Makalah Tubektomi
Makalah Tubektomi
Makalah Tubektomi
Disusun oleh:
1. Agustina D.
2. Belina Ayu A.A
3. Guruh Tri M.
4. Ira Puspita C. D
5. Isdalifa
6. Jumari
7. Martin Nikmahtum
8. Mega Purnama S
9. Reni April Riani
10. Ulfa Safrina
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas
mata kuliah Pelayanan KB.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak akan luput dari kesalahan dan kekurangan.
Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik dari
sebelumnya.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing atas bimbingan,
dorongan, dan ilmu yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini sebagai tugas tepat pada waktunya dan insyaAllah sesuai dengan
yang diharapkan. Kami mengucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dari semua pihak
yang terkait dalam penyusunan makalah ini.
Untuk lebih jelas simak pembahasan dalam makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini
bisa memberikan pengetahuan yang mendalam kepada kita semua.
Makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Tak ada gading yang tak retak. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman untuk memperbaiki
makalah kami selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terimakasih.
Blora, September 2015
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian dan penjelasan mengenai MOW
2.2 Pelaksanaan pelayanan MOW
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah seorang klien sesuai
untuk menggunakan metode ini.
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilisasi
(Kesuburan) seorng perempuan.
Tubektomi/MOW adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi.
Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metoda Operasi Wanita) atau
tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat
dibuahi oleh sperma.
Tubektomi termasuk metode efektif dan tidak menimbulkan efek samping jangka panjang.
Efektivitas tubektomi:
Kurang dari 1 kehamilan per 100 (5 per 1000) perempuan pada tahun pertama
penggunaan.
Pada 10 tahun penggunaan, terjadi sekitar 2 kehamilan per 100 perempuan (18-19 per
1000 perempuan).
Efektivitas kontraseptif terkait juga dengan teknik tubektomi (penghambat atau oklusi
tuba) tetapi secara keseluruhan, efektivitas tubektomi cukup tinggi dibandingkan
metode kontrasepsi lainnya. Metode dengan efektivitas tinggi adalah tubektomi
minilaparotomi pascapersalinan.
konfrimasi)
Infeksi panggul yang akut
Infeksi sistemik yang akut (misalnya; influenzagastroenteritis,hepattis virus , dan
sebagainya)
Anemia (Hb< 7 g/dl)
Infeksi kulit di daerah operasi
Kanker ginekologik
Trombosit vena dalam
Klasifikasi D
Diabetes mellitus
Penyakit jantung simptoatis
Hipertensi (>160/100 mmHg) terutama yang disertai kelainan vaskuler
Kelainan Pembekuan Darah
Obesitas (>80 kg / 176 cm ), perbandingan tinggi dan berat badan tidak normal
Hernia abdominalis atau hernia umbilkallis
Parut
sayatan
/
sayatan
ganda
pada
dinding
abdomen
bawah
Profil :
Sangat efektif dan permanen
Tindak pembedahan yang aman dan sederhana
Tidak ada efek samping
Koseling dan informed consen (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan
Jenis :
Minilaporan
Laparoskopi
Mekanisme Kerja :
Dengan mengoklusi tuba falopii ( mengikat dan memotong atau memasang cincin )sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
Manfaat :
Kontrasepsi
Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
Tidak mempengaruhi prose menyusui (breastfeeding)
Tidak bergabung dengan faktor senggama
Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius
Pembedahah sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
Tidak ada pembedahan dalam fungsi seksual ( tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium)
Isu-Isu Klien :
Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini.
Informed consent harus diperoleh dan standard consent form harus ditandatangani
pleh klien sebelum prosedur ini dilakukan ; informed consent form dapat
ditandatangani oleh saudara atau pihak yang bertanggung jawab atas seorang klien
yang kurang paham atau tidak dapat memberikan informed consent , misalnya
individu yang tidak kompeten secara kejiwaan.
Penyakit
Radang
medis
dikontrol
pembedahan .
anak tunggal dan/atau dengan tanpa anak Nasihat yang
sama sekali .
