Akhlak Tasawuf

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia memiliki aspek jasmani atau fisik dan juga rohani atau jiwa
dimana kedua aspek tersebut saling melengkapi dan tidak bisa untuk
berdiri sendiri.Adakalanya manusia hanya mementingkan hal-hal yang
bersifat jasmani atau fisik saja tanpa menghiraukan aspek rohani, hal
tersebut
membuat
seseorang
berpikir
hanya
pada
masalah
keduniawian.Banyak diantara mereka yang merasa ada sesuatu yang
hilang dalam diri mereka dan ternyata hal tersebut adalah ketenangan
jiwa.
Jiwa manusia sering menerima serangan dari berbagai penyakit hati
yang mengakibatkan akhhlak manusia menjadi buruk, tidak sesuai
dengan yang Allah gariskan dan Rasul-Nya contohkan. Bisa jadi orang
yang terkena penyakit hati akan menjadi malas beribadah,malas belajar,
pelaku maksiat, atau hamba dari hawa nafsunya.
Oleh karena itu, menyucikan dan membersihkan jiwa (tazkiyatun nafs)
dari berbagai penyakit hati merupakan suatu keharusan sebagaimana
yang Allah serukan dalam Al-Quran, dan itu menjadi aktifitas yang tak
terpisahkan dari keseharian orang muslim. Alah sangat menyukai hambahamba-Nya yang menyucikan jiwa dan sangat membenci hamba-hambaNya yang mengotori jiwa dengan kemaksiatan .

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tazkiyatun Nafs


Tazkiyatun nafs terdiri dari dua kata: at-tazkiyah dan an-nafs. Attazkiyah bermakna at-tath-hiir, yaitu penyucian atau pembersihan.
Karena itulah zakat, yang satu akar dengan kata at-tazkiyah disebut zakat
karena ia kita tunaikan untuk membersihkan/menyucikan harta dan jiwa
kita. Adapun kata an-nafs (bentuk jamaknya: anfus dan nufus) berarti jiwa
atau nafsu. Dengan demikian tazkiyatun nafs berarti penyucian jiwa atau
nafsu kita.
Namun at-tazkiyah tidak hanya memiliki makna penyucian.At-tazkiyah
juga memiliki makna an-numuww, yaitu tumbuh.Maksudnya, tazkiyatun
nafs itu juga berarti menumbuhkan jiwa kita agar bisa tumbuh sehat
dengan memiliki sifat-sifat yang baik/terpuji.
Dari tinjauan bahasa diatas, bisa kita simpulkan bahwa tazkiyatun nafs
itu pada dasarnya melakukan dua hal.Pertama, menyucikan jiwa kita dari
sifat-sifat (akhlaq) yang buruk/tercela (disebut pula takhalliy pakai kha),
seperti kufur, nifaq, riya, hasad, ujub, sombong, pemarah, rakus, suka
memperturutkan hawa nafsu, dan sebagainya.Kedua, menghiasinya jiwa
yang telah kita sucikan tersebut dengan sifat-sifat (akhlaq) yang
baik/terpuji (disebut pula tahalliy pakai ha), seperti ikhlas, jujur, zuhud,
tawakkal, cinta dan kasih sayang, syukur, sabar, ridha, dan sebagainya.
Allah berfirman dalam surat as-Syams (91) ayat 9:

B. Mengapa tazkiyatun nafs itu penting?
Setidak-tidaknya ada dua alasan mengapa tazkiyatun nafs itu
penting.pertama, karena tazkiyatun nafs merupakan salah satu diantara
tugas Rasulullah saw diutus kepada umatnya. Allah SWT berfirman dalam
QS Al-Jumuah: 2: Dia-lah (Allah) yang mengutus kepada kaum yang buta
huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya

kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan mereka Al-Kitab


dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata. Senada dengan itu, Allah SWT juga
berfirman dalam QS Al-Baqarah: 151: Sebagaimana (Kami telah
menyempurnakan nikmat Kami kepadamu), Kami telah mengutus
kepadamu rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan AlHikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
Dari kedua ayat diatas, kita bisa mengetahui bahwa tugas Rasulullah
saw ada tiga. Pertama, tilawatul ayaat: membacakan ayat-ayat Allah (AlQuran). Kedua, tazkiyatun nafs: menyucikan jiwa. Dan ketiga, talimul
kitaab wal hikmah: mengajarkan kitabullah dan hikmah.
Jelaslah bahwa salah satu diantara tiga tugas Rasulullah saw adalah
tazkiyatun nafs menyucikan jiwa. Tazkiyatun nafs itu sendiri identik
dengan penyempurnaan akhlaq, yang dalam hal ini Rasulullah saw
bersabda tentang misi beliau diutus:

