Potensi Masalah Kewarganegaraan Ganda
Potensi Masalah Kewarganegaraan Ganda
Potensi Masalah Kewarganegaraan Ganda
Sumber:
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/08/160817_indonesia_kewargane
garaan_ganda dilansir pukul 10.44 WIB.
Analisis Berita
Kewarganegaraan merupakan suatu masalah yang sangat penting bagi hidup
seseorang karena menyangkut kehidupan sehari-hari seseorang dalam lapangan hukum
publik dan lapangan hukum privat1. Penentuan kewarganegaraan dapat dikatakan
sebagai langkah awal dalam mendapatkan peran di dalam masyarakat serta teritorial
suatu negara yang dapat berdampak pada setiap aspek negara.
Penentuan status kewarganegaraan merupakan hak mutlak dari negara yang
bersangkutan2. Setiap negara dapat menentukan sendiri dengan bebas siapakah yang
dikehendakinya sebagai warga negara. Hal ini dipandang sebagai suatu hak yang tidak
dapat dilepaskan dari kedaulatan masing-masing negara3.
Indonesia menganut Ius Sangunis dan Ius Soli (secara terbatas) dalam penentuan
status kewarganegaraan4. Oleh karena menganut asas Ius Sanguinis dan Ius Soli, maka
terdapat status kewarganegaraan ganda pada anak yang belum berusia 18 tahun atau
belum menikah. Namun, status kewarganegaraan ganda tersebut tidak berlaku lagi
setelah anak tersebut mencapai usia 18 tahun, ditandai dengan kewajiban memilih
kewarganegaraannya. Hal ini disebabkan oleh peraturan kewarganegaraan Indonesia
yang umumnya merupakan warisan sistem hukum Belanda sampai saat ini tidak
memperbolehkan warganegaranya untuk memperoleh status kewarganegaraan ganda.
1 J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto, Pelajaran Hukum Indonesia, Cet. 3 (Jakarta : Gunung
Agung, 1957) hal. 9.
Terkait pada status kewarganegaraan, diaspora yang sudah tinggal cukup lama di
luar negeri memiliki kesempatan untuk mendapatkan kewarganegaraan dari negara yang
ditinggalinya setelah memenuhi salah satu persyaratan yaitu tinggal selama batas waktu
yang ditentukan oleh negara yang bersangkutan. Proses pewarganegaraan ini dapat
berupa permanent residency atau hak untuk menetap jangka panjang, yang kemudian
dapat ditingkatka menjadi hak untuk menjadi warga negara5.
Meskipun terdapat kemudahan bagi seorang warga negara asing untuk
mendapatkan kewarganegaraan dari negara yang ditinggalinya, namun pada faktanya
tidak seluruh negara di dunia memperbolehkan adanya kewarganegaraan ganda dalam
arti sempit. Catatan Aliansi Pelangi Antar Bangsa (APAB) pada tahun 2006, dari 198
negara, 53 negara memperbolehkan kewarganegaraan ganda dengan tidak adanya
atau hampir tidak adanya larangan khusus, 5 negara memperbolehkan kewarganegaraan
ganda secara umum dengan cukup banyak larangan khusus, 37 negara tidak
memperbolehkan kewarganegaraan ganda tetapi dengan cukup banyak kekecualian
khusus, dan 15 negara tidak memperbolehkan kewarganegaraan ganda dengan tidak
adanya atau hampir tidak adanya kekecualian khusus6. Pada permasalahan ini, Indonesia
merupakan satu dari 37 negara yang memperbolehkan kewarganegaraan ganda dengan
kekecualian khusus yaitu kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan
WNI dan WNA di bawah umur 18 tahun. Namun, terkait pada kemungkinan terjadinya
pewarganegaraan bagi diaspora yang tinggal cukup lama di luar negeri dan segala
keuntungan yang mungkin didapatkan dari pemasukan warga negara Indonesia di
negara lain, maka dirancangkanlah revisi UU Kewarganegaraan Republik Indonesia
dengan menghapuskan kewarganegaraan ganda terbatas menjadi Indonesia yang
mengenal kewarganegaraan ganda.
Pada pelaksanaan dan penerapan asas kewarganegaraan ganda bagi Indonesia terlepas
dari segala keuntungan seperti akses pada welfare system maupun transfer teknologi dan
investasi dari diaspora Indonesia ke dalam negeri akan timbul potensi masalah
5 Novianti, Kajian Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam Perspektif
Hukum Internasional, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data, dan Informasi Sekretariat Jenderal
DPR RI, Kajian Vol 19 No. 4 Desember 2015 hlm. 312.
6 Aliansi Pelangi Antar Bangsa, Komparasi Hukum Atau Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan
Yang Berlaku Di Indonesia Dan Negara-Negara Lain, disusun untuk dipakai sebagai bahan
pertimbangan bagi Badan Legislasi DPR-Rl, 2006, tanpa halaman.
10 Ibid.
negara, yang mayoritas akan dialami warga negara di negara lamanya. Persoalan ketiga,
yaitu persoalan yang paling sering diutarakan, adalah akan terdapat persaingan lapangan
kerja antara warga negara asli dengan pendatang.
Baik melihat dari sudut pandang affirmatif maupun negatif, sudah sepatutnya setiap
kebijakan dari pemegang kekuasaan untuk kembali berpegang pada nilai fundamental
dari negara Indonesia. Kesetiaan pada bangsa Indonesia tidak seharusnya dijual demi
keuntungan dari segi finansial yang sewaktu-waktu dapat menurun dalam hitungan
kuantitas.