Bila memungkinkan ,
membutuhkan
yang
sebelum
sangat
waktu
signifikan
hati-hati
tambahan
proses
dan
untuk
Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau
dikontrol)
Tidak boleh menjalani proses pembedahan
Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan
Belum memberikan persetujuan tertulis
Kapan Dilakukan :
Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut
tidak hamil
Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
Pascapersalinan
- Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu
- Laparokropi : tidak tepat untuk klien-klien pascapersalinan
Pascakeguguran
- Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
-
Penanganan
Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan
antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan
0
ditemukan
Luka pada kandung kemih ( intestinal Mengacu ketingkat asuhan yang tepat.
jarang terjadi )
Hematoma ( subkutan )
gas
yang
diakibatkan
ekstensif.
oleh Ajukan ketingkat asuhan yang tepat dan
mulailah resusitasi intensif termasuk : cairan
intravena, resusitasi kardio pulmoner, dan
obati
hingga 6 jam
Jadwalkanlah sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan 14 hari setelah
Informasi Umum :
Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relatif lazim dialami karena gas
pembedahan)
Tubektomi tidak memberikan perlindungan atau IMS, termasuk virus AIDS. Apabila
pasangannya berisiko , pasangan tersebut sebaiknya mempergunakan kondom bahkan
setelah tubektomi
Tempat pelayanan harus mempunyai/ada air bersih yang mengalir, tempat cuci tangan
dekat dengan ruang opersi dan ruangan ganti pakaian sehingga petugas ruangan bedah tidak
melalui ruangan lain (yang sibuk) untuk mencapai ruang operasi.
Tersedia pula tempat atau kantong plastik yang dapat di tutup rapat dan bebas dari
kebocoran untuk pembuangan limbah.
Suasana ruang operasi
Jumlah mikroorganisme akan cenderung meningkat pada tempat/ruang operasi dengan
bertambahnya jumlah petugas dan kegiatan yang dilakukanya di dalam ruang tersebut. Untuk
mengurangan kejaian tersebut maka :
Persiapan klien
Walaupun kulit sekitar vagina dan vagina tidak dapat disetrilkan pencucian dengan
larutan antiseptik pada daerah yang akan dilakukan sayatan (termasuk vagina dan serviks)
sudah jauh mengurangi kandungan mikroorganisme sehingga resiko infeksi dapat dikurangi
Klien dianjurkan mandi sebelum mengunjungi tempat pelayanan. Bila tidak sempat,
minta klien untuk membersihkan bagian abdomen/perut bawah,pubisndan vagina
masa interval).
Setelah pengolesan betadin/povikarendon Ioin pada kulit, tunggu 1-2 menit agar
jodium bebas yang dilepaskan dapat membunuh mikroorganisme dengan baik.
Klien menggunakan pakaian operasi. Bila tidak bersedia,kain penutup yang bersih
dapat dipergunakan
Operator dan petugas kamar opersi harus dalam keadaan siap (mencuci
tangan,berpakaian operasi,memakai sarung tangan,topi dan masker) saat berada di
ruang operasi
Masker harus menutupi mulut dan hidung,bila basah/lembab harus diganti.
Topi harus menutupi rambut
Septu luar harus dilepas,ganti dengan sepatu atau sandal yang tertutup yang khusus
diprrgunakan untuk ruang operasi.
Pencegahan infeksi
Sebelum pembedahan :
Operator dan petuga mencuci tangan dengan menggunakan larutan antiseptik,serta
mengenakan pakaian operai dan sarung tangan steril.
Selama pembedahan :
Sementara menggunakan sarung tangan operator dan ptuga ruang operasi harus
membuang limbah kedalam wadah atau kantong yang tertutup rapat dan bebas dari
kebocoran.
Lakukan tindakan dekontaminasi pada instrumen atau peralatan yang akan
dipergunakan sebelum dilakukan pencucian, dekontaminasi, dengan larutan klorion
0,5%
Lakukan dekontaminasi pada meja operasi,lampu,meja instrumen atau benda lain
yang mungkin terkontaminasi selama operasi dengan mengusapkan larutan klorin
0,5%
Lakukan pencucian dan penatalaksanaan instrumen/peralatan seperrti biasa.
Cuci tangan setelah melepas sarung tangan
mungkin dihindarkan. Bila lien tampak cemas, cari penyebab kecemasan tersebut, dan
lakukuan konseling tambahan agar klien menjadi tenang . bila tak dapat ditemukan
penyebabnya, berikan 5-10 mg diazepam secara oral, 30-45 menit sebelum operasi dilakukan.
Tujuan anestesi pada tubektomi
Bila teknik pemberian anestesi tepat sudah memadai bagi operator untuk melakukan
tindakan bedah,baik minilaparotomi maupun laparoskopi. Karena tubek tomi di arahkan
untuk rawat jalan anestesi yang dibutuhkan bergantung kepada pengalaman operator apakah
cukup lokal atau perlu tambahan analgesia
Anestesi lokal yang menggunakan hidokain 1% dianggap lebih aman dibandingkan
dengan anestesia umum atau konduksi (sepinal atau epidural) terutama bila dilaksanakan atau
di berlakukan sebagai klaiyen rawat jalan.penggunaan anestesi umum mungkin akan
meningkatkan komplikasi respiratori depression (misalnya aspirasi atau henti jantung) akibat
kesalahan pemberian bahan anistesis,teknik yang tidak tepat, pemantauan yang kurang
baik,dang gagal melakukan intu basi.juga fasilitas mungkin tidak lengkap untuk menangani
komplikasi akibat anestesi umum.
