Soal Soal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 39

1.

Usaha Sistem terhadap Lingkungannya

Pada pembahasan Bab sebelumnya, Anda telah mempelajari definisi usaha (W)
yang dilakukan pada benda tegar, yaitu

W=Fxs

Bagaimanakah cara menghitung usaha pada gas? Tinjaulah suatu gas yang berada
dalam tabung dengan penutup berbentuk piston yang dapat bergerak bebas,
seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Ketika gas ideal di dalam tabung dipanaskan,gas


tersebut memuai sehingga piston berpindah sejauh s.
Ketika gas tersebut dipanaskan, piston akan berpindah sejauh s karena gas di
dalam tabung memuai dari volume awal V1 menjadi volume akhir V2. Gaya yang
bekerja pada piston adalah F = pA. Jika luas penampang piston (A) dan tekanan gas
dalam tabung (P) berada dalam keadaan konstan, usaha yang dilakukan oleh gas
dinyatakan dengan persamaan

W = pA s

Oleh karena A s = V, persamaan usaha yang dilakukan gas dapat ditulis


menjadi :

W = p V

atau

(11)

W = p(V2 V1)

(12)

dengan:

p = tekanan gas (N/m2),


V = perubahan volume (m3), dan
W = usaha yang dilakukan gas (joule).

Nilai W dapat berharga positif atau negatif bergantung pada ketentuan berikut.

a. Jika gas memuai sehingga perubahan volumenya berharga positif, gas (sistem)
tersebut dikatakan melakukan usaha yang menyebabkan volumenya bertambah.
Dengan demikian, usaha W sistem berharga positif.
b. Jika gas dimampatkan atau ditekan sehingga perubahan volumenya berharga
negatif, pada gas (sistem) diberikan usaha yang menyebabkan volume sistem
berkurang. Dengan demikian, usaha W pada tersebut sistem ini bernilai negatif.

Usaha yang dilakukan oleh sistem dapat ditentukan melalui metode grafik. Pada
Gambar 3a dapat dilihat bahwa proses bergerak ke arah kanan (gas memuai). Hal
ini berarti V2 > V1 atau V > 0 sehingga W bernilai positif (gas melakukan usaha
terhadap lingkungan). W sama dengan luas daerah di bawah kurva yang diarsir
(luas daerah di bawah kurva p V dengan batas volume awal dan volume akhir)

Selanjutnya perhatikan Gambar 3b. Jika proses bergerak ke arah kiri (gas
memampat), V2 < V1 atau V < 0 sehingga W bernilai negatif (lingkungan
melakukan usaha terhadap gas). W = luas daerah di bawah kurva pV yang diarsir.

Gambar 3. (a) Grafik PV suatu gas yang mengalami


pemuaian (melakukan ekspansi) (b) Grafik PV suatu gas
yang mengalami pemampatan (diberi kompresi)
Cobalah Anda tinjau kembali Persamaan (11). Dari persamaan tersebut dan grafik
hubungan tekanan (p) terhadap (V) pada Gambar 3, Anda dapat menyimpulkan
bahwa suatu sistem dikatakan melakukan usaha (W berharga positif) atau sistem
diberi usaha (W berharga negatif), jika pada sistem tersebut terjadi perubahan
volume ( V).

Contoh Soal 1 :

Suatu gas dipanaskan pada tekanan tetap sehingga memuai, seperti terlihat pada
gambar.

Tentukanlah usaha yang dilakukan gas. (1 atm = 105 N/m2)

Kunci Jawaban :

Diketahui: p = 2 atm, V1 = 0,3 L, dan V2 = 0,5 L.

1 liter = 1 dm3 = 103 m3


W = p ( V) = p (V2 V1)
W = 2 105 N/m2 (0,5 L 0,2 L) 103 m3 = 60 Joule.

Contoh Soal 2 :

Gambar berikut menunjukkan suatu siklus termodinamika dari suatu gas ideal.

Tentukanlah usaha yang dilakukan gas:

a. dari keadaan A ke B,
b. dari B ke C,
c. dari C ke D,
d. dari D ke A, dan
e. dari A kembali ke A melalui B, C, dan D

Kunci Jawaban :

Diketahui: p = pB = 2 N/m2, pD = pC = 1 N/m2, VA = VD = 2 m3, dan VB = VC = 3 m3.

a. WAB = p (VB VA) = (2 105 N/m2) (3 2) 103 m3 = 200 joule


b. WBC = p (VC VB) = 0
c. WCD= p (VD VC) = (1 105 N/m2) (2 3) 103 m3 = -100 joule
d. WDA= p (VA VD) = 0
e. WABCDA = Wsiklus = 200 Joule + 0 100 Joule + 0 = 100 joule

selain itu, dapat ditentukan dengan cara :

WABCDA = Wsiklus = luas arsiran


WABCDA = (2 1) 105 N/m2(3 2) 103 m3
WABCDA = 100 joule.

2. Proses dalam Termodinamika

Terdapat empat proses dalam gas pada bahasan termodinamika. Pada pembahasan
Bab 8, Anda telah mengenal tiga proses, yaitu isotermal, isobarik, dan isokhorik.
Proses yang keempat adalah proses adiabatik. Usaha yang terdapat pada gas yang
mengalami proses-proses termodinamika tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

a. Proses Isotermal

Proses isotermal adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada suhu tetap.

Gambar 4. AB merupakan proses isotermal.


