LAPORAN KASUS TB Paru
LAPORAN KASUS TB Paru
LAPORAN KASUS TB Paru
DISUSUN OLEH:
Dinar Yudistira Firdaus
030.12.083
PEMBIMBING:
dr. Reni Ari Martani, Sp.P, M.Kes
LEMBAR PENGESAHAN
SEORANG LAKI-LAKI USIA 34 TAHUN DENGAN TUBERKULOSIS
PARU BTA (+) DAN PPOK BERAT
Disusun oleh:
Dinar Yudistira Firdaus
030.12.083
Dosen pembimbing
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. D
Umur
: 34 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Dukuhwaru RT.01/RW.05
Pekerjaan
: Pekerja bangunan
Status Pernikahan
: Belum menikah
Tanggal masuk RS
: Jumat, 15 Juli 2016
Ruangan
: Rosella (Bed No. C2)
No. Reg/No RM
: 12.711 / RM: 794040
ANAMNESIS
Dilakukan pada Senin, tanggal 18 Juli 2016, secara autoanamnesis kepada pasien dan
alloanamnesis dengan ibu pasien.
Keluhan Utama
Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang
OS datang ke IGD RSU Kardinah pada tanggal 15 Juli 2016 pukul 20:00 WIB dengan
keluhan sesak nafas sejak 5 hari SMRS. Sesak nafas dirasakan hilang tumbul namun semakin
memberat, sesak nafas lebih terasa saat beraktivitas dalam pekerjaan dan tidak berkurang
dengan istirahat maupun perubahan posisi. Selain itu OS mengeluhkan batuk yang dirasakan
semakin memberat sejak kurang lebih 2 bulan terakhir. Batuk terutama saat malam hari, batuk
yang rasakan terkadang disertai dengan nyeri dada. Batuk yang dialami OS berdahak,
berwarna putih kental yang kadang susah untuk dikeluarkan. Selain itu OS juga merasakan
demam yang tidak tinggi disertai keluhan sering mengalami keringat malam pada saat ia tidur
dan merasa lemas pada seluruh tubuh. OS juga telah datang ke dokter umum untuk megnobati
keluhan yang dirasakan dan disarankan untuk ke RS.
OS nyeri kepala, mual, muntah, dan nyeri perut. Saat ditanya, pasien mengatakan bahwa ia
mengalami penurunan nafsu makan. OS dapat BAB dengan lancar, tidak menderita diare dan
tidak ada BAB hitam. BAK juga lancar, tidak nyeri dan tidak ada darah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya kurang lebih 5 bulang yang lalu OS pernah mengalami batuk serupa disertai
dengah dahak bercampur darah, namun tidak disertai sesak nafas dan nyeri dada. Kemudian
setelah berobat di dokter umum, dan setelah diberikan obat OS merasa keluhan semakin
membaik. Pasien menyangkal memiliki riwayat asma, hipertensi, kencing manis, penyakit
jantung, penyakit ginjal dan sakit kuning sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa dengan OS. Keluarga OS juga
tidak ada yang menderita asma, dan kencing manis. Tetapi ayah pasien memiliki riwayat
hipertensi.
Riwayat Pengobatan
Tidak ada obat yang rutin setiap hari diminum. OS menyangkal mengkonsumsi jamu, obat
nyeri dan pegal linu.
Riwayat Kebiasaan
Pasien hanya tinggal bersama dengan orang tua dan adik kandungnya. Pasien tinggal di
lingkungan yang padat penduduk. Pasien juga memiliki riwayat merokok 1 bungkus per hari
sejak 15 tahun yang lalu. Riwayat imunisasi BCG tidak diketahui oleh pasien dan ibu pasien.
Riwayat Lingkungan dan Sosial
Tidak ada yang mengalami keluhan serupa dilingkungan tempat tinggal OS. Biaya
pengobatan ditanggung oleh pribadi.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Tampak sakit sedang, sesak, kesan gizi kurang
Kesadaran
Compos Mentis (GCS: E4 M6 V5)
Tanda Vital
Tekanan darah
: 100/70 mmHg.
