Laporan Pembuatan Kompos
Laporan Pembuatan Kompos
Laporan Pembuatan Kompos
PEMBUATAN KOMPOS
I.
II.
III.
Tujuan percobaan
Membuat pupuk organic / kompos dengan menggunakan EM4
Alat dan bahan
1. Alat yang digunakan
Kantong polibag 2kg, 2buah
Thermometer 100oc,1buah
Batang pengaduk , 1buah
Baskom,1buah
Gelas kimia 100ml , 1buah
2. Bahan yang digunnakan
EM4/stardex, 20 ml
Sampah kota 20kg
Tetes tebu/gula , 10ml
Air secukupnya
Pupuk kandang 2 kg
Dasar teori
Pengomposan dapat didefinisikan sebagai degradasi biokimia bahan organic menjadi
humus . bentuk sederhana pengomposan dilakukan secara anaerobic yang sering menimbulkan
gas seperti indol , skatol dan merkaptan pada suhu rendah . proses pengomposan sacara
anaerobic membutuhkan oksigen yang cukup dan tidak menghasilkan gas yang berbahaya seperti
pada anaerobic ( gumbira,e,1992).
Proses pengomposan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti ukuran , bahan , kadar
air , aerasi , ph , suhu dan perbandingan C dan N . ukuran partikel penting karena bakteri dan
jamur akan lebih mudah hidupp pada ukuran partikel yang lebih kecil .
Kadar air yang optimum penting untuk menghasilkan kompos yang baik karena semua
organism membutuhkan air bagi kelangsungan hidupnya . air adalah bahan penting protoplasma
sel yang berfungsi sebagai pelarut makanan . kadar air dibawah 20% mengakibatkan proses
metabolism terhambat dan berjalan lambat jika kadar air diatas 60%.
Ketersedian oksigen pada proses pengomposan secara aerobic merupakan hal yang
penting . proses yang dilakukan secara aerobic lebih efisien dari pada hal yang penting . proses
yang dilakukan secara aerobic lebih efisien dari pada anaerobic dalam mengurangi bahan organic
.
Mikroorganisme sensitive terhadap perbuhan suhu proses mikroorganisme mesofilik
hidup pada suhu 8 45 oc dan termofilik tumbuh dan aktif di bawah suhu 65oc , tetapi aktivitas
biologisnya dapat berlangsung sampai suhu 65 90oc .
Aktivitas organism dipertinggi dengan adanya nutrient yaitu karbon C sebagai sumber
energy dan nitrogen N sebagai zat pembentuk protoplasma . energy dibutuhkan dalam jumlah
yang lebih banyak dari pada zat pembentuk protoplasma sehingga karbon lebih banyak
dibutuhkan dari pada nitrogen . perbandingan C dengan N yang efektif untuk pengomposan yaitu
25 : 23.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang
dapat dipercepat secara artifisial oleh populasiberbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat,
lembap,
dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi
dari
J.H.
Crawford,
2003).
Sedangkanpengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat
kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih
cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,
pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan
organik sampah mencapai 80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang
sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah
organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan
lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakartamenghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di mana
sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh
seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah
organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk
organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005)
Jenis jenis kompos
Kompos cacing (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari bahan organik yang dicerna
oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing tersebut.
Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa penggilingan tebu di pabrik gula.
Kompos bokashi.
Manfaat kompos
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah
dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.
Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan
kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah.
Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi
serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman
yang dipupuk dengan pupuk kimia, seperti menjadikan hasil panen lebih tahan disimpan, lebih
berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah
organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
FAK T O R YAN G M E M E N G A R U H I P R O S E S P E N G O M P O S A N
Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan
yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk
mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka
organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang
optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.
Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:
Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba
memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada
rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis
protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein
sehingga dekomposisi berjalan lambat.
Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan
utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas
tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan
mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena
kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.
Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas
akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan
lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk
meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan
tersebut.
Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara
alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar
dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas
dan kandungan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses
anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
Porositas
Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan
mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan
udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh
air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
Temperatur/suhu
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan
konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan
semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada
tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba
dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan
membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses
pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8
hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan
pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan
menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa
yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH
kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
Kandungan Hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam
kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses
pengomposan.
Kandungan Bahan Berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan
mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang
termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses
pengomposan.
