Bab 11 Mikro Ekonomi
Bab 11 Mikro Ekonomi
Bab 11 Mikro Ekonomi
pun bentuk lain secara keuangan atau secara kemampuan teknologi, misalnya kepada
perusahaan-perusahaan untuk memsauki atau menigalkan bidang usaha tersebut.
Menghasilkan Barang Serupa
Barang yang dihasilkan berbagai perusahaan tidak mudah untuk dibeda-bedakan. Barang yang
dihasilkan sangat serupa atau sama. Tidak dapat perbedaab yang nyata di antara barang yang
dihasilkan suatu perusahaan dengan produksi perusahaan lainnya. Barang seperti itu dinamakan
dengan istilah identical atau bomogenous. Karena barang-barang tersebut sangat serupa para
pembeli tidak dapat membedakan yang mana yang dihasilkan oleh produsen A atau B atau
produsen lain.
Terdapat Banyak Perusahaan Di Pasar
Sifat inilah yang menyebabkan perusahaan tidak mempunyai kekuasaan untuk mengubah harga.
Sifat ini meliputi dua aspek, yaitu jumlah perusaan sangat banyak dan masing-masing
perusahaan adalah relatif kecil kalau dibandingkan dengan keseluaruhan jumlah perusahaan di
dalam pasar. Sebagai akibatnya produksi perusahaan adalah sangat sedikit kalau dibandingkan
dalam industri tersebut. Sifat ini menyebabkan apa pun yang dilakukan perusahaan , seperti
menaikan atau menurunkan harga dan menaikan atau menurunkan produksi, sedikit pun ia tidak
mempengaruhi harga yang berlaku dalam pasar/indusrti tersebut.
Pembeli Mengetahui Pengetahuan Sempurna Mengenai Pasar
Dalam pasar persaingan sempruna juga dimisalkan bahwa jumlah pembeli adalah sangat banyak.
Namun demikian dimisalkan pula bahwa masing-masing pembeli tersebut mengetahui
pengetahuan sempurna mengenai keadaan di pasar, yaitu mereka mengetahui tingkat harga yang
berlaku dan perubahan-perubahan ke atas harga terga tersebut. Akibatnya para produsen tidak
dapat menjual dengan harga yanh lebih tinggi dari yang berlaku di pasar.
Permintaan Dan Hasil Jualan
Di dalam menganalisis usaha suatu perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan dua hal
harus diperhatikan:
Sifat biyaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah bersamaan, walau dalam struktur
pasar manapun ia digolongkan. Dengan perkaitan lain, apakah suatu perusahaan itu berada dalam
pasar persangan campuran, atau monopolo, atau oligopoli, atau persaingan monopolistis, citi-ciri
fungsi produsen dan biyaya adalah seperti yang dijelaskan dalam bab Sembilan dan sepuluh.
Akan tetapi sifat hasil penjualan adalah berbeda diantara pasar persaingan sempurna dengan
psasar lainnya. Perbedaan disebabkan karena ditinjau dari sudut seorang produsen, bentuk
permintaan yang dihadapi oleh seorang produsen di pasar persaingan sempurna berbeda dengan
sifat yang dihadapi seorang produsen di pasar lainnya.
PERMINTAAN PASAR DAN PERUSAHAAN
Apakah cirri pertama dari pasar persainga sempurna yang diterangkan pada bagian sebelum ini?
Sifat tersebut adalah setiap perusahaan adalah pengambil harga, yaitu sesuatu perusahaan tidak
mempunyai kekuasaan menentukan harga. Interaksi seluruh produsen dan pembeli di pasar yang
akan menentukan harga pasar, dan seorang produsen hanya``menerima saja harga yang sudah
ditentukan tersebut. Ini berarti berapa banyak pun barang yang diproduksi dan dijual oleh
produsen, ia tidak akan mengubah harga yang ditetntukan di pasar, karena jumlah barang yang
diproduksikan hanya hana sebagian kecil dari jumlah yang diperjualbelikan di pasar.
Bagaimanakah sifat permintaan seperti itu digambarkan di dalam grafik? Cara
mengambarkannya adalah seperti yang ditujukan dalam gambar 11.1
Gambar 11.1
Permintaan yang dihadapi perusahaan
Gambar 11.1 (ii) menunjukan permintaan dan penawaran ke atas barang yang dihasilkan
perusahaan-perusahaan dalam suatu pasar persaingan sempurna. Dapat dilihat bahwa harga pasar
yang tercapai adalah Rp 3000, dan jumlah barang yang diperjual belikan adalah 200000 unti.
Dalam Gambar 11.1 ditunjukan permintyaan yang dihadapi oleh suatu perusahaan dalam indutri
tersebut. Kurva permintaan dd adalah bentuk suatu garis yang sejajar dengan sumbu datar, dan
tingkat harga yang dicapai adalah Rp 3000. Kurva dd adalah bersifat elastis sempurna karena dau
alasan. Yang pertama, hasil produksi perusahaan tersebut adalah serupa (identical) dengan
produksi perusahaan-perusahaan lain dalam industri itu, dengan demikian apabila perusahaan
tersebut menaika harga hasil produksinya, tidak satupun dari hasil produksinya akan terjual. Para
konsumen akan membeli dari perusahaan lain. Alasan kedua, oleh karena produksi perusahaan
tersebut adalah sebagian kecil saja dari yang diperjual belikan di pasar, perusahaan tersebut dapat
menjual seluruh produksinyan pada hargaRp 3000. Sumbu datar dari Gambar 11.1 (i)
menunjukan bahwa produksi perusahaan itu adalah jauh lebih kecil dari jumlah barang yang
diperjual belikan di pasar. Karena prusahaan itu dapat menjual semua hasil produksinya, tidak
ada alas an kepada perusahaan untuk menurunkan harga penjualana barangnya.
AR 0
MR0
d0
AR 0
hasil penjualan rata-rata pada harga barang sebanyak Rp 3000(dan dinyatakan sebagai
Kalau harga barang yang dijual perushaan adalah RP 6000, kurva
d1
AR 1
).
MR1
adalah kurva perintaan dan kurva hasil penjualan rata-rata pada harga Rp 6000.