Menurut Hukum Boyle, proses isotermal dapat dinyatakan dengan persamaan :

pV = konstan

atau

p1V1 = p2V2

Dalam proses ini, tekanan dan volume sistem berubah sehingga persamaan W = p
V tidak dapat langsung digunakan. Untuk menghitung usaha sistem dalam proses
isotermal ini digunakan cara integral. Misalkan, pada sistem terjadi perubahan yang
sangat kecil sehingga persamaan usahanya dapat dituliskan sebagai

dW = pdV

(13)

Jika Persamaan (13) diintegralkan maka dapat dituliskan :

dW = pdV

Dari persamaan keadaan gas ideal diketahui bahwa p = nRT/V. Oleh karena itu,
integral dari Persamaan (93) dapat dituliskan menjadi :

dW = (nRT / V)

Jika konstanta n R, dan besaran suhu (T) yang nilainya tetap dikeluarkan dari
integral, akan diperoleh :

W = nR T (lnV2 lnV1)

W = n RT ln (V2/V1)

atau

W = n RT ln (p2/p1)

(14)

Contoh Soal 3 :

Sepuluh mol gas helium memuai secara isotermal pada suhu 47 C sehingga
volumenya menjadi dua kali volume mula-mula. Tentukanlah usaha yang dilakukan
oleh gas helium.

Kunci Jawaban :

Diketahui: T = 47 C = (47 + 273) K = 320 K dan V2 = 2V1.

Usaha yang dilakukan gas pada proses isotermal:

W = n RT ln (V2/V1) = (10 mol) ( 8,31 J/mol)(320 K) ln (2V2/V1) = 26.592 ln 2 =


18.428 joule

b. Proses Isokhorik

Proses isokhorik adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada volume tetap.

Gambar 5. AB merupakan proses isokhorik.


Menurut Hukum Gay-Lussac proses isokhorik pada gas dapat dinyatakan dengan
persamaan :

p/T = konstan

atau

p1/T1 = p2/T2

Oleh karena perubahan volume dalam proses isokhorik V = 0 maka usahanya W =


0.

c. Proses Isobarik

Proses isobarik adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada tekanan tetap.

Gambar 6. CD adalah proses isobarik.


Menurut Hukum Charles, persamaan keadaan gas pada proses isobarik dinyatakan
dengan persamaan :

V/T = konstan

atau

V1/T1 = V2/T2

Oleh karena volume sistem berubah, sedangkan tekanannya tetap, usaha yang
dilakukan oleh sistem dinyatakan dengan persamaan

W = pV = p (V2 V1)

(15)

Contoh Soal 4 :

Suatu gas yang volumenya 1,2 liter perlahan-lahan dipanaskan pada tekanan tetap
1,5 105 N/m2 hingga volumenya menjadi 2 liter. Berapakah usaha yang dilakukan
gas?
Kunci Jawaban :

Diketahui: V1 = 1,2 L, V2 = 2 L, dan p = 1,5 105 N/m2.


1 liter = 1 dm3 = 103 m3
Usaha yang dilakukan gas pada tekanan tetap (isobarik) adalah
W = p (V2 V1) = (1,5 105 N/m2) (2 1,2) 103 m3 = 120 joule

Contoh Soal 5 :

Suatu gas ideal mengalami proses siklus seperti grafik p V berikut.

Tentukanlah:

a. usaha gas dari A ke B,


b. usaha gas dari B ke C,
c. usaha gas dari C ke A, dan
d. usaha netto gas dalam satu siklus.

Kunci Jawaban :

Diketahui: pA = pB = 3 105 Pa, pC = 1 105 Pa, VA = 2 L, dan VB = VC = 6 L.

a. Proses A ke B adalah proses isobarik. Usaha dari A ke B dapat dihitung dengan


persamaan
WAB = p(VB VA)
WAB = 3 105 Pa (6 2) 103 m3 = 1.200 joule
b. Proses B ke C adalah proses isokhorik. Oleh karena VC = VB, usaha yang
dilakukan gas WBC = 0
c. Proses dari C ke A adalah isotermal. Oleh karena pC:VC = pA:VA, usaha dari C ke A
adalah :

WCA = nRT ln (VA/VC) = pCVC ln (VA/VC) = pAVA ln (VA/VC) (ingat: pV = nRT)

WCA = (1 105 N/m2)(6 103 m3)ln 3/6 = 415,8 joule

d. Usaha netto gas dalam satu siklus ABCA :


Wsiklus = WAB + WBC + WCA = 1.200 joule + 0 + (415,8 joule) = 784,2 joule

d. Proses Adiabatik

Proses adiabatik adalah suatu proses perubahan keadaan gas di mana tidak ada
kalor (Q) yang masuk atau keluar dari sistem (gas). Proses ini dapat dilakukan
dengan cara mengisolasi sistem menggunakan bahan yang tidak mudah
menghantarkan kalor atau disebut juga bahan adiabatik. Adapun, bahan-bahan
yang bersifat mudah menghantarkan kalor disebut bahan diatermik

Proses adiabatik ini mengikuti persamaan Poisson sebagai berikut

p V = konstan

atau

p1 V1 = p2 V2

(16)

Oleh karena persamaan gas ideal dinyatakan sebagai pV = nRT maka Persamaan
(94) dapat ditulis :

T1V1( 1) = T2 V2( 1)

(17)

dengan = CP/CV = konstanta Laplace, dan CP/CV > 1. CP adalah kapasitas kalor gas
pada tekanan tetap dan CV adalah kalor gas pada volume tetap. Perhatikan diagram
p V pada Gambar 7.