Lama pengomposan
Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode
pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan.
Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun
hingga kompos benar-benar matang.
IV.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
1)
2)
3)
4)
5)
1)
2)
Prosedur kerja
EM4 dan tetes tebu / gula dicampurkan
Sampah kota dihancurkan lalu dicampurkan merata dengan pupuk kandang .
Larutan EM4 disiram ke dalam padatan tersebut sehingga merata , kemudian ditutup .
Setiap 5 jam , temperature operasi dicatat hingga hari ke 5
Bila temperature diats 50oc , tutup dibuka dan dicampurkan dibolak balik , kemudian bagian
atas ditutup kembali .
Setelah hari ke 6 campuran tersebut telah menjadi pupuk .
Simpan pupuk dalam kantong / karung plastic yang telah disediakan
Mengamati warna dan tekstur kompos .
Menganalisa karakteristik kompos dengan mengukur C dan N nya .
Prosedur analisis
Analisis N dengan metode kjedal
Proses destrusi
Sampel kompos ditimbang 0,5062gr
Memasukan kedalam tabung destruksi
Tambahakan 7,5 gr kjedal dan 20gr H2SO4 .
Masukan batu didih kedalam tabung destruksi
Lakukan pemanasan , jika larutan dalam tabung telah berubah warna menjadi hijau kebiruan
selama lebih kurang 2 jam , selanjutnya didinginkan sampai suhu kamar .
Proses destilas
Memasukan cuplikan kedalam labu destilasi dan diencerkan dengan 100 ml aquadest dan
destilat ditampung didalam 100ml H3BO3 2% dan 3 tetes mix indicator .
Titrasi destilat dengan HCL 0,1 N
perhitungan :
%N = ( V1-V2 ) .N.F x 14 x 100%
E
Ketrangan : v1
V1
V2
F
N
E
V.
Data pengamatan
sampel pH
Berat
kertas Suhu
Berat kompos
Berat
kertas
saringan awal
1
2
3
VI.
10
10
10
56,13 %
55,77 %
51, 17 %
0,4545 gr
0,4642 gr
0,4982 gr
28 oc
28 oc
28 oc
4 , 9864 gr
4 , 9697 gr
4 , 9864 gr
saring
+
kompos setelah
kering
2,3867 gr
2,4034 gr
2, 6780 gr
Perhitungan
1) Menghitung kadar air
Sampel 1
= berat kompos + kertas saring awal ) ( berat kertas saring + kompos setelah kering ) x 100 %
Berat kertas saring awal + kompos
= ( 0,4545 gr + 4,9864 gr ) ( 2,3867 gr ) x 100 %
( 0,4545 gr + 4, 9864 gr )
= 5,4409 2,3867 x 100 %
5, 4409
= 56 , 13 %
Sampel 2
= ( 0,4642 gr + 4,9697 gr ) 2,4034 gr x 100 %
0,4642 gr + 4,9697 gr
= 5,4339 2,4034 x 100%
5,4338
= 55 , 77 %
Sampel 3
= ( 0,4982 gr + 4,9864 gr ) 2,678 gr x 100%
0,4982 gr + 4,9864
= 5,4846 2,678 x 100%
5,4846
= 51 , 17 %
VII.
Analisa percobaan
Pada pratikum kali ini bertujuan untuk membuat kompos dengan menggunakan EM4 .
pada percobaan kompos kali ini menggunakan limbah sayur dan EM4 . limbah sayur yang sudah
tuidak digunakan lagi dipotong potong dengan sangat kecil agar mudah terurai oleh
mikroorganisme . mikroorganisme yang digunakan adalah EM4 . EM4 merupakan campuran dari
berbagai organism yang bermanfaat .
Limbah sayur yang sudah dipotong potong selanjutnya ditambahkan dengan serbuk
kayu diaduk hingga rata , ditambahakan pupuk kandang dan diratakan kembali lalu disemprotkan
dengan menggunakan EM4 . selanjutnya dipindahkan kedalam polibag /. Didiamkan selama satu
minggu , setelah itu diukur dengan kertas pH untuk mengetahui kadar pHnya . sedangkan untuk
mengetahui kadar airnya , sampel kompos dikeringkan didalam oven .
VIII.
a.
b.
c.
d.
e.
IX.
I.
Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
Kompos adalah hasil pembusukan bahan bahan organic yang hancur dan menghasilkan tanah
yang baru dan mengandung unsure hara yang tinggi yang baik untuk pertumbuhan tanaman .
Faktor faktor yang mempengaruhi pembusukan kompos yaitu faktor lingkungan , ukuran
bahan bahan yang digunakan kadar air , aerasi , pH , suhu , serta perbandingan C dan N .
Kadar air yang terdapat pada kompos sampel 1 = 56, 13 %
Kadar air yang terdapat pada kompos sampel 2 = 55, 77 %
Kadar air yang terdapat pada kompos sampel 3 = 51 , 17 %
Daftar pustaka
Jobsheet . teknik pengolahan limbah . politeknik negri sriwijaya . Palembang . 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/kompos
Gambar alat
061330400337
061330400339
061330400341
061330400348
061330400351
061330400353
061330400359
Kelompok
1
Keterangan
Ada Jamur
Ada Jamur
Tidak Ada
Jamur
Tidak Ada
Jamur
4.2 Pembahasan
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi
atau peragian bahan organik (jerami, pupuk kandang, arang sekam,
serbuk gergaji, gulma, sisa tanaman tak berguna, sampah pasar) dengan
menggunakan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4). Pemanfaatan
EM (effective microorganism) dalam pembuatan kompos telah banyak
dilakuakan berdasarkan pada tingkat proses fermentasi yang lebih cepat
dan mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan,
membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada tambak
udang dan ikan. EM-4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme
yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian besar
mengandung mikroorganisme Lactobacillus sp. bakteri penghasil asam
laktat, serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik Streptomyces sp.
dan ragi. EM-4 mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah
organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan
aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, terlihat ada beberapa
perlakuan yang menampakkan hasil yang cukup baik yaitu kelompok 1, 2,
dan 4. Sementara, kelompok 3 belum menunjukkan keberhasilan proses
pengomposan berdasarkan indikator yang ada. Pupuk bokashibuatan
kelompok 1 menunjukkan tidak berbau, warna coklat kehitaman dengan
tekstur yang menggumpal dan suhu yang hangat disertai pertumbuhan
jamur. Untuk kelompok 2, baunya seperti tanah, warna coklat dengan
terkstur remah / pasir dan suhu yang hangat disertai pertumbuhan jamur.
Dan kelompok 4 menunjukkan tidak berbau, warna coklat dengan tektur
yang masir / remah dan suhu yang hangat namun tidak ada pertumbuhan
jamur. Berbeda dengan kelompok yang lain, kelompok 3 menunjukkan
indikator bau yang sangat berbau, warna hitam dengan tekstur yang
becek / menggumpal dan suhu yang tidak hangat serta tidak ada
pertumbuhan jamur.
Faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain :
1. Rasio C/N
Kecepatan dekomposisi bahan organik ditunjukkan oleh perubahan rasio
C/N. selama proses demineralisasi, rasio C/N bahan-bahan yang
mengandung N akan berkurang menurut waktu. Kecepatan kehilangan C
lebih besar daripada N sehingga diperoleh rasio C/N yang lebih rendah
(10-20). Apabila rasio C/N sudah mencapai angka tersebut, artinya proses
dekomposisi sudah mencapai tingkat akhir atau kompos sudah matang.
2. Suhu Pengomposan
Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap pengomposan. Suhu optimum
bagi pengomposan adalah 40 60oC. Jika suhu pengomposan mencapai
40oC, aktivitas mikroorganisme mesofil akan digantikan oleh
mikroorganisme termofil. Jika suhu mencapai 60oC, fungi akan berhenti
bekerja dan proses perombakan dilanjutkan oleh aktinomicetes serta
strain bakteri pembentuk spora.
3. Tingkat Keasaman pH
Salah satu faktor bagi pertumbuhan mikroorganisme yang terlibat dalam
proses pengomposan adalah tingkat keasaman. Karena itu, pengaturan
pH selama proses pengomposan perlu dilakukan. Pada awal
pengomposan, reaksi cenderung agak asam karena bahan organik yang
dirombak menghasilkan asam-asam organik sederhana. Namun pH akan
mulai naik sejalan dengan waktu pengomposan dan akhirnya akan stabil
pada pH sekitar netral.
