Tugas Resume Inovasi Pendidikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

Tanggal : 25 Oktober 2016

Dosen Pembimbing : Dr. Muhammad Nasir, S.Si, M.Kom

TUGAS INOVASI PENDIDIKAN


RESUME

Oleh:
KELOMPOK 6

Elvy Kartika Putri

(1405110436)

Ledy Novinda

(1405113125)

Nadia Putri

(1405111772)

Reca Sintya Mawarni

(1405112190)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016

1. Pengertiaan inovasi
Banyak para ahli yang merumuskan pengertian tentang inovasi, termasuk
inovasi pendidikan. Adanya keragamana pemahaman inovasi tersebut adalah sesuatu
yang wajar disesuaiakan dengan kajian ataupun focus yang menjadi pusat
perhatiannnya. Everett M. Rogers (1983) menyebut innovation as an idea, practice,
or object that is perceived as new by an individual or another unit of adoption.
Inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktik atau objek/benda yang disadari dan
diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
Dengan demikian kata kunci inovasi adalah gagasan, benda atau proses adopsi yang
dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok masyarakat terhadap inovasi yang
ditawarkan, termasuk di bidang pendidikan.
Menurut Stephen Robbins (1994) menyebut inovasi sebagai suatu gagasan
baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau
proses, dan jasa. Disini robbin lebih memfokuskan pada tiga hal utama yaitu : (1)
gagasan baru; (2) produk atau jasa; (3) perbaikan. Hal yang pertama adalah gagasan
baru (new ideas) dari suatu olah pikir dalam mengamati suatu fenomena yang sedang
terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan. Hal yang kedua adalah produk atau jasa,
yaitu hasil langkah lanjutan dari adanya gagasan baru yang ditindaklanjuti dengan
berbagai aktivitas, kajian, penelitian, dan percobaan sehingga melahirkan konsep yang
lebih konkrit, dalam bentuk produk dan jasa yang siap dikembangkan dan
diimplemetansikan termasuk hasil inovasi di bidang pendidikan. Hal yang ketiga
adalah usaha sistematis untuk melakukan penyempurnaan dan melakukan perbaikan
(improvement) yang terus menerus sehingga buah inovasi itu bisa dirasakan
manfaatnya dan berguna, termasuk inovasi pendidikan.
Telaah inovasi, termasuk inovasi pendidikan akan selalu melibatkan sistem
inovasi (innovation system) yang mengkaji tentang tahapan persiapan dan
implementasi inovasi kepada masyrakat dengan melibatkan unsur yang satu sama lain
saling terkait. Dalam sistem ini juga dikemukakan bagaimana ide lahir, dikembangkan
dan dikomunikasikan, sampai tahap adopsi dan penyelarasan inovasi dengan situasi
kondisi masyarakat yang mengadopsinya.
Menurut S. Hamidjojo seperti dikutip Abdulhak (2002) menyatakan bahwa
inovasi pendidikan sebagai suatu perubahan yang baru dan secara kualitatif berbeda
dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan
kemampuan guna mencapai tujuan tertentu, termasuk dalam bidang pendidikan.
Inovasi tidak hanya sekedar terjadinya perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan

lainnya. Dalam perubahan yang tergolong inovasi disamping terjadinya yang baru
mesti terdapat unsur kesengajaan, unsur kualitas yang lebih baik dari sebelumnya dan
terarah pada peningkatan berbagai kemampuan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
Menurtu Mattew B. Milles 91973) dalam bukunya Innovation in Education
menulis tentang inovasi sebagai spesies dari jenis perubahan. Innovation is a species
of the genus change. Yaitu suatu perubahan yang sifatnya khusus, memiliki nuansa
kebaruan, dan disengaja melalui suatu program yang jelas dan direncanakan terlebih
dahulu, serta dirancang untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dari suatu
sistem tertentu.
2. Difusi Inovasi Pendidikan
Secara umum, difusi inovasi dimaknai sebagai penyebaraluasan dari gagasan
inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan
menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota
sistem sosial dalam masyarakat. Evereet M. Rogers (1983), menyebut difusi inovasi
adalah proses untuk mengkomunikasikan suatu inovasi kepada anggota suatu sistem
sosial melalui saluran komunikasi tertentu dan berlangsung sepanjang waktu. Ada
keterkaitan erat antara difusi, inovasi dan komunikasi. Oleh karena difusi adalah
proses komunikasi untuk menyebarluaskan gagasan, ide, karya dsb sebagai suatu
produk