Yang artinya : Sesungguhnya
menyempurnakan akhlaq yang mulia.

aku

ini

diutus

hanya

untuk

Kemudian alasan kedua pentingnya tazkiyatun nafs adalah, karena


perumpamaan tazkiyatun nafs adalah seperti membersihkan dan mengisi
gelas. Jika gelas kita kotor, meskipun diisi dengan air yang bening, airnya
akan berubah menjadi kotor. Dan meskipun diisi dengan minuman yang
lezat, tidak akan ada yang mau minum karena kotor. Tetapi jika gelasnya
bersih, diisi dengan air yang bening akan tetap bening. Bahkan bisa diisi
dengan minuman apa saja yang baik-baik: teh, sirup, jus, dan sebagainya.
Demikian pula dengan jiwa kita.Jika jiwa kita bersih, siap menampung
kebaikan-kebaikan.Tetapi jika jiwa kita kotor, tidak siap menampung
kebaikan-kebaikan sebagaimana gelas kotor yang tidak siap disi dengan
minuman yang baik dan lezat.
Pensucian jiwa (tazkiyatun nafs) menjadi sedemikian penting karena
jiwa/hati
seseorang
menentukan
kualitas
manusia
secara
keseluruhan.Sebagaimana digambarkan dalam sebuah hadits riwayat
Bukhari dan Muslim bahwa ada sebuah gumpalan daging, yang baik
buruknya gumpalan daging itu mempengaruhi keseluruhan kebaikan
tubuh itu, itulah hati. Tazkiyatun nafs merupakan suatu proses penyucian
diri yang nantinya bermuara pada sebuah kesatuan diri, yaitu jasad , ruh,

dan jiwa. Hal ini merupakan Salah satu tujuan utama diutusnya Nabi
Muhammad SAW adalah untuk membimbing umat manusia dalam rangka
membentuk jiwa yang suci.
C. Tahap Mensucikan Jiwa
1.Takut azab Allah dan melakukan ibadah kepada Allah (sholat)
Hal ini sesuai dengan firman Allah di dalam Al-Quran QS 35 : 18 Dan
orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika
seseorang yang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk
memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikitpun, meskipun (yang
dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat engkau
beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya
(sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka yang melaksanakan
sholat.Dan barang siapa mensucikan dirinya, sesungguhnya dia
mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri.Dan kepada Allah-lah
tempat kembali.
2.Dzikir
Untuk mensucikan proses tazkiyatun nafs maka harus dzikir kepada
Allah, agar hati menjadi tenang.Memperbanyak Dzikir kepada Allah SWT. di
manapun kita berada. Dalam kondisi apapun, kita dperintahkan untuk
selalu menghiasi bibir kita dengan dzikir kepada Allah. Menyebut asma
dan sifat Allah adalah dzikir, menyebut-nyebut nikmat Allah adalah dzikir,
melakukan ketaatan adalah dzikir, menuntut ilmu adalah dzikir, membaca
al-Quran, tasbih, tahlil, tahmid, istighfar, shalawat kepada Nabi adalah
bagian dari macam-macam dzikir. Allah berfirman:

Yang artinya : ingatlah hanya dengan mengingat allah hati menjadi
tentram (ar-radu :28)
3.Berkumpul dengan orang yang sholih
Berkumpul dengan orang-orang shaleh, karena akhlak dan prilaku
seseorang bisa dilihat dari prilaku kawannya. Maka benar apa yang
disabdakan Rasulullah:

4.Latihan riyadhoh

Sebagian orang yang dikalahkan oleh sifat-sifat malas belajar, bekerja,


beribadah maka berat baginya berlatih untuk mensucikan jiwa dan
mendidik budi pekerti
D. Sarana Membersihkan Jiwa:
i.Shalat
ii.Zakat, infaq
iii.Puasa
iv.Tilawah Al-Quran
v.Dzikir
vi.Tafakkur
vii.Muraqabah, Muhasabah, Mujahadah dan Muaqabah
viii.Mengetahui berbagai penyakit hati dan kesehatannya berikut cara
melepaskannya

E. Hubungan Tazkiyatun Nafs Dengan Akhlaq


Perlu kita ketahui bahwa gerak jiwa dan hati nurani adalah inspirasi
bagi hati jasmani yang kemudian diimplementasikan dalam bentuk sikap
dan watak manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.