4. Jenis Mikroorganisme yang terlibat
Proses pengomposan bila dipercepat dengan menambahkan starter atau
aktivator yang kandungannya berupa mikroorganisme (kultur bakteri),
enzim, dan asam humat. Mikroorganisme yang ada di dalam aktivator
akan merangsang aktivitas mikroorganisme yang ada dalam bahan
kompos sehingga cepat berkembang. Akibatnya, mikroorganisme yang
terlibat dalam pengomposan semakin banyak dan proses dekomposisi
akan semakin cepat.
5. Aerasi
Aerasi yang baik sangat dibutuhkan agar proses dekomposisi
(pengomposan) bahan organik berjalan lancar. Pada umumnya
pengaturan aerasi dilakukan dengan cara membalik-balikkan tumpukan
bahan kompos secara teratur.
6. Kelembapan
Kelembapan optimum untuk proses pengomposan aerobik sekitar 50-60%
setelah bahan organik dicampur. Selama proses pengomposan
berlangsung, kelembapan dalam tumpukan bahan kompos harus terus
dikontrol.
7. Ukuran Bahan Baku
Ukuran bahan baku kompos akan mempengaruhi kecepatan proses
pengomposan. Semakin kecil ukuran bahan proses pengomposan akan
semakin cepat berlangsung.
Untuk mengetahui tingkat kematangan kompos dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu :
a. Bau kompos.
Kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum. Apabila
kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi
anaerobik dan menghasilkan senyawasenyawa berbau yang mungkin
berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan
mentahnya berarti kompos masih belum matang.
b. Kekerasan bahan.
Kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. Bentuk
kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas
remas akan mudah hancur.
c. Warna kompos.
Kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam hitaman. Apabila
kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan
mentahnya berarti kompos tersebut belum matang. Selama proses
pengomposan pada permukaan kompos seringkali juga terlihat miselium
jamur yang berwarna putih.
d. Penyusutan.
Terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan
kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan
mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20
40 %. Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit, kemungkinan proses
pengomposan belum selesai dan kompos belum matang.
e. Suhu.
Suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal
pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50oC, berarti
proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum cukup
matang.
Terdapat beberapa manfaat dari penggunaan bokasi bagi tanaman,
diantaranya, pupuk kompos / bokashi sangat berperan dalam proses
pertumbuhan tanaman. Kompos tidak hanya menambah unsur hara,
Oleh:
ANDIKA SEPTA S.B.H.
081510501139
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian secara alami yang ramah lingkungan saat ini banyak dilakukan
untuk menghasilkan bahan makanan yang aman, serta bebas dari bahan-bahan kimia yang
berbahaya dan beracun. Pembangunan pertanian alami ini semula hanya menerapkan sistem
pertanian organik, tetapi ternyata hasilnya hanya sedikit. Dalam tahun 1980-an, Prof Dr. Teruo
Higa memperkenalkan konsep EM atau Efektive Mikroorganisms pada praktek pertanian alami
tersebut. Teknologi EM ini telah dikembangkan dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah
dan meningkatkan produksi tanmaan, serta teknologi yang ramah lingkungan, menekan
pertumbuhan mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki efisiensi penggunaan
bahan organik oleh tanaman. Pada pembuatan bokashi sebagai salah satu pupuk organik, bahan
EM ternyata telah dapat meningkatkan pengaruh pupuk tersebut terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman.
Berdasarkan kenyataan di lapangan, persediaan bahan organik pada lahan pertanian
sedikit demi sedikit semakin berkurang. Jika hal tersebut tidak ditambah dan segera diperbaiki
oleh petani maka penurunan produksi akan terjadi pada tanaman-tanaman pertanian, seperti padi,
palawija dan sayuran. dan keterampilan petani dalam masalah penggunaan pupuk bokasi secara
praktis di lapangan.
Pemanfaatn bahan-bahan organic seperti yang dihasilkan dari limbah ternak telah banyak
dilakukan. Limbah organik yang dihasilkan oleh ternak memiliki potensi yang cukup tinggi
untuk dikembangkan menjadi pupuk kompos. Pengolahan pupuk kompos dapat dilakukan
dengan hanya menimbun limbah organik tersebut dalam tanah untuk ditunggu selama kurang
lebih tiga bulan dan kemudian menjadi kompos, atau dapat dilakukan dengan bantuan
mikroorganisme khusus yang dapat mengubah sampah organik tersebut menjadi pupuk kompos
dalam hitungan hari.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar para praktikan dapat mengetahui dan
memahami tentang:
1. Proses pembuatan bokashi.
2. Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan bokashi.