Pada penggunaan anestesi lokal atau anestesi lokal yang di modifikasi,di anjurkan :
Dosis sebaiknya diberikan dalam unit atau kg untuk menghindari pemberian yang
semua petugas yang terlibat dalam kegiatan tubektomi harus mengetahui penggunaan
obat-obat anestesi
obat untuk keadaan darurat,demikian pula peralatan lainnya,harus sudah tersedia
sebelum melakukan tindakan bedah dan petugas yang ada harus megetahui cara
penggunaannya.
Sebaiknya tersedia dokter spesialis anestesi atau perawat/penata anastesi ketika
menggunakan anastesi umum.
Teknik operasi
Dikenal dua tipe yang sering digunakan dalam pelayanan tubektomi yaitu
minilaparatomi dan laparskopi. Teknik ini menggunakan anastesi lokal dan bila dilakukan
secara benar, kedua teknik tersebut tidak banyak menimbulkan komplikasi.
Minilaparotomi :
Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya diperlukan
sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal
(pada lingkar pusat bawah). Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relatif
murah, dan dapat dilakukan oleh dokter yang di beri latihan khusus. Operasi ini aman dan
efektif.
Baik untuk masa interval maupun pascapersalinan,pengambilan tuba dilakukan
melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat, kemudian dikeluarkan,diikat,dan dipotong
sebagian. Setelah itu, dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup dengan kasa yang
kering dan steril dan apabila tidak ditemukan masalah yang berarti,klien dapat dipulangkan
setelah 2-4 jam.
Laparoskopi :
Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan yang
telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif. Teknik ini dapat dilakukan
pada 6-8 minggu pascapersalinan atau setelah abortus (tanpa komplikasi). Laparoskopi
sebaiknya dipergunakan pada jumlah klien yang memadai karena peralatan laparoskopi dan
biaya pemeliharaannya cukup mahal.
Seperti halnya minilaparotomi,laparoskopi dapat digunakan dengan anestesi lokal dan
diperlakukan sebagai klien rawat jalan setelah pelayanan. Laparoskopi juga cocok untuk klien
yang tidak tahan sakit atau sangat memperhatikan faktor estetika karena tidak banyak
menimbulkan rasa tidak enak serta parut lukanya minimal. Peralatan ini juga dapat dipakai
untuk diagnostik. Peralatan ini memerlukan perawatan yang cukup rumit dan sebaiknya ada
tenaga ahli anestesi bila prosedur laparoskopi memerlukan anestesi umum.
Instrumen untuk Minilaparotomi dan Laparoskopi
Kit minilaparotomi juga dipergunakan untuk laparoskopi,sedangkan laparoskopi sendiri
terdiri dari laparoskop, sistem pencahayaan, gas insuflasi, jarum khusus, dan trokar. Beberapa
hal yang harus diperhatikan untuk laparoskopi adalah :
Bila memang perlu dilakukan anestesi umum, hal ini harus dilakukan oleh spesialis
anestesiologi, gunakan pipa endotrakeal, tersedianya alat-alat anestesi,ventilator, dan
perlengkapan untuk tindakan gawat darurat (termasuk obat-obatannya).
hal lain yang dikeluhkan oleh klien. Bila digunakan benang sutra, cabut benang tersebut pada
saat kontrol pertama.
Kegagalan
Tubektomi sangat efektif tetapi kemungkinan terjadinya kehamilan tetap ada, baik
dalam rahim maupun di luar rahim/ektopik sehingga petugas klinik terdekat harus
mengetahui gejala-gejala kehamilan tersebut, baik yang di dalam maupun yang di luar rahim.
Selanjutnya membawa klien tersebut ke klinik/dokter untuk membuat diagnosis pasti. Bila
ternyata terjadi kehamilan ektopik, harus dilakukan tindakan segera, untuk mengatasinya.
Penatalaksanaan Komplikasi Pascabedah
Kejadian fatal yang berkaitan dengan tubektomi sangat jarang terutama bila komplikasi
dikenali sejak dini. Komplikasi tersebut dapat berupa :
Perdarahan dari dinding perut atau mesosalping dan jaringan di sekitar tuba.
Cedera dalam rongga perut :
Perforasi rahim.
Usus tersayat.
Kandung kemih tersayat.
Infeksi luka atau jaringan panggul.
Pada laparoskopi juga dapat terjadi komplikasi yang sama dengan minilaparotomi.
Komplikasi lain yang bersifat khusus (akibat prosedur laparoskopi) adalah emfisema
subkutan, emboli gas, dan henti jantung atau paru. Perdarahan dari pembuluh darah besar,
mungkin saja terjadi akibat tusukan jarum insuflasi, malahan dapat juga mengenai organ
lainnya dalam perut.
LANGKAH-LANGKAH (PROSEDUR) TUBEKTOMI
MINILAPAROTOMI INTERVAL
Konseling Prabedah
selama operasi.
Jelaskan bahwa operasi akan berjalan singkat.
Persiapan Prabedah
Langkah 2. Tentukan tempat insisi pada dindingperut dengan jalan menggerakkan elevator
uterus ke bawah sehingga fundus uteri menyentuh dinding perut
simfisi pubis.
Langkah 3. Lakukan tindakan asepsis(povidon-iodin atau jodium alkohol) pada tempat insisi
dengan gerakan melingkar dari tengah ke arah luar,tutup dengan kain steril berlubang
ditengah.
Membuka Dinding Abdomen
Langkah 1. Suntikan secara infiltrasi 3-4cc anastesi lokal (lidokain 2%) dibawah kulit pada
tempat insisi (aspirasi sebelumnya),tunggu 2 menit dan nilai efek anastesi dengan menjepit
kulit pakai pinset sirugis.
Langkah 2. Lakukan insisi melintang pada kulit dan jaringan subkutan sepanjang 3cm pada
tempat yang telah ditentukan (gunakan perut pisau/posisi pisau,horizontal)
Langkah 3. Pisahkan jaringan subkutan secara tumpul (dengan rektrator) sampai terlihat
fasia.
Langkah 4. Suntikan jarum ke fasia dan lakukan infiltrasi anastesi lokal 3cc sambil menarik
jarum.
Langkah 5. Jepit fasia (dengan kocher) pada 2 tempat dalam arah vertikal dengan jarak
2cm,lakukan insisi dalam arah horizontal, perlebar ke kiri dan ke kanan.
Langkah 6. Pisahkan jaringan otot secara tumpul pada garis tengah dengan jari telunjuk atau
klem arteri sehingga tampak peritoneum dan lakukan infiltrasi anastesi lokal 3cc sambil
menarik jarum.
Langkah 7. Jepit peritoneum dengan 2 klem, transiluminasi untuk identifikasi, sisihkan
omentum dan usus dari peritoneum dengan menggunakan sisi luar gunting.
Langkah 8. Guntin g peritoneum arah vertikal 2cm ke atas dan 1cm ke bawah (sampai batas
peritoneum-vesika urinaria)
Langkah 9. Masukan 2 buah bak pada tempat insisi peritoneum dan regangkan untuk
menampakkan uterus pada lapangan operasi.
Langkah 10. Bila omentum atau usus menghalangi lapang pandang, gunakan bilah
panjang(bentuknya seperti tang spatel)
Mencapai Tuba
Langkah 1. Gerakkan elevator uterus sampai fundus uteri tampak pada lapangan operasi 9bila
perlu ubah posisi klien ke posisi Trendelenburg.
Langkah 2. Tampakkan salah satu kornu uteri dan ligamen rotundum pada lapangan operasi
dengan menggerakkan elevator dan identifikasi tuba.
Langkah 3. Jepit tuba dengan pinset atau klem Babcock dan tarik pelan-pelan melalui lubang
insisi sampai terlihat fimbria.
Langkah 2. Jepit peritoneum pada jam 3, 6, 9, 12 dan jahit dengan jahitan kantung tembakau
dengan memakai benang chromic catgut nomor 0
Langkah 3. Jahit fasia dengan jahitan simpul atau angka 8 memakai benang chromic catgut
nomor 1.
Langkah 4. Jahit subkutis dengan jahitan simpul memakai benang plain catgut momor 0.
Langkah 5. Jahit kulit dengan jahitan simpul memakai benang sutera nomor 0.
Tindakan Pascabedah
Langkah 1. Bersihkan luka insisi dan dinding abdomen sekitarnya dengan alkohol atau
povidum-iodin, tutup luka dengan kain steril dan plester.
Langkah 2. Lepskan tenakulum dan elevator uterus.
Langkah 3. Periksa tekanan darah, nadi, pernafasan.
Langkah 4. Tanyakan pada klien tentang keluhan subjektif.
Langkah 5. Pindahkan klien dari meja operasi ke ruang pulih untuk pemngamatan selama 1
jam.
