Laporan Pembuatan Kompos

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

L A P O R A N P E M B U A TA N K O M P O S

rabu, 07 oktober 2015

PEMBUATAN KOMPOS
I.

II.

III.

Tujuan percobaan
Membuat pupuk organic / kompos dengan menggunakan EM4
Alat dan bahan
1. Alat yang digunakan
Kantong polibag 2kg, 2buah
Thermometer 100oc,1buah
Batang pengaduk , 1buah
Baskom,1buah
Gelas kimia 100ml , 1buah
2. Bahan yang digunnakan
EM4/stardex, 20 ml
Sampah kota 20kg
Tetes tebu/gula , 10ml
Air secukupnya
Pupuk kandang 2 kg
Dasar teori
Pengomposan dapat didefinisikan sebagai degradasi biokimia bahan organic menjadi
humus . bentuk sederhana pengomposan dilakukan secara anaerobic yang sering menimbulkan
gas seperti indol , skatol dan merkaptan pada suhu rendah . proses pengomposan sacara
anaerobic membutuhkan oksigen yang cukup dan tidak menghasilkan gas yang berbahaya seperti
pada anaerobic ( gumbira,e,1992).
Proses pengomposan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti ukuran , bahan , kadar
air , aerasi , ph , suhu dan perbandingan C dan N . ukuran partikel penting karena bakteri dan
jamur akan lebih mudah hidupp pada ukuran partikel yang lebih kecil .
Kadar air yang optimum penting untuk menghasilkan kompos yang baik karena semua
organism membutuhkan air bagi kelangsungan hidupnya . air adalah bahan penting protoplasma
sel yang berfungsi sebagai pelarut makanan . kadar air dibawah 20% mengakibatkan proses
metabolism terhambat dan berjalan lambat jika kadar air diatas 60%.
Ketersedian oksigen pada proses pengomposan secara aerobic merupakan hal yang
penting . proses yang dilakukan secara aerobic lebih efisien dari pada hal yang penting . proses
yang dilakukan secara aerobic lebih efisien dari pada anaerobic dalam mengurangi bahan organic
.
Mikroorganisme sensitive terhadap perbuhan suhu proses mikroorganisme mesofilik
hidup pada suhu 8 45 oc dan termofilik tumbuh dan aktif di bawah suhu 65oc , tetapi aktivitas
biologisnya dapat berlangsung sampai suhu 65 90oc .

Aktivitas organism dipertinggi dengan adanya nutrient yaitu karbon C sebagai sumber
energy dan nitrogen N sebagai zat pembentuk protoplasma . energy dibutuhkan dalam jumlah
yang lebih banyak dari pada zat pembentuk protoplasma sehingga karbon lebih banyak
dibutuhkan dari pada nitrogen . perbandingan C dengan N yang efektif untuk pengomposan yaitu
25 : 23.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang
dapat dipercepat secara artifisial oleh populasiberbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat,
lembap,
dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi
dari
J.H.
Crawford,
2003).
Sedangkanpengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat
kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih
cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,
pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan
organik sampah mencapai 80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang
sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah
organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan
lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakartamenghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di mana
sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh
seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah
organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk
organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005)
Jenis jenis kompos

Kompos cacing (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari bahan organik yang dicerna
oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing tersebut.

Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa penggilingan tebu di pabrik gula.

Kompos bokashi.
Manfaat kompos
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah
dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.
Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan
kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah.
Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi
serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman
yang dipupuk dengan pupuk kimia, seperti menjadikan hasil panen lebih tahan disimpan, lebih
berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :

1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah
organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Aspek bagi tanah/tanaman:


Meningkatkan kesuburan tanah
Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang granulasi,
memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik
terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada
fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat
kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara
oleh tanaman (Gaur, 1980).
Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan pertumbuhan
tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos memberikan peningkatan
kadar Kaliumpada tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK, namun
kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih baik
dibandingkan dengan NPK.
Hasil
penelitian
Handayani,
2009,
berdasarkan
hasil uji
Duncan, pupuk
cacing (vermicompost) memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada pertumbuhan bibit
Salam (Eugenia polyanthaWight) pada media tanam subsoil. Indikatornya terdapat pada
diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penambahan pupuk
anorganik tidak memberikan efek apapun pada pertumbuhan bibit, mengingat media
tanam subsoil merupakan media tanam dengan pH yang rendah sehingga penyerapan hara tidak
optimal. Pemberian kompos akan menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan
kapasitas tukar kation tanah dan memengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam
keadaan masam.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut
Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos bagase (kompos yang dibuat dari ampas tebu)
yang diaplikasikan pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L) meningkatkan penyerapan
nitrogen secara signifikan setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa
kompos, namun tidak ada peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosfor, kalium,
dan sulfur. Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak
meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun diperkirakan dapat
meningkatkan rendemen gula dalam tebu.

FAK T O R YAN G M E M E N G A R U H I P R O S E S P E N G O M P O S A N
Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan
yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk
mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka
organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang
optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.
Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:

Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba
memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada
rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis
protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein
sehingga dekomposisi berjalan lambat.
Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan
utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas
tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan
mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena
kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.

Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas
akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan
lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk
meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan
tersebut.
Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara
alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar
dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas
dan kandungan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses
anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
Porositas
Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan
mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan
udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh
air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.

Kelembaban (Moisture content)


Kelembapan memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba
dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat
memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembapan 40 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%,
aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembapan 15%.
Apabila kelembapan lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya
aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau
tidak sedap.

Temperatur/suhu
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan
konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan
semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada
tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba
dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan
membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses
pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8
hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan
pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan
menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa
yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH
kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
Kandungan Hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam
kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses
pengomposan.
Kandungan Bahan Berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan
mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang
termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses
pengomposan.
Lama pengomposan
Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode
pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan.
Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun
hingga kompos benar-benar matang.

IV.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

1)
2)
3)
4)
5)

1)
2)

Prosedur kerja
EM4 dan tetes tebu / gula dicampurkan
Sampah kota dihancurkan lalu dicampurkan merata dengan pupuk kandang .
Larutan EM4 disiram ke dalam padatan tersebut sehingga merata , kemudian ditutup .
Setiap 5 jam , temperature operasi dicatat hingga hari ke 5
Bila temperature diats 50oc , tutup dibuka dan dicampurkan dibolak balik , kemudian bagian
atas ditutup kembali .
Setelah hari ke 6 campuran tersebut telah menjadi pupuk .
Simpan pupuk dalam kantong / karung plastic yang telah disediakan
Mengamati warna dan tekstur kompos .
Menganalisa karakteristik kompos dengan mengukur C dan N nya .
Prosedur analisis
Analisis N dengan metode kjedal
Proses destrusi
Sampel kompos ditimbang 0,5062gr
Memasukan kedalam tabung destruksi
Tambahakan 7,5 gr kjedal dan 20gr H2SO4 .
Masukan batu didih kedalam tabung destruksi
Lakukan pemanasan , jika larutan dalam tabung telah berubah warna menjadi hijau kebiruan
selama lebih kurang 2 jam , selanjutnya didinginkan sampai suhu kamar .
Proses destilas
Memasukan cuplikan kedalam labu destilasi dan diencerkan dengan 100 ml aquadest dan
destilat ditampung didalam 100ml H3BO3 2% dan 3 tetes mix indicator .
Titrasi destilat dengan HCL 0,1 N
perhitungan :
%N = ( V1-V2 ) .N.F x 14 x 100%
E

Ketrangan : v1
V1
V2
F
N
E

V.

