Makalah Kelompok-2 Final
Makalah Kelompok-2 Final
Makalah Kelompok-2 Final
MAKALAH KELOMPOK 2
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Geografi Politik
yang dibina oleh Bapak Drs. Marhadi Slamet Kristiyanto, M.Si
oleh:
Alam Wida Andriyan
(130721607481)
Anisa Kusumaningrum
(130721607450)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat....................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Fundamental Geografi Politik........................................................ 3
2.2 Pendekatan Geografi Politik....................................................................... 9
2.3 Perkembangan Pendekatan Geografi Politik.............................................. 11
2.4 Skopa Geografi Politik................................................................................ 13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara digambarkannya sebagai suatu organisme yang terlekat pada bumi, yang
nasibnya ditentukan oleh dua variabel pokok, yaitu, Raum (ruang) dan lage (posisi). Seorang
ilmuan yang sangat dipengaruhi oleh cara berpikir Charles Darwin, Ratzel memandang
negara sebagai organisme yang harus bersaing dengan organisme lain, dan agar bisa
berkembang organisme itu memerlukan lebensraum (ruang untuk hidup). Berdasarkan hal
tersebut untuk menelaah tulisannya Robert D. Kaplan dapat kita lihat pula pada teori
Mackinder tentang gagasannya dalam The Geographic Pivot of History, yang pada dasarnya
merupakan suatu interprestasi sejarah dunia berdasar pemikiran geopolitik. Menurut
Mackinder perkembangan sejarah dunia pada dasarnya diwarnai oleh konflik antara kekuatan
darat dengan kekuatan laut.
Abad ke XX batas-batas geografi sudah tidak menjadi permasalahan dalam menguasai
daerah-daerah, karena di abad ini telah ditemukan teknologi-teknologi yang mempermudah
mobilisasi warga negara atau negara mendatangi atau menguasai wilayah-wilayah yang sudah
dalam benua lain, atau bukan merupakan batas negara langsung dengan negara yang
merupakan ancaman. Batas wilayah pada abad sekarang ini sudah tidak menjadi masaalah,
namun dengan adanya geografi, banyak mengilhami para ilmuan mencari bagaimana
mempermudah dan memperluas wilayah pengaruh pada negara-negara lain. Oleh karena itu,
persoalan-persoalan agama, batas wilayah dan perang sudah sesuatu yang harus menjadi
bahan evalusi kebijakan geopolitik bagi setiap negara didunia ini.
Fakta lain yang menunjukan bahwa geografi sebagai inspirasi dari haluan politik dari
berbagai politik didunia adalah persoalan demografi tentang idiologi masing-masing negara
sangat pula berpengaruh pada dasar kebijakan politik sebuah negara, dimana dalam kajian
Robert D.Kaplan dijelaskan negara Iran adalah negara yang sangat strategis bila dilihat dari
geografis, karena negara tersebut hampir menguasai 55% cadangan minyak mentah yang
berarada di kawasan teluk Persia.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1.4.1 Makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca agar mengerti
1.4.2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Fundamental Geografi Politik
Geografi politik adalah ilmu yang mempelajari relasi antara kehidupan dan aktivitas
politik dengan kondisi-kondisi alam dan suatu negara, atau dengan kata lain mempelajari the
states and its natural environment. Selain itu, geografi politik juga mempelajari negara
sebagai sebuah politic region yang mencakup baik internal geographical factors, maupun
eksternal, yaitu hubungan antarnegara. Robinson yang dikutip oleh Abdurachmat (1982)
mengatakan bahwa geografi politik adalah that the major objective of polltical geography
is the analysis of inter-state relationships and of internal adaptations to environmental
conditions. Objek dan geografi politik adalah analisa dan hubungan antarnegara dan
adaptasi terhadap kondisi lingkungan di dalam negara tersebut. Dengan demikian geografi
politik dapat diartikan sebagai: ... is the geography of states and provide a geographical
interpretation of international reIations. Berikut adalah konsep fundamental geografi:
2.1.1 Teritory
Teritory/wilayah adalah suatu areal yang memiliki karakteristik tertentu berbeda dengan
wilayah yang lain. Wilayah dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
2.1.2 Nation
Bangsa adalah suatu komunitas etnik yang cirri-cirinya adalah: memiliki nama,
wilayah tertentu, mitos leluhur bersama, kenangan bersama, satu atau beberapa budaya
yang sama dan solidaritas tertentu. Bangsa juga merupakan doktrin etika dan filsafat, dan
merupakan awal dari ideology nasionalisme. Berikut pendapat beberapa para ahli tentang
pengertian bangsa:
a. Ernest Renan (Perancis)
Bangsa adalah suatu nyawa, suatu akal yang terjadi dari 2 hal, yaitu rakyat yang
harus hidup bersama-sama menjalankan satu riwayat, dan rakyatyang kemudian
harus mempunyai kemauan atau keinginan hidup untuk menjadi satu.
