) yang bermaksud:
Ingatlah ketika Tuhan MU berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan
manusia dari tanah. Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya, maka Ku tiupkan
kepadanya Ruh Ku. Maka hendaklah kamu tunduk bersujud kepadanya. Lalu seluruh malaikat
itu bersujud semuannya.

Pada ayat yang lain pula, Allah menjelaskan tentang penciptaan jiwa (nafs). Surah Asy Syams
(91:7-10) . Firmanya yang bermaksud:
Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs itu jalan
ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya dan
sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya.
Selain itu, Allah juga berfirman dalam Al Quran tentang proses kejadian jasad (jisim). Surah Al
Mukminun (23:12-14):
Dan sesungguhnya Kami telah menciptkan manusia dari saripati dari tanah, Kemudian jadilahlah
saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang-tulang, lalu tulang-tulang ini Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbentuk lain, maka maha suci Allah. Pencipta
yang paling baik.
Jasad
Jasad atau jisim adalah angggota tubuh manusia terdiri dari mata, mulut, telinga, tangan, kaki dan
lain-lain. Ia dijadikan dari tanah liat yang termasuk dalam derejat paling rendah. Keadaannya dan
sifatnya dapat mecium, meraba, melihat. Dari jasad ini timbullah kecenderungan dan keinginan
yang disebut Syahwat. Ini dijelaskan dalam Al Quran Surat Ali Imran, yang bermaksud:
Dijadikan indah pada pandangan manusia , merasa kecintaan apa-apa yang dingininya (syahwat)
iaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang bertimbun dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatan ternakan dan sawah ladang, Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah
tempat sebaik-baik kembali.

Jiwa (Nafs)
Kebanyakan orang mengaitkannya dengan diri manusia atau jiwa. Padahal ianya berkaitan
dengan derejat atau kedudukan manusia yang paling rendah dan yang paling tinggi. Jiwa ini
memiliki dua jalan iaitu:
a. Menuju hawa nafsu (nafs sebagai hawa nafsu)
b. Menuju hakikat manusia (nafs sebagai diri manusia)
Hawa nafsu. Hawa nafsu lebih cenderung kepada sifat-sifat tercela, yang menyesatkan dan
menjauhkan dari Allah. Sebagaimana Allah Taala berfirman surah (Shaad :26) yang bermaksud:
..... dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah
Kaitan hati dan hawa nafsu.
Hati memainkan peranan yang sangat penting dalam diri manusia ia menjadi sasaran utama
kepada Syaitan. Syaitan sedaya upaya menutupi hati manusia dari menerima Nur llahi.
Sebagaimana sabda Rasulullah yang bermaksud:
Jikalau tidak kerana syaitan-syaitan itu menutupi hati anak Adam, pasti mereka boleh milihat
kerajaan langit Allah
Cara syaitan menutupi hati manusia itu dengan cara cara tertentu iaitu dengan menghidupkan
hawa nafsu tercela dan yang membawa ke arah maksiat. Semuanya sudah tersedia berada adalam
diri manusia, ianya dikenali dengan nafsu ammarah bissu, nafsu sawiyah dan nafsu lawammah..