= volume titrasi sampel


= volume titrasi blanko
= factor asam
= normalitas asam
= berat sampel

Data pengamatan
sampel pH

Jumlah kadar air

Berat

kertas Suhu

Berat kompos

Berat

kertas

saringan awal

1
2
3
VI.

10
10
10

56,13 %
55,77 %
51, 17 %

0,4545 gr
0,4642 gr
0,4982 gr

28 oc
28 oc
28 oc

4 , 9864 gr
4 , 9697 gr
4 , 9864 gr

saring
+
kompos setelah
kering
2,3867 gr
2,4034 gr
2, 6780 gr

Perhitungan
1) Menghitung kadar air
Sampel 1
= berat kompos + kertas saring awal ) ( berat kertas saring + kompos setelah kering ) x 100 %
Berat kertas saring awal + kompos
= ( 0,4545 gr + 4,9864 gr ) ( 2,3867 gr ) x 100 %
( 0,4545 gr + 4, 9864 gr )
= 5,4409 2,3867 x 100 %
5, 4409
= 56 , 13 %

Sampel 2
= ( 0,4642 gr + 4,9697 gr ) 2,4034 gr x 100 %
0,4642 gr + 4,9697 gr
= 5,4339 2,4034 x 100%
5,4338
= 55 , 77 %
Sampel 3
= ( 0,4982 gr + 4,9864 gr ) 2,678 gr x 100%
0,4982 gr + 4,9864
= 5,4846 2,678 x 100%
5,4846
= 51 , 17 %
VII.

Analisa percobaan
Pada pratikum kali ini bertujuan untuk membuat kompos dengan menggunakan EM4 .
pada percobaan kompos kali ini menggunakan limbah sayur dan EM4 . limbah sayur yang sudah
tuidak digunakan lagi dipotong potong dengan sangat kecil agar mudah terurai oleh
mikroorganisme . mikroorganisme yang digunakan adalah EM4 . EM4 merupakan campuran dari
berbagai organism yang bermanfaat .
Limbah sayur yang sudah dipotong potong selanjutnya ditambahkan dengan serbuk
kayu diaduk hingga rata , ditambahakan pupuk kandang dan diratakan kembali lalu disemprotkan

dengan menggunakan EM4 . selanjutnya dipindahkan kedalam polibag /. Didiamkan selama satu
minggu , setelah itu diukur dengan kertas pH untuk mengetahui kadar pHnya . sedangkan untuk
mengetahui kadar airnya , sampel kompos dikeringkan didalam oven .

VIII.
a.
b.
c.
d.
e.

IX.
I.

Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
Kompos adalah hasil pembusukan bahan bahan organic yang hancur dan menghasilkan tanah
yang baru dan mengandung unsure hara yang tinggi yang baik untuk pertumbuhan tanaman .
Faktor faktor yang mempengaruhi pembusukan kompos yaitu faktor lingkungan , ukuran
bahan bahan yang digunakan kadar air , aerasi , pH , suhu , serta perbandingan C dan N .
Kadar air yang terdapat pada kompos sampel 1 = 56, 13 %
Kadar air yang terdapat pada kompos sampel 2 = 55, 77 %
Kadar air yang terdapat pada kompos sampel 3 = 51 , 17 %

Daftar pustaka
Jobsheet . teknik pengolahan limbah . politeknik negri sriwijaya . Palembang . 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/kompos

Gambar alat

LAPORAN TETAP TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH


PEMBUATAN KOMPOS
Oleh :
Arin Putri Dilla
Astria Utami
Bambang Sugiarto
M. Nabil
M . Farhan
Pusta Aryani
Wahyu Sisilia Deviana

061330400337
061330400339
061330400341
061330400348
061330400351
061330400353
061330400359

Instruktur pembimbing : Hilwatullisan, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2014
AB 1. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Beberapa lahan dan tanah pertanian pada saat ini mengalami kerusakan
dan penurunan tingkat kesuburan tanah yang sangat memerlukan solusi

penanganan secara efektif dan maksimal. Hal ini dapat mengakibatkan


dampak yang besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya.
Pupuk memegang peranan yang sangat penting di dalam budidaya
tanaman. Tanaman membutuhkan pupuk yang sesuai untuk memenuhi
kebutuhan unsur hara dan agar dapat tumbuh serta berkembang dengan
baik. Penggunaan bahan-bahan alami seperti kompos memberikan
keuntungan bagi tanah, tanaman dan lingkungan. Proses pembuatan
kompos juga menjadi salah satu solusi masalah sampah yang semakin
memerlukan penanganan yang bijaksana.
Berdasarkan kenyataan di lapangan, persediaan bahan organik pada
lahan pertanian sedikit demi sedikit semakin berkurang. Jika hal tersebut
tidak ditambah dan segera diperbaiki oleh petani maka penurunan
produksi akan terjadi pada tanaman-tanaman pertanian, seperti padi,
palawija dan sayuran. dan keterampilan petani dalam masalah
penggunaan pupuk bokasi secara praktis di lapangan. Pemanfaatan
bahan-bahan organik seperti yang dihasilkan dari limbah ternak telah
banyak dilakukan. Limbah organik yang dihasilkan oleh ternak memiliki
potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan menjadi pupuk kompos.
Pengolahan pupuk kompos dapat dilakukan dengan hanya menimbun
limbah organik tersebut dalam tanah untuk ditunggu selama kurang lebih
tiga bulan dan kemudian menjadi kompos, atau dapat dilakukan dengan
bantuan mikroorganisme khusus yang dapat mengubah sampah organik
tersebut menjadi pupuk kompos dalam hitungan hari.
Kata bokashi berasal dari bahasa jepang yang artinya kira-kira bahanbahan organik yang sudah diuraikan (difermentasi). Pupuk bokasi
merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang terbuat dari campuran
antara bahan-bahan organik dan pupuk kandang yang difermentasi atau
didekomposisi oleh mikroorganisme. Bokashi adalah hasil fermentasi
bahan-bahan organik seperti sekam, serbuk gergajian, jerami, kotoran
hewan dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut difermentasikan dengan
bantuan mikroorganisme aktivator yang mempercepat proses fermentasi.
Campuran mikroorganisme yang digunakan untuk mempercepat
fermentasi dikenal sebagai effective microorganism (EM). Penggunaan EM
tidak hanya mempercepat proses fermentasi tetapi juga menekan bau
yang biasanya muncul pada proses penguraian bahan organik.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan pupuk kompos / bokashi yang
berasal dari limbah pertanian.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses
pembuatan pupuk kompos / bokashi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Saat ini ada beberapa jenis pupuk organik sebagai pupuk alam
berdasarkan bahan dasarnya, yaitu pupuk kandang, kompos, humus,
pupuk hijau, dan pupuk mikroba. Sedangkan ditinjau dari bentuknya ada
pupuk organik cair dan ada pupuk organik padat. Sebagai contoh kompos
merupakan contoh pupuk organik padat yang dibuat dari bahan organik
padat (tumbuh-tumbuhan), sedangkan thilurine adalah pupuk organik cair
yang dibuat dari bahan organik cair (urine sapi). Pupuk organik dapat
dibuat dari limbah, contohnya limbah peternakan sapi perah, baik berupa
feses maupun urinenya dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk organik.
(Musnamar, 2003). Upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan secara
berkelanjutan adalah melalui terobosan inovasi teknologi yang mengarah
pada efisiensi usahatani dengan memanfaatkan sumberdaya lokal.
Pelestarian lingkungan produksi, termasuk mempertahankan kandungan
bahan organik tanah dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai
sumber bahan organik tanah, diharapkan mampu meningkatkan produksi
padi. Bahan organik selain dapat meningkatkan kandungan C-organik
tanah, juga merupakan sumber hara. Penambahan bahan organik
merupakan suatu tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman yang
dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Salah satu sumber
bahan organik lokal yang mudah diperoleh dan cukup potensial sebagai
sumber bahan organik tanah adalah jerami padi (Sirappa, 2007).
Pemupukan yang tidak berimbang dan dalam pemakaian jangka panjang
dapat menurunkan pH tanah. Pemupukan secara organik mampu
berperan memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada di tanah
sehingga mampu membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar
tanaman . Selain itu, pupuk organik mengandung unsur hara yang
lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Kondisi ini
tidak dimiliki oleh pupuk buatan (Gomies, 2012). Kompos merupakan sisa
bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik
yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis
tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami,
sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman
jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk
kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang,
dan cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di
antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola. Kompos
digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos
yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan
menurunnya temperatur kompos di bawah 400C (Praatmaja, 2006).