b. Otto Bauer (Jerman)
Bangsa adalah kelompok manusia yag memiliki kesamaan karakter. Karakteristik
tumbuh karena adanya persamaan nasib.
c. F. Ratzel (Jerman)
Bangsa terbetuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul karena adanya rasa
kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya (paham geopolitik).
2.1.3 State
Pengertian tentang negara terus berkembang seperti dikemukakan oleh F. Iswara,
yaitu bahwa negara adalah suatu organisasi politik teritorial suatu bangsa yang mempunyai
kedaulatan. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Martin Ira Glassner (1993), dalam
bukunya Political Geography, menyatakan bahwa negara adalah suatu tempat dan atau
suatu konsep yang diwakili oleh sejumlah simbol tertentu yang menuntut kesetiaan dari
orang-orang yang menempatinya.
Lokasi, luas dan bentuk wilayah, merupakan faktor-faktor yang penting di dalam
menganalisa suatu negara, sebagaimana dikemukakan oleh Carlson (1960:24-25) bahwa
Space is the intergrating factor in Geography. Faktor lokasi adalah yang paling penting,
sebab dapat memberikan gambaran kepada kita tentang keadaan suatu negara,
kemungkinan-kemungkinan, serta perkembangannya. Abdurachmat dalam bukunya
Pengantar Geografi Politik mengatakan ada empat cara kita memandang lokasi geografis
suatu negara yaitu :
Lokasi Astronomis adalah lokasi berdasarkan garis lintang dan garis bujur.
Lokasi Vicinal adalah lokasi yang berdasarkan posisi lingkungan atau lokasi suatu
negara dalam hubungan dengan negara tetangga di sekitarnya yang berbatasan
langsung.
Lokasi Strategis, Lokasi Sentral dan Lokasi Peripherai adalah lokasi wilayah suatu
negar baik sebagian atau seluruhnya, yang dapat memberikan keuntungan-keuntungan
strategis, baik secara militer maupun ekonomi.
Van Valkenburg dalam Abduracmat (1987) membagi negara menjadi tujuh kategori
Giant size: negara dengan luas wilayah antara 7.000.000 km2 sampai 9.000.000 km2;
Lybia, Perancis.
Medium size: Inggris, Jerman, Rumania, Kamboja, Laos, Vietnam.
Small size: Netherland, Belgia, Denmark, Taiwan, Swiss.
Very small size: Libanon, Luxemberg, Qatar, Kuwait.
Miniature size: Bahrein, San Marino, Monaco, Andora, dan Vatikan.
Compact, yaitu bentuk negara yang solid artinya tidak terpisah oleh wilayah lautan
dan atau diselingi oleh wilayah negari lain. Seperti Swiss, Rumania, Hongaria, dan
India.
Circular, yaitu negara yang bentuknya hampir bulat, seperti Perancis dan Polandia.
Long-narrow, yaitu bentuk negara yang panjang dan pipih, seperti Chile dan Vietnam.