Hasil Penjualan marjinal
Satu konsep(istilah) menegnai hasil penjualan yang sangat penting untuk diketahui dalam
analisis penentuan harga dan prodeksi oleh suatu perusahaan adalah pengertian hasil penjualan
marjinal (MR yang merupakan singkatan dari Marjinal Revenue), yaitu tambahan hasil
penjualan yang diperoleh perusahaan dari menjual satu unit lagi barang yang diproduksinya.
Kalau harga barang tetap Rp 3000, setiap unit tambahan barang yang dijual akan menambah
hasil penjualan sebanyak Rp 3000 juga. Begitu juga, sekirannya harga tetap Rp 6000, setiap unit
barang yang dijual akan menambah has ail penjualannya sebanyak Rp 6000. Dengan demikian,
dasar pasar persaingan sempurna berlaku keadaan berikut harga = hasil penjualan rata-rata =
hasil penjualan marjinal. Dalam Gambar 11.2 (i) kurva
d0
AR 0
MR0
menggabarkan
d1
AR 1
MR1
menggabarkan
TR1
TR0
adalah kurva
hasil penjualan total apabila harga barang meningkat menjadi Rp 6000. Titik titik pada
dan
TR1
adalah
TR0
yang dijual. Sebagai contoh, titik A menggambarkan pada harga Rp 3000, penjualan sebanyak 10
unit akan menyebabkan hasil penjualan mencapai total Rp 30000 dan titik
A1
menunjukan
bahwa pada harga Rp 6000, penjualan sebanyak 10 unit akan menyebabkan hasil penjualan total
perusahaan mencapai Rp 60000.
Gambar 11.2
Hasil Penjualan Rata-rata, Marjinal Total
Dalam cara pertama keuntunga ditentukan dengan menghitung dan membandingkan hasil
penjualan total dengan biaya total. Keuntungan adalah perbedaan antara hasil penjualan total
yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan. Keuntungan akan mencapai maksimum
apabila berbedaan diantara keduanya adalah maksimum. Maka dengan cara yang pertama ini
leuntungan yang maksimum akan dicapai apabila perbedaan ini anatara hasil penjualan total
dengan biaya total adalah yang paling maksimum.
Cara yang kedua adalah dengan mengunakan kurva atau data biaya rata-rata dan biaya marjinal.
Pemaksimuman keuntungan dicapai pada tinggkat produksi di mana hasil penjualan marjinal
(MR) sama dengan biaya marjinal (MC) atau MR = MC. Suatu perusahaan akan menambah
keuntungannya apabila menambah produksinnya pada ketika MR>MC yaitu hasil perjualan
marjinal (MR) melebihi biaya marjinal (MC). Dalam keadaan ini pertambahan produksi dan
penjualan akan menambah keuntungannya. Dalam keadaan sebaliknya, yaitu apabila MR<MC,
mengurangi produksi dan penjualan akan menambah untung. Maka keuntungan maksimum dapat
dicapai dalam keadaan dimana MR = MC berlaku. Sebelum hal-hal yang dinyatakan di atas
ditunjukan dan diterangkan, akan dibuat contoh angka untuk menunjukkan kedua cara untuk
menentukan pemaksimuman keuntungan oleh suatu perusahaan.
JUMLAH PRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI
Tabel 11.1
Jumlah Produksi dan Biaya Produksi (ribu rupiah)
Perhatikan Tabel 11.1. angka-angka dalam table ini adalah angka berbeda dalam Tabel 10.1, yang
juga menerangkan tentang biaya produksi. Walau bagaimanapun analisisnya sama. Oleh sebab
itu analisis dalam bagian ini bersifat mengigatkan kembali dan melengkapi hal-hal yang telah
diterangkan dalam Bab Sepuluh yang lalu. Seperti yang telah ditunjuakn sebelum ini, data dalam
Tabel 10.1 dan 11.1 bertujuan untuk memberikan hipotesis mengenai sifat hububgan diantara
tingkat produksi dengan berbagai konsep biaya produksi -Biaya total, biaya rata-rata dan biaya marjinal. Pada dasarnya data tersebut merangkum hal-hal
berikut:
Dalam kolom (1) ditunjukan nernagai jumlah produksi yang dapat dicapai.
Kolom (2) menggambarkan biaya tetap total yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli
input tetap yang digunakan dalam proses p[roduksi.
Kolom (3) menunjukan biaya berubah total yaitu semua biaya dibelanjaka untuk membeli
input berubah (tenaga kerja)
Dengan menjumlahkan baiaya tetap (dalam kolom2) dengan biaya perubahan total
(dalam kolom3) diperoleh biaya total, yaitu seperti ditunjukan dalam kolom (4).
Biaya marjinal, yaitu biaya tambahan yang perlu dikeluarkan untuk menambah satu unit
produksi, ditunjukan dalam kolom (5).
Kolom (6) menunjukan biaya tetap rata-rata yaitu biaya tetap dibagi jumlah produksi.
Kolom (7) menunjukan biaya berubahan rata-rata yaitu biaya tota dibgi jumlah produksi.
Biaya total rata-rata ditunjukan dalam kolam (8). Biaya ini menggambarkan biaya
produksi per unit untuk menghasilkan suatu barang.
Seperti telah diterangkan dalam Bab Sepuluh, cirri-ciri dari data kurva berbagai jenis biaya
adalah:
Biaya berubah total mula mengalami kenaikan yang lambat, akan tetapi setelah satu
tingkat produksi tertentu keaikannya makin lama makin cepat.
Biaya total mempunyai sifat yang sama dengan biaya perubahan total.
Biaya tetap rata-rata lama lama semakin kecil. Oleh sebabitu kurva biaya tetap rata-rata
menurun dari kiri atas ke kanan bawah.
Biaya berubahr tata-rata, biaya total rata-rata dan biaya marjinal, mempunyai sifat yang
sama: pada tingkat produksi yang rendah ketiga jenis biaya tersebut semakinmenurun
apabila peroduksi meningkat, tetapi pada produksi yang lebih tinggi biaya-biaya tersebut
semakin tinggi apabila produksi ditambah. Berdasarkan sifat ini kurva untuk ketiga jenis
biaya berbentuk huruf U.