Kompos diketahui mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi


tanah. Kompos mengandung hara makro dan mikro namun secara umum
kadarnya rendah bergantung dari jenis bahan organiknya, Oleh karena itu
diperlukan sumber hara lain yang berkadar hara tinggi yang dapat
meningkatkan kadar hara kompos. Kompos akan meningkatkan
kesuburan tanah, merangsang perakaran yang sehat. Kompos
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan
organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang
bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos.
Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari
tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu
tanaman menghadapi serangan penyakit. lewat proses alamiah. Namun
proses tersebut berlangsung lama sekali padahal kebutuhan akan tanah
yang subur sudah mendesak. Oleh karenanya proses tersebut perlu
dipercepat dengan bantuan manusia. Dengan cara yang baik, proses
mempercepat pembuatan kompos berlangsung wajar sehingga bisa
diperoleh kompos yang berkualitas baik (Murbandono, 2000).
Pengomposan adalah proses dekomposisi terkendali secara biologis
terhadap limbah padat organik diubah menyerupai tanah seperti halnya
humus atau mulsa. Kompos telah dipergunakan secara meluas selama
ratusan tahun dalam menangani limbah pertanian sekaligus sebagai
pupuk alami tanaman (Hadiwiyoto,1983). Pupuk kandang yang telah siap
diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak, dan
baunya telah berkurang. Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk
kandang belum siap digunakan. Penggunaan pupuk yang belum matang
akan menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan
tanaman. Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah dengan cara
dibenamkan, sehingga penguapan unsur hara akibat prose kimia dalam
tanah dapat dikurangi. Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair
paling bauk dilakukan setelah tanaman tumbuh, sehingga unsur hara
yang terdapat dalam pupuk kandang cair ini akan cepat diserap oleh
tanaman (Sulistyorini, 2005).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengelolaan Limbah dalam pembuatan pupuk bokashi
dilaksanakan pada tanggal 29 November 2012 pukul 14.00 WIB di Jurusan
Hama Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Pengaduk
2. Alat tulis
3.2.2 Bahan
1. Jerami / Daun sisa tanaman / Buah rusak
2. Arang sekam / Serbuk gergaji
3. Bekatul
4. Tetes / larutan gula pasir
5. EM4
6. Air Secukupnya
3.3 Cara Kerja
1. Melarutkan EM4 dan tetes ke dalam air (komposisi 2cc EM4 tets 4cc per
liter air). Sebaiknya larutan tersebut dibiarkan selama 24 jam terlebih
dahulu, dengan maksud untuk member kesempatan agar bakteri EM4
bisa tumbuh lebih kuat.
2. Kotoran hewan / jerami / sisa tanaman / buah rusak dicampur merata
dengan serbuk gergaji, dan dicampur dedak dicampur secara merata.
3. Siramkan larutan nomor 1 secara perlahan lahan ke dalam adonan
nomor 2 dan diaduk aduk secara merata sampai kandungan air dalam
adonan mencapai 60% (tidak boleh terlalu encer dan kurang air).
4. Adonan digundukkan / di ler / di tiris di tempat yang kering dengan
ketinggian 15 -20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni selama 3-4
hari di tempat yang tidak terkena sinar matahari.
5. Setelah 4 hari bokashi telah selesai fermentasi dan siap digunakan
Khusus untuk bokashi kotoran ternak
6. Adonan yang sudah di ler /tiris, selanjutnya bagian permukaanya
ditaburi bekatul tipis tipis. Kemudian diberi larutan EM4 dan tetes yang
telah diencerkan.
7. Pertahankan suhu gundukan antara 40 -60 derajat C (hangat kuku). Bila
suhu lebih dari 50 derajat C karung dibuka dan gundukan adonan dibolak
balik, selanjutnya ditutup kembali dengan karung goni. Pengecekan
suhu dilakukan setiap 5 jam, jika suhu terlalu tinggi bokashi akan rusak
karena terjadi pembusukan.
8. Setelah 4 hari bokasi telah selesai fermentasi dan siap digunakan
sebagai pupuk organik.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Kelompok
1

Data Hasil Pengamatan


Perlakuan bahan
Hasil
Kotoran kambing
Bau: tidak berbau
Jerami
Warna : coklat kehitaman
Tekstur : menggumpal
Suhu : hangat
Kotoran sapi
Bau: tidak berbau ( bau tanah)
Sayuran
Warna : coklat
Buah
Tekstur : masir / remah
Suhu : hangat
Sayuran
Bau: sangat berbau
Warna : hitam
Tekstur : becek / menggumpal
Suhu : tidak hangat
Kotoran kambing
Bau: tidak berbau
Kotoran sapi
Warna : coklat
Tekstur : masir / remah
Suhu : hangat