inovasi,

maka

aspek

komunikasi

menjadi

sangat

penting

dalam

menyebarluaskan gagasan, ide, ataupun produk tersebut, terutama di bidang


pendidikan. Dalam kontek difusi inovasi pendidikan, saluran komunikasi yang
digunakan merupakan alur suatu proses penyebarluasan gagasan pendidikan tersebut.
Komunikasi adalah suatu proses dimana partisipan melakukan tukar menukar
informasi satu sama lain, sehingga menghasilkan saling pengertian. Dalam konteks
ini, kata kunci proses komunikasi adalah diperolehnya saling pengertian antar-sesama
anggota masyarakat.
Ragam komunikasi, baik komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, ataupun
komunikasi multi arah, merupakan proses saling memperngaruhi dan menyampaikan
informasi sehingga pada akhirnya diperoleh saling pengertian.
Dalam kadar tertentu, ada kesan seolah ada persamaan antara pembaharuan
dengan perubahan. Namun tak semua perubahan bisa dikatakan pembaharuan atau
inovasi. Suatu perubahan dapat dikatakan sebagai bentuk inovasi apabila perubahan
tersebut dilakukan dengan sengaja, untuk memperbaiki keadaan sebelumnya agar
lebih menguntungkan demi upaya untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik.

3. Faktor yang Mempengaruhi Inovasi Pendidikan


a. Guru
Guru sebagai

ujung

tombak dalam

pelaksanaan pendidikan

merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar.


Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah
penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan
situasi dan kondisi siswa, hubungan antar

individu,

baik dengan siswa

maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam

proses

pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha


serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri.
Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan
guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan
dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu
inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka
akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti
diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi

yang

tidak

melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi


sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan kelancaran
tugas mereka.
Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama
dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai
pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator
dan lain sebagainya.

b. Siswa
Sebagai

obyek

utama

dalam pendidikan terutama dalam proses

belajar mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam


proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar

melalui penggunaan intelegensia, daya

motorik, pengalaman, kemauan

dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan.
Hal ini bias terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi
pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari
pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan,
sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama
yang harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam inovasi
pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena
siswa bisa sebagai

penerima pelajaran, pemberi materi

pelajaran pada

sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru.


Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai
dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka
tidak saja menerima dan

melaksanakan

inovasi

tersebut, tetapi

juga

mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.

c. Kurikulum
Kurikulum

pendidikan,

lebih

sempit

lagi

kurikulum

sekolah

meliputi program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam


pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena
kurikulum

sekolah

dianggap

sebagai

bagian

yang

tidak

itu
dapat

dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam


pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama
dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan
tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi
pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri.

d. Fasilitas
Fasilitas termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa
diabaikan dalam dalam proses pendidikan
belajar mengajar. Dalam

khususnya dalam

pembahruan pendidikan, tentu

saja

proses
fasilitas

merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan

diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan


bias dipastikan tidak akan berjalan dengan baik.
Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang
esensial dalam mengadakan

perubahan

dan

pembahruan

pendidikan.

Olehkarena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas


perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan

gedung sekolah, bangku, meja

dan sebagainya.
e. Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam

menerapakan

inovasi pendidikan, ada hal yang tidak

secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa


dampak,baik positif maupun negatif,

dalam

pelaklsanaan pembahruan

pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja


maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan
dalam

pendidikan

sebenarnya

mengubah masyarakat menjadi lebih

baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal.


Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu
akan terganggu, bahkan bias merusak apabila mereka tidak diberitahu atau
dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam

inovasi pendidikan sebaliknya

akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi


pendidikan.