Sifat-sifat berbagai jenis biaya seperti yang baru dinyatakan di atas perlulah benar-benar diingat
dan dipahami. Analisis penentuan produksi yang akan dibuat dalam bab ini dan beberapa bab
kemudian akan mengabarkan kurva berbagai jenis biaya berdasarkan sifat-sifat yang dinyatakan
di atas.
JUMLAH PRODUKSI DAN HASIL PENJUALAN
Hubungan diantara jumlah produksi dengan hasil penjualan tatal, hasil penjualan rata-rata dan
hasil penjualna marjinal ditunjukan dalam Tabel 11.2. data informasi yang digambarkan dalam
setiap kolom adalah seperti yang dinyatakan dibawah ini:
Data dalam kolom (1), seperti juga dalam Tabel 11.1, mengambarkan juimlah produksi
yang dapat dicapai.
Kolom (2) menunjukan tingkat harga barang yang diproduksi. Harga seunit tetap Rp150
ribu oleh karena produsen tersebut berada di pasar persaigan sempurna.
Kolom (3) menunjukan hasil penjualan total yang akan diterima produsen pada berbagai
tingkat produksi. Data hasil penjualan total dalam kolom tersebut dihitung dengan
mengunakan rumus berikut:
TR = P x Q
Di mana TR adalah jumlah hasil penjualan, P tingkat harga dan Q adalah jumlah
produksi.
Tabel 11.2
Produksi dan Penjualan (ribu rupiah)
Kolom (4) menunjukan hasil penjualna rata-rata. Telah diterangkan bahwa dalam
persaingan sempurna harga adalah tetap, walau beberapa jumlah produksi yang
dilakukan. Oleh sebab itu hasil penjualan rata-rata (AR) adalah sama dengan tingkat
harga (P).
Kolom (5) menunjukan hasil penjualan marjinal yaitu tambahan hasil penjualan yang
disebabkan oleh hasil pertambahan seunit barang yang dijual. Oleh karena harga adalah
tetap, maka hasil penjualan marjinal adalah sama dengan tingkat harga.
Cara ini merupakan cara yang paling mudah untuk menentukan tingkat produksi yang akan
memeaksimumkan keuntungan. Untuk menentukan keadaan tersebut yang perlu dilakukan
adalah:
Membandingkan hasil penjualan total dan biaya total pada setiap tingkat produksi
Menentukan tingkat produksi di mana hasil penjualan total melebihi biaya total pada
jumlah yang paling maksimum.
Dengan mengingat kedua langkah tersebut sekarang perhatikan contoh angka dalam Tabel 11.3
Tabel 11.3
Hasil Penjualan Biaya Produksi dan Keuntungan Maksimum
Kolom (2) menunjukan hasil penjualan, manakala kolom (3) menunjukan biaya produksi.
Keuntungan yang diperoleh pada berbagai tingkat produksi ditunjukan pada kolom (4) yang
dihitung dengan formula berikut:
Keuntungan = Hasil Penjualan Total Biaya Produksi Total
Hasil perhitungan yang diperoleh menunjukan keuntungan maksimum dicapai apabila
perusahaan memproduksi 6 atau 7 unit dan keuntungan maksimum yang dinikmati perusahaan
adalah Rp 420 ribu. Catatan: Untuk menyesuaikan dengan analisis secara grafis, produksi yang
dilakukan prusahaan adalah sebanyak 7 unit yaitu pada ketika hasil penjualan marjinal (MR)
sama dengan biaya Marjinal (MC).
Hasil Penjualan Marjinal, Biaya Marjinal dan Keuntungan
Untuk memahamai pendekatan hasil penjulan marjinal biaya marjinal (MC = MR) dengan lebih
baik, satu contoh angka akan diterangkan. Perhatikan Tabel 11.4 yang membandingkan hasil
penjualan marjinal dengan biaya marjinal. Data table tersebut diambil dari Tabel 11.1 (untuk
biaya marjinal) dan Tabel 11.2 (untuk data hasil penjualan marjinal). Data dalam kolom (4), yang
mengambarkan tambahan (pengurangan) untung apabila produksi ditambah satu unit, dihitung
berdasarkan formula berikut:
Tambahan untung = Tambahan penjualan total Tambahan biaya
Berdasarkan kepada data kolom (4), dalam kolom (5) ditunjukan jumlah untung yang diperoleh
dari berbagai tingkat produksi.
Tabel 11.4
Tambahan dan Jumlah Untung (ribu rupiah)
Jumlah untung dalam kolom (5) itu merupakan keuntungan bruto, yaitu sebelum
dikurangi dengan biaya tetap. Sebagai contoh, keuntungan yang diproleh apabila produksi
adalah 4 unit adalah: Rp 320 ribu (dilihat Tabel 11.4) Rp 100 ribu = Rp 220 ribu, seperti
dengan dalam pendekatan penentuan keuntungan yang pertama, dalam pendekatan kedua ini juga
dapat dilihat bahwa keuntungan maksimum dapat dicapai pada tingkat produksi sebanyak 6 atau
7 unit. Jumlah keuntungan maksimum tersebut adalah: Rp 520 ribu (lihat Tabel 11.4) Rp 100
ribu (biaya tetap) = Rp 420 ribu. Nilai keuntungan maksimum ini adalah sama dengan yang
dihitung dalam pendekatan pertama. Analisis yang kedua ini jelas menunjukan bahwa pada
produksi menunjukan sebanyak 7 untuk berlaku keadaan berikut: MC = MR. Maka dalam
analisis akan selalu dinyatakan hal berikut: perusahaan akan memproduksi 7 unit, yaitu pada
tingkat produksi di mana MC = MR.
Dalam analisis secara grafis penentuan produksi (dan harga) yang memaksimumkan
keuntungan selalu akan mengunakan persamaan MC = MR. oleh sebab keadaan MC = MR
adalah penting dalam penentuan keseimbangan perusahaa yaitu keadaan yang
memaksimumkan keuntungan, dalam Gambar 11.3 ditunjukan kurva MC dan MR dan pertemuan
tingkat produksi yang maksimumkan keuntungan. Grafik tersebut dibuat berdasarkan Tabel 11.4.