Gambar 7. Pada proses adiabatik, kurva pV lebih curam


dibandingkan dengan kurva pV pada proses isotermal.
Dari kurva hubungan p V tersebut, Anda dapat mengetahui bahwa:

1) Kurva proses adiabatik lebih curam daripada kurva proses isotermal.


2) Suhu, tekanan, maupun volume pada proses adiabatik tidak tetap.

Oleh karena sistem tidak melepaskan atau menerima kalor, pada kalor sistem
proses adiabatik Q sama dengan nol. Dengan demikian, usaha yang dilakukan oleh
sistem hanya mengubah energi dalam sistem tersebut. Besarnya usaha pada proses
adiabatik tersebut dinyatakan dengan persamaan berikut.

W= 3/2 nRTT = 3/2 (p1 V1 p2 V2)

(18)

Catatan Fisika :
OTEC

OTEC di Hawai. [2]


OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) adalah sebuah pembangkit tenaga listrik
mini. Mesin ini bekerja berdasarkan perbedaan suhu antara permukaan laut yang
hangat dan kedalaman laut yang dingin. Pusat pembangkit listrik ini bebas polusi.
Contoh Soal 6 :

Sebuah mesin memiliki rasio pemampatan 12 : 1 yang berarti bahwa setelah


pemampatan, volume gas menjadi 1/12 volume awalnya. Anggap bahan bakar
bercampur udara pada suhu 35 C, tekanan 1 atm, dan = 1,4. Jika proses
pemampatan terjadi secara adiabatik, hitunglah tekanan pada keadaan akhir dan
suhu campuran.
Kunci Jawaban :

Diketahui: V2 = 1/12 V1, T1 = 35 + 273 = 308 K, dan p1 = 1 atm.

Untuk menentukan tekanan akhir p2, gunakan rumus :

p2 = 32,4 atm.
Suhu campuran atau suhu akhir T2 diperoleh sebagai berikut :

T2 = 308 K (12)1,4 1 = 308 K (12)0,4 = 832 K = 559 C

Contoh Soal 7 :

Usaha sebesar 2 103 J diberikan secara adiabatik untuk memampatkan 0,5 mol
gas ideal monoatomik sehingga suhu mutlaknya menjadi 2 kali semula. Jika
konstanta umum gas R = 8,31 J/mol K, tentukanlah suhu awal gas.

Kunci Jawaban :

Diketahui: W = 2 103 J, T2 = 2T1, dan n = 0,5 mol.

W = 3/2 n R (T2 T1) = 3/2 n R (2T1 T1)

W = 3/2 n R T1

T1 = 2W / 3nR = 2(2 x 103 joule) / 3 x 0,5 mol x 8,31 J/molK = 321 K

Jadi, suhu awal gas adalah 321 K.

B. Hukum Termodinamika 1

Dari pembahasan materi Bab 8, Anda telah mengetahui bahwa suhu gas
berhubungan dengan energi kinetik yang dimiliki oleh gas tersebut. Anda juga telah
mempelajari hubungan antara energi kinetik dan energi dalam yang dimiliki oleh
gas. Perubahan energi dalam dapat terjadi jika terjadi perubahan suhu (energi
dalam akan meningkat jika suhu gas (sistem) meningkat atau pada gas diberikan
kalor). Apakah perubahan energi dalam dapat terjadi pada gas yang diberi atau
melakukan usaha mekanik?

Hubungan antara kalor yang diterima atau dilepaskan suatu sistem, usaha yang
dilakukan pada sistem, serta perubahan energi dalam sistem yang ditimbulkan oleh
kalor dan usaha tersebut dijelaskan dalam Hukum Pertama Termodinamika.

Hukum Pertama Termodinamika adalah perluasan bentuk dari Hukum Kekekalan


Energi dalam mekanika. Hukum ini menyatakan bahwa: "Jumlah kalor pada suatu
sistem sama dengan perubahan energi dalam sistem tersebut ditambah usaha yang
dilakukan oleh sistem."

Dengan demikian, meskipun energi kalor sistem telah berubah menjadi energi
mekanik (usaha) dan energi dalam, jumlah seluruh energi tersebut selalu tetap.
Secara matematis, Hukum Pertama Termodinamika dituliskan sebagai berikut.

Q = U + W

(19)

dengan:

Q = kalor yang diterima atau dilepaskan oleh sistem,


U = U2 U1 = perubahan energi dalam sistem, dan
W = usaha yang dilakukan sistem.

Perjanjian tanda yang berlaku untuk Persamaan (1-9) tersebut adalah sebagai
berikut.

1. Jika sistem melakukan kerja maka nilai W berharga positif.

2. Jika sistem menerima kerja maka nilai W berharga negatif


3. Jika sistem melepas kalor maka nilai Q berharga negatif
4. Jika sistem menerima kalor maka nilai Q berharga positif

Contoh Soal 8 :

Delapan mol gas ideal dipanaskan pada tekanan tetap sebesar 2


105 N/m2 sehingga volumenya berubah dari 0,08 m3 menjadi 0,1 m3. Jika gas
mengalami perubahan energi dalam gas sebesar 1.500 J, berapakah kalor yang
diterima gas tersebut.

Kunci Jawaban :

Diketahui: p = 2 105 N/m2, V1 = 0,08 m3, V2 = 0,1 m3, dan U = 1.500 J.