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 36,5C axillar
Antropometri
: BB 50 kg & TB 169 cm
BMI : 17,50 kg/m2
Kepala
Normocephali. Rambut berwarna hitam, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, alopesia (-)
Mata
Oedem palpebral (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor (+/+),
reflek cahaya langsung & tidak langsung (+/+), sekret (-/-), hordeolum (-/-).
Telinga
Normotia, bentuk dan ukuran dalam batas normal, benjolan (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri
tekan mastoid (-/-), liang telinga lapang (+/+), serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
Hidung
Deformitas septum nasi (-/-), nafas cuping hidung (-/-), mukosa hiperemis (-/-), konka eutrofi (+/
+), sekret (-/-), darah (-/-), benjolan (-/-), nyeri tekan (-)
Mulut
Mukosa bibir : Merah muda, kering (-), pucat (-), sianosis (-), sariawan (-)
Lidah
: Ukuran normal, warna merah, lidah kotor (-), papil atrofi (-), tremor(-)
Faring
Leher
JVP 5+2 cmH2O, deviasi (-), kelenjar tiroid dalam batas normal, pembesaran KGB (-).
Thorax
-
Inspeksi
Kifosis (-), scoliosis (-), spider nevi (-), ginekomastia (-), roseolla spot (-)
Pulmo :Bentuk thorak normal, simetris, barrel chest (-), sela iga tidak melebar dan tidak
menyempit (dalam batas normal), penggunaan otot bantu nafas (-/-), pergerakan kedua
paru simetris statis dan dinamis
Cor
Palpasi
Perkusi
Pulmo :Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan kanan. Batas paru hati pada garis midklavikula
kanan sela iga VI. Batas paru lambung : pada garis aksilaris anterior kiri sela iga VIII
Cor
:Batas jantung kanan pada ICS III-V linea sternalis dekstra, batas jantung kiri pada ICS V
1cm lateral linea midklavikula sinistra.
-
Auskultasi
Abdomen
-
Inspeksi
:
Abdomen cekung, distensi (-), ikterik (-), venektasi (-), smiling umbilicus (-), caput
medusae (-), sikatriks (-)
Auskultasi
:
Bising usus (+) normal 2x/menit.
Palpasi
:
Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), massa (-), hepatomegali (-), splenomegaly (-),
ballottement (-), Murphy sign (-).
Perkusi
:
Timpani di keempat kuadran abdomen, hepar tidak teraba, pekak alih (-), nyeri ketok
costovertebra (-/-).
Inguinal
Genitalia
Extremitas
IV.
Atas
Akral teraba hangat, ikterik (-/-) sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (-/-), deformitas (-),
tremor (-/-)
Bawah
Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (-/-), ikterik (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
15 Agustus 2015
Foto thorax
Interpretasi:
-
CTR <50%
Bercak
di apeks
Kesan :
CBC
Hemoglobin
Leukosit
4.100/uL (menurun)
Hematokrit
33,6 % (menurun)
Trombosit
150.000/uL
Eritrosit
3,9jt/uL (menurun)
RDW
13,7 %
MCV
87,3 U
MCH
29,2 Pcg
MCHC
33,4 g/dl
LED
LED 1 jam
11 mm/jam
LED 2 jam
25 mm/jam
Kimia darah
GDS
101 mg/dl
SGOT
40 U/L
SGPT
30,4 U/L
Ureum
17 mg/dl
Creatinin
0,64 mg/dl
HBsAg
Negatif
infiltrate
paru
18 Agustus 2015
Sputum BTA SPS : NEGATIF
I.
DAFTAR ABNORMALITAS
1. Batuk darah
2. Keringat malam hari
3. Pada Foto Thorax terdapat bercak infiltrate (kesan: TB paru dextra) namun BTA (-)
4. Hb, menurun, Ht menurun, Eritrosit menurun
5. Leukosit menurun
6. Anemia Normositik Normokrom
V.
VI.
VII.
: OAT
: Hemoptisis
Assesment
: Batuk darah yang dialami sejak 1 hari SMRS. Dari hasil rontgen didapatkan
Gambaran TB paru aktif.