Sesuai dengan data Tabel 11.4, kurva MC dan kurva MR akan berpotongan pada tingkat produksi
sebanyak 7 unit.
Gambar 11.3
Menentukan Tingkat Produksi yang Memaksimumkan Tingkat Keuntungan
Dengan grafik yang mengambarkan biaya total dan hasil penjualan total
Dengan grafik yang menunjukan biaya marjinal dan hasil penjualan marjinal
Pemaksimuman keuntungan dengan mengunakan pendekatan ini ditunjukan dalam Gambar 11.4.
Kurva TC (biaya total), dan TR (hasil penjualan total) dibuat berdasarkan data yang terdapat
dalam Tabel 11.1 dan 11.2. Kurva TC bermula diatas kurva TR, dan hingga ini terus berlangsung
sehingga tingkat produksi hampir 2 unit. Keadaan di mana kurva TC berada di atas kurva TR
mengambarkan bahwa perusahaan mengalami kerugian. Pada waktu produksi mencapai antara 2
sampai 9 kurva TC berada di bawah kurva TR, dan ini mengambarkan bahwa perusahaan
mengalami keuntungan
Apabila dibuat garis tegak diantara TC dan TR, garis tegak yang terpanjang yaitu pada
keadaan di mana poduksi adalah 7 unit, mengambarkan keuntungan yang paling maksimum.
Apabila produksi mencapai 10 unit atau lebih kurva TC berada di atas kurva TR kembali, yang
berarti bahwa perusahaan mengalami kerugian kembali. Perpotongan diantara kurve TC dan
kurva TR dinamakan titik impas (break-even point) yang mengambarkan biaya total yang
dikeluarkan perusahaan adalah sama dengan hasil penjualan total yang diterimanya. Perpotongan
tersebut berlaku di dua titik, yaitu titik A dan titik B
Gambar 11.4
Menentukan Keuntungan Maksimum dengan Kurva Biaya dan Penjualan Total
Gambar 11.5
Menentukan Keuntungan Maksimum dengan Kurva Biaya dan Penjualan Merjinal
P0
keuntungan luar biasa. Keuntungan ini dicapai pada waktu jumlah produksi adalah
besarnya keuntungan luar biasa tersebut adalah AE
P0
Q0
dan
berlaku dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang adanya keuntungan tersebut akan menarik
kemasukan perusahaan-perusahaan baru. Maka penawaran barang akan bertambah dan ini
mengakibatkan penurunan harga sehingga akhirnya keuntungan luar biasa tidak wujud lagi.
Keseimbangan jangka panjang akan diterangkab lain dalam bab ini.
Gambar 11.6 (i) juga mengambarkan di mana keadaan perusahaan mendapatkan
keuntungan biasa atau normal. Suatu perusahaan dikatakan memperoleh keuntungan normal
apabila hasil hasil penjulan totalnya sama dengan biaya total.
Dalam biaya total termasuk biaya eksplisit dan biaya tersembunyi. (lihat pendahuluan bab
sepuluh untuk definisi kedua biaya). Dalam Gambar 11.6 (i) perusahaan dikatakan memperoleh
untung normal apabila harga adalah
E1
. Dan titik
E1
P1
AR 1
MR1
d1
AR 1
MR1
pada titik
gengan
d1
AR 1
MR1
menghadapi keadaan seperti ini, tidak ada gunanya bagi perusahaan untuk menerusakan
usahanya. Walaupun perusahaan menghasilkan barang, ia sama sekali tidak dapat memperoleh
pendapatan untuk menutupi biaya tetap yang telah dikeluarkan. Oleh sebab itu lebih baik baginya
untuk menghentikan kegiatan memproduksi. Tetapi hal ini tidaklah berarti bahwa perusahaan
tidak dengan sertamerta membubarkan usahanya. Di dalam jangka pendek dimisalkan
perusahaan tidak mempunyai waktu untuk membubarkan kegiatannya, yaitu tidak dapat menjual
harta-harta yang dimilikinya. Dengan demikian perusahaan dianggap baru berada pada tingkat
menghentikan kegiatan memproduksinya, atau menutup perusahaan atau shutdown dan
belum pada tingkat membubarkan perusahaan dan menigalkan industri tersebut.
BIAYA MARJINAL DAN KURVA PENAWARAN
Gambar 11.7
Membentuk Kurva Penawaran Perusahaan
Masih ingatkah anda dengan definisi kurva penawaran? Kurva penawaran adalah suatu kurbva
yang menunjukan perkaitan diantara harga sesuatu jumlah tertentu dan jumlah barang tersebut
yang ditawarkan. Dalam bagian ini akan diterangka bahwa semenjak ia memotong kurva AVC,
kurva biaya marjinal (MC) dari suatu perusahaan pasar persaingan sempurna, adalah
merupakan kurva penawaran dari perusahaan tersebut. Kurva MC perusahaan tersebut
mempunyai sifat yang sama dengan kurva penawaran, yaitu ia mengambarkan bagaimana
perubahan harga akan memperngaruhi produksi (barang yang ditawarkan) perusahaan tersebut.
Untuk melihat buktinya, perhatikanlah Gambar 11.7.
KURVA PENAWARAN PERUSAHAAN
Dalam Gambar 11.7 (i) ditunjukan keseimbangan suatu perusahaan pada berbagai tingkat harga.
Pada permulaannya dimisalkan tingkat harga di pasar adalah P1. Pada harga ini titik minimum
AVC adalah sama dengan harga. Maka perusahaan dalam keadaan menutup perusahaan. Tetapi
katakanlah bawa ia tidak ingin mentup perusahaan, ia akan terus memproduksi. Untuk
meminimumkan kerugian perusahaan akan memproduksi pada keadaan MC = MR. keadaan itu
tercapai pada titik E1, maka pada harga P1 perusahaan akan menghasilkan barang sebanyak Q1.
Sekiranya harga menjadi P2 perusahaan akan menyesuaikan tingkat produksinya pada keadaan di
mana MC = MR, dan pada harga P2 ini akan tercapai pada titik E2. Maka pada harga p2
perusahaan akan memproleh keuntungan luar biasa. Oleh karena pada harga P3 keadaan di mana
MC = MR dicapai pada E3 dan harga P4 ia dicapai pada E4, maka untuk memaksimumkan
keuntungan , pada harga P3 perusahaan akan memproduksi sebanyak Q3 dan pada harga P4
perusahaan akan memproduksi sebanyak Q4.
Dalam Gambar 11.7 (ii) ditunjukan kembali titik-titik keseimbangan yang terdapat dalam
Gambar 11.7 (i). Titik A menggambarkan keadaan yang ditunjukan oleh E1, yaitu pada harga P1
perusahaan akan memproduksi dan menjual sebanyak Q1. Titik-titik B, C, dan D berturut-turut
menunjukan keadaan yang menggambarkan titik A, B, C dan D adalah kurva penawaran dari
perusahaan tersebut karena ia menggambarkan perkaitan diantara tingkat harga dengan jumlah
barang yang diproduksi dan ditawarkan oleh perusahaan tersebut di pasar.
KURVA PENAWARAN INDUSTI
Kurva penawaran dari suatu industi dalam pasar persaingan sempurna meliputi seluruh jumlah
penawaran dari semua perusahaan yang ada dalam industry itu. Bagaimana kurva penawaran
suatu industri diperoleh dapat diterangkat dengan mengunakan suatu cntoh sederhana, yaitu
seperti yang dikemukakan pada Gambar 11.8. Dimisalkan suatu industri dalam pasar persaingan
sempurna meliputi tiga buah perusahaan: A ,B dan C. kurva penawaran masing-masing
perusahaan, yang terbentuk berdasarkan biaya marjinal perusahaan tersebut, digambarkan oleh
kurva
SA
SB
dan
SC
tersebut.
Pada harga P1 hannya perusahaan C yang akan memproduksi dan menawarkan barang, yaitu
sebanyak 14 unit. Titik K menggambarkan keadaan ini. Pada harga P2 perusahaan A dan C akan
menawarkan parang di pasar, yaitu sebanyak 33 unit (15 unit diproduksikan oleh prusahaan dan
18 unit oleh perusahaan C). keadaan ini ditunjukan oleh titik L. pada harga P3 dan P4 ketiga
perusahaan akan menawarkan barangnya ke pasar. Jumlah penawaran pada harga P3 adalah 61
unit (23+14+24) dan ini digambarkan oleh titik M. sedangkan jumlah penawaran pada harga P4
Gambar 11.8
Kurva Penawaran Perusahaan dan Industri
adalah 90 unit ((38+18+34) dan ia digambarkan oleh titik N. Dengan menghubungkan titik K, L,
M dan N terbentuk kurva SS yang menunjukan penawaran industri atau prnawaran barang yang
berlaku di pasar persaingan sempurna tersebut yang terdiri dari gabungan penawaran ketiga
perusahaan diatas.
OPERASI PERUSAHAAN DAN INDUSTRI DALAM JANGKA PANJANG
Dalam jangka panjang perusahaan dan industri dapat membuat bebrapa perubahan tertentu yang
di dalam jangka pendek tidak dapat dilakukan. Perusahaan dapat menambah faktor-faktor
produksi jangka pendek adalah tetap jumlahnya. Kemumgkinan ini menyebabkan perusahaan
tidak lagi mengeluarkan biaya tetap, semuanya adalah biaya berubah seterusnya keadaan dalam
industri juga mengalami perubahan, yaitu perusahaan-perusahaan baru akan memasuki indusrti
dan beberapa perusahaan lama tidaj efisien dan akan gulung tikar. Perubahan seperti ini tidak
berlaku dalam jangka pendek. Telah dinyatakan, apabila suatu perusahaan tidak dapat menutup
biayaberubahnya, ia tidak akan membubarkan usahanya tetapi meghentikan kegiatan
produksinya. Perubahan laian yang mungkin berlaku dalam jangka panjang adalah kemajuan
teknologi, kenaikan upah tenaga kerja dan kenaikan harga-harga umum. Perubahan ini akan
mempengaruhi biaya produksi setiap perusahaan.
Dengan adanya kemungkinan untuk membuat penyesuaian-penyesuaian tesebut keadaan dalam
perusahaan dan dalam industri akan mengalami perubahan.
Analisis dalam bagian ini bertujuan untuk melihat bagaiman penyesuaian yang berlaku
menimbulkan perubahan dalam keadaan pasar. Dua keadaan ini akan diperhatikan:
Efek perubah lainnya, yang akan mempengaruhi biaya produksi, akan diterangkan pada bagian
yang kemudian dari bab ini.
PERUBAHAN AKIBAT KENAIKAN PERMINTAAN
Untuk kenaikananalisis, dalam uraian yang akan dibuat dimisalkan kurva biaya untuk setiap
perusahaan adalah bersamaan , yaitu seperti yang ditunjukan dalam Gambar 11.9 (i). Kurva
permintaan da penawaran yang ditunjukan dalam Gambar 11.9 (ii) mengambarkan permintaan
Gambar 11.9
Penyesuaian Akibat Kenaikan Perusahaan
dan penawaran permintaan dalam industri (pasar) dan dimisalkan industry terdiru dari 1000
perusahaan. Pada permulaannya permintaan dalam pasar adalah D0 dan penawaran adalah S0.
Maka harga pasar adalah P0 dan jumlah barang yang diperjual belikan adalah 40000 unit. Karena
akan menghasilkan 40 unit. Gambar 11.9 (i) menunjukan bahwa harga P0 perusahaan mendapat
untung normal. Dalam masa berikutnya misalkan permintaan bertambah dari D0 menjadi D1.
Akibatnya harga naik menjadi P1 dan jumlah yang ditawarkan dipasar menjadi 48000. Setiap
perusahaan memproduksikan 48 unit.