Keterangan
Ada Jamur

Ada Jamur

Tidak Ada
Jamur
Tidak Ada
Jamur

4.2 Pembahasan
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi
atau peragian bahan organik (jerami, pupuk kandang, arang sekam,
serbuk gergaji, gulma, sisa tanaman tak berguna, sampah pasar) dengan
menggunakan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4). Pemanfaatan
EM (effective microorganism) dalam pembuatan kompos telah banyak
dilakuakan berdasarkan pada tingkat proses fermentasi yang lebih cepat
dan mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan,
membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada tambak
udang dan ikan. EM-4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme
yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian besar
mengandung mikroorganisme Lactobacillus sp. bakteri penghasil asam
laktat, serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik Streptomyces sp.
dan ragi. EM-4 mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah
organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan
aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, terlihat ada beberapa
perlakuan yang menampakkan hasil yang cukup baik yaitu kelompok 1, 2,
dan 4. Sementara, kelompok 3 belum menunjukkan keberhasilan proses
pengomposan berdasarkan indikator yang ada. Pupuk bokashibuatan
kelompok 1 menunjukkan tidak berbau, warna coklat kehitaman dengan
tekstur yang menggumpal dan suhu yang hangat disertai pertumbuhan
jamur. Untuk kelompok 2, baunya seperti tanah, warna coklat dengan

terkstur remah / pasir dan suhu yang hangat disertai pertumbuhan jamur.
Dan kelompok 4 menunjukkan tidak berbau, warna coklat dengan tektur
yang masir / remah dan suhu yang hangat namun tidak ada pertumbuhan
jamur. Berbeda dengan kelompok yang lain, kelompok 3 menunjukkan
indikator bau yang sangat berbau, warna hitam dengan tekstur yang
becek / menggumpal dan suhu yang tidak hangat serta tidak ada
pertumbuhan jamur.
Faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain :
1. Rasio C/N
Kecepatan dekomposisi bahan organik ditunjukkan oleh perubahan rasio
C/N. selama proses demineralisasi, rasio C/N bahan-bahan yang
mengandung N akan berkurang menurut waktu. Kecepatan kehilangan C
lebih besar daripada N sehingga diperoleh rasio C/N yang lebih rendah
(10-20). Apabila rasio C/N sudah mencapai angka tersebut, artinya proses
dekomposisi sudah mencapai tingkat akhir atau kompos sudah matang.
2. Suhu Pengomposan
Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap pengomposan. Suhu optimum
bagi pengomposan adalah 40 60oC. Jika suhu pengomposan mencapai
40oC, aktivitas mikroorganisme mesofil akan digantikan oleh
mikroorganisme termofil. Jika suhu mencapai 60oC, fungi akan berhenti
bekerja dan proses perombakan dilanjutkan oleh aktinomicetes serta
strain bakteri pembentuk spora.
3. Tingkat Keasaman pH
Salah satu faktor bagi pertumbuhan mikroorganisme yang terlibat dalam
proses pengomposan adalah tingkat keasaman. Karena itu, pengaturan
pH selama proses pengomposan perlu dilakukan. Pada awal
pengomposan, reaksi cenderung agak asam karena bahan organik yang
dirombak menghasilkan asam-asam organik sederhana. Namun pH akan
mulai naik sejalan dengan waktu pengomposan dan akhirnya akan stabil
pada pH sekitar netral.
4. Jenis Mikroorganisme yang terlibat
Proses pengomposan bila dipercepat dengan menambahkan starter atau
aktivator yang kandungannya berupa mikroorganisme (kultur bakteri),
enzim, dan asam humat. Mikroorganisme yang ada di dalam aktivator
akan merangsang aktivitas mikroorganisme yang ada dalam bahan
kompos sehingga cepat berkembang. Akibatnya, mikroorganisme yang
terlibat dalam pengomposan semakin banyak dan proses dekomposisi
akan semakin cepat.
5. Aerasi
Aerasi yang baik sangat dibutuhkan agar proses dekomposisi
(pengomposan) bahan organik berjalan lancar. Pada umumnya
pengaturan aerasi dilakukan dengan cara membalik-balikkan tumpukan
bahan kompos secara teratur.

6. Kelembapan
Kelembapan optimum untuk proses pengomposan aerobik sekitar 50-60%
setelah bahan organik dicampur. Selama proses pengomposan
berlangsung, kelembapan dalam tumpukan bahan kompos harus terus
dikontrol.
7. Ukuran Bahan Baku
Ukuran bahan baku kompos akan mempengaruhi kecepatan proses
pengomposan. Semakin kecil ukuran bahan proses pengomposan akan
semakin cepat berlangsung.
Untuk mengetahui tingkat kematangan kompos dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu :
a. Bau kompos.
Kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum. Apabila
kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi
anaerobik dan menghasilkan senyawasenyawa berbau yang mungkin
berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan
mentahnya berarti kompos masih belum matang.
b. Kekerasan bahan.
Kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. Bentuk
kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas
remas akan mudah hancur.
c. Warna kompos.
Kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam hitaman. Apabila
kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan
mentahnya berarti kompos tersebut belum matang. Selama proses
pengomposan pada permukaan kompos seringkali juga terlihat miselium
jamur yang berwarna putih.
d. Penyusutan.
Terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan
kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan
mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20
40 %. Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit, kemungkinan proses
pengomposan belum selesai dan kompos belum matang.
e. Suhu.
Suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal
pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50oC, berarti
proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum cukup
matang.
Terdapat beberapa manfaat dari penggunaan bokasi bagi tanaman,
diantaranya, pupuk kompos / bokashi sangat berperan dalam proses
pertumbuhan tanaman. Kompos tidak hanya menambah unsur hara,

tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh


dengan baik. Manfaat kompos bagi tanaman adalah :
1. Kompos memberikan nutrisi bagi tanaman Berdasarkan jumlah yang
dibutuhkan tanaman, unsure hara yang diperlukan dibagi menjadi dua
golongan. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam
jumlah banyak seperti Nitrogen (N), Posfor (P), dan Kalium (K). Unsur hara
mikro yaitu unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit seperti
Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Klor
(Cl), Molibdenum (Mo), dan lain-lain.
2. Kompos memperbaiki struktur tanah Kompos merupakan perekat pada
butir-butir tanah dan mampu menjadi penyeimbang tingkat kerekatan
tanah. Selain itu, kehadiran kompos pada tanah menjadi daya tarik bagi
mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah. Dengan
demikian, tanah yang semula keras dan sulit ditembus air dan udara, kini
dapat menjadi gembur akibat mikroorganisme. Struktur tanah yang
gembur sangat baik bagi tanaman.
3. Kompos meningkatkan kapasitas tukar kation Kapasitas tukar kation
(KTK) adalah sifat kimia yang berkaitan erat dengan kesuburan tanah.
Tanah dengan KTK tinggi lebih mampu menyediakan unsur hara dari pada
tanah dengan KTK rendah.
4. Kompos menambah kemampuan tanah untuk menahan air Tanah
mempunyai pori-pori, yaitu suatu bagian yang tidak terisi bahan padat.
Bagian yang tidak terisi ini akan diisi oleh air dan udara. Tanah yang
bercampur dengan bahan organik seperti kompos mempunyai pori-pori
dengan daya rekat yang lebih baik sehingga mampu mengikat serta
menahan ketersediaan air didalam tanah. Kompos dapat menahan erosi
secara langsung.
5. Kompos meningkatkan aktivitas biologi tanah Kompos berisi
mikroorganisme yang menguntungkan tanaman. Jika berada di dalam
tanah, kompos akan membantu kehidupan mikroorganisme di dalam
tanah. Selain berisi bakteri dan jamur dekomposer, keberadaan kompos
akan membuat tanah menjadi sejuk, kondisi ini disenangi oleh
mikroorganisme.
6. Kompos mampu meningkatkan pH pada tanah asam Unsure hara lebih
mudah diserap oleh tanaman kondisi pH tanah netral. Pada nilai ini, unsur
hara menjadi mudah larut di dalam air. Jika tanah semakin asam maka
dengan penambahan kompos pH tanah akan meningkat.
7. Kompos meningkatkan unsur hara mikro Disamping unsur hara makro,
kompos juga menyediakan unsur hara mikro yang sangat penting bagi
tanaman.
8. Kompos tidak menimbulkan masalah lingkungan Pupuk kimia dapat
menimbulkan masalah lingkungan yaitu dapat merusak keadaan tanah
dan air, sedangkan kompos justru memperbaiki sifat tanah dan
lingkungan.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan hasil pengamatan yang didapatkan, maka
dapat ditarik kesimpulan antara lain :
1. Pupuk kompos bokashi adalah pupuk organik yang diolah sedemikian
rupa dengan melalui proses fermentasi yang dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk organik untuk tanaman.
2. Faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain : Rasio
C/N, Suhu pengomposan, Tingkat Keasaman pH, Jenis mikroorganisme
yang terlibat, Aerasi, Kelembapan, Ukuran bahan baku.
3. Untuk melihat tingkat kematangan kompos dapat ditentukan dari Bau
kompos, Kekerasan bahan, Warna kompos, Penyusutan, Suhu.
4. Yang memiliki tingkat kegagalan tinggi adalah pembuatan pupuk
kompos bokashi dengan menggunakan bahan utama sayuran.
5.2 Saran
Dalam melaksanakan praktikum dan pengamatan hendaknya lebih serius
dan memperhatikan petunjuk/arahan dari asisten agar meminimalisir halhal yang tidak diinginkan dan praktikan diharapkan mampu
mengaplikasikan hasil dari praktikum ini agar dapat mengolah limbah
pertanian menjadi sesuatu yang lebih berguna.
DAFTAR PUSTAKA
Gomies.L dkk. 2012. Pengaruh Pupuk Organik Cair RI1 Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kubis Bunga (Brassica oleracea var.
botrytis L.). Agrologia, Vol. 1, No. 1, April 2012, Hal. 13-20.
Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan
Idayu. Jakarta.
Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Pramatmaja, W. A. 2008 Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Dusun
Karangbendo Banguntapan Bantul Yogyakarta. UUI. Yogyakarta.

Sirappa.M.P dan Razak.N. 2007. Kajian Penggunaan Pupuk Organik Dan


Anorganik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi Sawah. J. Agrivigor 6(3):
219-225.
Sulistyorini, L. 2005. Pengelolaan Sampah dengan Cara Menjadikannya
Kompos. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005: 77-84.

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN


PEMBUATAN PUPUK BOKASI (FIELD TRIP)

Oleh:
ANDIKA SEPTA S.B.H.
081510501139

JURUSAN HAMA PENYAKIT TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian secara alami yang ramah lingkungan saat ini banyak dilakukan
untuk menghasilkan bahan makanan yang aman, serta bebas dari bahan-bahan kimia yang

berbahaya dan beracun. Pembangunan pertanian alami ini semula hanya menerapkan sistem
pertanian organik, tetapi ternyata hasilnya hanya sedikit. Dalam tahun 1980-an, Prof Dr. Teruo
Higa memperkenalkan konsep EM atau Efektive Mikroorganisms pada praktek pertanian alami
tersebut. Teknologi EM ini telah dikembangkan dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah
dan meningkatkan produksi tanmaan, serta teknologi yang ramah lingkungan, menekan
pertumbuhan mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki efisiensi penggunaan
bahan organik oleh tanaman. Pada pembuatan bokashi sebagai salah satu pupuk organik, bahan
EM ternyata telah dapat meningkatkan pengaruh pupuk tersebut terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman.
Berdasarkan kenyataan di lapangan, persediaan bahan organik pada lahan pertanian
sedikit demi sedikit semakin berkurang. Jika hal tersebut tidak ditambah dan segera diperbaiki
oleh petani maka penurunan produksi akan terjadi pada tanaman-tanaman pertanian, seperti padi,
palawija dan sayuran. dan keterampilan petani dalam masalah penggunaan pupuk bokasi secara
praktis di lapangan.
Pemanfaatn bahan-bahan organic seperti yang dihasilkan dari limbah ternak telah banyak
dilakukan. Limbah organik yang dihasilkan oleh ternak memiliki potensi yang cukup tinggi
untuk dikembangkan menjadi pupuk kompos. Pengolahan pupuk kompos dapat dilakukan
dengan hanya menimbun limbah organik tersebut dalam tanah untuk ditunggu selama kurang
lebih tiga bulan dan kemudian menjadi kompos, atau dapat dilakukan dengan bantuan
mikroorganisme khusus yang dapat mengubah sampah organik tersebut menjadi pupuk kompos
dalam hitungan hari.

Melalui P4s (Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pedesaan Swadaya) yang


dikembangkan oleh bapak Sholikin dikembangkanlah pembuatan bokasi yang telah
terintegrasi dengan peternakan dalm pertanian. P4S tersebut merupakan lembaga
pendidikan atau pelatihan/pemagangan yang bergerak dibidang pertanian dan
pedesaan yang dimiliki dan dikelolah langsung oleh petani baik secara perorangan
maupun berkelompok. Lembaga ini berkembang karena keberhasilan petani dalam
melaksanakan usaha taninya.Model pembelajaran atau magang yang diterapkan
adalah sistem pertanian terpadu/Integrated Farming System (IFS)
Pusat pelatian ini tidak hanya memberikan materi dan praktek saja tetapi pada
tahap akhir peserta disuruh membuat rencana Tidak Lanjut (RTL) dan selalu
dievaluasi. Dengan adanya pusat pengembangan pembuatan bokasi tersebut dapat
meningkatkan taraf keseimbangan lingkungan serta mengubah taraf social dari
pelaku pertanian itu sendiri

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar para praktikan dapat mengetahui dan
memahami tentang:
1. Proses pembuatan bokashi.
2. Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan bokashi.
3. Kegunaan bokashi bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan
sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80%
merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan
kembali. sampah organik dibedakan menjadi sampah organik yang mudah membusuk
(misal: sisa makanan, sampah sayuran dan kulit buah) dan sampah organik yang tidak mudah
membusuk (misal : plastik dan kertas) (Anonymous, 2004).
Bokashi adalah fermentasi bahan organik (sisa panen, sekam, kotoran ternak dll) dengan
bantuan Effective Microorganisms. Aplikasi di lahan pertanian dapat membantu memperbaiki
struktur fisik kimia dan biologi tanah. Infomasi lebih lengkap mengenai Effektive
Mikroorganisme sebagai berikut: Diambil dari brosur PT Songgolangit Persada Effektive
Mikroorganisme atau yang dikenal dengan nama EM, ditemukan pertama kali oleh Prof. Teruo
Higa dari University Ryukyus, Okinawa, Jepang (Gasol, 2008).

Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau
peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4).
Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik (kompos) dapat
dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara konvensional.
Ada banyak merk EM yang beredar dipasaran baik buatan lokal maupun formula
import, misalnya Stardec, Orgadec dan EM4. Fungsinya sama karena
mengandung Azotobacter sp, Lactobacillus sp, ragi, bakteri fotosintetik dan jamur
pengurai selulosa.
Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar
lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang
atau serbuk gergajian. Namun bahan yang paling baik digunakan sebagai bahan

pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi yang sangat baik
untuk mikroorganisme(Kusumaningwarti, 2009)
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahanbahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik. Sedangkanpengomposan adalah proses dimana bahan organik
mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah
mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih
cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air
yang
cukup,
mengaturan
aerasi,
dan
penambahan
aktivator
pengomposan. (Handayani, 2009).
Sampah organik yang dihasilkan oleh proses pengemasan di tingkat pengepul tersebut
ternyata memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan menjadi pupuk kompos.
Pengolahan pupuk kompos dapat dilakukan dengan hanya menimbun samapah organik tersebut
dalam tanah untuk ditunggu selama kurang lebih tiga bulan dan kemudian menjadi kompos, atau
dapat dilakukan dengan bantuan mikroorganisme khusus yang dapat mengubah
sampah organik tersebut menjadi pupuk kompos dalam hitungan hari.
Terdapat beberapa macam mikroorganisme yang dapat digunakan untuk membantu dan
mempercepat pengomposan sampah organik agar menjadi pupuk kompos. Mikroorganisme
tersebut antara lain Streptomyces sp., Acetybacter sp., Actynomycetes sp.Dalam pengabdian yang
akan dilakukan ini, audiens akan diajarkan untuk menggunakan bahan aktivator untuk
mempercepat pembuatan kompos antara lain produk Dectro,OrgaDec, serta EM-4 yang
diproduksi (Gunam, 2007).
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan,
danlimbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman
yang
sering
digunakan
untuk
kompos
di
antaranya
jerami, sekam
padi,
tanaman pisang,gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari
ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan
ternakyang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di
antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola. Kompos digunakan dengan cara
menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah
matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos di bawah 400 C (Praatmaja, 2006).

Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya
tidak tampak, dan baunya telah berkurang. Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang
belum

siap

digunakan.

Penggunaan

pupuk

yang

belum

matang

akan

menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman. Penggunaan pupuk


kandang yang baik adalah dengan cara dibenamkan, sehingga penguapan unsur hara akibat
prose kimia dalam tanah dapat dikurangi. Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair
paling bauk dilakukan setelah tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang terdapat dalam pupuk
kandang cair ini akan cepat diserap oleh tanaman (Lilis, 2005).

BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengelolaan Limbah Pertanian acara V ( Pengolahan Sampah Organik
Menjadi Kompos) dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 11 Desember 2010 bertempat di Gumuk
Mas pada Pukul 08.00 WIB.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Kompos
2. Sampah organik
3. EM-4
4. Dedak
5. Molase
6. Air sumur
7. Kapur
3.2.2 Alat
1. Alat tulis
2. Kamera
3. Alat penunjang lainnya
3.3 Cara Kerja

1. Mendengarkan dan mencatat naeasumber memberikan materi mengenai pembuatan pupuk


bokashi.
2. Melihat proses pembuatan pupuk bokashi.
3. Mencatat proses pembuatannya serta didokumentasikan dengan mengabil gambar.

IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Kegiatan
Berikut ini merupakan hasil data yang telah didapatkan pada praktikum:
Pembuatan dan persiapan pembuatan pupuk bokasi

pencampuran bahan

vermentasi bahan

Pembuatan

dan persiapan pembuatan pupuk bokasi

pencampuran bahan

pembuatan bokasi granular

4.2 Pembahasan

Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau
peragian bahan organik (jerami, pupuk kandang, arang sekam, serbuk gergaji,
gulma, sisa tanaman tak berguna, sampah pasar) dengan menggunakan teknologi
EM4 (Effective Microorganisms 4). Pemanfaatn EM (evektive microorganism) dalam
pembuatan kompos telah banyak dilakuakan berdasarkan pada tingkat proses
fermentasi yang lebih cepat danmempercepat pengomposan sampah organik atau
kotoran hewan, membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada
tambak udang dan ikan. EM-4 merupakankultur campuran dari mikroorganisme
yang meng- untungkan bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian besar mengandung
mikroorganisme Lactobacillus sp. bakteri penghasil asam laktat, serta dalam jumlah
sedikit bakteri fotosintetik Streptomyces sp. dan ragi. EM-4 mampu meningkatkan
dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi
tanaman serta menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen.
EM-4 biasanya diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman
dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat

meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman


secara
berkelanjutan. Proses
pembuatan
pupuk organik
secara biasanya membutuhkan waktu 8 - 12 minggu, sedang apabila menggunakan
sistem baru (penambahan inokulan), yakni menggunakan EM-4 hanya
memerlukan waktu 4 sampai 8 minggu dan hasilnya lebih baik.
Terdapat beberapa keuntungan dalam aplikasi EM-4, yakni :
Menyiram tanaman (EM dicampur dengan air)
Dipergunakan pada hewan atau ikan
Menekan bau tak sedap toilet atau kandang
Meragikan kompos
EM5 penangkal hama serangga
Menjaga lingkungan
Pada pembuatan Bokashi EM4
Setiap jenis effective microorganisme mempunyai fungsi masing-masing dalam proses
fermentasi bahan organik, namun bakteri fotosintetik adalah pelaksana kegiatan EM yang
terpenting. Bakteri ini mendukung kegiatan mikroorganisme lain, di lain pihak bakteri ini
memanfaatkan zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme lain. Terdapat beberapa prinsip

dalam pembuatan bokasi. Prinsip-prinsip tersebut adalah :


Kelembaban kadar air 50%

Temperatur 40 50 0C

Tempat pembuatan dibawah naungan

Tempat penyimpanan ruang beratap

Air air sumber, sumur


Pada Fieldtrip tentang pembuatan pupuk bokashi dilakukan di Pusat Pelatihan Pertanian
dan Pedesaan Swadaya (P4.S) yang bertempat di Jl. Soekarno Hatta 44 Bagorejo, Gumukmas
Jember. Berdasarkan fieldtrip yang telah dilakukan, didapatkan informasi mengenai cara
pembuatan pupuk bokashi menggunakan kultur miroorganisme dalam proses pengomposan
yang berasal dari EM-4 dan bakteri ESSO yang telahdibiakkan sendiri oleh bapak Sholikin
dalam P4S. Pupuk organik yang dihasilkan juga ada dua macam yaitu pupuk organik yang
berbentuk seperti biasa/ remah (tanah) dan pupuk organik yang berbentuk granular.
Pembuatan kompos sendiri sebenarnya meniru proses terbentuknya humus dialam.
Melalui rekayasa kondisi lingkungan, kompos dapat dibuat serta dipercepat prosesnya hanya
dalam beberapa minggu. Waktu melebihi kecepatan pembentukan humus secara alami. Oleh
karena itu, kompos dapat tersedia dalam waktu yang relatif singkat. Pengomposan juga bertujuan