.


Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal
daging.Apabila baik, maka baik pulalah seluruh tubuh.Apabila ia rusak,
maka rusak pula seluruh tubuh, ketahuilah ia adalah hati.(HR. Bukhori
dan Muslim).
Memang segala sifat yang dimiliki oleh jiwa akan meluap keluar dan
bekas-bekasnya itu tentu tampak sekali diantara anggota lahiriyah,
sehingga anggota-anggota tadi tidak akan bergerak sama sekali melainkan
sesuai menurut irodah jiwanya. Ini sudah pasti dan tidak bisa diingkari lagi.
Ibnu Qoyyim Al Jauziyah menyebutkan dalam kitabnya Igotsatul
Lahfan : Hati adalah raja bagi semua anggota badan. Seluruh anggota

badan akan melaksanakan segala perintahnya dan menerima apa saja


yang diberikannya. Tidak ada satu perbuatanpun yang bisa terlaksana
dengan benar, kecuali jika muncul dari kehendak dan niat hati.Hatilah
yang bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya.Maka karena itulah
memperbaiki dan meluruskan hati merupakan perhatian utama yang
dilakukan orang-orang yang menempuh jalan menuju ridlha Allah.
Lebih jelasnya Abdurrahman Habanakah Al Maidani menyebutkan :
Secara tabiat kapan seseorang itu suci jiwanya, maka akan luruslah
akhlaq (perilakunya) baik yang dhohir maupun yang batin.
Meskipun akhlaq karimah itu kadang memang sudah merupakan watak
asli (fithrah) seseorang. Namun sebenarnya hal itu dapat diperoleh dan
diusahakan dengan jalan latihan, yaitu dengan cara membiasakan untuk
melakukan hal tersebut atau dengan jalan pergaulan, yaitu dengan
menyaksikan dan berkawan dengan orang yang sholih.
F. Pengertian Tarbiyah Dzatiyah
Tarbiyah Dzatiyah adalah sejumlah sarana tarbiyah (pembinaan) yang
diberikan oleh seorang muslim atau muslimah kepada dirinya sendiri untuk
membentuk kepribadian Islami yang sempurna dalam segala aspeknya,
baik ruhiyah, fikriyah, maupun jasadiyah. Dengan demikian, secara singkat
tarbiyah dzatiyah bisa diartikan sebagai tarbiyah mandiri.
Urgensi Tarbiyah Dzatiyah
Setidaknya ada 8 Urgensi tarbiyah dzatiyah pada zaman sekarang ini:
(1) Menjaga diri mesti didahulukan daripada menjaga orang lain, (2) Jika
Anda tidak mentarbiyah diri Anda, siapa yang mentarbiyah Anda?, (3)
Hisab kelak bersifat individual, (4) Tarbiyah dzatiyah itu lebih mampu
menghasilkan perubahan, (5) Tarbiyah dzatiyah adalah saran tsabat dan
istiqamah, (6) Sarana dakwah yang paling kuat, (7) Cara yang benar dalam
memperbaiki realitas yang ada, dan (8) Karena keistimewaan tarbiyah
dzatiyah.

G. Macam-Macam
Sekarang :

Urgensi

Tarbiyah

Dzatiyah

Pada

Zaman

1. Menjaga diri mesti didahulukan daripada menjaga orang lain

Tarbiyah seorang muslim terhadap dirinya tidak lain adalah upaya


melindunginya dari siksa Allah ta'ala dan neraka-Nya. Tidak diragukan lagi,
menjaga diri sendiri mesti lebih diutamakan daripada menjaga orang lain.
Ini sama persis dengan apa yang dikerjakan seseorang jika kebakaran
terjadi di rumahnya semoga itu tidak terjadi-, atau di rumah orang lain,
maka yang pertama kali ia pikirkan ialah menyelamatkan rumahnya dulu.
Hakikat ini ditegaskan Allah ta'ala:

Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (QS. At-Tahrim : 6)