Q = U+ W
Q = U + p(V2 V1)
Q = 1.500 joule + 2 105 N/m2 (0,1 0,08) m3 = 1.500 joule + 4.000 joule = 5.500
J

Contoh Soal 9 :

Suatu sistem mengalami proses isobarik. Pada sistem dilakukan usaha sebesar 100
J. Jika perubahan energi dalam sistem U dan kalor yang diserap sistem = 150
joule, berapakah besarnya U?
Kunci Jawaban :
Diketahui: W = 100 joule (dilakukan usaha), dan Q = 150 joule (sistem menyerap
kalor).
Menurut Hukum Pertama Termodinamika
U = Q W = 150 joule (100 joule) = 250 joule.

Catatan Fisika :

Aeolipile

Aeolipile. [3]
Hero atau Heron membuat mesin uap pertama yang disebut aeolipile. Mesin ini
terdiri atas sebuah pemanas yang terletak di bawah suatu kuali dan memiliki dua
lubang angin. Uap yang dialirkan ke dalam kuali akan keluar dari lubang angin
sehingga akan memutar kincir. Aeolipile tidak memiliki fungsi praktis. (Sumber:
Jendela Iptek, 1997)

1. Perubahan Energi Dalam


Perubahan energi dalam U tidak bergantung pada proses bagaimana keadaan
sistem berubah, tetapi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir
sistem tersebut.
Anda telah mengetahui bahwa proses-proses dalam termodinamika terbagi atas
empat jenis, yaitu isotermal, isokhorik, isobarik, dan adiabatik. Perubahan energi
dalam terjadi pada setiap proses tersebut dijelaskan sebagai berikut.
a. Proses Isotermal

Anda telah memahami bahwa proses isotermal merupakan suatu proses yang
terjadi dalam sistem pada suhu tetap. Besar usaha yang dilakukan sistem proses
isotermal ini adalah W = nRT In (V2/V1). Oleh karena T = 0, menurut Teori Kinetik
Gas, energi dalam sistem juga tidak berubah (U = 0) karena perubahan energi
dalam bergantung pada perubahan suhu. Ingatlah kembali persamaan energi dalam
gas monoatomik yang dinyatakan dalam persamaan U = 3/2 nRTyang telah
dibahas pada Bab 8.

Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk proses


isotermal ini dapat dituliskan sebagai berikut.
Q = U + W = 0 + W
Q = W = nR T ln (V2/V1)

(1 -10)

b. Proses Isokhorik

Dalam proses isokhorik perubahan yang dialami oleh sistem berada dalam keadaan
volume tetap. Anda telah memahami bahwa besar usaha pada proses isokhorik
dituliskan W = pV = 0. Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama
Termodinamika untuk proses ini dituliskan sebagai
Q = U + W = U + 0
Q = U = U2 - U1

(1-11)

Dari Persamaan (1-11) Anda dapat menyatakan bahwa kalor yang diberikan pada
sistem hanya digunakan untuk mengubah energi dalam sistem tersebut. Jika
persamaan energi dalam untuk gas ideal monoatomik disubstitusikan ke dalam
Persamaan (1-11), didapatkan perumusan Hukum
Pertama Termodinamika pada proses isokhorik sebagai berikut.

Q = U = 3/2 nR T

atau

(1-12)

Q = U2 - U1 = 3/2 nR (T2 T1)

(1-13)

c. Proses Isobarik
Jika gas mengalami proses isobarik, perubahan yang terjadi pada gas berada dalam
keadaan tekanan tetap. Usaha yang dilakukan gas dalam proses ini memenuhi
persamaan W = P V = p(V2 V1). Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama
Termodinamika untuk proses isobarik dapat dituliskan sebagai berikut.
Q = U + W
Q = U + p(V2 V1) (9-14)
Untuk gas ideal monoatomik, Persamaan (1-14) dapat dituliskan sebagai :

Q = 3/2 nR (T2 T1) + p (V2 V1)

(1-15)

d. Proses adiabatik
Dalam pembahasan mengenai proses adiabatik, Anda telah mengetahui bahwa
dalam proses ini tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem sehingga
Q = 0. Persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk proses adiabatik ini dapat
dituliskan menjadi
Q = U + W
0 = U + W
atau
W = - U = - (U2 - U1)

(1-16)

Berdasarkan Persamaan (1-16) tersebut, Anda dapat menyimpulkan bahwa usaha


yang dilakukan oleh sistem akan mengakibatkan terjadinya perubahan energi dalam
sistem di mana energi dalam tersebut dapat bertambah atau berkurang dari
keadaan awalnya.
Persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk gas ideal monoatomik pada
proses adiabatik ini dituliskan sebagai :

W = - U = - 3/2 nR (T2 T1)

(1-17)

Catatan Fisika :

Energi Dalam

Double Espresso. [4]


Energi dalam secangkir kopi hanya bergantung pada keadaan termodinamikanya
(seberapa banyak kopi dan air yang dikandungnya, dan berapa suhunya). Energi
tersebut tidak bergantung pada proses persiapan kopinya, yaitu lintasan
termodinamika yang membawanya ke keadaan yang sekarang. (Sumber: Fisika
Universitas, 2000)

2. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor gas adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu
gas sebesar 1C, untuk volume tetap disebut CV dan untuk tekanan tetap disebut
Cp.

Secara matematis, kapasitas kalor (C) dinyatakan dengan persamaan :

C = Q/T

(118)

Pada gas, perubahan suhu dapat dilakukan dengan proses isobarik atau proses
isokhorik. Dengan demikian, kapasitas kalor gas dapat dibedakan menjadi dua,
yakni kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp) dan kapasitas kalor pada volume
tetap (V). Perumusan kedua pada kapasitas kalor tersebut secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut.