Divided or separated, yaitu negara yang terpisah oleh wilayah laut dan atau sepotong
oleh negara lain, seperti Mesir, Turki, Malaysia, Amerika Serikat, dan semua negara
kepulauan.
selama jangka waktu tertentu. Pemilu dilaksanakan dengan menganut asas langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Geografi pemilihan umum merupakan kajian geografi politik yang sangat khas dan
banyak manfaatnya untuk membekali seseorang dalam meraih kemenangan dalam
pemilihan umum. Sesuai teori demokrasi klasik pemilu adalah sebuah Transmission of
Belt sehingga kekuasaan yg berasal dari rakyat bisa bergeser menjadi kekuasaan negara
yang kemudian berubah bentuk menjadi wewenang pemerintah untuk melaksanakan
pemerintahan dan memimpin rakyat. Kegiatan analisis korelatif dalam pemilu akhir-akhir
ini telah dibantu dengan teknologi SIG yang akan membantu dalam membentuk peta
politik. Dengan peta pemilihan umum, orang-orang partai sangat bernafsu untuk merubah
arsiran dalam peta-peta politik. Untuk menjadi sebuah region yang stabil harus memiliki
dasar homogenitas yang tinggi.
2.1.5 Identity and Citizenship
Identitas nasional berasal dari kata "national identity" yang dapat di artikan
sebagai "kepribadian internasional" atau "jatidiri nasional". Identitasnasional adalah jatidiri
yang dimiliki oleh suatu bangsa. Identitas bangsa indonesia akan berbeda dengan identitas
bangsa Australia, bangsa Amerika dan bangsa lainnya. Identitas nasional itu terbentuk
karena bangsa indonesia mempunyai pengalaman bersama, sejarah yang yang sama, dan
penderitaan yang sama dan juga terbentuk melalui adanyta saling kerjasama antara
kelompok yang satu denga kelompok yang lain. Meskipun memiliki banyak perbedaan,
namun keingina kuat diantara mereka untuk saling merekatkan kelompoknya dengan
kelompok lain dapat juga membentuk identitas.
Pola hubungan hukum antar warga Negara dengan Negara tidak dinyatakan dalam
bahasa yang sama. Hal ini disebabkan oleh perbedaan-perbedaan dalam latar belakang
sejarah dan budaya serta cita-cita hukum dari suatu Negara dalam menyikapi warga negara.
Secara terminologis, istilah
kewarganegaraan
(citizenship),
berbeda
dengan
ilmu
Kewarganegaraan tercipta ikatan antara individu dan Negara. Individu secara politis
dan yuridis merupakan anggota penuh dari Negara dan berkewajiban untuk setia kepada
Negara. Sebaliknya Negara berkewajiban melindungi warga negaranya. Akibatnya
terjadilah suatu ikatan antara individu dengan Negara. Individu merupakan anggota penuh
secara pilitik dalam Negara dan berkewajiban untuk tetap setia kepada Negara (permanence
of alligient) sedangkan Negara berkewajiban untuk melindungi individu-individu tersebut
dimanapun mereka berada. Dengan mepertimbangkan subtansi yang melatar belakangi
hubungan antara Negara dengan warga Negara, pengertian kewarganegaraan dapat ditinjau
dalam beberapa makna, baik bersifat yuridis, sosiologis, formal maupun material.
Kewarganegaraan dalam arti formal, menyangkut tempat kewarganegaraan itu
dalam sistematika hukum nasional. Pengujiannya terletak pada persoalan, apakah konsep
kewarganegaraan dicantumkan secara eksplisit dalam ketentuan hukum nasional, yang
sistematika intinya ada di dalam UUD. Pengaturan atau pencantuman seperangkat hak dan
kewajiban warga Negara dalam UUD, memberikan bukti bahwa Negara sebenarnya
mengakui eksistensi formal warga Negara dan ini sebuah indicator kesediaan bagi Negara
untuk menjalin hubungan dengan warganya.
Kewarganegaraan dalam arti material, terkait dengan permasalahan materi apakah
yang digunakan apabila Negara ingin mengadakan hubungan denga warga negaranya.
Materi yang digunakan dalam hubungan ini tidak hanya berkisar pada hak dan kewajiban
warga untuk negaranya saja, tetapi hak dan kewajiban Negara untuk warganya. Proses
dialogis antara hak dan kewajiban warga Negara dengan hak dan kewajiban Negara akan
memberikan wacana apakah hubungan itu berlangsung secara harmonis, demikratis dan
adil. Selain itu, kewarganegaraan dalam arti material juga menyagkut akibat hukum,
apakah hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang konkret terhadap seseorang yang timbul
dari kewarganegaraan itu. Dengan kata lain apakah perbedaan yang timbul dari ikatan
hukum antara kedudukan seorang warga Negara dengan orang asing.
kadang dicampur-adukan atau berkaitan dengan dan mencakup politik ekologi (ecological
politics atau politics of ecology) dan ekonomi politik penguasaan sumber daya alam yang
mempunyai implikasi dan dampak pada lingkungan.