Para ahli tasawwuf mengatakan bahawa syaitan (anak iblis) memasuki hati manusia melalui
sembilan lubang anggota manusia iaitu dua lubang mata, dua lubang hidung, kedua lubang
kemaluan dan lubang mulut. Buta manusia bukan buta biji matanya tetapi buta hatinya
sebagaimana bukti yang dijelaskan dalam Firman Allah dalam surah (Al Hajj :46) bermaksud:
Kerana sesungguhnya bukan mata yang buta, tetapi yang buta ialah hati di dalam dada.
Mereka juga mengatakan yang membutakan hati ialah kejahilan atau tidak memahami tentang
hakikat perintah Allah SWT. Kejahilan yang tidak segera diubati akan menjadi semakin
bertimbun. Allah SWT berfirman dalam surah (Al Baqarah:2-9) yang bermaksud:
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka yang menipu diri
sendiri, sedangkan mereka tidak menyedarinya.
Demikian bahayanya penyakit hati yang dihembuskan syaitan melalui hawa nafsu manusia.
Sehingga Rasulullah pernah berpesan setelah kembali dari perang Badar. Beliau bersabda :
Musuhmu yangterbesar adalah nafsymu yang berada di antara kedua lambungmu (Riwayat AlBaihaki)
Jihad yang paling utama adalah jihad seseorang untuk dirinya dan hawa nafsunya.(Riwayat Abnu
An-Najari)
Diri Manusia
Nafs atau jiwa sebagai diri manusia adalah suatu yang paling berharga kerana ia berkaitan dengan
nilai hidup manusia dan nafs yang diberi rahmat dan redha oleh Allah. Sebagaimana firmannya
dalam surah (Al-Fajr : 27-30 ) yang bermaksud:
Hai jiwa yang tenang (Nafsu Mutmainnah), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang
lagi diredhaiNya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, masuklah ke dalam
syurgaKu.
Dan lagi dalam surah (Yusuf: 53) yang bermaksud:
Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, kerana sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh ke arah kejahatan, kecuali nafsu yang beri rahmat oleh Tuhanku.
Berkaitan dengan sabda Rasulullah yang berbunyi:
Barang siapa yang mengenal dirinya , maka ia mengenal Tuhannya.
Hadis ini menyatakan syarat untuk mengenal Allah adalah mengenal diri. Diri atau nafs di sini
adalah nafs mutmainnah iaitu nafsu yang tidak terpengaruh oleh goncangan hawa nafsu dan
syahwat.
Setiap manusia mempunyai nafs yang berbeza. Ada nafs yang menuju jalan cahaya ada nafs yang
menuju jalan kegelapan.
Bagi nafs yang menuju kegelapan atau nafs tercela yang tidak sempurna ketenangannya terutama
ketika lupa kepada Allah disebut nafsu lawammah. Firman Allah Taala dalam surah
(Al Qiyammah:2) yang bermaksud:
Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat tercela (nafsu lawammah)
Nafsu ini hanya dapat dikenali dan disaksikan dengan kemampuan tertentu manusia iaitu dengan
pancaran batin. Sebagaimana firman Allah dalam surah (Al-Araaf:26) yang bermaksud:
Pakaian taqwa yang menjaga mu dari kejahatan itu adalah yang paling baik.

Ruh
Ruh mempunyai dua arah pengertian iaitu :
a. Sebagai nyawa
b. Sebagai suatu yang halus dari menusia (pemberi cahaya kepada jiwa)
Ruh sebagai nyawa kepada jasad atau tubuh . Ia ibarat sebuah lampu yang menerangi ruang. Ruh
adalah lampu, ruang adalah sebagai tubuh. Jika lampu menyala maka ruangan menajdi terang.
Jadi tubuh kita ini boleh hidup kerana ada ruh (nyawa)
Manakala dalam pengertian yang kedua, Ruh sebagai sesuatu yang merasa, mengerti dan
mengetahui. Hal ini sangat berhubung dengan hati yang halus atau hati ruhaniyyah yang disebut
sebagai Latifah Rabaniyyah (hati erti kedua)
Dalam Al-Quran kata ruh disebut dengan sebutan Ruhul Amin, Ruhul Awwal dan Ruhul
Qudsiyah.
Ruhul Amin yang bermaksud adalah malaikat Jibrail. Firman Allah dalam surah (Asy-Syu
araa:192-193) yang bermaksud:
Dan sesungguhnya Al- Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa
oleh Ar Ruh Al Amin (Jibrail)
Ruhul Awwal yang bermaksud nyawa atau sukma bagi tubuh manusia. Sebagaimana firman Allah
dalam surah (As-Sajdah:9) yang bermaksud:
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuhnya ruh Nya dan dia menjadikan
bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati , tetapi kamu sedikit sekali bersyukur
Ruh Qudsiyah yang bermaksud ruh yang datang dari Allah (bukan Jibrail), tetapi yang menjdi
penunjuk dan pengkhabar gembira bagi orang-orang beriman. Ini adalah ruh yang disucikan
dihadirat Allah. Ia bercahaya apabila nafsu mutmainnah telah sempurna.
Hati
Hati merupakan raja bagi seluruh diri manusia dan tubuh. Perilaku dan perangai seseorang
merupakan cerminan hatinya. Dari hati inilah pintu dan jalan yang dapat menghubungkan
manusia dengan Allah. Dengan demikian untuk mengenal diri harus dimulai dengan mengenal hati
sendiri.
Hati mempunyai dua pengertian:
a. Hati jasmani iaitu sepotong daging yang terl;etak di dada sebelsah kiri, hati jenis ini haiwan
pun memilinya.
b. Hati Ruhaniyyah iaitu sesuatu yang halus. Hati yang merasa, mengerti, mengetahui,
dierpinta dituntut. Dinalai juga dengan Latifah Rabaniyyah.
Hati Ruhaniyyah inilah merupakan tempat iman dan tempat mengenal diri . Sebagaimana firma
Allah dalam surah (Ar-Rad:28) yang bermaksud:
Iaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tanang dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang.
Hadis qudsi yang bermaksud:
Tidak akan cukup menaggung untuk Ku bumi dan langitKU tetapi cukup bagiKu hanyalah hati
(qalb) hambaKu yang nukamin (Riwayat Ad Darimi)

Nafsu Mutmainnah
Bila hati manusia jauh dari goncangan yang disebabkan bisikan syaitan, hawa nafsu dan syahwat ,
maka ia disebut nafs Mutmainnah, Apabila ia tunduk dan redha kepada Allah sepenuhnya, maka
ia disebut nafs mardhiyyah (nafs yang redha)
Namun jika manusia membiarkan hatinya berada dalam pengaruh hawa nafsu dan syahwat, maka
ia akan menjadi orang yang tersesat, lama kelamaan tergelicir dan dimurkai Allah, Sebagaimana
Firman Allah dalam surah (Jaastsiyah:23) yang bermaksud:
Maka pernahkan kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan
Allah membiarkannya berdasarkan ilmu Nya dan Allah telah mengunci mata pendengaran dan
hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?. Maka siapakah yang akan memberinya
petunjuk sesudah Allah membiarkannya sesat. Maka mengapa kamu tidak mengambil iktibarnya.
Ingat hawa nafsu dan syahwat bukan dibunuh atau dihilangkan, tetapi dikawal oleh nafsu
mutmainnah. Di mana ada saatnya hawa nafsu ini perlu dikeluarkan. Sebagaimana firma Allah
dalam surah (An Naziat:40-41) yang bermaksud:
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan manahan diri dari
keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya.
Nah, jika hati kita telah diselubungi oleh nafsu mutmainnah, maka nafsu mutmainnah inmi
menajdfi imam (penunjuk) bagi selruh tubuh dan dirinya, sseeunggunya nafsu mutmainnah inilah
disebit-sebut sebagai jati diri manusia (hakikat dari manusia). Allah berfirma dalam surah (Al
Araaf:172) yang bermaksud:
Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman : Bukakankan Aku ini
Tuhanmu, mereka menjawab :Bahkan engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi. Kami lakukan
demikaian agar di hari akhirat kelak kamu tidak mengatakan: sesunggunya kami adalah oranorang lalai terhadap keesaaaan Mu.
Jika hati yang sakit, maka lupa terhadap perjanjian kita dengan Allah yang pernah diucapkan
seperti dalam surah Al Araaf ayat 172 di atas.
Tapi di antara sekian banyak manusia, ada yang yang berjaya menyihatkan kembali jiwanya
(nafsu mutmainnah). Apabila jiwa kita telah hidup, bercahaya, sihat kembali, maka jiwa ini akan
dapat melihat kerajaan langit Allah. Dalam hal ini bila Ruhul Qudsiyah telah menyala dan
bersinar , maka jadilah hatinya rumah Allah , orang-orang yang berjaya ini disebut Ahli Al- Bait.
Sebagiamana firman Allah dalam surah (Ali Imran:164) yang bermaksud:
Sesunggunya Allah telah memeberi kurnia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihakan jiwa mereka dan mengajarakan mereka al kitab
dan al hikmah. Dan sesungguhnya sebelum itu, mereka adalagh benar-benar dalam kesesatan yang
nyata.
Lagi, sabda Rasulullah yang bermaksud:
Hati oarmg-orang beriman adalah Baitullah (Rumah Allah)
Jadi, Ruhul qudsiyah adalah kenyataan Allah dalam diri manusia. Allah Taala adalah sumber
cahaya langit dan bumi dan ruhul qudsiyah adalah sunber cahaya yang ada dalam hati yang
digambarkan sebagai pelita, Sebagaimana firmanNya dalam surah (An Nuur:35) yang bermaksud:

...Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahayaNya adalah seperti sebuah lubang yang tak
tertimbus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita ini di dalam kaca dan kaca ini seakan-akan
bintang yang memantulkan cahaya seperti mutiara.
Diposkan 1st January 2013 oleh Kalempau
1
Lihat komentar

Jan
1

RAHASIA MAKRIFAT : MAKRIFAT TAUHIDUL IMAN

Makrifat adalah nikmat yang teramat besar, bahkan kenikmatan syurga tiada sebanding dengan nikmat
menatap wajah Allah secara langsung. Itulah puncak dari segala puncak kenikmatan dan kebahagiaan.
Rasulullah SAW sendiri menjanjikan hal ini dan baginda pernah menyebut bahawa umatnya dapat
melihat Allah SWT di saat fana maupun jaga (sadar). KezahiraNya sangat nampak pada hamba. Hadis
qudsi Al insanu syirri wa ana syirrohu (Adapun insan itu Rahasiaku Dan Aku pun Rahasianya).
Firman Allah: Kuciptakan Adam dan anak cucunya seperti rupaku (Khalakal insanu ala surati Rahman).
Kesimpulannya insan itu terdiri daripada tiga unsur, iaitu Jasad, Ruh/Nyawa dan Allah. Maka dengan itu
hiduplah hamba.
Adapun Jasad, Nyawa, dan Allah taala, bagaikan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lain. Umpama langit, bumi, dan makhluk yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.
Bagaimanapun pandangan insan terhadap Tuhannya adalah berbeza-beza, mengikut tahap pencapaian
ilmu masing-masing.
Pada pandangan amnya, Allah Taala itu satu, dan hamba menyembahNya bersama-sama dan beramairamai, tetapi sebenarnya (hakikatnya) bukan begitu. Itu hanya sangkaan umum saja. Dari segi makrifat
Allah SWT itu Esa pada wujud hamba. Dalilinya, QS Al Qaf 50:16: Aku lebih dekat dari urat lehernya.
QS Az Zariyat51 :21: Dalam diri kamu mengapa tidak kamu perhatikan.
Masing-masing hamba sudah mutkak (esa dengan Tuhannya), satu persatu (esa) diberi sesembahan
(Allah di dalam diri), kenapa berpaling mencari Tuhan yang jauh, ini sungguh melampaui batas (tidak
makrifat).
Dalilnya, QS Al Hadid 57:4: Aku beserta hambaku di mana saja dia berada. Oleh itu, janganlah risau
dan takut Allah sentiasa bersama kita ke mana sahaja kita pergi.
Sekarang, mari kita lihat pula bagaimana Nabi Musa melihat Tuhannya, seperti mana yang diceritakan di
dalam Al Quran. Allah SWT berfirman mengisahkan permintaan Musa untuk melihatNya QS Al Araaf
7:143:
Dan tatkala Nabi Musa datang pada waktu yang kami telah tentukan itu, dan Tuhannya berkata-kata
dengannya, maka Nabi Musa (merayu dengan) berkata: Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku (DzatMu Yang Maha Suci) supaya aku dapat melihat-Mu. Allah berfirman: Kamu sekali-kali tidak dapat
melihat-Ku,
(rahasianya: tidak ada siapa yang dapat melihat Allah, hanya Allah dapat melihat Allah. Hamba
terdinding daripada Allah, kerana selain wujud Allah, masih ada Rasa wujud Hamba).
tetapi pandanglah ke gunung itu,
(Pada ketika Nabi Musa memandang gunung itu, begitu juga Allah Taala berpisah sementara daripada
jiwa Nabi Musa, maka Nabi Musa pengsan, bukannya mendengar akan letusan gunung tersebut)