3. Kegunaan bokashi bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau
peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4).
Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik (kompos) dapat
dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara konvensional.
Ada banyak merk EM yang beredar dipasaran baik buatan lokal maupun formula
import, misalnya Stardec, Orgadec dan EM4. Fungsinya sama karena
mengandung Azotobacter sp, Lactobacillus sp, ragi, bakteri fotosintetik dan jamur
pengurai selulosa.
Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar
lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang
atau serbuk gergajian. Namun bahan yang paling baik digunakan sebagai bahan
pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi yang sangat baik
untuk mikroorganisme(Kusumaningwarti, 2009)
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahanbahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik. Sedangkanpengomposan adalah proses dimana bahan organik
mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah
mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih
cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air
yang
cukup,
mengaturan
aerasi,
dan
penambahan
aktivator
pengomposan. (Handayani, 2009).
Sampah organik yang dihasilkan oleh proses pengemasan di tingkat pengepul tersebut
ternyata memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan menjadi pupuk kompos.
Pengolahan pupuk kompos dapat dilakukan dengan hanya menimbun samapah organik tersebut
dalam tanah untuk ditunggu selama kurang lebih tiga bulan dan kemudian menjadi kompos, atau
dapat dilakukan dengan bantuan mikroorganisme khusus yang dapat mengubah
sampah organik tersebut menjadi pupuk kompos dalam hitungan hari.
Terdapat beberapa macam mikroorganisme yang dapat digunakan untuk membantu dan
mempercepat pengomposan sampah organik agar menjadi pupuk kompos. Mikroorganisme
tersebut antara lain Streptomyces sp., Acetybacter sp., Actynomycetes sp.Dalam pengabdian yang
akan dilakukan ini, audiens akan diajarkan untuk menggunakan bahan aktivator untuk
mempercepat pembuatan kompos antara lain produk Dectro,OrgaDec, serta EM-4 yang
diproduksi (Gunam, 2007).
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan,
danlimbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman
yang
sering
digunakan
untuk
kompos
di
antaranya
jerami, sekam
padi,
tanaman pisang,gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari
ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan
ternakyang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di
antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola. Kompos digunakan dengan cara
menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah
matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos di bawah 400 C (Praatmaja, 2006).
Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya
tidak tampak, dan baunya telah berkurang. Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang
belum
siap
digunakan.
Penggunaan
pupuk
yang
belum
matang
akan
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengelolaan Limbah Pertanian acara V ( Pengolahan Sampah Organik
Menjadi Kompos) dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 11 Desember 2010 bertempat di Gumuk
Mas pada Pukul 08.00 WIB.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Kompos
2. Sampah organik
3. EM-4
4. Dedak
5. Molase
6. Air sumur
7. Kapur
3.2.2 Alat
1. Alat tulis
2. Kamera
3. Alat penunjang lainnya
3.3 Cara Kerja
pencampuran bahan
vermentasi bahan
Pembuatan
pencampuran bahan
4.2 Pembahasan
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau
peragian bahan organik (jerami, pupuk kandang, arang sekam, serbuk gergaji,
gulma, sisa tanaman tak berguna, sampah pasar) dengan menggunakan teknologi
EM4 (Effective Microorganisms 4). Pemanfaatn EM (evektive microorganism) dalam
pembuatan kompos telah banyak dilakuakan berdasarkan pada tingkat proses
fermentasi yang lebih cepat danmempercepat pengomposan sampah organik atau
kotoran hewan, membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada
tambak udang dan ikan. EM-4 merupakankultur campuran dari mikroorganisme
yang meng- untungkan bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian besar mengandung
mikroorganisme Lactobacillus sp. bakteri penghasil asam laktat, serta dalam jumlah
sedikit bakteri fotosintetik Streptomyces sp. dan ragi. EM-4 mampu meningkatkan
dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi
tanaman serta menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen.