Cp = QP/T dan CV = QV/T

(119)

Jika besaran QP dan QV dimasukkan ke dalam persamaan Hukum Pertama


Termodinamika, akan didapatkan persamaan berikut.
a. Pada proses isokhorik
QV = U + W

(120)

Oleh karena dalam proses ini volume sistem tetap (U = 0) maka usaha sistem W =
0 sehingga didapatkan persamaan :
QV = U

(121)

b. Pada proses isobarik


QP = U + W
Oleh karena dalam proses ini tekanan sistem tetap ( p + 0), usaha sistem W = p
V. Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama Termodinamika dapat dituliskan
QP = U + p V

(122)

Dengan melakukan substitusi Persamaan (121) ke Persamaan (122) dapat


dituliskan persamaan
Qp = U + p V atau Qp QV = p V

(123)

Selanjutnya, jika Persamaan (919) disubstitusikan Persamaan (123) akan


diperoleh persamaan

(Cp T) (CV T) = p V

(Cp CV)T = p V

Cp CV = p V / T

(124)

Berdasarkan persamaan keadaan gas ideal pV = nRT, Persamaan (124) dapat


dituliskan menjadi
Cp CV = nR

(125)

Untuk gas monoatomik, energi dalam gas dinyatakan dengan persamaan :

U = 3/2 nRT
Dengan demikian, kapasitas kalor pada proses isokhorik (Q V = U) dapat dituliskan
sebagai :

CV = 3/2 nR (926)

Catatan Fisika :

Umumnya memasak melibatkan proses isobarik. Hal ini disebabkan karena tekanan
udara di atas panci, wajan, atau dalam oven microwave tetap konstan sementara
makanan dipanaskan. (Sumber: Fisika Universitas, 2000)

Besar Cp dapat ditentukan dari Persamaan (125) sehingga diperoleh :

Cp = CV + nR

Cp = 3/2 nR + nR

Cp = 5/2 nR

(127)

Contoh Soal 10 :

Gas nitrogen bermassa 56 103 kg dipanaskan dari suhu 270 K menjadi 310 K.
Jika nitrogen ini dipanaskan dalam bejana yang bebas memuai, diperlukan kalor
sebanyak 2,33 kJ. Jika gas nitrogen ini dipanaskan dalam bejana kaku (tidak dapat
memuai), diperlukan kalor sebesar 1,66 kJ. Jika massa molekul relatif nitrogen 28
g/mol, hitunglah kapasitas kalor gas nitrogen dan tetapan umum gas.
Kunci Jawaban :
Diketahui: m = 56 103 kg, T = 40 K, dan Mr = 28 g/mol = 28 103kg/mol.
a. Proses tekanan tetap pada gas:

Qp = 2,33 kJ = 2.330 J
Qp = Cp ( T)
2.330 J = Cp (40 K) Cp = 58, 2 J/K.
Proses volume tetap pada gas:

QV = 1,66 kJ = 1.660 J.
QV = CV ( T)
1.660 joule = CV (40 K) CV = 41,5 J/K
b. Tetapan umum gas R dihitung sebagai berikut.

Cp CV = n R = (m/Mr) R R = Mr/m (CP CV)

R = ((28 x 10 kg/mol) / (56 x 10 kg)) ((58,2 - 41,5)J/K) = 8,35 J/mol K.

Tokoh Fisika :
Nicolas Lonard Sadi Carnot

Sadi Carnot. [5]


Sadi Carnot ialah seorang ilmuwan yang lahir di Paris, Prancis. Sebagian besar
waktunya ia gunakan untuk menyelidiki mesin uap. Pada 1824, ia mempublikasikan
esai yang berjudul Rflexions sur la puissance motrice du feu et sur les machines
propres dvelopper cette puissance. Penemuannya menjadi dasar ilmu
termodinamika dan memberikan manfaat besar terhadap kehidupan manusia.
(Sumber: www.all iographies.com)

3. Siklus Carnot dan Efisiensi Mesin


Keadaan suatu sistem dalam termodinamika dapat berubah-ubah, berdasarkan
percobaan besaran-besaran keadaan sistem tersebut. Namun, besaran-besaran
keadaan tersebut hanya berarti jika sistem berada dalam keadaan setimbang.
Misalnya, jika Anda mengamati suatu gas yang sedang memuai di dalam tabung,
temperatur dan tekanan gas tersebut di setiap bagian tabung dapat berubah-ubah.
Oleh karena itu, Anda tidak dapat menentukan suhu dan temperatur gas saat kedua
besaran tersebut masih berubah. Agar dapat menentukan besaran-besaran
keadaan gas, gas harus dalam keadaan reversibel. Apakah yang dimaksud dengan
proses reversibel?

Proses reversibel adalah suatu proses dalam sistem di mana sistem hampir selalu
berada dalam keadaan setimbang.
Perhatikanlah Gambar 8.

Gambar 8. Perubahan keadaan gas dalam siklus reversibel.