4. Ciri- Ciri Inovasi Pendidikan


a. Mempunyai ciri khas artinya sebuah inovasi mempunyai ciri yang khas dalam
setiap aspeknya, entah itu program, ide atau gagasan, tatanan, sistem dan
kemungkinan hasil yang baik sesuai yg diharapkan.
b. Mempunyai ciri atau unsur kebaruan, artinya adalah suatu inovasi harus
mempunyai sebuah karakteristik sebagai suatu karya dan buah pemikiran yang
mempunyai ke originalan & kebaruan.

c. Program inovasi dilakukan lewat program yang terencana, artinya bahwa


sebuah inovasi dilakukan lewat bentuk proses yang tidak tergesa-gesa, tapi
dipersiapkan dengan matang, jelas dan direncanakan terlebih dahulu.
d. Sebuah Inovasi yang diluncurkan mempunyai tujuan, suatu program inovasi
yang dilakukan harus mempunyai arah kemana tujuannya dan target yang
ingin dicapai.
5. Proses Pengembangan Inovasi Pendidikan
Proses pengembangan inovasi terdiri dari semua keputusan dan aktivitas, dan
dampaknya, yang terjadi dari pengenalan terhadap suatu kebutuhan atau suatu
masalah, melalui penelitian, pengembangan , dan pengkomersilan suatu inovasi,
melalui difusi dan adopsi dari suatu inovasi oleh pengguna, dengan segala
konsekuensinya. Berikut langkah-langkah utama dalam proses pengembangan
inovasi.
a. Pengenalan Masalah (Problem) atau Kebutuhan (Need)
Proses pengembangan inovasi biasanya mulai dengan pengenalan masalah
atau

kebutuhan,

yang

merangsang

kegiatan-kegiatan

penelitian

dan

pengembangan yang didesain untuk menciptakan inovasi dalam rangka


memecahkan

masalah

atau

memenuhi

kebutuhan

itu.

Contoh kasus di bidang pendidikan, dulu bagi orang-orang yang berada jauh dari
pusat kota agak mengalami kesulitan untuk dapat melanjutkan pendidikan ke
jenjang perguruan tinggi. Hal ini disebabkan karena faktor jarak, biaya dan dari
segi efisiensi waktu. Seiring dengan berjalannya waktu, para pakar pendidikan
dan para praktisi di bidang teknologi akhirnya menemukan satu inovasi baru
untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengadakan pendidikan jarak jauh.
b. Penelitian Dasar dan Penelitian Terapan
Sebagian besar inovasi yang telah diteliti dalam penelitian difusi adalah
inovasi teknologi, dan istilah teknologi sering digunakan sebagai sinonim dari
inovasi. Adapun teknologi terdiri dari komponen keras (hardware) dan komponen
lunak (software). Komponen keras dapat berupa produk, perangkat, atau material
lainnya, sedangkan komponen lunak berupa pengetahuan, keterampilan dan
prosedur, prinsip-prinsip dasar dari suatu peralatan itu.

Dasar ilmu bagi teknologi biasanya diperoleh dari penelitian dasar (basic
research), yang didefinisikan sebagai penelitian orisinil untuk pengembangan
ilmu pengetahuan yang tidak bertujuan pada penerapan masalah-masalah praktis.
Penelitian terapan terdiri dari penelitian-penelitian ilmiah yang ditujukan
untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Ilmu pengetahuan diletakkan pada
hal yang bersifat praktis untuk mendesain sebuah inovasi yang akan mengatasi
masalah atau kebutuhan yang dirasakan. Para peneliti terapan adalah pengguna
utama penelitian dasar. Jadi suatu penemuan merupakan hasil dari serangkaian (1)
penelitian dasar diikuti oleh (2) penelitian terapan menuju pada (3)
pengembangan. Satu alat ukur kesuksesan penelitian adalah dipatenkan atau
tidak, pemerintah melindungi hak-hak para penemu untuk periode selama tujuh
belas tahun.
Contoh lain di bidang pendidikan, penelitian untuk menemukan suatu metode
pembelajaran tertentu yang efektif bagi anak sekolah dasar dalam pembelajaran
matematika misalnya, hingga hasil dari penelitian tersebut dapat diterapkan bagi
anak-anak sekolah dasar dalam belajar matematika.
1. Pengembangan
Akronim penelitian dan pengembangan atau R&D menunjukkan
pengembangan selalu didasarkan pada penelitian. Meskipun sebenarnya sulit
memisahkan antara penelitian dan pengembangan tetapi penelitian dan
pengembangan adalah fase-fase yang berbeda dalam proses pengembangan
inovasi.
Pengembangan suatu inovasi merupakan proses pembentukan sebuah ide baru
dalam bentuk yang diharapkan memenuhi kebutuhan-kebutuhan audiens dari
adopter-adopter yang potensial. Fase ini biasanya terjadi setelah penelitian.
Dalam mengatasi ketidakpastian inovasi, maka sistem penukaran
informasi inovasi teknologi merupakan suatu komponen penting yang
mempengaruhi inovasi. Para pekerja R&D (litbang) harus bekerja keras untuk
memperoleh dan mempergunakan informasi, data tentang tampilan inovasi
yang mereka buat dan pasarkan, tentang bahan-bahan dan komponenkomponen yang sedang mereka jadikan inovasi, informasi tentang inovasiinovasi pesaing, sifat paten-paten yang ada yang berhubungan dengan inovasi

yang mereka usulkan, kebijakan pemerintah yang mempengaruhi inovasi yang


mereka ajukan, dan masalah-masalah yang dihadapi oleh para konsumen di
pasaran dan bagaimana inovasi yang diajukan bisa membantu pemecahan
beberapa masalah-masalah ini.
Contoh di bidang pendidikan, kemajuan di bidang teknologi di bidang
animasi dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi animation learning yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah.
2. Komersialisasi
Komersialisasi adalah pemroduksian, pemabrikan, pengemasan,
pemasaran, dan pendistribusian suatu produk yang mewujudkan suatu inovasi.
Inovasi merupakan perubahan sebuah ide dari penelitian menjadi sebuah
produk atau jasa untuk dijual di pasar. Tidak semua inovasi berasal dari sebuah
penelitian dan pengembangan, melainkan bisa saja muncul dari praktek seperti
praktisi-praktisi tertentu yang mencari solusi baru bagi kebutuhan/ masalah
mereka.
Contoh di bidang pendidikan, produk animation learning setelah
melalui uji coba dipasarkan untuk diadopsi oleh para calon pengguna.

3. Difusi dan Adopsi


Salah satu keputusan yang paling penting dalam seluruh proses
pengembangan inovasi adalah mulai difusi menyebar inovasi kepada adopteradopter yang potensial. Selain itu, keputusan untuk memulai menyebarkan
inovasi kepada para peneliti bekerja sama dengan agen pembaru juga penting.
Di satu sisi, biasanya ada tekanan untuk menyetujui suatu inovasi
untuk difusi sesegera mungkin, sebagaimana masalah/kebutuhan sosial perlu
mendapatkan prioritas penyelesaian. Dana publik bisa digunakan untuk
melakukan penelitian dan dukungan dana investasi publik hingga inovasi

diadopsi oleh pengguna. Di sisi lain, reputasi dan kredibilitas agen perubahan
di mata kliennya hanya merekomendasikan inovasi yang akan memberikan
keuntungan bagi adopter. Para ilmuwan biasanya sangat berhati-hati bila tiba
saatnya untuk menerjemahkan penemuan mereka ke dalam bentuk praktek.
4. Konsekuensi
Fase terakhir dalam proses pengembangan inovasi adalah konsekuensi
dari suatu inovasi, didefinisikan sebagai perubahan yang terjadi pada individu
atau sistem sosial sebagai akibat adopsi atau penolakan terhadap suatu inovasi.
Berikut masalah/kebutuhan orisinil yang memulai proses keputusan inovasi
diatasi atau tidak.
Konsekuensi dari sebuah produk di bidang pendidikan, contoh
animation learning di atas setelah dikomersilkan dan melalui proses difusi
akan memiliki konsekuensi untuk dapat diterima atau ditolak oleh para
adopter.
Proses adopsi inovasi akan dipengaruhi sistem internal organisasi
kemasyarakatan yang bersangkutan. Organisasi yang baik dan stabil akan
mengadopsi inovasi dengan mempertimbangkan syarat-syarat sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Memiliki tujuan yang jelas