jika ia tetap berada di tempatnya (sebagaimana sediakala) nescaya kamu dapat melihat-Ku.
( Engkau adalah aku, aku adalah engkau , apa yang disaksikan Nabi Musa adalah menyaksikan dirinya
di luar dirinya untuk sementara waktu, setelah Allah bertajalli (menzahirkan kebesaran-Nya) kepada
gunung itu, (maka) tajalinya itu menjadikan gunung itu hancur lebur dan nabi Musa pun jatuh pengsan.)
Setelah Nabi Musa sedar, dan berkata: Maha Suci Engkau (wahai Tuhanku), aku bertaubat kepada
Engkau dan akulah orang yang pertama beriman (pada zamanku)
Demikian sedikit paparan tentang Nabi Musa melihat Tuhannya. Dan jelaslah Allah dapat dilihat tetapi
bukannya dengan mata kasar, yang dilihat dengan mata kasar itu adalah hijab, oleh itu jangan tersalah,
hati-hati, kalau tersalah boleh menjadi syirik dan kufur.
Maha Suci Allah Yang Maha Berkuasa, tiada daya sekalian makhluk melainkan Allah.
Diposkan 1st January 2013 oleh Kalempau
5
Lihat komentar

Jan
1

RAHASIA MAKRIFAT: RAHASIANYA MENGENAL ZAT ALLAH DAN ZAT RASULULLAH

Ada pun makrifat itu rahsianya ialah mengenal Zat Allah dan Zat Rasulullah,oleh kerana itulah makrifat
dimulakan:1. Makrifat diri yang zahir.
2. Makrifat diri yang bathin.
3. Makrifat Tuhan.
APA GUNA MAKRIFAT?
Ada pun guna makrifat kerana mencari HAKIKAT iaitu mengenal yang Qadim dan mengenal yang
baharu sebagaimana kata:
"AWALUDDIN MAKRIFATULLAH"
Ertinya: Awal ugama mengenal Allah.
Maksudnya mengenal yang mana Qadim dan yang mana baharu serta dapat mengenal yang Qadim dan
yang baharu,maka dapatlah membezakan diantara Tuhan dengan hamba.
BAITULLAH KALBU MUKMININ
Sesungguhnya hati ini sewaktu bayi sehingga aqil baliq diibaratkan bunga yang sedang menguntum,tidak
ada seekor ulat atau kumbang yang dapat menjelajahnya! apabila dewasa (aqil baliq) maka hati itu
ibaratkan bunga yang sedang mengembang,maka masuklah ulat dan kumbang menjelajah bunga itu!
Sesungguhnya amalan makrifat dan zikir yang dibaiah itu adalah untuk membersihkan hati agar dapat
menguntum semula seperti hati kanak-kanak yang suci-bersih!
Hati ini juga seperti satu bekas menyimpan gula yang tertutup rapat dan dijaga dengan baik! sekiranya
tutup itu tidak jaga dengan baik atau tutupnya sudah rosak,maka masuklah semut hitam yang
sememangnya gula itu makanannya!

PEPERANGAN
Peperangan yang lebih besar dari perang UHUD, KHANDAK dan lain-lain peperangan ialah
"Peperangan dalam diri sendiri (Hati)", setiap saat denyut jantung ku ini, aku akan terus
berperang.Sesungguhnya iblis itu menanti saat dan ketika untuk merosakkan anak Adam !Sekiranya aku
tidak ada bersenjata (zikir), nescaya aku pasti kecundang!Keluar masuk nafas anak Adam adalah zikir!
6,666 sehari semalam nafas keluar dan masuk, sekiranya anak Adam tidak bersenjata, pasti ia kecundang!

ASAL USUL MAKRIFAT


Rasulullah SAW mengajar kepada sahabatnya Saidina Ali Karamullah.Saidina Ali Karamullah mengajar
kepada Imam Abu Hassan Basri.Imam Abu Hassan Basri mengajar kepada Habib An Najmi.Habib An
Najmi mengajar kepada Daud Attaie.Daud Attaie mengajar kepada Maaruf Al Karhi.Maaruf Al Karhi
mengajar kepada Sirris Sakatari.Sirris Sakatari mengajar kepada Daud Assakatar.Daud Assakatar
mengajar kepada Al Junidi. Maka Al Junidi yang terkenal sebagai pengasas MAKRIFAT.Maka pancaran
makrifat itu dari empat sumber iaitu:
1. Pancaran daripada sumber SULUK yang dinamakan
Makrifat Musyahadah.
2. Pancaran daripada sumber KHALUAT yang dinamakan
Makrifat Insaniah.
3. Pancaran daripada Inayah yang dinamakan ROHANI.
4. Pancaran daripada Pertapaan yang dinamakan JIRIM.
Maka dari sumber amalan itulah terbit makrifat yang tinggi dan mempunyai rahsia yang sulit.

API MA'RIFATULLAH

Dengan berlindung kepada Allah Swt, Pencetusan Api Marifattullah dalam kalimah ALLAH saya
awali.
Syahdan, nama Allah itu tidak akan pernah dapat dihilangkan, sebab nama Allah itu akan menjadikan
Zikir bagi para Malaikat, Zikir para burung, Zikir para binatang melata, Zikir tumbuh-tumbuhan dan Zikir
dari Nasar yang 4 (tanah, air, angin dan api) serta zikir segala makhluk yang ada pada 7 lapis langit dan 7
lapis bumi, juga zikir makhluk yang berdiam diantara langit dan bumi. (buka..Al-Quran, Surah Atthalaq, ayat 1).
Adapun zikir para makhluk Allah yang kami sebutkan tadi tidaklah sama logatnya, dan tidak sama pula
bunyi dan bacaannya. Tidak sedikit para akhli Sufi dan para wali-wali Allah yang telah mendengar akan
bunyi zikir para makhluk itu, sungguh sangat beraneka ragam bunyinya.
Dalam Kitab Taurat, nama Zat yang maha Esa itu ada 300 banyaknya yang ditulis menurut bahasa Taurat,
dalam Kitab Zabur juga ada 300 banyaknya nama Zat yang maha esa itu yang ditulis dengan bahasa
Zabur.
Dalam Kitab Injil juga ada 300 banyaknya nama Zat yang Esa itu yang ditulis dengan bahasa Injil, dan
dalam Kitab Al-Quran juga ada 99 nama Zat yang esa itu ditulis dalam bahasa Arab. Jika kita berhitung

maka dari keempat kitab itu yang ditulis berdasarkan versinya, maka akan ada 999 nama bagi zat yang
maha esa itu, dari jumlah tersebut maka yang 998 nama itu, adalah nama dari Sifat Zat yang maha Esa,
sedangkan nama dari pada Zat yang maha esa itu hanya satu saja, yaitu ALLAH .
Diterangkan didalam Kitab Fathurrahman, berbahasa Arab, yaitu pada halaman 523. disebutkan bahwa
nama Allah itu tertulis didalam Al-Quran sebanyak 2.696 tempat.
Apa kiranya hikmah yang dapat kita ambil mengapa begitu banyak nama Allah, Zat yang maha Esa itu
bagi kita?
Allah, Zat yang maha esa, berpesan :
Wahai Hambaku janganlah kamu sekalian lupa kepada namaku
Maksudnya : Allah itu namaku dan Zatku, dan tidak akan pernah bercerai, Namaku dan Zatku itu satu.
Allah Swt juga telah menurunkan 100 kitab kepada para nabi-nabinya, kemudian ditambah 4 kitab lagi
sehingga jumlah keseluruhan kitab yang telah diturunkan-Nya berjumlah 104 buah kitab, dan yang 103
buah kitab itu rahasianya terhimpun didalam Al-Qurannul karim, dan rahasia Al-Qurannul karim itu pun
rahasianya terletak pada kalimah ALLAH.
Begitu pula dengan kalimah La Ilaha Ilallah, jika ditulis dalam bahasa arab ada 12 huruf, dan jika
digugurkan 8 huruf pada awal kalimah La Ilaha Ilallah, maka akan tertinggal 4 huruf saja, yaitu Allah.
Mana kalimah ALLAH itu adalah sebuah nama saja, sekalipun digugurkan satu persatu nilainya tidak
akan pernah berkurang, bahkan akan mengandung mana dan arti yang mendalam, dan mengandung
rahasia penting bagi kehidupan kita selaku umat manusia yang telah diciptakan oleh Allah Swt dalam
bentuk yang paling sempurna.
ALLAH jika diarabkan maka Ia akan berhuruf dasar Alif, Lam diawal, Lam diakhir dan Ha. Seandai kata
ingin kita melihat kesempurnaannya maka gugurkanlah satu persatu atau huruf demi hurufnya.
Gugurkan huruf pertamanya, yaitu huruf Alif () , maka akan tersisa 3 huruf saja dan bunyinya tidak
Allah lagi tetapi akan berbunyi Lillah, artinya bagi Allah, dari Allah, kepada Allahlah kembalinya segala
makhluk.
Gugurkan huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal () , maka akan tersisa 2 huruf saja dan bunyinya
tidak lillah lagi tetapi akan berbunyi Lahu.
Lahu Mafissamawati wal Ardi, artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada pada tujuh lapis langit dan
tujuh lapis bumi.
Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ), maka akan tersisa 1 huruf saja dan bunyinya
tidak lahu lagi tetapi Hu, Huwal haiyul qayum, artinya Zat Allah yang hidup dan berdiri sendirinya.
Kalimah HU ringkasnya dari kalimah Huwa, sebenarnya setiap kalimah Huwa, artinya Zat, misalnya :
Qul Huwallahu Ahad., artinya Zat yang bersifat kesempurnaan yang dinamai Allah. Yang dimaksud
kalimah HU itu menjadi berbunyi AH, artinya Zat.
Bagi sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi amal bathin, yaitu HU,
kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLAH, kebawah tiada berbatas dan keatas tiada terhingga.

Perhatikan beberapa pengguguran pengguguran dibawah ini :


Ketahui pula olehmu, jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam ( ) pertama dan Lam ()
keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir (dipangkal dan diakhir), yaitu huruf
Alif dan huruf Ha (dibaca AH).
Kalimah ini (AH) tidak dibaca lagi dengan nafas yang keluar masuk dan tidak dibaca lagi dengan nafas
keatas atau kebawah tetapi hanya dibaca dengan titik.
Kalimah AH, jika dituliskan dengan huruf Arab, terdiri 2 huruf, artinya dalam bahasa disebutkan
INTAHA (Kesudahan dan keakhiran), seandai saja kita berjalan mencari Allah tentu akan ada
permulaannya dan tentunya juga akan ada kesudahannya, akan tetapi kalau sudah sampai lafald Zikir AH,
maka sampailah perjalanan itu ketujuan yang dimaksudkan. (Silahkan bertanya kepada akhlinya)
Selanjutnya gugurkan Huruf Awalnya, yaitu huruf ALIF dan gugurkan huruf akhirnya, yaitu huruf HA,
maka akan tersisa 2 buah huruf ditengahnya yaitu huruf LAM pertama (Lam Alif) dan huruf LAM kedua
( La Nafiah). Qaidah para sufi menyatakan tujuannya adalah Jika berkata LA (Tidak ada Tuhan), ILLA
(Ada Tuhan), Nafi mengandung Isbat, Isbat mengandung Nafi tiada bercerai atau terpisah Nafi dan Isbat
itu.
Selanjutnya gugurkan huruf LAM kedua dan huruf HU, maka yang tertinggal juga dua huruf, yaitu huruf
Alif dan huruf Lam yang pertama, kedua huruf yang tertinggal itu dinamai Alif Lam Latif dan kedua
huruf itu menunjukkan Zat Allah, maksudnya Marifat yang semarifatnya dalam artian yang mendalam,
bahwa kalimah Allah bukan NAKIRAH, kalimah Allah adalah Marifat, yakni Isyarat dari huruf Alif dan
Lam yang pertama pada awal kalimah ALLAH.
Gugurkan tiga huruf sekaligus, yaitu huruf LAM pertama, LAM kedua, dan HU maka tinggallah huruf
yang paling tunggal dari segala yang tunggal, yaitu huruf Alif (Alif tunggal yang berdiri sendirinya).
Berilah tanda pada huruf Alif yang tunggal itu dengan tanda Atas, Bawah dan depan, maka akan
berbunyi : A.I.U dan setiap berbunyi A maka dipahamhan Ada Zat Allah, begitu pula dengan bunyi I dan
U, dipahamkan Ada Zat Allah dan jika semua bunyi itu (A.I.U) dipahamkan Ada Zat Allah, berarti segala
bunyi/suara didalam alam, baik itu yang terbit atau datangnya dari alam Nasar yang empat (Tanah, Air,
Angin dan Api) maupun yang datangnya dan keluar dari mulut makhluk Ada Zat Allah.
Penegasannya bunyi atau suara yang datang dan terbit dari apa saja kesemuanya itu berbunyi ALLAH,
nama dari Zat yang maha Esa sedangkan huruf Alif itulah dasar (asal) dari huruf Arab yang banyaknya
ada 28 huruf.
Dengan demikian maka jika kita melihat huruf Alif maka seakan-akan kita telah melihat 28 huruf yang
ada. Lihat dan perhatikan sebuah biji pada tumbuh-tumbuhan, dari biji itulah asal usul segala urat, batang,
daun, ranting, dahan dan buahnya.
Syuhudul Wahdah Fil Kasrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah.
Pandang yang satu kepada yang banyak dan pandang yang banyak kepada yang satu maka yang ada
hanya satu saja yaitu satu Zat dan dari Zat itulah datangnya Alam beserta isinya.
Al-Quran yang jumlah ayatnya 6666 ayat akan terhimpun kedalam Suratul Fatekha, dan Suratul Fatekha
itu akan terhimpun pada Basmallah, dan Basmallah itupun akan terhimpun pada huruf BA, dan huruf BA

akan terhimpun pada titiknya (Nuktah). Jika kita tilik dengan jeli maka titik itulah yang akan menjadi
segala huruf, terlihat banyak padahal ia satu dan terlihat satu padahal ia banyak.
Selanjutnya Huruf-huruf lafald Allah yang telah digugurkan maka tinggallah empat huruf yang ada diatas
lafald Allah tadi, yaitu huruf TASYDID (bergigi tiga, terdiri dari tiga huruf Alif) diatas Tasydid adalagi
satu huruf Alif.
Keempat huruf Tasydid itu adalah isyarat bahwa Tuhan itu Ada, maka wajib bagi kita untuk
mentauhidkan Asma Allah, Afal Allah, Sifat Allah dan Zat Allah.
Langkah terakhir gugurkan keseluruhannya, maka yang akan tinggal adalah kosong.
LA SAUTUN WALA HARFUN, artinya tidak ada huruf dan tiada suara, inilah kalam Allah yang Qadim,
tidak bercerai dan terpisah sifat dengan Zat.
Tarku Mayiwallah (meninggalkan selain Allah) Zat Allah saja yang ada.
La Maujuda Illallah (tidak ada yang ada hanya Allah).
Sembilan kali sudah kita menggugurkan kalimah Allah, seandainya juga belum dapat dipahami maka
tanyakanlah kepada akhlinya.

Anda mungkin juga menyukai