EM-4 biasanya diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman
dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat
Temperatur 40 50 0C
untuk menurunkan rasio C/N dan tergantung jenis tanamannya. Rasio C/N sisa tanaman yang
masih segar umumnya tinggi sehingga tidak mendekati rasio C/N tanah. Bila rasio bahan organik
yang memiliki rasio C/N tinggi tidak dikomposkan terlebih dahulu, maka proses penguraiannya
akan terjadi di tanah . Ini tentu kurang baik karena proses penguraian bahan segar dalam tanah
biasanya berjalan cepat karena kandungan air dan udaranya cukup. Akibatnya, CO2 dalam tanah
akan meningkat sehingga dapat berpengaruh buruk bagi pertumbuhan tanaman. Bahkan, untuk
tanah ringan dapat mengakibatkan daya ikatnya terhadap air menjadi kecil serta struktur
tanahnya menjadi kasar dan berserat.
mengikat serta menahan ketersediaan air didalam tanah. Kompos dapat menahan erosi secara
langsung.
5. Kompos meningkatkan aktivitas biologi tanah
Kompos berisi mikroorganisme yang menguntungkan tanaman. Jika berada di dalam
tanah, kompos akan membantu kehidupan mikroorganisme di dalam tanah. Selain berisi bakteri
dan jamur dekomposer, keberadaan kompos akan membuat tanah menjadi sejuk, kondisi ini
disenangi oleh mikroorganisme.
6. Kompos mampu meningkatkan pH pada tanah asam
Unsure hara lebih mudah diserap oleh tanaman kondisi pH tanah netral , yaitu tujuh
( 7 ). Pada nilai ini, unsur hara menjadi mudah larut di dalam air. Jika tanah semakin asam maka
dengan penambahan kompos pH tanah akan meningkat.
7. Kompos meningkatkan unsur hara mikro
Disamping unsur hara makro, kompos juga menyediakan unsur hara mikro yang sangat
penting bagi tanaman.
8. Kompos tidak menimbulkan masalah lingkungan
Pupuk kimia dapat menimbulkan masalah lingkungan yaitu dapat merusak keadaan
tanah dan air, sedangkan kompos justru memperbaiki sifat tanah dan lingkungan.
Bahan - Bahan Pembuat Kompos
Rasio C/N bahan baku kompos merupakan faktor terpenting dalam laju pengomposan.
Proses pengomposan akan berjalan baik jika rasio C/N bahan organik yang dikomposkan antara
20-30. Setiap bahan organik memiliki rasio C/N yang berbeda. Rasio C/N limbah ternak
umumnya lebih rendah dibandingkan dengan C/N dari tanaman. Karena itu penggunaannya
sebagai bahan baku kompos harus dicampur dengan bahan organik yang memiliki rasio C/N
tinggi sehingga dapat menghasilkan C/N yang cocok. Berikut merupakan berbagai sumber bahan
baku pembuatan kompos beserta C/N rasionya :
Sumber bahan baku pembuat kompos Rasio C/N
dan
rasio
C/N
nya Jenis
Bahan
Organik
Urine ternak
Kotoran ayam
Kotoran sapi
Kotoran babi
0,8
5,6
15,8
11,4
6 10
Darah
Tepung tulang
Urine manusia
8
0,8
Eceng gondok
17,6
Jerami gandum
Jerami padi
80 130
80 130
Ampas tebu
110 120
Tongkol Jagung
50 60
Sesbania sp.
17,9
Serbuk gergaji
500
Sisa Sayuran
11 27
Proses pengomposan bila dipercepat dengan menambahkan starter atau aktivator yang
kandungannya
berupa
mikroorganisme
(kultur
bakteri),
enzim,
dan
asam
humat.
Mikroorganisme yang ada di dalam aktivator akan merangsang aktivitas mikroorganisme yang
ada dalam bahan kompos sehingga cepat berkembang. Akibatnya, mikroorganisme yang terlibat
dalam pengomposan semakin banyak dan proses dekomposisi akan semakin cepat.
5. Aerasi
Aerasi yang baik sangat dibutuhkan agar proses dekomposisi (pengomposan) bahan
organik berjalan lancar. Pada umumnya pengaturan aerasi dilakukan dengan cara membalikbalikkan tumpukan bahan kompos secara teratur.
6. Kelembapan
Kelembapan optimum untuk proses pengomposan aerobik sekitar 50-60% setelah bahan
organik dicampur. Selama proses pengomposan berlangsung, kelembapan dalam tumpukan
bahan kompos harus terus dikontrol.