Arti menjaga diri dari neraka, seperti dikatakan Ibnu Sa'di rahimahullah,
ialah dengan mewajibkan diri mengerjakan perintah Allah ta'ala, menjauhi
larangan-Nya, bertaubat dari apa saja yang dimurkai-Nya dan
mendatangkan siksa. Inilah makna tarbiyah dzatiyah dan salah satu
tujuannya.
2. Jika Anda tidak mentarbiyah diri Anda, siapa yang mentarbiyah
Anda?
Siapa yang mentarbiyah seseorang saat ia berusia lima belas tahun,
dua puluh tahun, tiga puluh tahun, atau lebih? Jika ia tidak mentarbiyah
diri sendiri, siapa yang mentarbiyahnya? Atau jika tidak ada pihak lain
yang mempengaruhinya? Sebab, kedua orang tuanya secara khusus, atau
manusia secara umum berkeyakinan ia telah dewasa, lebih tahu apa yang
lebih mendatangkan maslahat bagi dirinya, atau mereka sibuk dengan
pekerjaan mereka, hingga tidak punya waktu untuk mengurusnya.
Walhasil, jika ia tidak mentarbiyah diri sendiri, ia kehilangan waktuwaktu ketaatan dan moment-moment kebaikan. Hari dan umur terus
bergulir, sedang ia gagal mengetahui titik lemah dirinya dan
ketidakberesannya. Akibatnya, ia rugi saat kematian menjemput. Allah
ta'ala berfriman,

(Ingatlah) hari Allah mengumpulkan kalian pada hari pengumpulan


(QS. At-Taghabun : 9)
3. Hisab kelak bersifat individual
Hisab pada hari kiamat oleh Allah ta'ala kepada hamba-hamba-Nya
bersifat individual, bukan bersifat kolektif. Artinya, setiap orang kelak
dimintai pertanggungjawaban tentang diri atau buruknya, kendati ia
mengklaim
orang
lain
menjadi
penyebab
kesesatan
dan
penyimpangannya. Kendati ada klaim seperti itu, mereka wajib dihisab
bersama dirinya. Allah ta'ala berfirman,






Dan setiap mereka datang kepada Allah pada hari kiamat dengan
sendiri-sendiri (QS.Maryam : 95)
Allah ta'ala berfirman,
*

















Dan setiap manusia telah Kami tetapkan amal perbuatannya di
lehernya dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat kitab yang
dijumpainya terbuka.Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu
ini sebagai penghisab terhadapmu. (QS. Al-Isra' : 13-14)

Disebutkan di hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda:














Setiap orang dari kalian pasti diajak bicara Tuhannya,
penerjemah antara dirinya dengan-Nya (Muttafaq alaih)

tanpa

Karena itu, barangsiapa mentarbiyah dirinya, insya Allah hisabnya


diringankan dan ia selamat dari siksa, dengan rahmat Allah ta'ala.
4. Tarbiyah dzatiyah itu lebih mampu menghasilkan perubahan
Setiap orang pasti memiliki aib, kekurangan, atau melakukan kelalaian
dan maksiat, baik maksiat kecil atau dosa. Jika masalahnya seperti itu, ia
perlu memperbaiki seluruh susu negatif dirinya sejak awal, sebelum sisi
negatif tersebut membengkak. Dan, seseorang tidak dapat meluruskan

kesalahan-kesalahannya atau memperbaiki aib-aibnya dengan sempurna


dan permanen jika ia tidak melakukan upaya perbaikan dengan tarbiyah
dzatiyah.
Ini karena ia lebih tahu diri sendiri dan rahasianya. Ia lebih tahu
kekurangannya dan aib-aibnya sendiri. Jika ia menginginkan pembinaan
dirinya, ia juga lebih mampu mengendalikan dirinya menuju manhaj
tertentu, perilaku utama, dan gerakan yang bermanfaat.
5. Tarbiyah dzatiyah adalah saran tsabat dan istiqamah
Setelah bimbingan Allah ta'ala, tarbiyah dzatiyah adalah sarana
pertama yang membuat muslim mampu tsabat (tegar) di atas jalan iman
danpetunjuk, hingga akhir kehidupannya. Tarbiyah dzatiyah juga garis
pertahanan terdepan dalam melawan beragam fitnah dan bujuk rayu,
yang menyerang kaum muslimin dewasa ini dan membujuknya dengan
deras untukmenyimpang, gugur (dari jalan dakwah), loyo, malas, merasa
takut akan masa depan, dan putus asa dengan realitas masa kini.
Di sapek ini, perumpamaan tarbiyah dzatiyah seperti pohon, yang jika
akar-akarnya menancap kuat di bumi, amak pohon tersebut tetap kokoh,
kendati diterpa angin dan badai.
6. Sarana dakwah yang paling kuat
Esensinya, setiap muslim dan muslimah adalah dai ke jalan Allah
ta'ala. Ia memperbaiki kondisi yang ada, mengajar, memberi taujih, dan
mentarbiyah. Agar ia diterima manusia, baik sanak kerabatnya atau orang
yang jauh darinya, dan punya kekuatan melakukan perbaikan dan
perubahan di kehidupan mereka, ia perlu bekal kuat. Dan, cara efektif
untuk mendakwahi mereka dan mendapatkan respon mereka ialah ia
menjadi qudwah yang baik dan teladan yang istimewa dalam aspek iman,
ilmu, dan akhlak. Qudwah tinggi dan pengaruh kuat tersebut tidak dapat
dibentuk oleh sekian khutbah dan ceramah saja.Namun, dibentuk oleh
tarbiyah dzatiyah yang benar.
7. Cara yang benar dalam memperbaiki realitas yang ada
Adakah diantara kaum muslimin yang tidak merasa prihatin dengan
kondisi yang ada pada umat Islam, di berbagai aspek di kehidupan
mereka, baik aspek keagamaan, ekonomi, politik, pers, sosial, atau aspekaspek lainnya?Jawabnya, tentu tidak ada.

Tapi bagaimana kiat memperbaiki realitas pahit yang dialami umat kita
sekarang?Apa langkah efektif untuk melakukan perbaikan? Dengan
ringkas, langkah tersebut dimulai dengan tarbiyah dzatiyah, yang
dilakukan setiap orang dengan dirinya, dengan maksimal, syamil, dan
seimbang.Sebab, jika setiap individu baik, baik pula keluarga,
biidznillah.Lalu, dengan sendirinya, masyarakat menjadi baik.Begitulah,
pada akhirnya realitas umat menjadi baik secara total, sedikit demi sedikit.
8. Karena keistimewaan tarbiyah dzatiyah
Urgensi tarbiyah dzatiyah lainnya mudah diaplikasikan, saranasarananya banyak, dan selalu ada pada kaum muslimin di setiap waktu,
kondisi, dan tempat.Ini berbeda dengan tarbiyah ammah yang punya
waktu-waktu tertentu, atau tempat-tempat khusus. [Sumber: Tarbiyah
Dzatiyah karya Abdullah bin Abdul Aziz Al-Aidan].
H. Pengertian Halaqoh Tarbawiyah
Menurut reverensi pengertian dari halaqoh tarbawiyah yang saya
baca, Halaqah secara bahasa artinya suatu kelompok dimana orang
mengikut diri didalamnya dengan dipandu oleh seorang pembimbing,
bersama-sama membina diri mereka, baik dari segi penambahan ilmu
maupun pengamalan. Berarti halaqah tarbawiyah itu adalah membina diri
sendiri dengan cara membuat suatu kelompok kecil, dengan tujuan
mengadakan kegiatan-kegiatan yang bisa memupuk spiritualitas. Jadi
menurut saya sendiri halaqoh tarbawiyah bisa saya katakan sebagai
sejenis diskusi, seminar, shering tentang ahlaq atau sebagai pengajian
rutinan yang bisa mengajak kita untuk lebih menebalkan kita tentang
aklaq.
A. Landasan Halaqoh Tarbawiyah
1)


: )
Artinya : wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan
kepadamu, berilah kelapangan didalam majelis-majelis, maka
lapangkanlah, niscaya allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilahkamu, maka
berdirilah, niscaya allah akan mengangkat ( derajat ) orang-orang yang

beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.