Initial plan
: Terapi
IX. MONITORING
Tanggal
17/8/15
Tanda Vital
TD: 110/80
Anamnesis
Problem
Batuk darah sejak 1 hari SMRS (masuk Batuk (+)
N: 90 x/m
R: 18x/m
S: 36,5C
18/8/2015 TD: 110/80
N: 90 x/m
muntah (-)
Batuk darah (-), demam (-) batuk mulai Ronkhi (+/-)
berkurang. mual (-), muntah(-)
R: 18x/m
S: 36,5C
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis.1
EPIDEMIOLOGI
Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA positif. Sepertiga penduduk dunia
telah terinfeksi kuman tuberculosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB
terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari
jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk.1
Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di negaranegara yang sedang berkembang. Di antara mereka 75 % berada pada usia produktif yaitu
20-49 tahun. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985 dan survei kesehatan nasional
2001, TB menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan
India.1
ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Mycobacterium tuberculosis
termasuk famili Mycobacteriaceae yang mempunyai berbagai genus, diantaranya adalah
Mycobacterium, dan salah satu speciesnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini
mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam, oleh karena itu kuman ini disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Karena pada umumnya Mycobacterium tahan asam, secara
teoritis BTA belum tentu identik dengan basil TB. Namun, karena dalam keadaan normal
penyakit paru yang disebabkan oleh Mycobacterium lain jarang sekali dalam praktik,
sehingga BTA dianggap identik dengan basil TB.1,2
Basil TB sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa menit saja
akan mati. Basil TB juga sangat rentan terhadap panas, sehingga dalam waktu 2 menit saja
basil TB yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati bila terkena air bersuhu
100C. Selain itu, kuman ini akan terbunuh dalam beberapa menit bila terkena alcohol 70%,
atau lisol 5%.2
CARA PENULARAN
Proses terjadinya infeksi oleh M.Tuberculosis biasanya secara inhalasi, sehingga TB
paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibanding organ lainnya. Penularan
penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei,
khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang
mengandung basil tahan asam (BTA). Apabila pasien mengadakan ekspirasi paksa berupa
batuk-batuk, bersin, tertawa keras, akan menyebabkan keluarnya percikan-percikan dahak
halus (droplet nuclei), yang berukuran kurang dari 5 mikron dan akan melayang-layang di
udara. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi transmisi ini. Pertama-tama ialah
jumlah basil dan virulensinya. Dapatlah dimengerti bahwa semakin banyak basil dalam
dahak seorang penderita, makin besarlah bahaya penularan.2
Faktor lain ialah cahaya matahari dan ventilasi. Karena basil TB tidak tahan cahaya
matahari, kemungkinan penularan dibawah terik cahaya matahari sangat kecil. Dengan
ventilasi yang baik, membuat adanya pertukaran udara dari dalam rumah dengan udara segar
dari luar, dan dapat juga mengurangi bahaya penularan bagi penghuni-penghuni lain yang
serumah. Dengan demikian, bahaya penularan terbesar terdapat di perumahan-perumahan
yang berpenghuni padat dengan ventilasi yang jelek serta cahaya matahari yang kurang.
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan
besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah
kasus TB. 1,3
PATOGENESIS
A.TUBERKULOSIS PRIMER
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan
paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut sarang primer atau
afek primer. Sarang primer ini mugkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda
dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah
bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis
regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu
nasib sebagai berikut:1,3
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar
kesekitarnya
Salah
satu
contoh
adalah
B. TUBERKULOSIS POST-PRIMER
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis
post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama yang
bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis
menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem
kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai
dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun
lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib sarang
pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :1
1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat.
2. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih
keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya
dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan
3.
pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan diatas
Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan disebut
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tapi mungkin
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
1. Berdasarkan lokasi
a.
b.
TB ekstraparu adalah kasus TB yang melibatkan organ di luar parenkim paru seperti
pleura, kelenjar getah bening, abdomen, saluran genitourinaria, kulit, sendi dan tulang,
selaput otak.
GAMBARAN KLINIK
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori
(gejala lokal sesuai organ yang terlibat)3,4,5
1. Gejala respiratorik
- batuk > 2 minggu
- batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang
cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical
check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin
tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan
selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
- Demam.
- gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan
menurun.
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis,
sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada
pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva
mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat
badan menurun. Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukan suatu kelainan pun
terutama pada kasus-kasus dini, sementara gambaran radiologis dan pemeriksaan sputum
sudah menunjukkan adanya penyakit TB.1,4
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks (puncak)
paru. Pada auskultasi, hanya akan ditemukan ronki basah halus sebagai satu-satunya kelainan
pemeriksaan jasmani. Bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan perkusi
yang redup, fremitus yang menguat dan auskultasi suara nafas bronkial.
Bila sudah terjadi kavitas, akan ditemukan gejala-gejala kavitas, berupa suara timpani
pada perkusi yang disertai suara napas amforis. Sebaliknya bila terjadi atelektasis, misalnya
pada destroyed lung, suara nafas setempat akan melemah sampai hilang sama sekali.
Pada umumnya, selalu akan didapatkan ronki basah mengingat bahwa selalu pula
terbentuk sekret dan jaringan nekrotik. Makin banyak sekret dan makin besar bronkus tempat
sekret itu berada, makin kasarlah ronki yang didengar. Melihat ini semua, makin nyatalah
bahwa kelainan-kelainan yang ditemukan pada TB sangat variabel, baik jenis, intensitas,
jumlah maupun tempat ditemukannya (pleiomorfi)1,2
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral,
top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi
gambaran bermacam-macam bentuk (multiform)1,5
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
a. Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah.
b. Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular.
c. Bayangan bercak milier
d. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
a. Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas.
b. Kalsifikasi atau fibrotik
c. Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura
Luluh Paru (Destroyed Lung ) :
a.
Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya
secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari atelektasis,
multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit
b.
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan sbb
(terutama pada kasus BTA dahak negatif) :
a.
Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak
lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga kedua depan
dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5 (sela iga
b.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
i.
Darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk
tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua sangat dibutuhkan. Data
ini sangat penting sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbangan
biologik penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap
Uji Tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
tuberculosis terutama pada anak-anak (balita). Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah
seorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi M.tuberculosae, M.bovis,
vaksinasi BCG dan Myvobacteria patogen lainnya. Di Indonesia, dengan prevalensi
tuberkulosis yang tinggi, pemeriksaan uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik
kurang berarti, apalagi pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila
didapatkan konversi dari uji yang dilakukan satu bulan sebelumnya atau apabila
kepositifan dari uji yang didapat besar sekali atau bula.1,5,6
iii.
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu, pemeriksaan sputum juga
dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini
mudah dan murah, sehingga dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas). Tetapi kadangkadang tidak mudah untuk mendapat sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau
batuk yang non produktif. Dalam hal ini, dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan
sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak 2 liter dan diajarkan melakukan refleks
batuk. Dapat juga dengan menambahkan obat-obat mukolitik ekspektoran sebelumnya.
Cara pengumpulan dan pengiriman bahan Cara pengambilan dahak dilakukan 3 kali,
setiap pagi 3 hari berturutturut atau dengan cara:6
Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Dahak Pagi ( keesokan harinya )
Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
lnterpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
2 kali positif, 1 kali negatif Mikroskopik positif
1 kali positif, 2 kali negatif ulang BTA 3 kali
1 kali positif, 2 kali negatif Mikroskopik positif
v.
ALUR
TATALAKSANA TB
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
tambahan.6,7
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Obat yang dipakai:6
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
Rifampisin
INH
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari :
Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid
EVALUASI PENGOBATAN
Evaluasi penderita meliputi evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik, dan efek
samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.5,6
Evaluasi klinik
i.
ii.
iii.
iii.
Sebelum pengobatan
Setelah 2 bulan pengobatan
iii.
Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi ginjal dan darah
ii.
lengkap.
Fungsi hati; SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan gula darah ,
iii.
iv.
v.
asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek samping pengobatan.
Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid.
Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol.
Penderita yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji keseimbangan dan
vi.
audiometri.
Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan pemeriksaan awal tersebut.
Yang paling penting adalah evaluasi klinik kemungkinan terjadi efek samping obat.
Bila pada evaluasi klinik dicurigai terdapat efek samping, maka dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya dan penanganan efek samping obat
sesuai pedoman
KOMPLIKASI TB
TB LARINGS
Karena setiap kali dahak yang mengandung basil TB dikeluarkan melalui larings, tidaklah
mengherankan bila ada basil yang tersangkut di larings dan menimbulkan proses TB di tempat
tersebut, sehingga terjadilah TB larings.1,2
PLEURITIS EKSUDATIF
Bila terdapat proses TB di bagian paru dekat sekali dengan pleura, pleuara akan ikut meradang
dan menghasilkan cairan eksudat. Dengan lain kata, terjadilah pleuritis eksudatif. Tidak jarang
proses TB nya masih begitu kecil, sehingga pada foto paru belum tampak kelainan. Bilamana
cairan eksudat masih sedikir, cukup diberikan terapi spesifik saja, tetapi bila cairan semakin
banyak, perlu dilakukan pungsi dan cairan eksudat dikeluarkan sebanyak mungkin, untuk
menghindari terjadinya Schwarte di kemudian hari.
PNEUMOTHORAKS
Bisa saja terjadi proses nekrotis berlangsung dekat sekali dengan pleura, sehingga pleura ikut
mengalami nekrosis dan bocor, sehingga terjadilah pneumothoraks. Sebab lain pneumothoraks
adalah pecahnya dinding kavitas yang kebetulan berdekatan dengan pleura, sehingga pleura pun
ikut robek.2
HEMOPTISIS
Hemoptisis adalah ekspektorasi darah yang berasal dari saluran nafas bagian bawah (dibawah
pita suara). Karena pada dasarnya proses TB adalah proses nekrosis, kalau diantara jaringan yang
mengalami nekrosis terdapat pembuluh darah, besar kemungkinan penderita akan mengalami
batuk darah, yang dapat bervariasi mulai dari jarang sekali sampai sering/setiap hari. Variasi
lainnya adalah jumlah darah yang dibatukkan keluar mulai dari sangat sedikit (berupa garis pada
sputum) sampai banyak sekali (profus), tergantung pada pembuluh darah yang terkena.
Batuk darah baru akan membahayakan jiwa penderita bila profus, karena dapat menyebabkan
kematian oleh syok dan anemia akut. Di samping itu, darah yang akan dibatukkan keluar akan
menyangkut di trakea/larings dan akan menyebabkan asfiksia akut yang dapat berakibat fatal. 1,3
Untuk batuk darah yang minimal sampai agak banyak, dapat diberikan koagulan dan/atau obatobatan trombolitik (asam traneksamat) saja. Bila perdarahan agak hebat, perlu dipertimbangkan
pemberian transfusi darah segar. Kalau hal ini sering berulang, perlu juga dipertimbangkan
lobektomi ataupun embolisasi arteri, yang menjadi permasalahan.3
Dalam stadium akut sampai beberapa hari sesudahnya, sebaiknya diberikan pula antitusif untuk
mencegah batuk, sebaiknya diberikan pula antitusif untuk mencegah batuk, setidak-tidaknya
mengurangi frekuensi batuk untuk memberi kesempatan beristirahat secukupnya bagi lesi,
sampai thrombus yang terbentuk cukup kuat.
Hemoptisis dikatakan massif apabila batuk darah mencapai > 600 ml darah dalam 24 sampai 48
jam.3
Tatalaksana hemoptisis massif:
Prinsip: mempertahankan jalan nafas, proteksi paru yang sehat, menghentikan perdarahan
a. Istirahat baring, kepala direndahkan tubuh dimiringkan ke sisi sakit.
b. Oksigen
c. Infus, bila perlu transfuse darah
d. Medikamentosa: Kodein/antitusif untuk supresi batuk
e. Koreksi koagulopati : Vit K IV
Indikasi dilakukannya operasi pada pasien batuk darah massif:
-
Batuk darah > 600 cc/24 jam, dan pada observasi tidak berhenti
Batuk darah > 100-250 cc/24 jam, Hb < 10g/dl. Dan pada observasi tidak
berhenti.
Batuk darah 100-250 cc/24 jam, Hb >10 gr/dl, pada observasi 48 jam tidak
berhenti.
DAFTAR PUSTAKA
1. Zulkifli A, Asril B. Tuberkulosis paru. Dalam: Ilmu penyakit dalam. Jilid
III.
Edisi
V.
Indonesia.