Dari grafik pV tersebut, suatu gas mengalami perubahan keadaan dari A ke B.
Diketahui bahwa pada keadaan A sistem memiliki tekanan p1 dan volume V1. Pada
tekanan B, tekanan sistem berubah menjadi p2 dan volumenya menjadi V2. Jika gas
tersebut mengalami proses reversibel, keadaan gas tersebut dapat dibalikkan dari
keadaan B ke A dan tidak ada energi yang terbuang. Oleh karena itu, pada proses
reversibel, kurva pV yang dibentuk oleh perubahan keadaan sistem dari A ke B dan
dari B ke A adalah sama.
Dalam kenyataannya, sulit untuk menemukan proses reversibel karena proses ini
tidak memperhitungkan energi yang hilang dari dalam sistem (misalnya, gesekan).
Namun, proses reversibel memenuhi Hukum Pertama Termodinamika. Tahukah Anda
yang dimaksud dengan siklus termodinamika? Siklus termodinamika adalah proses
yang terjadi pada sistem sehingga akhirnya sistem kembali pada keadaan awalnya.
Prinsip siklus termodinamika ini kali pertama dijelaskan oleh seorang insinyur
Perancis bernama Sadi Carnot dan disebut siklus Carnot. Siklus Carnot adalah suatu
siklus ideal reversibel yang terdiri atas dua proses isotermal dan proses adiabatik,
seperti terlihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Siklus Carnot.


Siklus Carnot ini merupakan salah satu prinsip dasar siklus termodinamika yang
digunakan untuk memahami cara kerja mesin Carnot. Perhatikanlah Gambar 10.
berikut.

Gambar 10. Siklus Carnot pada mesin Carnot.


Pada gambar tersebut suatu gas ideal berada di dalam silinder yang terbuat dari
bahan yang tidak mudah menghantarkan panas. Volume silinder tersebut dapat
diubah dengan cara memindahkan posisi pistonnya. Untuk mengubah tekanan gas,

diletakkan beberapa beban di atas piston. Pada sistem gas ini terdapat dua sumber
kalor yang disebut reservoir suhu tinggi (memiliki suhu 300 K) gas memiliki
temperatur tinggi (300 K), tekanan tinggi (4 atm), dan volume rendah (4 m3).
Berikut urutan keempat langkah proses yang terjadi dalam siklus Carnot.
a. Pada langkah, gas mengalami ekspansi isotermal. Reservoir suhu tinggi
menyentuh dasar silinder dan jumlah beban di atas piston dikurangi. Selama proses
ini berlangsung, temperatur sistem tidak berubah, namun volume sistem
bertambah. Dari keadaan 1 ke keadaan 2, sejumlah kalor (Q 1) dipindahkan dari
reservoir suhu tinggi ke dalam gas.
b. Pada langkah kedua, gas berubah dari keadaan 2 ke keadaan 3 dan mengalami
proses ekspansi adiabatik. Selama proses ini berlangsung, tidak ada kalor yang
keluar atau masuk ke dalam sistem. Tekanan gas diturunkan dengan cara
mengurangi beban yang ada di atas piston. Akibatnya, temperatur sistem akan
turun dan volumenya bertambah.
c. Pada langkah ketiga, keadaan gas berubah dari keadaan 3 ke keadaan 4 melalui
proses kompresi isotermal. Pada langkah ini, reservoir suhu rendah (200 K)
menyentuh dasar silinder dan jumlah beban di atas piston bertambah. Akibatnya
tekanan sistem meningkat, temperaturnya konstan, dan volume sistem menurun.
Dari keadaan 3 ke keadaan 4, sejumlah kalor (Q 2) dipindahkan dari gas ke reservoir
suhu rendah untuk menjaga temperatur sistem agar tidak berubah.
d. Pada langkah keempat, gas mengalami proses kompresi adiabatik dan
keadaannya berubah dari keadaan 4 ke keadaan1. Jumlah beban di atas piston
bertambah. Selama proses ini berlangsung, tidak ada kalor yang keluar atau masuk
ke dalam sistem, tekanan sistem meningkat, dan volumenya berkurang.
Menurut kurva hubungan pV dari siklus Carnot, usaha yang dilakukan oleh gas
adalah luas daerah di dalam kurva pV siklus tersebut. Oleh karena siklus selalu
kembali ke keadaannya semula, Usiklus = 0 sehingga persamaan usaha siklus
(Wsiklus) dapat dituliskan menjadi
Wsiklus = Qsiklus = (Q1 Q2)

(128)

dengan:
Q1 = kalor yang diserap sistem, dan
Q2 = kalor yang dilepaskan sistem.
Ketika mesin mengubah energi kalor menjadi energi mekanik (usaha). Perbandingan
antara besar usaha yang dilakukan sistem (W) terhadap energi kalor yang

diserapnya (Q1) disebut sebagai efisiensi mesin. Persamaan matematis efisiensi


mesin ini dituliskan dengan persamaan :

= (W/Q1) x 100 %

(129)

dengan = efisiensi mesin.

Oleh karena usaha dalam suatu siklus termodinamika dinyatakan dengan


W = Q 1 Q2
maka Persamaan (130) dapat dituliskan menjadi :

= (Q1 - Q2 / Q1) x 100 %

(130)

Pada mesin Carnot, besarnya kalor yang diserap oleh sistem (Q 1) sama dengan
temperatur reservoir suhu tingginya (T1). Demikian juga, besarnya kalor yang
dilepaskan sistem (Q2) sama dengan temperatur reservoir suhu rendah mesin
Carnot tersebut. Oleh karena itu, Persamaan (130) dapat dituliskan menjadi :

(131)
Dari Persamaan (131) tersebut, Anda dapat menyimpulkan bahwa efisiensi mesin
Carnot dapat ditingkatkan dengan cara menaikkan temperatur reservoir suhu tinggi
atau menurunkan temperatur reservoir suhu rendah.

Catatan Fisika :

Lokomotif Uap

Lokomotif Uap. [6]


Lokomotif uap ini bekerja dengan menggunakan hukum pertama termodinamika.
Saat panas dihasilkan oleh batubara atau kayu yang dibakar dalam mesin lokomotif,
sebagian energi menaikkan suhu air (yang mendidih dan menghasilkan uap) dalam
mesin. Sisa energi dipakai guna mengekspansikan uap untuk menghasilkan kerja
dan menggerakkan lokomotif. (Sumber: Fisika Universitas, 1998)

Contoh Soal 11 :

Sebuah mesin gas ideal bekerja dalam suatu siklus Carnot antara suhu tinggi T1 C
dan dan suhu rendah 127 C. Jika mesin menyerap kalor 60 kkal pada suhu tertinggi
dan membuang kalor 48 kkal, hitunglah:
a. usaha yang dihasilkan dalam satu siklus,
b. efisiensi mesin tersebut, dan
c. besarnya suhu tinggi T1.
Kunci Jawaban :
Diketahui: T2 = 127 C, Q1 = 60 kkal, dan Q2 = 48 kkal.
a. Berdasarkan Hukum Pertama termodinamika:
W = Q1 Q2 = 60 kkal 48 kkal = 12 kkal
b. Efisiensi mesin Carnot

= (W/Q1) x 100 % = (12 kkal / 60 kkal) x 100 % = 20%

c. Efisiensi mesin dalam bentuk suhu dinyatakan dengan persamaan :

Contoh Soal 12 :

Sebuah mesin Carnot yang menggunakan reservoir suhu tinggi bersuhu 800 K
memiliki efisiensi 40%. Agar efisiensi maksimumnya naik menjadi 50%, tentukanlah
kenaikan suhu yang harus dilakukan pada reservoir suhu tinggi.

Kunci Jawaban :
Diketahui: T1 = 800 K, 1 = 40%, dan 2 = 50%.
Cara umum
Efisiensi mesin semula 1 = 40%

Agar efisiensi menjadi 2 = 50% untuk T2 = 480 K

Jadi, temperatur suhu tinggi harus dinaikkan menjadi 960 K.

Contoh Soal 13 :

Suatu mesin Carnot bekerja di antara suhu 600 K dan 300 K serta menerima kalor
sebesar 1.000 joule (seperti terlihat pada gambar). Usaha yang dilakukan mesin
dalam satu siklus adalah ....

a. 300 J
b. 400 J
c. 500 J
d. 600 J
e. 700 J

Kunci Jawaban :

W = 500 joule
Jawab: c

C. Hukum Termodinamika 2

1. Entropi
Pada pembahasan mengenai siklus Carnot dan mesin Carnot, proses termodinamika
yang terjadi selama proses tersebut mampu mengubah seluruh energi kalor
menjadi usaha dan tidak ada energi yang hilang. Siklus termodinamika yang telah
dibahas pada subbab B merupakan siklus ideal yang tidak pernah ditemui dalam
kehidupan nyata.
Sebagai contoh sederhana, missalkan Anda memasukkan sebuah bola besi panas ke
dalam bejana yang berisi air dingin. Anda tentunya telah memahami bahwa kalor
akan berpindah dari bola besi ke air sehingga suhu keduanya sama atau dikatakan
keduanya telah berada dalam kesetimbangan termal. Namun, jika Anda membalik
proses ini dengan cara memasukkan bola besi dingin ke dalam air panas,
mungkinkah suhu bola besi tersebut naik dan suhu air turun dan keduanya
mencapai kesetimbangan termal yang sama, seperti pada keadaan sebelumnya?
Proses termodinamika yang melakukan proses aliran kalor dari benda (reservoir)
bersuhu rendah ke benda (reservoir) bersuhu tinggi, seperti yang dimisalkan
tersebut tidak mungkin terjadi secara spontan (tanpa ada usaha yang diberikan ke
dalam sistem).
Hal inilah yang kemudian diteliti oleh Clausius dan Kelvin-Planck sehingga
menghasilkan rumusan Hukum Kedua Termodinamika. Berikut pernyataan KevinPlanck dan Clausius.
a. Menurut Clausius, kalor tidak dapat berpindah dari benda bersuhu rendah ke
benda bersuhu tinggi tanpa adanya usaha luar yang diberikan kepada sistem.
b. Menurut Kelvin-Planck, tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu
siklus dan menghasilkan seluruh kalor yang diserapnya menjadi usaha.
Dalam menyatakan Hukum Kedua Termodinamika ini, Clausius memperkenalkan
besaran baru yang disebut entropi (S). Entropi adalah besaran yang menyatakan
banyaknya energi atau kalor yang tidak dapat diubah menjadi usaha. Ketika suatu
sistem menyerap sejumlah kalor Q dari reservoir yang memiliki temperatur mutlak,
entropi sistem tersebut akan meningkat dan entropi reservoirnya akan menurun
sehingga perubahan entropi sistem dapat dinyatakan dengan persamaan :

S = Q/T

(132)

Persamaan (32) tersebut berlaku pada sistem yang mengalami siklus reversibel dan
besarnya perubahan entropi (S) hanya bergantung pada keadaan akhir dan
keadaan awal sistem.

Tokoh Fisika :

James Watt (17361819)

James Watt. [7]


Watt adalah seorang ilmuwan dan insinyur besar yang berasal dari Britania. Ia
menciptakan mesin uap pertama, yang menjadi kekuatan utama terjadinya Revolusi
Industri Eropa.