Politik lingkungan biasanya berkaitan dengan politik penguasaan dan pemilikan
sumberdaya alam dan perdagangan produknya. Politik di sini beraitan dengan kekuatan
dan kekuasan pasar. Selain itu juga strategi dan kebijakan pemerintah mengalokasikan
sumberdaya alam bagi masyarakat ataukah berpihak pada swasta dan pasar yang berkaitan
dengan kekuatan politik atau untuk kepentinganpolitik?
Politik lingkungan juga berkaitan dengan peranan politik para pihak dalam
memperjuangkan keadilan dan kelestarian lingkungan. Salah satu ekspresi politik adalah
dalam bentuk partai politik atau institusi yang bisa mempengaruhi keputusan politik
pemerintah. Di dalam bahasa internasional biasa disebut dengan partai hijau (green party) .
Misalnya pembentukan partai hijau di Jerman, New Zealand, Swiss dan Inggeris pada awal
tahun 1970-an atau di Denmark awal tahun 1980-an yang memperjuangkan persoalan
lingkungan, pembangunan berpusat pada orang miskin dan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan pembangunan di tingkat akar rumput. Walaupun partai-partai ini tidak
banyak berhasil di parlemen atau pemimpin negara banyak upaya yang dilakukan.
Berkembang pemikiran tentang politik hijau atau greening of politics/green politics, green
governance dan sebagainya (Park, 1997).
Politik lingkungan juga menganalisis peran institusi atau pihak-pihak yang
berkepentingan dengan sumberdaya alam dan lingkungan. Disini peran masyarakat,
pemerintah, swasta, organisasi bukan pemerintah, lembaga pembangunan, pendidikan
dan penelitian juga dianalisis. Politik lingkungan menganalisis persoalan kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh pasar namun tidak dapat dikontrol oleh pasar. Pasar
dan swasta biasanya memiliki kekuasaan dan kontrol walaupun tidak memiliki
kewenangan atas sumberdaya alam. Akibat dari perilaku dan tindakan pasar terjadi
eksternalitas yang kemudian membutuhkan intervensi pemerintah atau bentuk tata kelola
(governance) lain untuk menanganinya.
2.2 Pendekatan Geografi Politik
2.2.1 Pendekatan historis
Mengkaji negara berdasarkan asal mula dan perkembangan suatu negara.
Pendekatan ini bermanfaat untuk mempelajari negara sebagai indivisual case. Contohnya:
mempelajari Indonesia dari asal mulanya mulai dari pulau-pulau menjadi kesatuan.
2.2.2
Pendekatan factual
Occupatie: pendudukan suatu wilayah yang semula tidak bertuan oleh sekelompok
manusia/ suatu bangsa yang kemudian mendirikan negara di wilayah tersebut.
Contoh: Liberia yang diduduki budak-budak Negro yang dimerdekakan pada tahun
1847.
Separatie: Suatu wilayah yang semula merupakan bagian dari negara tertentu,
kemudian memisahkan diri dari negara induknya dan menyatakan kemerdekaan.
Contoh: Belgia pada tahun 1839 melepaskan diri dari Belanda, Bosnia dan Kroatia
2.2.3
Pendekatan relationship
Pendekatan
relationship
menitikberatkan
pada
hubungan
faktor-faktor
wilayah
bersangkutan
(misalnya
Filipina
pernah
siklus ini, para pengkaji kebudayaan diberi kesempatan untuk mampu meramalkan
maju dan mundurnya kebudayaan
3. Ratzel (1844-1904) mengembangkan konsep kebudayaan dari Ritter menjadi teori
pertumbuhan negara. Di situ negara dilihat sebagai keutuhan-keutuhan organis
yang menempati ruang dan terlibat untuk memperjuangkan/memperoleh
lebensraum (tempat untuk tinggal) yang lebih luas. Dengan menggabungkan teori
social Darwinism tentang negara dengan lebensraum, Ratzel memperkenalkan
pendekatan baru dalam mengkaji sebuah negara. Ternyata di dalam teorinya
tersebut, terkandung rudimen-rudimen berpikir sistem dalam geografi politik yang
pada akhirnya disalahgunakan menjadi asas geopolitik Jerman.
4. Sebagai reaksi terhadap paradigma yang menjatuhkan nilai ilmiah dari geografi
politik tersebut, Hettner mengembangkan ilmu geografi politik dengan
pendekatannya yang bercorak khronologis. Di situ geografi politik dipandang
sebagai ilmu tentang wilayah politik atau ilmu yang mengkaji hubungan antara
negara satu dengan negara lain berdasarkan ciri khas wilayahnya.
5. Pengembangan terakhir dari Hettner mengarahkan geografi politik pada
pendekatan morfologis atau lokasional yang di dalamnya menganalisis tentang
unsur-unsur letak, luas, bentuk perbatasan, ibukota dan kawasan inti. Hettner
mengenalkan pendekatan tersebut pada tahun 1935 dan bertahan hingga tahun
1950.
6. Hetter menyebutkan bahwa morfologi penting untuk menelaah politik suatu
negara, hal tersebut disebabkan karena unsur-unsurnya dapat mempengaruhi
berbagai fungsi negara yang bersangkutan. Sebagai contoh adalah wilayah yang
memiliki morfologi berbeda maka aktifitas politiknya juga berbeda.
7. Dalam perkembangannya, muncul pendekatan lain yaitu pendekatan historis atau
generis. Pendekatan tersebut menerangkan bagaimana mulanya suatu negara bisa
mendapatkan batas-batas wilayah seperti sekarang. Pendekatan tersebut
bertentangan
dengan
pendekatan
morfologis,
namun
Whittlesey
justru
berpendapat bahwa dua pendekatan tersebut saling bergatung satu sama lain
sehingga dapat dikombinasikan menjadi satu, deengan sebutan historicalmorphological approach.
8. Metode pendekatan lain di bidang geografi politik adalah pendekatan inventorial.
Dalam pendekatan tersebut mengkaji aspek-aspek yang ada pada suatu negara
yang meliputi aspek fisik, manusia, dan ekonomi lalu dijuduli istilah morfologi
bumi, iklim, pertanian, industri, dan seterusnya. Memang bahasan dari pendekatan
ini mirip dengan geografi regional biasa, tetapi pada pendekatan ini juga
3.
4.
The frontier is the peripheral organ of the state and reflects the growth, the
strength and the changes in the state.
5.
In the process of growth the state seeks to include politically valuable areas, such
as coastlines, river valleys, plain, and regions which are rich in resources.
6.
The first impetus for territorial growth comes to a primitive state from be borders,
from a higher civilization.
7.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Geografi politik adalah ilmu yang mempelajari relasi antara kehidupan dan aktivitas
politik dengan kondisi-kondisi alam dan suatu negara, atau dengan kata lain mempelajari the
states and its natural environment. Dalam pembahasan makalah ini, geografi politik memiliki
4 pendekatan yang meliputi pendekatan historis, factual, relationship, dan fungsional. Dalam
perkembangannya pendekatan geografi politik tersebut banyak mengalami perubahan,
bahkan pendekatan tersebut sempat disalahgunakan menjadi asas berpolitik Jerman.
Pembahasan terakhir dalam makalah ini adalah skopa/ruang lingkup geografi politik dibagi
menjadi tiga bahan kajian pokok, yaitu mengkaji tentang evironmrnetal relationship, national
power, dan political region.
DAFTAR RUJUKAN
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir,
Laporan Penelitian. Edisi kelima, 2010. Malang: Universitas Negeri Malang.
Daldjoeni, N. 1991. Dasar-dasar Geografi Politik. PT. Citra Aditya Bakti: Bandung.
Shovia, Vivi Nurul. Pengenalan Geograpi Politik Ruang, Tempat dan Politik. (Online),
(https://id.scribd.com/document/183500810/Pengenalan-Geografi-Politik-docx), diakses
tanggal 9 September 2016.
2013.