7. Ukuran Bahan Baku
Ukuran bahan baku kompos akan mempengaruhi kecepatan proses pengomposan.
Semakin kecil ukuran bahan proses pengomposan akan semakin cepat berlangsung.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
9.
10.
11.
12.
1.
2.
3.
hari kemudian wadah dibuka dan dilakukan pengadukan. Untuk hari berikutnya juga
dilakukan hal yang sama sampai selama 5 hari. Pengadukan dilakukan untuk
membalik media dan meratakan media dengan EM-4 sehingga dalam proses
pembiakannya menjadi lebih cepat.
Bahan dan Cara Pembuatan Bokashi
a. Pembuatan Bokashi Pupuk Kandang
Bahan-bahan untuk ukuran 500 kg bokashi :
Bahan :
1. Pupuk kandang /kotoran hewan.
: 60 zak/karung
2. Arang sekam/serbuk gergaji
: 10 zak/karung
3. Bekatul/dedak
: 50 kg
4. Tetes/ gula pasir
: 1 liter/1kg
5. EM-4
: 1 liter
6. Air (jangan pakai air PDAM)
: 500 liter
Cara Pembuatan:
Larutkan EM-4 dan gula ke dalam air
Pupuk kandang, sekam padi, dan dedak dicampur secara merata.
Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampai kandungan air
adonan mencapai 30 %.
Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka
adonan susah pecah (megar).
Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm.
Kemudian ditutup dengan karung goni selama 4-7 hari.
Petahankan gundukan adonan maksimal 500 C, bila suhunya lebih dari 500 C turunkan suhunya
dengan cara membolak balik.
Kemudian tutp kembali dengan karung goni.
Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.
Pengecekan suhu sebaiknya dilakukan setiap 5 jam sekali.
Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
b. Pembuatan Bokashi Jerami
Bahan :
Jerami dari pemanenan 1 Ha (dipotong spanjang 5-10 cm)
: 6 zak
Aramh sekam/serbuk gergaji
: 50 kg
Bekatul
: 1 L/1 kg
4. Tetes
5. EM-4
: 1 liter
6. Air sucukupnya
Cara Pembuatan:
Membuat larutan gula dan EM-4:
1. Sediakan air dalam ember sebanyak 1 liter.
2. Masukan gula putih/merah sebanyak 250 gr kemudian aduk sampai rata.
3. Masukan EM-4 sebanyak 1 liter ke dalam larutan tadi kemudian aduk hingga rata.
Membuat pupuk bokashi:
1. Bahan-bahan tadi dicampur (jerami, pupuk kandang, arang sekam dan dedak) dan aduk sampai
merata.
2. Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan (campuran bahan organik) secara merata
sampai kandungan air adonan mencapai 30 %.
3. Bila adonan dikepal dengan tangan air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka
adonan masih tampak menggumpal.
4. Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm.
5. Kemudian ditutup dengan karung berpori (karung goni) selama 3-4 hari.
6. Agar proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik perhatikan agar suhu tidak melebihi 500 C,
bila suhunya lebih dari 500 C turunkan suhunya dengan cara membolak balik.
7. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.
8. Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
Aroma sedap
Tidak busuk
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2004. RENTEC Renewable Energy Technologies Inc, www. rentec. ca, California,
Amerika Serikat, diakses 16 September 2006.
Gasol. 2008. Pengertian Bokasi. http://gasolorganik.com. Diposkan pada 12 februari 2008.
Gunam, w. 2007. Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos dengan Bantuan
Mikroorganisme di Desa Sibetan Karangasem. Teknologi industri pertanian fakultas teknologi
pertanian. Universitas udayana.
Handayani, Mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit Salam,
sebuah skripsi. Dalam IPB Information Resource Centerdiunduh 13 Juni 2010.
Kusumaningwarti, R. 2009. Tanah, Lingkungan, dan Pertanian. http://tjimpolo.blogg.com/?p=79.
Diposkan pada 16 November 2009.
Lilis Sulistyorini. 2005. Pengelolaan Sampah dengan Cara Menjadikannya Kompos. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005: 77-84.
Pramatmaja, W. A. 2008 Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Dusun Karangbendo Banguntapan
Bantul Yogyakarta. UUI. Jogyakarta.