untuk menurunkan rasio C/N dan tergantung jenis tanamannya. Rasio C/N sisa tanaman yang
masih segar umumnya tinggi sehingga tidak mendekati rasio C/N tanah. Bila rasio bahan organik
yang memiliki rasio C/N tinggi tidak dikomposkan terlebih dahulu, maka proses penguraiannya
akan terjadi di tanah . Ini tentu kurang baik karena proses penguraian bahan segar dalam tanah
biasanya berjalan cepat karena kandungan air dan udaranya cukup. Akibatnya, CO2 dalam tanah
akan meningkat sehingga dapat berpengaruh buruk bagi pertumbuhan tanaman. Bahkan, untuk
tanah ringan dapat mengakibatkan daya ikatnya terhadap air menjadi kecil serta struktur
tanahnya menjadi kasar dan berserat.

Terdapat beberapa manfaat dari penggunaan bokasi bagi tanaman,


diantaranya :Kompos bokasi sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman.
Kompos tidak hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Manfaat kompos bagi tanaman
adalah:
1.Kompos memberikan nutrisi bagi tanaman
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman, unsur hara yang diperlukan tanaman dibagi
menjadi dua golongan. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah
banyak seperti Nitrogen (N), Posfor (P), dan Kalium (K). Unsur hara mikro yaitu unsur yang
dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit seperti Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S),
Besi (Fe), Mangan (Mn), Klor (Cl), Molibdenum (Mo), dan lain-lain.
2. Kompos memperbaiki struktur tanah
Kompos merupakan perekat pada butir-butir tanah dan mampu menjadi penyeimbang
tingkat kerekatan tanah. Selain itu, kehadiran kompos pada tanah menjadi daya tarik bagi
mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah. Dengan demikian, tanah yang semula
keras dan sulit ditembus air dan udara, kini dapat menjadi gembur akibat mikroorganisme.
Struktur tanah yang gembur sangat baik bagi tanaman.
3. Kompos meningkatkan kapasitas tukar kation
Kapasitas tukar kation (KTK) adalah sifat kimia yang berkaitan erat dengan kesuburan
tanah. Tanah dengan KTK tinggi lebih mampu menyediakan unsur hara dari pada tanah dengan
KTK rendah.
4. Kompos menambah kemampuan tanah untuk menahan air
Tanah mempunyai pori-pori, yaitu suatu bagian yang tidak terisi bahan padat. Bagian
yang tidak terisi ini akan diisi oleh air dan udara. Tanah yang bercampur dengan bahan organik
seperti kompos mempunyai pori-pori dengan daya rekat yang lebih baik sehingga mampu

mengikat serta menahan ketersediaan air didalam tanah. Kompos dapat menahan erosi secara
langsung.
5. Kompos meningkatkan aktivitas biologi tanah
Kompos berisi mikroorganisme yang menguntungkan tanaman. Jika berada di dalam
tanah, kompos akan membantu kehidupan mikroorganisme di dalam tanah. Selain berisi bakteri
dan jamur dekomposer, keberadaan kompos akan membuat tanah menjadi sejuk, kondisi ini
disenangi oleh mikroorganisme.
6. Kompos mampu meningkatkan pH pada tanah asam
Unsure hara lebih mudah diserap oleh tanaman kondisi pH tanah netral , yaitu tujuh
( 7 ). Pada nilai ini, unsur hara menjadi mudah larut di dalam air. Jika tanah semakin asam maka
dengan penambahan kompos pH tanah akan meningkat.
7. Kompos meningkatkan unsur hara mikro
Disamping unsur hara makro, kompos juga menyediakan unsur hara mikro yang sangat
penting bagi tanaman.
8. Kompos tidak menimbulkan masalah lingkungan
Pupuk kimia dapat menimbulkan masalah lingkungan yaitu dapat merusak keadaan
tanah dan air, sedangkan kompos justru memperbaiki sifat tanah dan lingkungan.
Bahan - Bahan Pembuat Kompos
Rasio C/N bahan baku kompos merupakan faktor terpenting dalam laju pengomposan.
Proses pengomposan akan berjalan baik jika rasio C/N bahan organik yang dikomposkan antara
20-30. Setiap bahan organik memiliki rasio C/N yang berbeda. Rasio C/N limbah ternak
umumnya lebih rendah dibandingkan dengan C/N dari tanaman. Karena itu penggunaannya
sebagai bahan baku kompos harus dicampur dengan bahan organik yang memiliki rasio C/N
tinggi sehingga dapat menghasilkan C/N yang cocok. Berikut merupakan berbagai sumber bahan
baku pembuatan kompos beserta C/N rasionya :
Sumber bahan baku pembuat kompos Rasio C/N
dan

rasio

C/N

nya Jenis

Bahan

Organik
Urine ternak
Kotoran ayam
Kotoran sapi
Kotoran babi

0,8
5,6
15,8
11,4

Kotoran manusia (tinja)

6 10

Darah

Tepung tulang
Urine manusia

8
0,8

Eceng gondok

17,6

Jerami gandum
Jerami padi

80 130
80 130

Ampas tebu

110 120

Tongkol Jagung

50 60

Sesbania sp.

17,9

Serbuk gergaji

500

Sisa Sayuran

11 27

Faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan


1. Rasio C/N
Kecepatan dekomposisi bahan organik ditunjukkan oleh perubahan rasio C/N. selama
proses demineralisasi, rasio C/N bahan-bahan yang mengandung N akan berkurang menurut
waktu. Kecepatan kehilangan C lebih besar daripada N sehingga diperoleh rasio C/N yang lebih
rendah (10-20). Apabila rasio C/N sudah mencapai angka tersebut, artinya proses dekomposisi
sudah mencapai tingkat akhir atau kompos sudah matang.
2. Suhu Pengomposan
Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap pengomposan. Suhu optimum bagi
pengomposan adalah 40 60oC. Jika suhu pengomposan mencapai 40oC, aktivitas
mikroorganisme mesofil akan digantikan oleh mikroorganisme termofil. Jika suhu mencapai
60oC, fungi akan berhenti bekerja dan proses perombakan dilanjutkan oleh aktinomicetes serta
strain bakteri pembentuk spora.
3. Tingkat Keasaman pH
Salah satu faktor bagi pertumbuhan mikroorganisme yang terlibat dalam proses
pengomposan adalah tingkat keasaman. Karena itu, pengaturan pH selama proses pengomposan perlu
dilakukan. Pada awal pengomposan, reaksi cenderung agak asam karena bahan organik yang
dirombak menghasilkan asam-asam organik sederhana. Namun pH akan mulai naik sejalan dengan
waktu pengomposan dan akhirnya akan stabil pada pH sekitar netral.

4. Jenis Mikroorganisme yang terlibat

Proses pengomposan bila dipercepat dengan menambahkan starter atau aktivator yang
kandungannya

berupa

mikroorganisme

(kultur

bakteri),

enzim,

dan

asam

humat.