Dan allah maha teliti apa yang kamu kerjakan. ( al-muadalah : 11)
2) Hudzafah Ibn Yaman pernah berkata :






Mari kita duduk bersama untuk merenungkan iman kita sesaat.
B.Program Halaqoh Tarbawiyah
Dalam bidang program pembelajaran atau sesuatu yang dikatakan
belajar mengajar yang saya pelajari dalam metode pengajaran pastinya
tidak jauh beda dengan program haalaqoh tarbawiyah ini, maka
sesungguhnya halaqoh tarbawiyah merupakan suatu sistemyang
melibatkan banya komponen. Komponen-komponen tersebut saling kait
mengait dan mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses halaqo
tarbawiyah ini. Dengan demikian maka akan saya paparkan programprogram dibawah ini :
1.Pengajar atau pembimbing
Didalam pelaksanaan kegiatan halaqoh sangat diperlukan seorang
pembimbing atau pemimpin diskusi yang akan dilaksanakan. Pimpinan
dalam diskusi yang diinginkan adalah pembimbing yang bisa mengatur
jalannya halaqoh tarbawiyah ini berjalan dengan tertib dan sesuai dengan
pembahasan yang ada, dan juga pembimbing diharuskan menguasai
materi yang ada atau memerlukan konsep tentang ahlaq. Didasari atau
tidak, seorang pembimbing harus bisa dijadikan contoh ahlaq kepada
seorang yang dibimbingnya. Emampuan seorang pembimbing dalam
berinteraksi dengan orang yang dibimbing dalam proses halaqoh
tarbawiyah memiliki arti penting kaerena kualitas interaksi akan
berpengaruh pada sikap orang yang dibimbing kepada pembimbing.
Adapun kedudukan pembimbing dalam interaksi halaqoh tarbawiyah
antara lain adalah :
a.Berfungsi sebagai pengajar
b.Berfungsi sebagai pemimpin
c.Berfungsi sebagai pengganti orang tua dalam mendidik
2.Subyek atau Orang yang dibimbing

Orang yang dibimbing/ subyek didik merupakan salah satu komponen


manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses halaqoh
tarbawiyah. Dalam proses halaaqoh tarbawiyah, orang yang dibimbing
menjadi fator penentu, sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi
segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

3.Apa yang disampaikan atau materi


Materi yang disampaikan adalah sarana yang digunakan untuk
mencapai tujuan halaqoh tarbawiyah.Materi halaqoh tarbawiyah dapat
berupa macam-macam bahan, seperti suatu naskah, persoalan, topic
perundingan jawaban dari pesrta dan lain sebagainya.kriteria pemilihan
materi pelaaran yang tepat adalah sebagai berikut. :
a.Materi harus relevan terhadap tujuan halaqoh tarbawiyah yang harus
dicapai
b.Materi halaqoh tarbawiyah harus sesuai dalam taraf kesulitannya
dengan kemampuan pesrta untuk menerima dan mengolah materi itu.
c.Materi halaqoh tarbawiyah harus menunjang motivasi peserta, antara
lain karena relevan dengan engalaman hidup sehari-hari peserta,
sejauh hal itu mungkin
d.Materi halaqoh tarbawiyah harus sesuai dengan prosedur
4.Aturan atau kebijakan
Dalam suatu kegiatan aturan-aturan atau kebijakan sangt diperlukan,
agar jalannya kegiatan bisa sesuai dengan tujuan.Akan tetapi dalam
kegiatan halaqoh tarbawiyah ini sebisa mungkin aturan jangan sangat di
tekankan, alangkah baiknya jika senatural mungkin biar tidak ada
pembebanan.
5.Tujuan halaqoh tarbawiyah
Tujuan halaqoh
tingkah laku yang
dengan ahlaq dan
menentukan kearah
6.Fasilitas

tarbawiyah pada dasarnya merupakan erubahan


diinginkan pada bidang individu dan sosial sesuai
tasawufnya. Tuuan halaqoh tarbawiyah berfungsi
mana pesrta akan dibawa.

Suatu kegiatan pastinya fasilitas merupakan suatu hal yang sangat


penting. Fasilitas yang memadahi bisa memberikan kelancaran kegiatan
tersebut, dan sebaliknya, jika fasilitas kurang memadahi pasti kegiatan
juga akan sedikit terhambat.
I.Urgensi halaqoh tarbawiyah bagi diri saya pribadi
Sebagai penuntut ilmu urgensi dari halaqoh tarbawiyah ini sebagai
berikut:
1.Mendetek perkembangan untuk menyampaikan keluhan atau
merespon masalah
2.Memberikan sumbangan pikiran atau memberikan solusi
3.Kita mewakili pelajar sebagai figure yg ahirnya menjadi figure
sentral bagi yang lain. Dan jadi panutan juga bisa bermanfaat
bagi orang lain.
J.Orang-Orang yang Akan Diajak Halaqah Tabawiyah
1.Orang tua
Menurut saya orang tua kita sendiri lah yang paling utama untuk di
ajak berhalaqoh tarbawiyah, karna beliau lah orang yang paling sentral
didalam keluarga, dan karena kedeatan ego yang mungkin bisa sangat
cepat untuk kita terima naehat-nasehatnya. Disamping kedekatan ego
dan nasehat-nasehatnya karena beliau juga yang sangat erat akan
motifasi-motifasinya.
2.Guru
Saya memilih guru menjadi orang yang melibatkan halaqoh tarbawiyah
ini karena seorang guru lah yang menjadi orang tua kedua setelah orang
tua kandung.
3.Orang ber pndidikan dan berahlaq
Menurut saya orang yang berpendidikan dan berahlaq maka dapat
diambil darinya panutan-panutan yang baik untuk ditiru dan memintanya
untuk memberi materi dan motivasi-motivasinya.
4.Perwakilan tokoh agama

Yaitu karena beliau (tokoh agama) yang menjadi panutan atau rujukan
dari setiap masalah keagamaan tak terecuali masalah ahlaq yang selama
ini menjadi pembahasan dikalangan para akademis.
K.Pembimbing yang Saya Harapkan
Lebih tepatnya saya mengidolakan ayah saya, karena ayah dalam
keluargaku adalah seorang yang menjadi panutan bagi keluarga dan bagi
orang lain. Kedisiplinannya menjadi seorang figure yang paling disegani.
Beliau sering memotivasi anak-anaknya khususnya saya untuk bisa
menadi seorang yang berguna lebih dari beliau.Beliau juga sangat
menjunjung tinggi ahlaqnya karenanya beliau sangat disiplin dalam
hidupnya. Semoga beliau selalu dirahmati oleh allah, dan selalu menjadi
panutan bagi keluarga maupun orang-orang lain.
L. Tabel Sifat Terpuji dan Sifat Tercela Selama 24 Jam
NO
1.
2.
3.
4.
5.

Sifat Terpuji
Bangun untuk sholat malam
Sholat subuh berjamaah
Ngaji Al-quran
Menerima fitnahan dengan sabar
Sholat dhuha

Sifat Tercela
Telat pergi ke kampus
Marah-marah
Ngejailin temen
Bikin gaduh

M. Orang-Orang yang Akan Diajak Memperbaiki Diri.


a.
b.
c.
d.
e.

Orang Tua
Teman
Guru
Orang berpendidikan dan berakhlak
Tokoh agama.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tazkiyatun nafs terdiri dari dua kata: at-tazkiyah dan an-nafs. Attazkiyah bermakna at-tath-hiir, yaitu penyucian atau pembersihan.
Karena itulah zakat, yang satu akar dengan kata at-tazkiyah disebut zakat
karena ia kita tunaikan untuk membersihkan/menyucikan harta dan jiwa
kita. Adapun kata an-nafs (bentuk jamaknya: anfus dan nufus) berarti jiwa
atau nafsu. Dengan demikian tazkiyatun nafs berarti penyucian jiwa atau
nafsu kita.
Tarbiyah Dzatiyah adalah sejumlah sarana tarbiyah (pembinaan) yang
diberikan oleh seorang muslim atau muslimah kepada dirinya sendiri untuk
membentuk kepribadian Islami yang sempurna dalam segala aspeknya,
baik ruhiyah, fikriyah, maupun jasadiyah. Dengan demikian, secara singkat
tarbiyah dzatiyah bisa diartikan sebagai tarbiyah mandiri.
Menurut reverensi pengertian dari halaqoh tarbawiyah yang saya
baca, Halaqah secara bahasa artinya suatu kelompok dimana orang
mengikut diri didalamnya dengan dipandu oleh seorang pembimbing,
bersama-sama membina diri mereka, baik dari segi penambahan ilmu
maupun pengamalan. Berarti halaqah tarbawiyah itu adalah membina diri
sendiri dengan cara membuat suatu kelompok kecil, dengan tujuan
mengadakan kegiatan-kegiatan yang bisa memupuk spiritualitas. Jadi
menurut saya sendiri halaqoh tarbawiyah bisa saya katakan sebagai
sejenis diskusi, seminar, shering tentang ahlaq atau sebagai pengajian
rutinan yang bisa mengajak kita untuk lebih menebalkan kita tentang
aklaq.

Anda mungkin juga menyukai