PERUBAHAN YANG DIAKIBATKAN OLEH KEMEROSOTAN PEMERINTAHAN
Sedagkan kita akan memperhatikan keadaan yang sebaliknya dierangkan di atas, yaitu
penyesuaian yang berlaku dalam perusahaan dan industry apabila terjadi pengurangan
permintaan. Keadaan permulanya dan penyesuain yang berlaku sebagai akibat pengurangan
permintaan digambarkan dalam Gambar 11.10. Pada mulannya permisalan yang digunakan
dalam uraian sebelum ini juga digunakan di sini. Yaitu permintaan adalah D0 dan penawaran
adalah S0. Dengan demikan harga adalah P0 dan jumlah barang yang diperjual belikan 40000
unit. Juga dimisalkan dalam industry terdapat 1000, perusahaan maka setiap perusahaan
menghasilkan 40 unit. Gamabar 11.10 (i) menunjukan bahwa denga permisalan-permisalan di
atas perusahaan hanya mendapatkan untung normal.
Gambar 11.10
Penyesuaian Akibat Kemerosotan Permintaan
Sekarang misalkan pemerintah dalam pasar turun dari D0 menjadi D1. Perubahan ini
menyebabkan harga turun dari P0 menjadi P1, yang selanjutnya menyebabkan jumlah barang
yang diperjualbelikan turun dari 40000 unit menjadi 34000 unit. Dengan demekian setiap
perusahaan memproduksi sebanyak 34 unit. Harga yang baru (P1) adalah lebih rendah dari biaya
rata-rata yang paling minimum. Oleh karenanya setiap perusahaan mengalami kerugian. Sebagai
reaksi dari kegiatan ini sebagian perusahaan menghentikan kegiatannya. Jumlah barang yang
ditawarkan semakin lama semakin berkurang, dan sedikit demi sedikit harga mengalami
kenaikan kembali. Pada akhirnya penawran adalah seperti yang ditunjukan pada kurva S1 dan
penawaran yang seperti itu menyebabkan harga kembali menjadi P0. Sekarang jumlah barag
yang diperjualbeliakn di pasar hanya sebanyak 28000 sedangkan setiap perusahaan telah kembali
menghasilkan sebanyak 40 unit. Dengan demikian jumlah perusahaan telah berkurang, yaitu dari
pada mulanya berjumlah 1000 sekarang hanya terdapat sebanyak 2800/40 = 700 perusahaan.
KEUNTUNGAN JANGKA PANJANG: UNTUNG NORMAL
Dua keadaan yang baru saja diuraikan di atas menunjukan bahwa di dalam jangka panjang
perusahaan-perusahaan tidak mungkin memperoleh keuntungan luar biasa (melebihi normal).
Keuntungan luar biasa akan menarik perusahaan baru untuk masuk kedalam industry tersebut.
Kemasukan mereka akan menabah penawaran, dan seterusnya pertambahan penawaran ini akan
menurunkan harga. Penyesuaian ini akan terus berlangsung sehingga tidak terdapat lagi
keuntungan yang lebih normal.
Juga keadaan dimana perusahaan mengalami kerugian adalah keadaan yang sementara. Kerugian
mendorong bebrapa perusahaan untuk mundur dari industry terebut. Penawaran akan semakin
berkurang dan akan menyebabkan kenaikan harga. Penawaran yang semakin dan harga yang
semakin naik akan terus berlangsung perusahaan akan mengalami keuntungan normal kembali.
Keduadua keadaan di atas jelas menunjukan bahwa dalam jangka panjang perusahaanperusahaan dalam persaingan sempurna cenderung untuk mendorong keuntungan normal
saja
KURVA PENAWARAN INDUSTRI DALAM JANGKA PANANG
Dalam jangka panjang faktor-faktor produksi dapat ditambah dan teknologi berkembang.
Perubahan seperti ini boleh mengurangi biaya produksi. Tetapi disamping itu harag-harga faktor
produksi mengalami kenaikan dan inflasi berlaku dalam ekonomi. Kedua keadaa ini yaitu
kenaikan keedaan faktor produksi dan inflasi, seterusnya akan mengakibatkan kenaika biaya
produksi. Telah diterangkan bahwa biaya produksi penting pernanya dalam menentukan
penawaran. Maka perubahan biaya produksi dalam jangka panjang akan mempengaruhi kurva
penawaran. Berdasarkan kepada sifat perubahan biaya produksi dalam jangka panjang, kurva
penawaran industry dalam pasar persaingan sempurna dapat dibedakan kepada tiga bentuk, yaitu
yang dipengaruhi biaya produksi yang bersifat:
Gambar 11.11
Kurva Penawaran Jangka Panjang dalam Industri Biaya Tetap
Dalam uraian dengan mengunakan Gambar 11.9 dan 11.10 telah ditunjukan bahwa permintaan
dapat mengalami kenaikan atau penurunan. Perubahaan ini menyebabkan penyesuaian ke atas
kurva penawaran. Pada akhirnya interaksi di antara permintaan yang telah mengalami perubahan
dengan penawaran yang menyesuaikan dengan perubahan permintaan tersebut akan
menyebabkan harga tetap sebesar P0. Peruses penyesuaian yang digambarkan dalam Gambar
11.9 dan 11.10 dapat diterangkan dengan mengunakan Gambar 11.11. Dengan cara yang baru ini
dapat pula ditinjukan penawaran jangka panjang industry. Gambar dalam 11.11 (i) menunjukan
perubahan biaya dalam perusahaan, dan (ii) menunjukan kurva penawaran jangka panjang dalam
industry.
Pada mulanyan permintaan dalam pasar adalah D0 dan harga (yang ditentukan interaksi
permintaan dan penawaran) adalah P0. Maka titik E0 adalah titik keseimbangan dan jumlah
barang yang diperjual belikan adalah 40000 unit. Kemudian dimisalkan permintaan naik menjadi
D1 dan ini menyebabkan kenaikan harga. Tetapi setelah peruses penyesuaian berlangsung pada
akhirnya harga kembali ketingkat P0. Dengan demikian titik E1 adalah titik tingkat keseimbagan
yang baru dalam industry, dan dalam keadaan yang baru ini jumlah barang yang diperjual
belikan adalah 60000 unit.sesudah itu dimisalkan permintaan turun menjadi D2. Sebelum ada
penyesuaian dalam penawaran jangka pendek harga turun dibawah P0. Tetapi akhirnya, sebagai
akibat penawaran yang berkurang harga kembali ke tingkat P0. Maka E2 merupakan tingkat
keseimbangan yang berikut, dan jumlah barang yang diperjual belikan adalah 28000 unit.
Kalau dibuat garis melalui E0, E1, dan E2 diperoleh garis SS yang sejajar dengan sumbu datar.
Garis ini adalah kurva penawaran jangka panjang yang wujud dalam industry apabila biaya
produksi tidak mengalami perubahan di dalam jangka panjang ditunjukan oleh Gambar 11.11 (i).
Didalam jangka panjang kurva AC dan MC tidak mengalami perubahan.
INDUSTRI BIAYA MENIGKAT
Memisalkan bahwa biaya produksi adalah tetap dalam jangka panjang kuranglah mendekati
kenyataan yang sebenarnya wujud. Pada umumnya di dalam jangka panjang perusahaan akan
menagalami kenaikan biaya produksi. Hal ini terutama disebabkan oleh harga-harga faktor
produksi yang semakin bertambah tinggi. Bagaimana kenaikan biaya produksi akan
mempengaruhi kurva penawaran jangka panjang industry ditunjukan dalam Gambar 11.12.
Bagian (i) menunjukan perubahan biaya dalam industry dan bagian (ii) menunjukan bentuk
kurva penawaran jangka panjang
Gambar 11.12
Kurva Penawaran Jangka Panjang dalam Biaya Meningkat Industri
.
Misalkan pada mulainya permintaan adalah D0 dan harag pasar adalah P0. Maka keseimbangan
adalah pada E0 dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah 30000 unit. Kurva biaya ratarata dan marjinal adalah AC0 dan MC0, dan setiap perusahaan menghasilkan 50 unit. Berarti
jumlah perusahaan adalah 30000/50 = 600 perusahaan.
Selanjutnya katakanlah permintaan bertambah menjadi D1. Perusahaan akan menambah
faktor-faktor produksi yang diginakan dan menyebabkan kenaikan harga faktor produksi dan
biaya produksi. Pada keseimbangan berikut biaya rata-rata dan marjinal mencapi AC1 dan MC1,
maka harga cenderung untuk mencapai P1. Dengan demikian E1 adalah keseimbangan dalam
industry dan jumlah barabng yang diperjualbelikan adalah 42000 unit. Masing-masing
perusahaan akan menghasilkan sebanyak 60 unit sekarang jumlah perusahaan dalam industry
adalah 42000/60 = 700 perusahaan. Kita misalkan lebih lanjut bahwa permintaan akan
bertambah lagi dan menyebabkan perusahaan-perusahaan menambah faktor produksi. Perubahan
ini mempertinggi faktor produksi sehingga biaya rata-rata dan marjinal menjadi seperti yang
ditunjukan oleh AC2 dam MC2. Maka harga cenderung untuk mencapai P2. Dalam keadaan
seperti ini keseimbagan dalam pasar akan dicapai pada E2 dan jumlah barang yang
diperjualbelikan adalah 60000 unit. Karena setiap[ perusahaan menghasilkan 80 unit, maka
jumlah perusahaan dalam industry sekarang adalah 6000/80 = 750 perusahaan.
Dengan menarik garis yang melalui E0, E1 dan E2 akan diperoleh kurva penawaran
jangka panjang dalam industry , yaitu kurva SS. Kurva itu naik dari kiri bawah ke kanan atas,
dan ini mengambarakan bahwa dalam jangka panjang semakin banyak jumlah barang yang
dihasilkan, semakin tinggi biaya produksi per unit.
INDUSTRI BIAYA MENURUN
Berikut penurunan biaya produksi dalam sesuatu industry pada umumnya ditimbulkan oleh (i)
kemajuan telnologi dalam industry tersebut, dan (ii) perbaikan diindustri lain (misalnya
diindustri A) yang menghasilkan bahan mentah kepada industry tersebut. Industry lain tersebut,
karena menghadapi permintaan yang bertambah banyak, dapat menikmati sekala ekonomi yang
memungkinkan menjual barangnya dengan harga yang lebih murah. Maka industry yang pertama
yang mengunakan bahan mentah industry lain. Akan dapat menurunkan biaya produksi di dalam
jangka panjang. Penurunan produksi dalam jangka panjang ini, seperti ditunjukan dalam Gambar
11.13, dicerminkan oleh perubahan biaya rata-rata dan marjinal seperti yang ditunjukan oleh
AC0 dan MC0, Menjadi AC1 dan MC1, dan akhirnya menjadi MC2 dan AC2 analisis berikut
dibuat dengan permisalan bahwa pengurangan biaya disebabkan oleh bahan mentah yang lebih
murah harganya.
Misalkan pada permulaannya permitaan yang wujud dalam industry adalah D0 dan biaya
produksi perusahaan adalah seperti ditunjukan oleh kurva AC0. Maka harag pasar akan mencapai
P0 dan titik E0 adalah keseimbangan dalam industry. Misalkan seterusnya permintaa kemudian
bertambah, yaitu menjadi D1. Industri harus memproduksi lebih banyak, maka permintaan
mereka ke atas bahan mentah bertambah. Karena industry penghasil barang mentah mengalami
skala ekonomi, ia dapat menjual barang mentahnya dengan harga yang lebih murah. Sebagai
akibat, setiap perusahaan mengalami penurunan biaya, yaitu menjadi AC1. Dalam keadaan
seperti ini harga cenderung untuk mencapai P1 dan keseimbangan industry yang baru adalah
pada E1. Dengan cara yang sama dapat diterangkan efek yang berlaku bahwa apabila permintaan
naik lagi jadi D2. Pada akhirnya harga akan mecapai P2 dan keseimbangan yang baru adalah E2.
Garis SS adalah garis yang melalui E0, E1, dan E2. Ia merupakan kurva penawaran jangka
panjang dalam industry yang mengalami penurunan biaya.
Gambar 11.13
Kurva Penawaran Jangka Panjang dalam Industri Biaya Menurun
keburukan. Sebagai penutup mengenai uraian sebagai pasar persangan sempurna, dalam bagian
ini akan diperhatikan kebaikan dan keburukan dari pasar tersebut.
Untuk melihat apakah sumber-sumber daya digunakan secara efisien atau tidak, perlulah diteliti
dan pengertian efisien, yaitu efisien produktif dan efisien alokatif
Efisiensi Produktif untuk mencapai efisiensi produksi harus dipenuhi dua syarat. Yang
pertama, untuk setiap tingkat produksi, biaya yang dikeluarkan adalah yang paling
minimum. Untuk menghasilkan suatu tingkat produksi berbagai corak gabungan faktor-faktor
produksi dapat dignakan. Gabungan yang paling efisien adalah gabungan yang mengeluarkan
biaya produksi yang paling sedikit. Syarat ini harus dipenuhi pada setiap tingkat produksi. Syarat
yang kedua, industry secara keseluruhan harus memproduksi barang pada biaya rata-rata
yang paling rendah, yaitu pada waktu kurva AC mencapai titik yang paling rendah. Apabila
suatu industry mencapai keadaan tersebut meka tingkat produksinya dikatakan mencapai tingkat
efisiensi produski yang optimal, dan biaya produksi merupakan biaya yang paling minimal.
EFisiensi Alokasi Untuk melihat apakah efesiensi alokasi dicapai atau tidak, perlukah dilihat
apakah alokasi sumber-sumber daya ke berbagai jenis kegiatan ekonomi/produksi telah
menacapai tingkat yang maksimum atau belum. Alokasi sumber-sumber daya meliputi efisiensi
yang maksimum apabila dipenuhi syarat berikut: harga setiap barang sama dengan biaya
marjinal untuk memproduksi barang tersebut. Berarti untuk setiap kegiatan ekonomi,
produksi harus terus dilakukan sehingga dicapai keadaan di mana harga = biaya marjinal.
Dengan cara ini produksi berbagai macam barang dalam perekonomian akan memaksimumkan
kesejahteraan masyarakat.
Untuk melihat mengapa keadaan itu diperlukan untuk mencapai efesiensi alokatif, perhatikan
contoh hipotesis berikut. Dalam contoh ini akan diperhatikan penyesuaian yang akan berlaku
dalam memproduksi barang X dan Y dalam dua kasus berikut:
Kasus 1: Misalkan (i) harga barang X melebihi biaya marjinal untuk memproduksinya
(P>MC), dan (ii) harag barang yang lebih rendah dari biaya marjinal (P<MC), kasus ini
jelas menunjukan bahwa produksi barang X dapat menambah untung, tetapi sebaliknya
produksi barang Y perlu dikurangi untuk menambah keuntungan. Dalam keadaan ini,
kemakmuran masyarakat bertambah tinggi apabila lebih banyak barang X diproduksi dan
produksi barang Y dikurangi. Implikasi dari keadaan ini adalah: lebih banyak sumber
daya digunakan untuk memproduksi barng X dan sumber daya untuk memproduksi
barang Y dikurangi. Penyesuaian kedua industry akan menunjukan kearah tingkat
produksi di mana P = MC.
Kasus 2: Di kedua industry, yaitu industry menghasilkan barang X dan Y, berlaku
keadaan di mana P>MC. Dalam keadaan ini, menambah produksi barang X dan barang Y
akan menambah keuntungan perusahaan-perusahaan dan meningkatkan kemakmuran
masyarakat. Sumber-sumber daya baru akan masuk ke kedua industry untuk
meningkatkan produksi barang X dan Y. penyesuaian akan terus berlaku sehingga kedua
industry berlaku keadaan di mana P = MC.
Kedua kasua dia atas menunjukan bahwa apabila sumber-sumber daya dialoksikan secara
sedemikian rupa sehingga di setiap industry berlaku keadaan di mana P = MC, maka
kemakmuran masyarakat akan mencapai tingkat yang maksimum.
Efisiensi dalam persaingan sempurna
Di dalam persaingan sempurna, kedua jenis efisiensi yang dijelaskan di atas akan selalu wujud.
Telah dijelaskan bahwa di dalam jangka panjang perusahaan dalam persaingan sempurna akan
mendapat untung normal, dan untung normal dicapai apabila biaya produksi adalah yang paling
minimum. Dengan demikian, sesuai dengan arti efisisen produksi yang telah dijelaskan dalam
jangka panjang efisiensi produktif selalu dicapai oleh prusahaan dalam persaingan
sempurna.
Telah juga dijelaskan bahwa dalam persaingan sempurna harag = hasil penjualan
marjinal. Dan dalam memaksimumkan keuntungan syaratnya adalah hasil penjualan marjinal =
biaya marjinal. Dengan demikian di dalam jangka panjang keadaan ini berlaku: harga = hasil
penjualan marjinal = biaya marjinal. Kesamaan ini membuktikan bahwa pasar persaingan
sempurna juga mencapai efisien alokatif.
Dari kenyataan bahwa efisiensi produktif dan alokatif dicapai di dalam paar persaingan
sempurna, maka dapatlah disimpulkan bahwa pengunaan sumber-sumber daya adalah sangat
efisien dalam pasar persaingan sempurna.
KEBEBASAN BERTINDAK DAN MEMILIH
Persaingan sempurna menghindari wujudnya konsentrasi kekuasaan di segolongkan kecil
masyarakat. Pada umumnya orang berkeyakinan bahwa konsentrasi yang semacam itu akan
membatasi kebebasan seorang dalam melakukan kegiatan dan memiliki pekerjaan yang
disukainya. Juga kebebasan untuk memilih barang yang dikonsumsikannya menjadi lebih
terbatas.
Di dalam pasar yang bebas tidak seorang pun mempunyai kekuasaan dalam menentukan
harga, jumlah produksi, dan jenis-jenis barang yang diproduksi. Begitu pula dalam menentukan
bagaimana faktor-faktor produksi digunakan dalam masyarakat, efisiensilah yang menjadi faktor
yang menentukan pengalokasiannya. Tidak seorang pun mempunyai kekuasaan untuk