Bahan Pidato
Bahan Pidato
Bahan Pidato
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
4.
B.
Adapun rumusan masalah yang akan kita uraikan dalam makalah ini, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tujuan Penulisan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Mengetahui bagaimana menyempurnakan naskah pidato berdasarkan
suntingan
8.
9.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Berpidato
Berpidato merupakan salah satu wujud kegiatan berbahasa lisan. Sebagai wujud
berbahasa lisan, berpidato mementingkan ekspresi gagasan dan penalaran dengan
menggunakan bahasa lisan yang didukung oleh aspek-aspek nonkebahasaan
(ekspresi wajah, gesture, kontak pandang,dll.). Dengan demikian berpidato adalah
kegiatan menyampaikan gagasan secara lisan dengan menggunakan penalaran
yang tepat serta memanfaatkan aspek-aspek nonkebahasaan yang dapat
mendukung keefisienan dan keefektifan pengungkapan gagasan kepada orang
banyak dalam suatu acara tertentu.
Pidato ialah kegiatan berbahasa lisan. (Cermat Berbahasa Indonesia, hal 228:
2009). Pidato adalah berucap didepan umum untuk tujuan tertentu. (Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia, hal 455 : 2005). Jadi, Pidato adalah sebuah kegiatan
berbicara atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan
gambaran tentang suatu hal yang ditujukan untuk orang banyak. Pidato biasanya
dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang
suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato adalah salah
satu teori dari pelajaran bahasa indonesia. Pidato banyak jenisnya, di antaranya,
pidato sambutan yang disampaikan pada awal sebuah acara atau pidato
kenegaraan yang disampaikan oleh presiden. Pidato yang baik dapat memberikan
suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan
berpidato atau berbicara yang baik di depan umum dapat membantu untuk
mencapai jenjang karier yang baik. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan,
Tujuan Pidato
4.
Entertain, bertujuan memberikan penyegaran kepada pendengar dan
membuat pendengar itu senang dan puas dengan pidato yang disampaikan.
C.
Pidato yang baik ditandai oleh kriteria (a) isinya sesuai dengan kegiatan yang
sedang berlangsung, (b) isinya menggugah dan bermanfaat bagi pendengar, (c)
isinya tidak menimbulkan pertentangan sara, (d) isinya jelas, (e) isinya benar dan
objektif, (f) bahasa yang digunakan mudah dipahami pendengarnya, dan (g)
disampaikan secara santun, rendah hati, dan bersahabat.
Seseorang harus menguasai unsur kebahasaan secara baik dan juga unsur
nonkebahasaan, misalnya keberanian, ketenangan, kesanggupan melakukan reaksi
yang cepat dan tepat, kesanggupan menyampaikan gagasan atau ide secara lancar
dan teratur, dan kesanggupan memperlihatkan sikap dan gerak-gerik yang tidak
canggung.
Menurut Gorys Keraf, ada tujuh langkah yang perlu diperhatikan dalam
mempersiapkan pidato yang baik.
1.
2.
3.
4.
Mengumpulkan bahan
5.
6.
7.
Ketujuh langkah tersebut diperingkas menjadi tiga langkah, yaitu menelitih masalah
(1, 2, dan 3), menyusun uraian (4, 5, dan 6), dan mengadakan latihan (7).
D.
Tata cara berpidato merujuk kepada langkah-langkah dan uraian untuk memula,
mengembangkan, dan mengakhiri pidato. Etika berpidato merujuk kepada nilainilai kepatutan yang perlu diperhtikan dan dijunjung ketika berpidato.
Langkah-langkah dan uruttan berpidato secara umum diawali dengan pembukaa,
sajian isi, dan penutup.
1.
Pembukaan biasanya berisi sapaan kepada pihak-pihak yang diundang atau
yang hadir dalam suatu acara. Beberapa cara yang dapat digunakan seorang
pembicara untuk membuka pidatonya: (a) Dengan memperkenalkan diri. (b)
Membuka pidato dengan humor. (c) Membuka pidato dengan pendahuluan secara
umum.
2.
Sajian isi merupakan hasil penjabaran gagasan pokok, sajian isi perlu di rinci
sesuai dengan waktu yang disediakan. Pada bagian ini pokok pembahasan
ditampilkan dengan terlebih dahulu mengemukakan latar belakang
permasalahannya.Pokok pembicaraan dikemukakan sedemikian rupa sehingga
tampak jelas kaitannya dengan kepentingan para audience.
3.
Pembahasan. Bagian ini merupakan kesatuan, yang berisi alasan-alasan
yang mendukung hal-hal yang dikemukakan pada bagian isi. Pada bagian ini
biasanya berisi berbagai hal tentang penjelasan, alasan-alasan, bukti-bukti yang
mendukung, ilustrasi, angka-angka dan perbandingan, kontras-kontras, baganbagan, model, dan humor yang relevan.
4.
Penutup pidato berisi penegasan kembali gagasan pokok yang telah
dipaparkan dalam sajian isi, harapan, dan ucapan terima kasih atas partisipasi
semua pihak dalam acara sedang berlangsung. Penutup pidato ini terdiri atas
bagian simpulan dan harapan- harapan. a) Simpulan. Sebuah teks pidato yang baik
harus memuat sebuah kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat disampaikan
langsung oleh orang yang berpidato (tersurat), dapat juga pendengar
Sedangkan keuntunganya:
a.
b.
c.
d.
e.
a.
berpakaian dengan rapi dan bersih, tetapi, tidak bergayapamer dengan
memakai perhiasan atau pakaian yang berlebihan.
b.
menggunakan kata-kata sopan dan jangan memperlihatkan keangkuhan,
kesombongan, atau, kepongahan, tetapi dengan rendah hati.
c.
jika pidato panjang, agar tidak membosankan pendengar hendaknya
diselingi humor, namun humor itu harus sopan.
2.
Jika berpidato di hadapan wanita atau sebagian besar wanita dan yang
berpidato pria, perhatikanlah kata-kata yang digunakan, hendaknya jangan sampai
menyinggung perasaan.
3.
Bila berpidato di hadapan orang-orang terkemuka, hendaknya
mempersiapkan diri dengan sempurna; dengan demikian keyakinan kita akan
tumbuh; selain itu kita tidak perlu merasa rendah diri.
4.
Jika berpidato di hadapan sesama golongan, kita harus terbuka dan terus
terang dan dapat agak santai, namun jangan melupakan tata krama.
5.
Jika yang mendengarkan pidato kita itu pelajar atau mahasiswa, kita harus
mampu menyakinkan mereka argumentasi yang logis.
6.
Jika berpidato di hadapan pemeluk suatu agama, kita harus menjaga jangan
sampai ada satu ucapan pun yang menyinggung martabat suatu agama.
7.
Jika yang mendengarkan pidato kita itu masyarakat desa, gunakanlah katakata atau kalimat yang sederhana sehingga pidato kita itu mudah dimengerti.
E.
Menulis naskah pidato perlu dilakukan apabila kegiatan pidato yang akan dilakukan
memang dipersiapkan sebelumnya. Akan tetapi, apabila kegiatan berpidato itu
dilakukan secara spontan tentu tidak perlu menulis naskah pidato sebelum kegiatan
pidato dilakukan. Menulis naskah pidato hakikatnya dalah menuangkan gagasan ke
dalam bentuk bahasa tertulis yang siap dilisankan melalui kegiatan berpidato.
Pilihan kosa kata dan kalimat-kalimat serta paragraf dalam menulis naskah pidato
sesungguhnya tidak jauh berbeda apabila dibandingkan dengan kegiatan menulis
untuk menghasilkan naskah lain. Situasi resmi atau kurang resmi akan menentukan
pilihan kosa kata dalam menulis naskah pidato. Dengan demikian, sekalipun naskah
pidato itu merupakan bahan tulis yang akan dilisankan, sehingga konteks kelisanan
perlu diperhatikan.
F.
Isi, bahasa, dan penalaran dalam naskah pidato menjadi sasaran penyuntingan.
Isinya dicermati kembali apakah telah sesuai dengan tujuan pidato, calon
pendengar, dan kegiatan yang digelar. Selain itu, isinya juga dipastikan apakah
benar, representatif, dan mengandung informasi yang relevan dengan konteks
pidato. Penyuntingan terhadap bahasa diarahkan pada pilihan kosa kata, kalimat,
dan penyusunan paragraf. Ketepatan pilihan kosa kata, kalimat, dan satuan-satuan
gagasan dalam paragraf menjadi perhatian utama dalam kegiatan penyuntingan ini.
Sedangkan penalaran dalam naskah pidato juga disunting untuk memastikan
apakah isi dalam naskah pidato telah dikembangkan dengan menggunakan
penalaran yang tepat, misalnya dengan pola induktif, deduktif, dan campuran.
G.
Sistematika berpidato
2.
Menyampaikan pendahuluan yang biasanya dilahirkan dalam ucapan terima
kasih, atau ungkapan kegembiraan atau rasa syukur;
3.
Menyampaikan isi pidato yang diucapkan dengan jelas dengan
menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar dan dengan gaya bahasa
yang menarik;
4.
Menyampaikan kesimpulan dari isi pidato supaya mudah diingat oleh
pendengar;
5.
Menyampaikan harapan yang berisi anjuran atau ajakan kepada pendengar
untuk melaksanakan isi pidato; dan
6.
I.
Pidato dapat disampaikan dalam dua cara, yakni pidato tanpa teks dan pidato
dengan membacakan teks. Pidato tanpa teks disebut juga dengan pidato
ekstemporan. Pidato ini dilakukan dengan cara menuliskan pokok-pokok pikirannya.
Kemudian ia menyampaikannya dengan kata-katanya sendiri. Ia menggunakan
catatan itu untuk mengingatkannya tentang urutan dan ide-ide penting yang
hendak disampaikan, metode ekstemporan dianggap paling baik, karena itu pidato
Inilah yang sering digunakan oleh banyak pembicara. Pidato dengan membacakan
teks disebut juga pidato naskah. Dalam hal ini juru pidato membacakan pidato yang
telah dipersiapkannya terlebih dahulu. Pidato dengan membacakan teks, akan
terkesan kaku apabila kita tidak pandai-pandai dalam menyampaikannya. Apalagi
bila kegiatan tersebut tanpa disertai dengan ekspresi, intonasi suara,dan kesiapan
mental yang memadai, pidato yang kita sampaikan betul-betul tidak menarik.
Efektivitas pidato dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya pelafalan, intonasi,
nada, dan sikap berpidato.
1.
Lafal adalah ucapan bunyi-bunyi bahasa. Setiap bahasa cenderung
mempunyai karakteristik bunyi tertentu, oleh karena itu ketika berpidato dalam
bahasa Indonesia pembicara harus menggunakan lafal baku yang dimiliki oleh
bahasa Indonesia.
2.
Intonasi mempunyai dua fungsi pokok: Pertama, intonasi menentukan makna
kalimat yang kita ucapkan, dengan intonasi yang berbeda, klausa sama dapat
menjadi kalimat berita, tanya, atau perintah hanya karena perbedaan intonasi
kalimat. Berdiri dengan rileks, jangan tegang atau kaku. Kedua, intonasi dapat
mempengaruhi daya persuasi pidato. Dengan penggunaan intonasi yang tepat
pembawa pidato dapat membujuk, mempengaruhi atau meyakinkan pendengarnya.
Oleh karena itu daya tarik pidato juga sangat ditentukan ketetapan penggunaan
intonasinya.
3.
Nada adalah tinggi atau rendahnya suara ketika berpidato. Kualitas nada
biasanya ditentukan oleh cepat atau lambatnya pita suara bergetar, jika pita suara
bergetar cepat maka nada yang dihasilkan akan tinggi, tetapi jika pita suara
bergetar lambat, nada yang dihasilkan adalah rendah. Dalam proses berpidato nada
mempunyai fungsi yang cukup penting, walaupun dalam bahasa Indonesia nada
tidak bersifat distingtif, tatapi penggunaannya dapat mempengaruhi daya tarik dan
efektifitas pidato. Untuk itu penggunaan nada tertentu dalam pidato tidak bisa
sewenang- wenang, penggunaannya didasari oleh kesadaran akan fungsinya di
dalam mengefektifkan proses penyampaian dan pemahaman pidato. Pidato yang
efektif biasanya menggunakan nada yang bervariasi.Variasi nada ini sejalan dengan
beragam kalimat yang digunakan dalam pidato itu, ketika isi pidato mengajak
seseorang untuk bangkit dari keterpurukan, maka nada tinggi lebih tepat untuk
digunakan. Namun manakala beralih kepada duka cita, maka nada tinggi bukanlah
pilihan yang tepat. Dengan kata lain penggunaan nada yang tinggi atau rendah
sangat ditentukan oleh isi kalimat yang dituturkan serta harus sesuai dengan
keadaan.
4.
Sikap merupakan unsur non bahasa, tetapi sangat mempengaruhi efektifitas
pidato, sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi seseorang terhadap diri
dan lingkungannya. Berikut ini beberapa bentuk sikap yang baik dilakukan pada
saat berpidato :
a.
Sopan.
b.
c.
d.
e.
f.
J.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
a)
b)
c)
d)
isinya jelas,
e)
f)
g)
3.
Menurut Gorys Keraf, ada tujuh langkah yang perlu diperhatikan dalam
mempersiapkan pidato yang baik.
a.
b.
c.
d.
Mengumpulkan bahan.
e.
f.
g.
4.
Menulis naskah pidato hakikatnya adalah menuangkan gagasan ke dalam
bentuk bahasa tertulis yang siap dilisankan melalui kegiatan berpidato.
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Montefiore, Simon Sebag. 2009. Pidato-pidato yang mengubah dunia. Surabaya:
Erlangga.
Ramly, dkk. 2013. Pengembangan Kepribadian Bahasa Indonesia. Makassar: UNM.