Contoh Soal 14 :

Gambar di atas menunjukkan bahwa 1.200 J kalor mengalir secara spontan dari
reservoir panas bersuhu 600 K ke reservoir dingin bersuhu 300 K. Tentukanlah
jumlah entropi dari sistem tersebut. Anggap tidak ada perubahan lain yang terjadi.
Kunci Jawaban :
Diketahui : Q = 1.200 J, T1 = 600 K, dan T2 = 300 K.
Perubahan entropi reservoir panas:

S1 = (- Q1/T1) = (-1.200 J/600 K) = 2 J/K

Perubahan entropi reservoir dingin:

S2 = (Q2/T2) = (1.200 J/300 K) = 4 J/K

Total perubahan entropi total adalah jumlah aljabar perubahan entropi setiap
reservoir:
Ssistem = S1 + S2 = 2 J/K + 4 J/K = +2 J/K

2. Mesin Pendingin (refrigerator)

Kalor dapat dipaksa mengalir dari benda dingin ke benda panas dengan melakukan
usaha pada sistem. Peralatan yang bekerja dengan cara seperti ini disebut mesin
pendingin (refrigerator). Contohnya lemari es dan pendingin ruangan (Air
Conditioner). Perhatikan Gambar 11.

Gambar 11. Skema kerja mesin pendingin (refrigerator).


Dengan melakukan usaha W pada sistem (pendingin), sejumlah kalor Q2 diambil
dari reservoir bersuhu rendah T2 (misalnya, dari dalam lemari es). Kemudian,
sejumlah kalor Q1 dibuang ke reservoir bersuhu tinggi T1 (misalnya, lingkungan di
sekitar lemari es).
Ukuran kemampuan sebuah mesin pendingin dinyatakan sebagai koefisien daya
guna (koefisien performansi) yang diberi lambang Kp dan dirumuskan dengan
persamaan :

Kr = Q2 / W

(133)

Oleh karena usaha yang diberikan pada mesin pendingin tersebut dinyatakan
dengan W = Q1 - Q2, Persamaan (133) dapat ditulis menjadi :

Kr = Q2 / (Q1 - Q2)

(134)

Jika gas yang digunakan dalam sistem mesin pendingin adalah gas ideal,
Persamaan (134) dapat dituliskan menjadi :

Kp = T2 / (T1 - T1)

(135)

Lemari es dan pendingin ruangan memiliki koefisien performansi dalam jangkauan 2


sampai dengan 6. Semakin tinggi nilai KP, semakin baik mesin pendingin tersebut.

Contoh Soal 15 :

Sebuah lemari es memiliki koefisien performansi 6. Jika suhu ruang di luar lemari es
adalah 28 C, berapakah suhu paling rendah di dalam lemari es yang dapat
diperoleh?
Kunci Jawaban :
Diketahui: Kp = 6, dan T1 = 28 C.
Koefisien performansi maksimum diperoleh sebagai berikut:

dengan T1 adalah suhu tinggi dan T2 adalah suhu rendah. Dari persamaan tersebut
diperoleh

(KP) T1 (KP) T2 = T2
(KP) T1 = (1 + KP) T2

Dari soal diketahui T1 = (28 + 273) K = 301 K dan KP = 6,0 sehingga suhu paling
rendah di dalam lemari es T2 dapat dihitung.

T2 = 258 K atau 15 C.

Contoh Soal 16 :

Sebuah mesin Carnot menerima 2.000 J dari reservoir panas dan melepaskan 1.750
J pada reservoir dingin. Dengan demikian, efisiensi mesin tersebut adalah ....
a. 6,25%
b. 10%
c. 12,5%
d. 25%
e. 87,5%
Kunci Jawaban :
Informasi yang diketahui dari soal:
Q1 = 2.000 J
Q2 = 1.750 J
Usaha yang dilakukan oleh mesin Carnot adalah
W = Q2 Q1

= (W/Q1) x 100 %

= 12,5%
Jawab: c

D. Hukum Termodinamika 3
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut,
semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum.
Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada
temperatur nol absolut bernilai nol. [8]
Rangkuman :

1. Sistem dalam termodinamika adalah bagian ruang atau benda yang menjadi
pusat perhatian pengamatan.
2. Lingkungan dalam termodinamika adalah segala sesuatu yang berada di luar
sistem dan memengaruhi sistem.
3. Hukum Pertama Termodinamika menyatakan bahwa jumlah energi yang diberikan
pada sistem sama dengan perubahan energi dalam sistem ditambah usaha yang
dilakukannya :
Q = U +W
4. a. Pada proses isokhorik, W = 0
b. Pada proses isotermal, U = 0
c. Pada proses adiabatik, Q = 0
5. Hukum Kedua Termodinamika memberi batasan terhadap perubahan energi yang
dapat berlangsung atau tidak dapat berlangsung.

6. Entropi adalah suatu ukuran banyaknya kalor yang tidak dapat diubah menjadi
usaha.

S = Q/T

7. Mesin kalor mengubah energi termal menjadi usaha dengan cara memindahkan
kalor dari reservoir bersuhu tinggi ke reservoir bersuhu rendah.
8. Efisiensi mesin kalor

9. Mesin pendingin memerlukan usaha untuk memindahkan kalor dari reservoir


bersuhu rendah ke reservoir bersuhu tinggi.
10. Efisiensi mesin pendingin :

Anda mungkin juga menyukai