Memiliki deskripsi tugas yang jelas
Memiliki struktur otoritas dan kewenangan
Memiliki peraturan dasar dan peraturan umum
Memiliki pola hubungan informasi yang teruji

Agen Perubahan
Agen Perubahan (Change agent) merupakan individu yang bisa mempengaruhi
pengambilan inovasi klien ke arah yang diharapkan para agent perubahan. Selain
agen perubahan ada juga pemimpin pendapat (opinion leaders). Keberhasilan
berjalan mulusnya suatu difusi inovasi di sebabkan oleh sistem sosial dan
perbedaan latar belakang.
Peran agen perubahan sangat mempengaruhi perilaku para individu lainnya.
Pemimpin pendapat merupakan suatu tingkat dimana seorang individu dapat
mempengaruhi individu yang lainnya atau mengatur perilaku individu lainnya
secara tidak formal kea rah kondisi yang di harapkan, sesuai dengan norma yang
berlaku.

Sedangkan

agen

perubahan

merupakan

individu

yang

bisa

mempengaruhi pengambilan inovasi klien kearah yang di harapkan oleh agen


perubahan itu sendiri.
Percepatan Adopsi Inovasi
Tingkat percepatan adopsi suatu hasil inovasi sangat bergantung pada
beberapa faktor, yaitu karakteristik atau ciri inovasi itu sendiri, diantaranya :
a. Adanya keuntungan relatif (relative advantages), artinya sejauh mana suatu
inovasi di perkenalkan memberikan manfaat dan keuntungan bagi perorangan
atau masyarakat yang mengadopsinya. Keuntungan relative ini dapat diamati dari
segi ekonomi, social, budaya dan teknologi. Suatu inovasi yang diyakini memiliki
peluang keuntungan relatif semakin tinggi, maka semakin tinggi pulalah
percepatan adopsi inovasi tersebut oleh masyarakat.
Contohnya, diperkenalkannya metode cara belajar siswa aktif (CBSA) dalam
pembelajaran di sekolah. Yang pertama kali di pikirkan oleh komunitas sekolah
adalah apakah metode ini memiliki keuntungan relatif di bandingkan dengan
metode sebelumnya ? jika jawabannya iya, maka inovasi yang di tawarkan akan
mendapat respon cepat dan positif oleh komunitas sekolah dan orang tua.
b. Memiliki kekompakan dan kesepahaman (compatibility), artinya sejauh mana
inovasi dapat sejalan dan kompak dengan sistem nilai yang ada, atau sejalan
dengan pengalaman masa lalu masyarakat yang mengadopsinya.
Contohnya, pada saat ini banyak bangunan sekolah dalam keadaan rusak,
sehingga di gulirkan program peduli sekolah dengan melibatkan semua potensi
masyarakat termasuk pemerintah dalam membangun gedung sekolah. Apakah
program tersebut sesuai dengan sistem nilai yang ada, terutama dengan budaya
gotong royong masyarakat kita.
c. Memiliki derajat kompleksitas (complexity), artinya sejauh mana kompleksitas,
kesukaran dan kerumitan suatu produk inovasi dirasakan oleh masyarakat.
Maknanya, semakin kecil derajat kerumitan atau semakin mudah dicerna dan
dipahami hasil suatu inovasi tersebut, maka akan semakin besar kemungkinannya
untuk di adopsi oleh masyarakat.
Misalnya, pada waktu akan diperkenalkan penelitian tindakan kelas-PTK
(classroom action research) sebagai upaya untuk meningkatkan mutu, apakah
program tersebut memiliki tingkat kesulitan atau kompleksitas yang tinggi atau
tidak dalam pelaksanannya di sekolah.
d. Dapat dicobakan (trialability), artinya sejauh mana hasil inovasi dapat di
ujicobakan keandalan dana manfaatnya. Suatu hasil inovasi dapat dan mudah di

adopsi apabila hal tersebut dapat dilihat dan di ujicobakan melalui pengalaman
lapangan.
Contohnya dalam pendidikan adalah ketika di tawarkan pembelajaran kontekstual
di sekolah, maka guru akan melaksanakan praktik PBM yang bercirikan
kontekstual

tersebut. Apakah

mudah

di

adopsi

sehingga

guru

dapat

mengujicobakan dan menerapkannya di kelas kelas.