Mikroorganisme yang ada di dalam aktivator akan merangsang aktivitas mikroorganisme yang
ada dalam bahan kompos sehingga cepat berkembang. Akibatnya, mikroorganisme yang terlibat
dalam pengomposan semakin banyak dan proses dekomposisi akan semakin cepat.
5. Aerasi
Aerasi yang baik sangat dibutuhkan agar proses dekomposisi (pengomposan) bahan
organik berjalan lancar. Pada umumnya pengaturan aerasi dilakukan dengan cara membalikbalikkan tumpukan bahan kompos secara teratur.
6. Kelembapan
Kelembapan optimum untuk proses pengomposan aerobik sekitar 50-60% setelah bahan
organik dicampur. Selama proses pengomposan berlangsung, kelembapan dalam tumpukan
bahan kompos harus terus dikontrol.
7. Ukuran Bahan Baku
Ukuran bahan baku kompos akan mempengaruhi kecepatan proses pengomposan.
Semakin kecil ukuran bahan proses pengomposan akan semakin cepat berlangsung.

Berikut Merupakan tahapan cara pengomposan.

Pertama adalah membuat media pembiakan EM-4 dengan smenyiapkan air


hangat sebanyak 5 liter dan diletakkan pada pada wadah besar. Setelah dingin
dicampur dengan terasi yang terlebih dahulu dihaluskan. Setelah terasi masuk
kemudian ditambahkan molase dan diaduk hinga tercampur rata. Molase disini jika
sulit mendapatkan bisa diganti dengan bahan gula merah dan air yang kemudian
dimasak hingga kental. Setelah rata kemudian dedak dimasukkan perlahan hingga
semua bahan tercampur. Terakhir adalah memasukkan EM-4 dan diaduk terus
sampai merata, seterlah tiu wadah ditutup dan disimpan pada suhu ruang. Setelah 2

1.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
9.
10.
11.
12.

1.
2.
3.

hari kemudian wadah dibuka dan dilakukan pengadukan. Untuk hari berikutnya juga
dilakukan hal yang sama sampai selama 5 hari. Pengadukan dilakukan untuk
membalik media dan meratakan media dengan EM-4 sehingga dalam proses
pembiakannya menjadi lebih cepat.
Bahan dan Cara Pembuatan Bokashi
a. Pembuatan Bokashi Pupuk Kandang
Bahan-bahan untuk ukuran 500 kg bokashi :
Bahan :
1. Pupuk kandang /kotoran hewan.
: 60 zak/karung
2. Arang sekam/serbuk gergaji
: 10 zak/karung
3. Bekatul/dedak
: 50 kg
4. Tetes/ gula pasir
: 1 liter/1kg
5. EM-4
: 1 liter
6. Air (jangan pakai air PDAM)
: 500 liter
Cara Pembuatan:
Larutkan EM-4 dan gula ke dalam air
Pupuk kandang, sekam padi, dan dedak dicampur secara merata.
Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampai kandungan air
adonan mencapai 30 %.
Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka
adonan susah pecah (megar).
Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm.
Kemudian ditutup dengan karung goni selama 4-7 hari.
Petahankan gundukan adonan maksimal 500 C, bila suhunya lebih dari 500 C turunkan suhunya
dengan cara membolak balik.
Kemudian tutp kembali dengan karung goni.
Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.
Pengecekan suhu sebaiknya dilakukan setiap 5 jam sekali.
Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
b. Pembuatan Bokashi Jerami
Bahan :
Jerami dari pemanenan 1 Ha (dipotong spanjang 5-10 cm)
: 6 zak
Aramh sekam/serbuk gergaji
: 50 kg
Bekatul
: 1 L/1 kg

4. Tetes
5. EM-4

: 1 liter

6. Air sucukupnya
Cara Pembuatan:
Membuat larutan gula dan EM-4:
1. Sediakan air dalam ember sebanyak 1 liter.
2. Masukan gula putih/merah sebanyak 250 gr kemudian aduk sampai rata.
3. Masukan EM-4 sebanyak 1 liter ke dalam larutan tadi kemudian aduk hingga rata.
Membuat pupuk bokashi:
1. Bahan-bahan tadi dicampur (jerami, pupuk kandang, arang sekam dan dedak) dan aduk sampai
merata.
2. Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan (campuran bahan organik) secara merata
sampai kandungan air adonan mencapai 30 %.
3. Bila adonan dikepal dengan tangan air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka
adonan masih tampak menggumpal.
4. Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm.
5. Kemudian ditutup dengan karung berpori (karung goni) selama 3-4 hari.
6. Agar proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik perhatikan agar suhu tidak melebihi 500 C,
bila suhunya lebih dari 500 C turunkan suhunya dengan cara membolak balik.
7. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.
8. Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.

Terdapat beberapa tanda-tanda keberhasilan dalam pembuatan pupuk bokasi, yakni :


Setelah 6 jam tercapai suhu 40 50 0C.

Setelah 3 hari tumbuh jamur seperti kapuk berwarna putih keabu-abuan

Fisik masir dan tidak lengket

Aroma sedap

Tidak busuk

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil data praktikum yang telah didapatkan, maka dapt disimpulkan bahwa :
1. EM-4 dapat mempercepat proses pengomposan.

2. Bokasi dapat menyuburkan tanah serta tanaman.


3. Manfaat Bokashi Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian.
4. Pembuatan bokashi menggunakan pengurai EM dan dapat diganti dengan menggunkanBakteri
ESSO.
5. Terdapat dua macam bentuk pupuk bokashi yang dihasilkan yakni, bentuk remahan dan bentuk
granular.
5.2 Saran
Sebaiknya untuk prsaktikum selanjutnya praktikan harus lebih serius dalam melakukan
kegiatan praktikum. Kebanyakan dari praktikan banyak yang bergurau sendiri saat dijelaskan
oleh pemteri, sehingga ilmu yang diberikan belum sepenuhnya. Asisten seharusnya lebih tegas
dalam mengontrol praltikan, sehingga prasktikum berjalan sebagaimana mestinya

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2004. RENTEC Renewable Energy Technologies Inc, www. rentec. ca, California,
Amerika Serikat, diakses 16 September 2006.
Gasol. 2008. Pengertian Bokasi. http://gasolorganik.com. Diposkan pada 12 februari 2008.
Gunam, w. 2007. Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos dengan Bantuan
Mikroorganisme di Desa Sibetan Karangasem. Teknologi industri pertanian fakultas teknologi
pertanian. Universitas udayana.
Handayani, Mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit Salam,
sebuah skripsi. Dalam IPB Information Resource Centerdiunduh 13 Juni 2010.
Kusumaningwarti, R. 2009. Tanah, Lingkungan, dan Pertanian. http://tjimpolo.blogg.com/?p=79.
Diposkan pada 16 November 2009.
Lilis Sulistyorini. 2005. Pengelolaan Sampah dengan Cara Menjadikannya Kompos. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005: 77-84.
Pramatmaja, W. A. 2008 Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Dusun Karangbendo Banguntapan
Bantul Yogyakarta. UUI. Jogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai