Pengurangan Waktu Setup Menggunakan Metode Smed Serta Pengurangan Waktu Proses Produksi Dan Perakitan Menggunakan Metode Most
Pengurangan Waktu Setup Menggunakan Metode Smed Serta Pengurangan Waktu Proses Produksi Dan Perakitan Menggunakan Metode Most
Pengurangan Waktu Setup Menggunakan Metode Smed Serta Pengurangan Waktu Proses Produksi Dan Perakitan Menggunakan Metode Most
Disusun Oleh :
RIZKI NURUL FATHIA
063.12.017
Paraf
Pembimbing
PembimbingPendamping
Pembimbing
Paraf Pembimbing
Pendamping
Abstract
PT Panasonic Manufacturing Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur
yang melakukan proses produksi dan perakitan produk. Sebagai perusahaan yang melakukan proses produksi
dan perakitan produk Air Conditioner, Air Conditioner Business Unit PT Panasonic Manufacturing Indonesia
seringkali terjadi permasalahan terkait pencapaian target harian produksi untuk produk Air Conditioner Model
CS-YN9RKJ. Identifikasi masalah dengan diagram ishikawa menunjukkan bahwa waktu setup mesin yang lama
dipengaruhi oleh lamanya waktu setup mesin Fin Press FIX 18. Sedangkan, lamanya waktu pembuatan
evaporator dan perakitan produk dipengaruhi oleh metode gerakan operator yang tidak sesuai standar.
Lamanya waktu pembuatan evaporator juga disebabkan oleh tata letak (layout) yang tidak berdekatan antar
stasiun kerja. SMED (Single Minute Exchange Of Dies) adalah salah satu metode improvement dari Lean
Manufacturing yang digunakan untuk mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setup pergantian
dari memproduksi satu jenis produk ke model produk lainnya. Metode ini digunakan untuk mengurangi lamanya
waktu setup mesin Fin Press FIX 18. Dari usulan perbaikan menggunakan metode SMED diperoleh waktu setup
mesin Fin Press Fix 18 selama 931.15 detik yaitu adanya pengurangan waktu setup sebanyak 54.27%. Metode
MOST (Maynard Operation Sequence Tecnique) adalah salah satu teknik predetermined time system untuk
pengukuran waktu yang disusun berdasarkan urutan sub-sub aktivitas atau gerakan. Metode ini digunakan
untuk mengurangi waktu proses pembuatan evaporator dan perakitan Air Conditioner Model CS-YN9RKJ.
Usulan perbaikan yaitu melakukan perubahan gerakan dan postur tubuh operator. Selain itu, usulan perbaikan
untuk proses pembuatan evaporator adalah melakukan perubahan tata letak (layout) stasiun kerja, sedangkan
untuk proses perakitan adalah mengurangi elemen kerja operator. Dari usulan perbaikan menggunakan metode
MOST diperoleh waktu proses pembuatan evaporator selama 1082.42 detik yaitu adanya pengurangan waktu
sebanyak 19.47%. Sedangkan, waktu proses perakitan selama 393.27 detik yaitu adanya pengurangan waktu
sebanyak 29%. Hasil usulan perbaikan menggunakan metode SMED dan MOST adalah pengurangan
Manufacturing Lead Time selama 423415 detik atau adanya pengurangan Manufacturing Lead Time sebanyak
23 %.
Kata Kunci : SMED, MOST, Setup Mesin, Perakitan, Manufacturing Lead Time
1.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
PT Panasonic Manufacturing Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
manufaktur yang melakukan proses produksi dan perakitan produk. Sebagai perusahaan yang
melakukan proses produksi dan perakitan produk Air Conditioner, Air Conditioner Business Unit PT
Panasonic Manufacturing Indonesia seringkali terjadi permasalahan terkait pencapaian target harian
produksi untuk produk Air Conditioner Model CS-YN9RKJ. Identifikasi masalah dengan diagram
ishikawa menunjukkan bahwa waktu setup mesin yang lama dipengaruhi oleh lamanya waktu setup
mesin Fin Press FIX 18. Sedangkan, lamanya waktu pembuatan evaporator dan perakitan produk
dipengaruhi oleh metode gerakan operator yang tidak sesuai standar. Lamanya waktu pembuatan
evaporator juga disebabkan oleh tata letak (layout) yang tidak berdekatan antar stasiun kerja.
1. 1
Rumusan Masalah
Permasalahan yang dihadapi oleh
Air Conditioner Business Unit PT Panasonic
Manufacturing Indonesia adalah tidak tercapainya target produksi harian untuk pembuatan Air
Conditioner. Berdasarkan pengamatan, data aktual dan dan wawancara yang dilakukan dengan pihak
perusahaan, masalah yang sedang dihadapi adalah tidak tercapainya target harian produksi
dikarenakan lamanya waktu setup mesin pada mesin Fin Press FIX 18, lamanya proses pembuatan
evaporator di lini produksi serta lamanya waktu perakitan produk Air Conditioner Cooling System
(CS) atau unit dalam ruangan yang dipengaruhi oleh metode gerakan operator yang tidak sesuai
standar. Lamanya waktu pembuatan evaporator juga disebabkan oleh tata letak (layout) yang tidak
berdekatan antar stasiun kerja.
1. 2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan di Air Conditioner Business Unit PT Panasonic
Manufacturing Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi waktu setup mesin Fin Press FIX 18 pada proses produksi produk Air
Conditioner menggunakan metode SMED (Single Minute Exchange of Dies).
2. Mengurangi waktu proses pembuatan evaporator dan perakitan produk Air Conditioner model
CS-YN9RKJ di Line CS (Cooling System) menggunakan metode MOST (Maynard Operation
Sequence Technique).
1. 3
Batasan Masalah
Batasan Masalah yang digunakan dalam penelitian di Air Conditioner Business Unit PT
Panasonic Manufacturing Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Penelitian difokuskan untuk produk Air Conditioner yang sering mengalami target harian
produksi yang tidak tercapai yaitu Air Conditioner Model CS-YN9RKJ.
2. Penelitian hanya dilakukan di stasiun kerja Fin Press FIX 18.
3. Penelitian hanya dilakukan di stasiun kerja yang memproduksi evaporator untuk komponen
perakitan produk Air Conditioner Cooling System (CS).
4. Penelitian hanya dilakukan di lini perakitan produk Air Conditioner Cooling System (CS) atau
unit dalam ruangan produk Air Conditioner.
2.
2.1
2.1.1
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran Waktu
Pengukuran Waktu Jam Henti
Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan pengukuran pendahuluan adalah sebagai
berikut :
1) Menghitung standar deviasi dari waktu penyelesaian
=
2
..........
1
(1)
N =
( 2 )( )2
...... (2)
N =
( 2 )( )2
......... (3)
( 2 )( )2
=
......... (4)
Aktivitas Ganda
Therblig
Seorang tokoh yang meneliti gerakan-gerakan dasar secara mendalam adalah Frank B.Gilbert
beserta istrinya. Ia menguraikan gerakan kedalam 17 gerakan dasar atau elemen gerakan yang dinamai
Terblig.(Sutalaksana, 2000)
2.4
3.
Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan suatu proses kerangka pikir yang sistematis yang terdiri dari
beberapa tahapan penelitian sehingga penelitian yang dilakukan lebih terarah untuk menuju kepada
suatu solusi dan penyelesaian hasil yang lebih baik. Tahapan penelitian didalamnya terdiri dari
penelitian pendahuluan, identifikasi masalah, studi pustaka, tujuan penelitian, pengumpulan data,
pengolahan data, analisa dan usulan serta kesimpulan dan saran.
Start
Penelitian Pendahuluan :
1. Melakukan pengamatan setup mesin Fin Press FIX 18
2. Melakukan pengamatan gerakan operator pada proses
pembuatan evaporator dan perakitan produk Air
Conditioner unit dalam ruangan di Line CS (Cooling
System)
3. Wawancara dengan kepala produksi dan supervisor di
lantai produksi
Studi Pustaka
Identifikasi Masalah :
Permasalahan tidak tercapainya target harian
produksi disebabkan lamanya waktu setup mesin pada
mesin Fin Press FIX 18 serta lamanya waktu pembuatan
evaporator dan perakitan produk yang dipengaruhi oleh
metode gerakan operator yang tidak sesuai standar
dalam proses pembuatan evaporator dan perakitan di
Line CS. Lamanya waktu pembuatan evaporator juga
disebabkan oleh tata letak (layout) yang tidak
berdekatan antar stasiun kerja.
Tujuan Penelitian :
1.
Mengurangi waktu setup mesin Fin Press FIX 18
pada proses produksi produk Air Conditioner menggunakan
metode SMED (Single Minute Exchange of Dies)
2.
Mengurangi waktu proses pembuatan evaporator
dan perakitan produk Air Conditioner model CS-YN9RKJ
di Line CS (Cooling System) menggunakan metode MOST
(Maynard Operation Sequence Technique)
Pengumpulan Data
Data primer :
- Melakukan pengamatan terhadap metode
kerja atau gerakan operator
- Menghitung waktu setup mesin Fin Press FIX
18, waktu operasi, waktu perakitan, waktu
inspeksi dan waktu perpindahan menggunakan
stopwatch
- Melakukan wawancara dengan kepala
produksi dan supervisor di lantai produksi
Data sekunder :
- Mencatat data umum perusahaan, data aktual dan
target produksi harian Air Conditioner pada bulan
Agustus, September dan Oktober tahun 2015 di Air
Conditioner Business Unit PT Panasonic
Manufacturing Indonesia
Pengolahan Data
Metode SMED :
- Melakukan pengukuran pendahuluan
- Uji keseragaman dan kecukupan data
- Menghitung waktu siklus,waktu normal dan
waktu baku setiap kegiatan setup mesin Fin Press
FIX 18
- Memisahkan internal setup dan eksternal setup
- Mengubah internal setup menjadi eksternal setup
Metode MOST :
- Mengukur waktu standar metode kerja sekarang
- Memperbaiki metode kerja sekarang
- Mengukur waktu standar metode kerja usulan
End
Keterangan
Stasiun Kerja
Hairpin Bender
Fin Press FIX 18
Expand Evaporator
Cutting Evaporator
Konveyor
Oven
Painting Evaporator
Line CS
4.2
Metode SMED (Single Minute Exchange Of Dies) untuk Mengurangi Lamanya Waktu
Setup Mesin Fin Press FIX 18
4.2.1 Tahap A
Tahap A, di mana perusahaan tidak membuat perbedaan antara operasi pengaturan internal
dan eksternal dan akibatnya mesin tetap menganggur untuk waktu yang sangat lama. Dari hasil
pengambilan data secara aktual di lantai produksi, diperoleh 40 aktivitas setup mesin Fin Press FIX 18
dan juga total waktu baku untuk seluruh aktivitas yaitu selama 2167.52 detik setara dengan 33 menit
56.15 detik.
4.2.2
Tahap B
Tahap B, di mana perusahaan memisahkan operasi setup internal dari operasi setup eksternal.
Dari hasil pengamatan tidak terdapat adanya operasi setup eksternal dan dalam hal ini berarti semua
kegiatan setup mesin dilakukan oleh operator saat mesin tidak beroperasi, sehingga tidak ada
pengurangan waktu setup mesin Fin Press FIX 18. Dalam tahap ini waktu setup mesin Fin Press FIX
6
18 masih tetap atau sama dengan tahap A yaitu selama 2167.52 detik setara dengan 33 menit 56.15
detik.
4.2.3 Tahap C
Tahap C, di mana perusahaan mengkonversi secara maksimum operasi setup internal maupun
eksternal. Dalam tahap ini dilakukan perubahan kegiatan atau operasi yang bisa dilakukan perubahan
dari operasi setup internal menjadi eksternal untuk menghemat waktu setup mesin. Berikut ini Tabel 2.
yang menampilkan perubahan operasi internal menjadi eksternal setup pada mesin Fin Press FIX 18.
Tabel 2. Perubahan Operasi Internal menjadi Eksternal Setup pada Mesin Fin Press FIX 18
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Dari tahap ini terdapat pengurangan waktu setup mesin Fin Press Fix 18 selama 1105 detik
atau pengurangan waktu sebesar 54.27 % dari waktu setup awal sebelum dilakukan usulan perbaikan
menggunakan metode SMED. Pengurangan waktu merupakan hasil perubahan 17 operasi internal
setup menjadi eksternal setup dimana operasi yang awalnya dilakukan ketika mesin dihentikan atau
tidak beroperasi bisa dilakukan saat mesin sedang beroperasi.
4.2.4
Tahap D
Tahap D, memperlancar semua aspek operasi setup. Fase ini bertujuan untuk perbaikan
sistematis dari setiap dasar pengoperasian setup internal dan eksternal, pengembangan solusi untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang berbeda dalam cara yang lebih mudah, lebih cepat dan lebih aman.
Pada tahap ini yaitu memparalelkan atau menggabungkan operasi setup eksternal untuk
mempermudah dan mempersingkat waktu setup mesin. Setelah melihat data setup internal dan
eksternal mesin Fin Press FIX 18, diperoleh empat macam aktivitas yang bisa diparalelkan untuk
mempersingkat waktu setup mesin. Berikut ini Tabel 3. yang menunjukkan kegiatan memparalelkan
operasi eksternal setup pada mesin Fin Press FIX 18.
Tabel 3. Memparalelkan Operasi Eksternal Setup pada Mesin Fin Press FIX 18
No
Alasan
Aktivitas mengambil gunting bisa dilakukan satu kali saja,
aktivitas mengambil gunting juga bisa dilakukan bersamaan
dengan mengambil papan pola dan lakban karena diambil
pada kotak tools yang sama untuk mempersingkat waktu
4.3
Metode MOST (Maynard Operation Sequence Tecnique) untuk Mengukur Waktu Proses
Pembuatan Evaporator dan Perakitan Air Conditioner Model CS-YN9RKJ
4.3.1 Parameter Indeks Proses Pembuatan Evaporator
Parameter indeks ditentukan dari tabel MOST berdasarkan elemen kerja yang dikerjakan.
Contoh parameter indeks proses awal pembuatan evaporator terdapat pada elemen pekerjaan ke-2
yaitu operator menjangkau hasil pemotongan material yang terletak di mesin hairpin bender sejauh 2
langkah kemudian operator membungkuk dan duduk dengan posisi lutut menyentuh lantai.
Pengendalian pada objek yang ringan yaitu seberat 0.5 kg dengan menempatkan objek ke trolley
sejauh jangkauan tangan. Tangan, kaki dan tubuh digerakkan untuk merubah posisi tubuh
membungkuk menjadi berdiri, tanpa penyesuaian dan tidak ada gerakan kembali. Model urutan pada
elemen pekerjaan ke-2 adalah A1B10G1A1B10P1A0 dengan total indeks 24.
Usulan perbaikan elemen pekerjaan ke-2 operator yaitu postur tubuh operator membungkuk
dan duduk dengan posisi lutut menyentuh lantai diubah menjadi posisi berdiri dan kegiatan tangan,
kaki serta tubuh yang digerakkan untuk merubah posisi tubuh membungkuk menjadi berdiri
dihilangkan. Sehingga model urutan pada elemen pekerjaan ke-2 adalah A1B0G1A1B0P1A0 dengan
total indeks 4.
4.3.2 Parameter Indeks Proses Perakitan Air Conditioner Model CS-YN9RKJ
Contoh parameter indeks proses awal pembuatan perakitan Air Conditioner Model CSYN9RKJ terdapat pada elemen pekerjaan ke-145 yaitu operator membawa unit ke pallet sejauh 6
langkah dengan postur tubuh berdiri tanpa gerakan tubuh secara menyeluruh. Pengendalian pada objek
yang berat yaitu seberat 19 kg dengan menempatkan unit sejauh jangkauan tangan. Kemudian tubuh
membungkuk dan bangkit untuk kembali berdiri. Objek diletakkan begitu saja dan operator kembali ke
posisi semula sejauh 6 langkah. Model urutan pada elemen pekerjaan ke-145 adalah
A10B0G3A1B6P1A10 dengan total indeks 31.
Usulan perbaikan elemen pekerjaan ke-145 operator yaitu langkah operator untuk membawa
unit ke pallet awal sejauh 6 langkah diubah menjadi 2 langkah. Gerakan tubuh membungkuk dan
bangkit untuk kembali berdiri diubah menjadi posisi berdiri tanpa gerakan tubuh secara menyeluruh.
Gerakan operator kembali ke posisi semula sejauh 6 langkah diubah menjadi 2 langkah. Sehingga
model urutan pada elemen pekerjaan ke-145 adalah A1B0G3A1B0P1A1 dengan total indeks 7.
Setelah dilakukan perhitungan waktu baku dengan menggunakan metode MOST, berikut ini
Tabel 4. yang menunjukkan perbedaan sebelum dan sesudah perbaikan menggunakan metode MOST.
Dari hasil pengukuran waktu metode kerja usulan menggunakan metode MOST diperoleh
waktu baku sebesar 1082.42 detik yaitu adanya pengurangan waktu sebesar 261.73 detik dari metode
kerja awal proses pembuatan 1 unit evaporator dengan membuat usulan perbaikan tata letak (layout)..
Sedangkan, usulan perbaikan untuk perakitan yaitu 117 elemen pekerjaan dengan pengurangan 28
elemen pekerjaan dari metode kerja awal. Hasil pengukuran waktu metode kerja usulan menggunakan
metode MOST diperoleh waktu baku sebesar 393.27 detik yaitu adanya pengurangan waktu sebesar
160.58 detik dari metode kerja awal dalam proses perakitan 1 unit Air Conditioner model CSYN9RKJ di Line CS (Cooling System).
4.4
5.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dan perhitungan yang dilakukan di Air Conditioner Business Unit
PT Panasonic Manufacturing Indonesia dapat disimpulkan bahwa :
1. Waktu setup kegiatan mesin Fin Press FIX 18 awal yaitu selama 2036.15 detik dan setelah
dilakukan penerapan metode SMED waktu setup mesin yang dibutuhkan yaitu selama 931.15
detik. Hasil dari penerapan metode MOST adalah pengurangan waktu setup mesin Fin Press
Fix 18 selama 1105 detik atau adanya pengurangan waktu setup mesin sebanyak 54.27 %.
2. Hasil pengukuran waktu menggunakan metode MOST pada metode kerja awal proses
pembuatan evaporator diperoleh waktu (TMU) sebesar 29710 dengan waktu baku selama
1344.15 detik untuk proses pembuatan 1 unit evaporator. Dari hasil usulan perbaikan
diperoleh waktu (TMU) sebesar 23490 dengan waktu baku selama 1082.42 detik yaitu adanya
pengurangan waktu sebesar 261.73 detik atau pengurangan waktu sebesar 19.47% dari metode
kerja awal proses pembuatan 1 unit evaporator. Sedangkan, pengukuran waktu metode kerja
awal pada proses perakitan Air Conditioner model CS-YN9RKJ diperoleh waktu (TMU)
sebesar 12330 dengan waktu baku selama 553.85 detik untuk proses perakitan 1 unit Air
Conditioner model CS-YN9RKJ. Dari hasil usulan perbaikan diperoleh waktu (TMU) sebesar
8670 dengan waktu baku selama 393.27 detik yaitu adanya pengurangan waktu sebesar
160.58 detik atau pengurangan waktu sebesar 29% dari metode kerja awal proses perakitan
Air Conditioner model CS-YN9RKJ.
3. Manufacturing Lead Time awal adalah selama 1900036 detik dan setelah dilakukan
penerapan metode SMED dan MOST adalah selama 11476621 detik. Hasil penerapan metode
SMED dan MOST adalah pengurangan Manufacturing Lead Time selama 423415 detik atau
adanya pengurangan Manufacturing Lead Time sebanyak 23 %.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Sutalaksana, IZ, Ruhana A., J.H.Tjakraatmadja. (2000). Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Jurusan
Teknik Industri ITB.
Wignjosoebroto, Sritomo. (2000). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya : Penerbit Guna
Widya.
Shingo, Shiego. (1983). A Revolution in Manufacturing: The SMED System. Massachusetts.
Niebel, B. W. (1988). Motion and Time Study. Irwin, Honewood, Illinois.
Barnes, Ralph M. (1980). Motion and Time Study, Design and Measurement of work .Seventh
Edition. New York: John Willey & Sons.
Fogarty, Donald W., Blackstone, John H. Jr., and Hoffman, T. R. (1991). Production and Inventory
Management. Second Edition. Cincinnati, Ohio : South Western Publishing Co.
N.C.A, Mohd., S.S.S, Mohd. (2012). The Effectiveness of the Single Minute Exchange of Die
(SMED) Technique for the Productivity Improvement. International Journal of Sciences :
Basic and Applied Research (IJSBAR). ISSN : 2307-453, Volume 5, No.1, pp 9-13.
Tanjung Toan Saravanan, Karim, A.N.M., Emrul Kays, H.M., Amin, A.K.M.N., Hasan, M.H. (2014).
Journal Improvement of Workflow and Productivity through Application of Maynard
Operation Sequence Technique (MOST). International Conference on Industrial Engineering
and Operations Management Bali, Indonesia . Malaysia : SAutomotive Industry Sdn Bhd and
Department of Manufacturing and Materials Engineering. International Islamic University.
Belokar, R. M., Dhull, Y., Nain, S., and Nain, S. (2012). Optimization of Time by Elimination
Unproductive Activities through MOST. International Journal of Innovative Technology and
Exploring Engineering (IJITEE). ISSN : 2278-3075, Volume-, Issue-1.
Kanda, R., Akhai, S., Bansal, R. (2013). Analysis of Most Technique for Elimination of Ideal Time by
Synchronization of Different Lines. International Journal of Research Advent Technology.
Volume 1, Issue 4. India : Department of Mechanical Engineering, PEC University of
Technology, Candigargh.
10