e. Dapat diamati (observability), artinya sejauh mana hasil inovasi dapat di amati.
Semakin mudah suatu inovasi untuk diamati, maka semakin tinggi pula peluang
hasil inovasi dapat di adopsi.
Misalnya pada saat dilakukan penggabungan sekolah, khususnya di SD dalam
upaya meningkatkan efisiensi dan afektivitas pengelolaan pendidikan.
Penemuan Kembali (Re-invention)
Dalam perjalanan dan proses difusi inovasi tidak sedikit memunculkan
penyimpangan baik berupa penolakan maupun berhenti. Dengan demikian
diperlukan penemuan kembali (reinvention). Re-invention adalah penemuan
kembali setelah proses modifikasi.

6. Kontribusi Inovasi Pendidikan


Difusi inovasi sangat diperlukan dalam pengembangan pendidikan, karena
tanpa adanya pembaharuan maka pendidikan akan statis dan menjadi tidak relevan
dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan sosio cultural masyarakat. Menurut
Poensoen dalam Santoso S Hamidjojo (1974), terdapat tiga kecenderungan
konstribusi difusi inovasi, khususnya dalam bidang pendidikan, yaitu :
1.

Difusi inovasi pendidikan cenderung mengembangkan dimensi demokratis.

Difusi inovasi yang dilaksanakan mengemban misi untuk meninggalkan konsepsi


pendidikan yang terbatas bagi kepentingan elite tertentu, menuju pada konsepsi
pendidikan yang lebih demokratis. Hal ini memungkinkan terjadinya peningkatan
pemerataan atau perluasan kesempatan memperoleh dan menikmati pendidikan sesuai
dengan kemauan, kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
2. Inovasi pendidikan mengemban misi yang cenderung bergerak dari konsepsi
pendidikan yang berat sebelah dalam peningkatan kemampuan pribadi di antara
pengetahuan, sikap dan keterampilan, menuju pada konsepsi pendidikan yang

mengembangkan pola dan isi yang lebih komprehensif dalam rangka pengembangan
seluruh potensi manusia secara meneyeluruh dan utuh. Pendidikan yang inovatif
hendaknya dapat mengembangkan segenap potensi manusia tidak hanya aspek
intelektualnya saja, tetapi mencangkup seluruh aspek kepribadiannya secara bulat.
3. Pendidikan mengemban misi yang cenderung bergerak dari konsepsi pendidikan yang
bersifat individual perorangan, menuju ke arah konsepsi pendidikan yang
menggunakan pendekatan yang lebih koorperatif. Dari konsepsi pendidikan yang
boros menuju pada konsepsi yang lebih efektif, efisien dan relevan dengan kebutuhan
pembangunan.
Dalam adopsi inovasi paling tidak ada lima kategori perbedaan individu atau
kelompok yang harus diperhatikan :
1.
2.
3.
4.
5.

Para pembaharu atau pioneer/perintis (innovators)


Para adopter awal (early adopters)
Para kelompok mayoritas awal (early mayority)
Kelompok mayoritas akhir (late mayority)
Adopter akhir (late adopters)
Setiap individu atau kelompok dengan perannya masing-masing memberikan

warna dan kontribusi terhadap difusi inovasi. Dengan perbedaan peran yang beragam
maka difusi inovasi akan menjadi dinamis.
Dalam kaitannya dengan kontribusi inovasi pendidikan, Huberman seperti
dikutip Ishak Abdulhak (2000) membagi sifat perubahan dalam inovasi ke dalam
enam kelompok yaitu :

Penggantian (substation)
Perubahan (alternation)
Penambahan (addition)
penyusunan kembali (restructuring)
Penghapusan (elimination)
Penguatan (reinforcement)
Di Indonesia, kita telah banyak melakukan berbagai inovasi pendidikan dalam

skala luas dengan biaya yang cukup besar, ataupun inovasi pada skala kecil dengan
biaya yang sederhana, baik yang telah dilaksanakan ataupun sedang dirintis dalam
sistem pendidikan nasional kita, seperti :
a. Telah dikembangkan adanya orang tua asuh, program pemberantasan buta huruf
melalui kejar paket A, program kejar usaha, adanya SMP terbuka, wajib belajar

mulai dari tingkat sekolah dasar, dan kini sudah mulai pada program wajib belajar
pendidikan dasar sembilan tahun pada tingkat SLTP, dan berdirinya Universitas
Terbuka. Semua itu menggambarkan kecenderungan pengembangan konsepsi
pendidikan yang lebih demokratis.
b. Upaya pengembangan pembelajaran terpadu atau pengajaran unit melalui kegiatan
pengajaran proyek dengan cara belajar siswa aktif (CBSA), ataupun akhir akhir ini
dikembangkan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan meneyenangkan
(PAKEM) ataupun contekstual learning merupakan berbagai ikhtiar ke arah upaya
pembaharuan pendidikan yang mengembankan segenap potensi individu secara
menyeluruh dan utuh.
c. Proyek pendidikan anak oleh masyarakat dan orang tua asuh (PAMONG),
pengembangan sekolah dasar kecil (SD Kecil), program bantuan profesional bagi
Guru SD dan pengembangan cara belajar siswa aktif (CBSA), ataupun akhir akhir
ini dengan program guru bantu sementara (contract teachers), pemberian bantuan
langsung kepada sekolah (school block grant), pembelajaran aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan (PAKEM).
7. Hambatan dalam Adopsi Inovasi Pendidikan
Hambatan adalah sesuatu yang menjadi halangan atau kendala terhadap suatu
hal. Sedangkan adopsi inovasi adalah suatu proses dimana seorang memperhatikan,
mempertimbangkan dan akhirnya menerima atau menolak suatu inovasi. Maka
hambatan dalam adopsi inovasi pendidikan dapat diartikan sebagai kendala yang
menjadi penghalang seseorang untuk bisa memperhatikan, mempertimbangkan,
menerima atau menolak suatu inovasi pendidikan. Proses adopsi inovasi bisa juga
terhambat oleh berbagai faktor. Ada tiga hambatan utama yang berpotensi timbul
dalam setiap adopsi inovasi, diantaranya sebagai berikut :
a. Hambatan yang sifatnya mental block barriers
Mental block barriers adalah hambatan yang lebih disebabkan oleh sikap mental,
seperti :
1) Salah persepsi atau asumsi
2) Cendrung berfikir negatif
3) Dihantui oleh kecemasan dan kegagalan
4) Tidak mau mengambil resiko terlalu dalam
5) Malas
6) Saat ini berada pada daerah nyaman dan aman
7) Cendrung resisten atau menolak terhadap setiap perubahan
b. Hambatan yang sifatnya culture block

Culture block adalah hambatan yang lebih disebabkan oleh budaya. Hal ini lebih
dilatar belakang oleh :
1) Adat yang sudah mengakar dan mentradisi
2) Taat terhadap tradisi setempat
3) Ada perasaan berdosa apabila merubah tatali karuhun

c. Hambatan yang sifatnya social block


social block adalah hambatan sosial yang termasuk pada hambatan inovasi sebagai
akibat dari faktor sosial dan pranata masyarakat sekitar. Antara lain disebabkan
oleh :
1) Perbedaan suku, agama dan ras
2) Perbedaan sosial ekonomi
3) Nasionalisme yang sempit
4) Arogansi primordial
5) Fanatisme daerah yang kurang terkontrol
Mugiadi (1988), menegaskan bahwa : Dalam pembaharuan itu, terlepas apakah
gagasan itu datang dari bawah atau dari atas, yang penting adalah perlu
memperhitungkan berbagai kendala yang akan dihadapi. Andai kata gagasan itu akan
diterapkan didalam suatu sistem yang sedang berlaku. Sehubung dengan itu maka
sebelum upaya pembaharuan dilancarkan perlu disusun perencanaan yang matang
tentang bagaimana mengatasi kendala itu, sehingga gagasan pembaharuan itu dapat
diuji, dikembangkan, diperbaiki, dan ditetapkan (diadopsi) pada skala yang lebih luas.

Anda mungkin juga menyukai