Langkah 6. Instruksi kepada perawat untuk memeriksa dan mengamati tensi,nadi,pernafasan
dan perdarahan melalui luka operasi dan vagina.
Dekontaminasi
Langkah 1. Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% lepaskan dan biarkan
terendam dalam larutan tersebut selama 10 menit.
Langkah 2. Lepaskan gaun operasi topi serta masker dan taruh pada tempat yang tersedia.
Langkah 3. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
Langkah 4.periksa seluruh peralatan operasi yang telah dipakai,rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
Langkah 5. Periksa tabung dan jarum suntik yang telah dipakai direndam dalam larutan klorin
0,5% ditempat terpisah dari peralatan
Langkah 6. Periksa kasa, sisa benang dan lain-lain yang telah terkontaminasi dengan darah
atau cairan tubuh telah dimasukkan dalam plastik tertutup untuk dibuang.
Konseling dan Instruksi Pascabedah
Tanyakan pada klien bila masih ada hal-hal yang ingin diketahuinya tentang
tubektomi.
Jelaskan pada klien untuk menjaga agar daerah luka operasi tetap kering.
Jelaskan pada klien untuk tidak bersenggama selama 1 minggu.
Jelaskan pada klien bahwa bila ada keluhan (rasa sakit atau terjadi perdarahan dari
luka operasi atau kemaluan) segera kembali ke klinik untuk mendapat pertolongan.
Beritahu klien bila tidak ada keluhan periksa ulang 1 minggu lagi.
Klien dipulangkan bila keadaan stabil 4-6 jam.
MINIPILAPAROTMI PASCAPERSALINAN
Konseling Prabedah
Persiapan Prabedah
Langkah 9. Tusukkan jarum bulat dengan benang catgut nomor 0 pada jarak 2 cm dari puncak
kelengkungan dan ikat salah satu pangkal lengkungan tuba.
Langkah 10. Buat kedua pangkal lengkungan tuba secara bersama-sama dengan
menggunakan benang yang sama.
Langkah 11. Potong tuba tepat diatas ikatan benang.
Langkah 12. Periksa perdarahan pada tunggul tuba dan periksa lumen tuba untuk meyakinkan
tuba telah terpotong.
Langkah 13. Potong benang catgut 1cm dari tuba dan masukkan kembali tuba ke dalam
rongga perut.
Langkah 14. Lakukan tindakan yang sama pada tuba sisi yang lain.
Menutup Dinding Abdomen
Langkah 15. Periksa rongga abdomen (kemungkinan perdarahan atau laserasi usus)
Langkah 16. Jahit fasia dengan jahitan simpul atau angka 8 memakai benang chromic catgut
nomor 1.
Langkah 17. Jahit subkutis dengan jahitan simpul memakai benang plain catgut nomor 0.
Langkah 18. Jahit kulit dengan jahitann simpul memakai benang sutera nomor 0
Tindakan Pascabedah
Langkah 19. Bersihkan luka insisi dan dinding perut sekitarnya dengan alakohol atau
povidon-iodin, tutp luka dengan kain steril dan plester.
Langkah 20. Periksa tekanan darah, nadi dan pernafasan dan tanyakan pada klien tentang
keluhan subjektif.
Langkah 21. Pindahkan klien dari meja operasi ke ruang pulih untuk pengamatan selama 1
jam.
Langkah 22. Instruksikan kepada perawat memeriksa dan mengamati tensi, nadi, pernafasan
dan perdarahan melalui luka operasi.
Dekontaminasi
Langkah 23. Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% lepaskan dan biarkan
terendam dalam larutan tersebut selama 10 menit.
Langkah 24. Lepaskan gaun operasi topi serta masker dan taruh pada tempat yang tersedia.
Langkah 25. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
Langkah 26.periksa seluruh peralatan operasi yang telah dipakai,rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
Langkah 27. Periksa tabung dan jarum suntik yang telah dipakai direndam dalam larutan
klorin 0,5% ditempat terpisah dari peralatan
Langkah 28. Periksa kasa, sisa benang dan lain-lain yang telah terkontaminasi dengan darah
atau cairan tubuh telah dimasukkan dalam plastik tertutup untuk dibuang.
Konseling dan Instruksi Pascabedah
Tanyakan pada klien bila masih ada hal-hal yang ingin diketahuinya tentang
tubektomi.
Jelaskan pada klien untuk menjaga agar daerah luka operasi tetap kering.
Jelaskan pada klien untuk tidak bersenggama selama 1 minggu.
Jelaskan pada klien bahwa bila ada keluhan (rasa sakit atau terjadi perdarahan dari
luka operasi atau kemaluan) segera kembali ke klinik untuk mendapat pertolongan.
Beritahu klien bila tidak ada keluhan periksa ulang 1 minggu lagi.
Langkah 3 : Dengan menggunakan ujung mata pisau bedah (Skapel) , buat sayatan kecil ,
sekitar 1.5 cm , pada kulit disepanjang pinggiran margin umbilikal inferior .
Langkah 4 : Ambil batang jarum verses dan insersikal melalui sayatan tersebut pada sudut
45 menuju pelvis .
Langkah 5 : Hubungkan selang insuflator pada stop cock jarum fersis . Minta teknisi untuk
menyambungkan ujung yang lain ke unit insuflator .
Langkah 6 : Periksa apakah abdomen telah dimasuki dengan benar dengan memeriksa
tekanan negatif intra abdoment (cara lain , tempatkan setetes obat anastesi pada bukaan Luer
Lok jarum verses dan perhatikan perembesannya ketika dinding abdoment diikat secara
manual) .
Langkah 7 : Gunakan tombol aliran tinggi dari unit insuflator untuk memasukkan gas CO2
pada kecepatan 1 liter per menit .
Langkah 8 : Mulailah ininsuflasi pada abdoment .
Langkah 9 : Ketuk ketuk abdoment bagian bawah dan dengarkan apakah terdapat suara
seperti drum yang mengindikasikan terbentuknya pneumo-peritonium dengan sempurna .
Langkah 10 : Lepas jarum verses setelah memasukkan 1.5 -2.0 L CO2 atau setelah abdoment
bagian bawah mencapai ukuran seperti hamil 20 minggu .
Langkah 11 : Minta perawat untuk mengisi cincin falopi (falope ring) .
Akses Abdoment
Langkah 1 : Periksa katup terompet (trumpet valve) dan seal karet dari lengan trokar untuk
memastikan bahwa alat tersebut hampa udara .
Langkah 2 : Perluas sayatan awal hingga mencapai lebar sekitar 2 cm .
Langkah 3 : Rakit unit trokar dengan memasukan trokar kedalam lengan trokar .
Langkah 4 : Ambil dinding adbdomen anterrior yang langsung berada diumbilikus dan angkat
.
Lnagkah 5 : Tahan trokar yang telat dirakit pada tangan yang dominan , pastikan bahwa
thenareminence breada diujung atas trokar .
Langkah 6 : Miringkan pegangan trokar menuju kepala dengan sudut 60-70 dengan
mengarahkan ujung trokar ke sebuah titik khayalan di tempat kantong douglas berada.
Aplikasikan gaya ke bawah dan memelintir untuk membalik fasia dan peritoneum. Hentikan
setelah peritoneum terasa lepas .
Langkah 7 : Tarik trokar sedikit dan majukan lengan trokar 1-2 cm ke dalam rongga
abdoment. Lepas trokar tanpa melepas lengan trokar .
Langkah 8 : Hubungkan selang insuflator ke stop cock trokar dan buka. Masukkan udara
sesuai dengan kebutuhan.
Langkah 9 : Hubungkan kabel cahaya fiber optic ke laprokator dan minta teknisi untuk
menyalakan sumber cahaya .
Langkah 10 : Tahan mekanisme katup trompet (trumpet) trokar diantara jari tengah dan
thenareminence dari tangan yang tidak dominan dengan posisi telapak tangan menghadap ke
bawah .
Langkah 11 : Tahan bagian hand grip laprokator degan menggunakan ibu jari , jari tengah dan
jari manis dari tangan yang dominan. Biarkan jari telunjuk bebas.
Langkah 12 : Masukkan ujung laprokator ke dalam lengan trokar . Buka katup trompet dan
masukan
Langkah 2.
Langkah 3.
Langkah 5.
Langkah 6.
Langlah 7.
Langkah 8.
Langkah 9.
Langkah 10.
Langkah 2.
Langkah 3.
Langkah 4.
Jika mata pisau scalpel akan dibuang maka ambil scalpel dari larutan
klorin. Kemudian, lepas mata pisau dengan menggunakan forsep dan
simpan dalam wadah yang tidak dapat ditembus benda tajam. Buang
bahan-bahan limbah dengan cara menempatkannya dalam wadah tahan
bocor atau kantung plastic
Langkah 5.
Langkah 6.
Langkah 7.
Pastikan bahwa klien dimonitor pada interval yang teratur dan tandatanda vital diukur
Langkah 8.
Tentukan kapan klien siap untuk pulang (setidaknya 1-2 jam setelah
pemberian obat-obatan IV)
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA
PADA NY A USIA 36 TAHUN P4A0 DENGAN AKSEPTOR KB TUBEKTOMI
DI RS Dr. R. SOEPRAPTO CEPU
Dilaksanakan Pada
I.
Hari/ tanggal
Jam
: 08.00 WIB
Tempat
Data Subyektif
1.1 Biodata Pasien
Ibu
Suami
Nama
: Ny. A
Tn. R
Umur
: 36 Tahun
37 Tahun
Agama
: Islam
Islam
Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia
Jawa/Indonesia
Pendidikan : SI
SI
Pekerjaan
: Wiraswasta
Wiraswasta
Tidak tentu
Alamat
Rt 01 Rw 02 Kecamatan
I.4.2
I.4.3
a.6.2
P4A0
Hami
l
Ke
Persalinan
Tgl
UK
Lahir
Jenis
Penolon
Persalina
Nifas
Tempat Komplikasi JK
Ibu
Bayi
BB
Lakt
Kompli
asi
kasi
n
I
24 Aterm Normal
II
III
IV
Bidan
BPM
07
Aluna,
2003
S.ST
21 Aterm Normal
Bidan
BPM
08
Aluna,
2007
S.ST
15 Aterm Normal
Bidan
BPM
04
Aluna,
2011
S.ST
01 Aterm Normal
Bidan
BPM
gra
m
gra
m
gra
m
08
Aluna,
mpu gra
2015
S.ST
an
Jenis
kontrasepsi
Mulai Memakai
Tgl
Oleh
Keluhan
Tgl
Oleh
at
1
Suntik
3 Sept
Bulan
2003
Bidan
Temp
Alasan
at
BPM
Tidak
Mei
Aluna
bisa
2004
, S.ST
menstrua
yang
si
bukan
dan
Sendiri
Ingin
ganti
berat
hormonal
badan
(kondom
selalu
naik tiap
bulannya
Kondom
Mei
Sendiri
2006
Sendiri
2004
Ingin
memiliki
anak lagi
Kondom
Sept
Sendiri
2010
Sendiri
2007
Ingin
memiliki
anak lagi
Kondom
Mei
Sendiri
2011
2014
Sendiri
Ingin
memiliki
anak lagi
Sebelum KB
Selama KB
Makan 3 kali/ hari,nasi 2 Makan 3 kali/ hari, nasi 2
centong, lauk pauk, sayur dan centong, lauk pauk, sayur dan
buah kadang - kadang
kadang 1 gelas/hari
Pola Eliminasi
gelas/hari
kali
/hari.
Warna
lembek
rumah
tangga
dan memakai
kontrasepsi
hanya
minggu
setelah
dilakukan pembedahan
Tidur siang kurang lebih 1 jam Tidur siang kurang lebih 1 jam
Pola Istirahat
jam
Pola seksualitas
Kebiasaan
kebiasaan lain
kali/hari:
ganti
baju
tidak
a. Keadaan umum
: Baik
Kesadaran : Composmentis
b. Tanda vital
Tekanan darah
: 120 / 80 mmHg
Pernafasan
Nadi
: 80 kali/menit
Suhu
c. TB
:160 cm
BB
: 50 kg
IMT
: 19.5
LILA : 24 cm
2.2 Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Mesochepal, tidak ada luka / bekas luka, bersih.
: 20 kali/menit
; 36 C
Rambut : Rambut hitam, lurus, lebat, bersih tidak ada ketombe, tidak rontok
Wajah
Mata
: Simetris, Konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik, tidak ada sekret,
: Simetris, cuping...... hidung tidak kembang kempis, bersih tidak ada sekret
atau cairan yang keluar, tidaka ada polip ataupun sinus, penciuman baik
Mulut
: Bibir tidak kering, simetris, bersih tidak ada stomatitis, tidak bau mulut,
tidak ada pembengkakan dan perdarahan gusi, tidak ada caries dentis, tidak ada
peradangan tonsil dan lidah bersih.
Telinga
: Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada tanda tanda infeksi,
pendengaran baik
Leher
b. Payudara
Bentuk
: Simetris
Areola mammae
: Hiperpigmentasi
Puting susu
: Menonjol
c. Abdoment
: Tidak ada bekas luka, tidak ada pembesaran hepar.
d. Eksteremitas atas dan bawah : Simetris, tidak oedema, tidak ada varises, kuku tidak
pucat.
e. Genetalia luar : Bersih tidak ada pengeluaran pervaginam
f. Anus
: Bersih, tidak ada hemoroid
ANALISA
Ny. A usia 36 tahun P4A0 Akseptor KB dengan Tubektomi
c.
PENATALAKSANAAN (Termasuk Intervensi, Implementasi dan Evaluasi)
1. Menciptakan hubungan saling percaya antara bidan dan ibu.
Hubungan terjalin dengan baik ditandai dengan ibu kooperatif saat dilakukan
pemeriksaan ditandai dengan ibu selalu menanyakan keadaannya dari hasil
pemeriksaan.
2. Menjelaskan tentang metode metode kontrasepsi lainnya ( KB Alamiah, Senggama
terputus, Metode Barier, AKDR, Hormonal)
Ibu mengerti tentang metode metode kontrasepsi lainnya dan ibu tetap pada
keputusannya yaitu metode kontap (Tubektomi), karena permanent tidak perlu
melakukan kunjungan ulang untuk KB.
3. Melakukan konseling tentang tubektomi yaitu tentang manfaat, keterbatasan , waktu
melakukan tubektomi, yang dapat atau tidak dapat menjalani tubektomi.
Manfaat kontrasepsi
Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan)
Paritas > 2
Infeksi sistemik
Kapan Dilakukan
Bersamaan dengan SC
Ibu mengerti tentang Tubektomi dan lebih mantap ingin melakukan metode ini.
4. Memberikan informed consent untuk persetujuan tindakan
Ibu dan suami telah menyetujui tindakan tubektomi disertai dengan menandatangani
imformed consent tersebut.
5. Menanyakan kembali pada ibu apakah sudah mantap memilih metode kontrasepsi
tubektomi (untuk melakukan tindakan selanjutnya)
Ibu merasa sudah mantap untuk melakukan Tubektomi
6. Kolaborasi dengan bagian Analis (Laboratorium) untuk pemeriksaan darah.
HCG : ( - )
Hb : 12,7 gr%
Hematokrit : 38 %
Leukosit : 5.000 sel/mm3
Trombosit : 300.000 sel/mm3
LED : 10 mm/jam pertama
Eritrosit : 4.0 juta sel/mm3
Ibu kooperatif saat dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya normal
7. Mempersiapkan ibu menjelang tindakan operatif dan kolaborasi dengan dokter
SPOG dan tim medis lainnya.
Melakukan konseling prabedah, Persiapan prabedah, Asepsis dan Antisepsis,
Pemeriksaan pelvikdan fiksasi uterus, Persiapan lapangan operasi dan penentuan
tempat insisi, Membuka dinding abdoment, Mencapai tuba, Memotong tuba,
Menutup dinding abdoment, Tindakan pascabedah, Dekontaminasi.
Ibu kooperatif saat dilakukan tindakan dan tindakan berjalan dengan lancar.
8. Melakukan konseling dan Instruksi pasca bedah yaitu menanyakan pada ibu bila
masih ada hal hal yang ingin diketahuinya tentang tubektomi, jelaskan pada ibu
untuk menjaga agar daerah luka operasi tetap kering, jelaskan pada ibu untuk tidak
bersenggama selama 1 minggu, jelaskan pada ibu bahwa bila ada keluhan (rasa sakit
atau terjadi perdarahan dari luka operasi atau kemaluan) segera kembali ke klinik
untuk mendapat pertolongan, beritahu ibu bila tidak ada keluhan periksa ulang 1
minggu lagi.
Ibu mengerti dan akan melakukannya
9. Menjelaskan kepada Ibu bahwa ibu boleh pulang bila keadaan stabil 4-6 jam.
KU : baik, Kesadaran : composmentis, TD : 110/70 mmHg, N : 76 X/menit, RR : 20
X/menit, T : 36 0C.
Ibu mengerti keadaannya normal dan sudah dibolehkan untuk pulang
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metoda Operasi Wanita) atau
tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat
dibuahi oleh sperma.
Tubektomi termasuk metode efektif dan tidak menimbulkan efek samping jangka panjang.
Efektivitas tubektomi:
Kurang dari 1 kehamilan per 100 (5 per 1000) perempuan pada tahun pertama penggunaan.
Pada 10 tahun penggunaan, terjadi sekitar 2 kehamilan per 100 perempuan (18-19 per 1000
perempuan).
Efektivitas kontraseptif terkait juga dengan teknik tubektomi (penghambat atau oklusi tuba)
tetapi secara keseluruhan, efektivitas tubektomi cukup tinggi dibandingkan metode
kontrasepsi lainnya. Metode dengan efektivitas tinggi adalah tubektomi minilaparotomi
pascapersalinan.
1.2 Saran
Penulis menyadari makalah yang penulis susun ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu semoga makalah ini dapat dijadikan acuan dalam pembuatan makalah selanjutnya, dan
diharapkan adanya perbaikan-perbaikan untuk makalah selanjutnya dengan pokok bahasan
yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Abdul Bari. 2003. Buku Panduan praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo