12 - Pemandu Gelombang (Waveguide)
12 - Pemandu Gelombang (Waveguide)
12 - Pemandu Gelombang (Waveguide)
SALURAN
TRANSMISI
PEMANDU GELOMBANG
(WAVEGUIDES)
Fakultas
Program Studi
Teknik
Teknik Elektro
Online
12
Kode MK
Disusun Oleh
A51144EL
Abstract
Kompetensi
Pendahuluan
Pemandu gelombang (hollow pipe waveguide) adalah saluran transmisi yang di masa
lalu memaikan peranan paling penting dalam transmisi gelombang berfrekuensi tinggi. Hal
ini mengarah pada pembahasan teori transmisi secara umum yang akan kita mulai dari
persamaan Maxwell, kemudian ke persamaan gelombang (persamaan Helmholtz).
Dengan menggunakan sinyal harmonis dan pengandaian bahwa dimensi bidang
saluran transmisi ke arah perambatannya (misalnya ke arah z) tidak berubah, kita akan
sampai pada persamaan diferensial parsial dua dimensi. Pada persamaan diferensial ini bisa
dibedakan dua kasus: gelombang TE dan gelombang TM. Sedangkan gelombang TEM
disolusikan dengan cara yang analog tetapi lebih mudah.
7.2
persamaan Maxwell. Proses pencarian solusi secara global diilustrasikan di gambar 7.1.
Secara lengkapnya penurunan dan langkah setiap proses bisa dilihat di appendix.
2016
SALURAN TRANSMISI
Dian Widi Astuti, ST. MT
H z ( x, y ) H o cosk x x cosk y y e z
jk x
H o sink x x cosk y y e z
k c2
Hx
jk y
Hy
Ex
k c2
jk y
k
Ey
dengan k x
H o cosk x x sink y y e z
2
c
H o cosk x x sink y y e z
jk x
H o sink x x cosk y y e z
2
kc
m
n
, ky
dan kc2 k x2 k y2
a
b
c m n
fc
2 a b
2
Jika frekuensi sinyal lebih kecil dari fc maka sinyal tidak akan merambat.
Jadi dari hasil di atas:
1. Pada waveguide segi empat akan terbentuk mode-mode yang ditandai dengan index m
dan n, yang menyatakan jumlah fungsi sinus setengah gelombang pada arah x dan
arah y.
2. Setiap mode akan berbeda bentuk medan listrik dan magnetnya, juga memiliki
frekuensi cut-off yang berbeda.
3. Tergantung dari frekuensi sinyal, bisa jadi akan merambat beberapa mode, jika
frekuensi sinyal lebih tinggi dari frekuensi cut-off mode ini.
Kita amati mode yang paling sederhana, yaitu mode m = 1 dan n = 0 atau gelombang H 10.
Maka k x a , dan k y 0 sehingga kc k x a
2016
SALURAN TRANSMISI
Dian Widi Astuti, ST. MT
H z x, y, z H o cos x e z
a
j a
H x x, y , z
H o sin x e z
a
E y x, y , z
ja
H o sin x e z
a
H y Ex Ez 0
Konstanta perambatan : 2 , dan dengan
a
2
Frekuensi cut-off : f c
c
2a
2016
SALURAN TRANSMISI
Dian Widi Astuti, ST. MT
Gelombang E:
E z x, y Eo sink x y sink y y e z
Ex
Ey
Hx
j k y
k c2
jk y
Hy
2016
j k x
Eo cosk x x sink y y e z
k c2
2
c
Eo sink x x cosk y y e z
Eo sink x x cosk y y e z
jk x
Eo cosk x x sink y y e z
2
kc
SALURAN TRANSMISI
Dian Widi Astuti, ST. MT
dengan k x
m
n
, ky
dan kc2 k x2 k y2 .
a
b
Pada gelombang E, mode paling sederhana bukanlah E 10 atau E01, karena pada kedua mode
ini komponen z dari medan listrik menjadi nol, sehingga tidak akan terjadi gelombang di
dalam waveguide.
Gelombang E11 adalah mode yang paling sederhana.
Contoh :
Sebuah waveguide yang mempunyai ukuran a = 2,286 cm dan b = 1,016 cm dipergunakan
untuk mengirimkan sinyal pada frekuensi
a. 5 GHz
b. 10 GHz
c. 14 GHz
Terangkanlah apa yang terjadi
Jawab:
Kita bisa menganalisa problem di atas dengan mengamati frekuensi cut-off dari masingmasing modes
c m n
fc
2 a b
2
c
c
3 108
f c ,11
6,562 GHz
2 a
2a 2 2,286 10 2
2
Mode
fc
(GHz)
2016
6,562
13,123
14,764
H, E
16,156
H, E
30,248
H, E
19,753
SALURAN TRANSMISI
Dian Widi Astuti, ST. MT
Jadi jika waveguide di atas digunakan untuk transmisi sinyal 5 GHz, maka tidak akan terjadi
propagasi (tidak ada transmisi), karena frekuensi 5 GHz berada di bawah frekuensi cut-off
dari semua modes.
Transmisi sinyal 10 GHz akan berlangsung dengan mode H10.
Sedangkan pada sinyal 14 GHz, transmisi akan berlangsung secara overmoded, karena lebih
dari satu mode bisa merambat di dalam waveguide. Secara umum, kasus overmode dihindari,
sehingga waveguide di atas hanya digunakan untuk melewatkan sinyal pada frekuensi 6,562
GHz < f < 13,123 GHz.
7.4
2016
SALURAN TRANSMISI
Dian Widi Astuti, ST. MT
Mode E11
Mode E12
7.5
Pembangkitan Modes
Modes yang terbentuk di dalam waveguide jika kita mentransmisikan sinyal yang
berfrekuensi tinggi adalah distribusi medan elektromagnetika yang secara otomatis akan
terbentuk jika kita memasukkan sinyal itu ke dalam waveguide. Terutama sekali jika kita
memasukkan sinyal dengan frekuensi di atas frekuensi cut-off dari mode dasar, tetapi masih
di bawah frekuensi cut-off dari mode berikutnya, maka pasti akan terbentuk mode dasar itu di
dalam waveguide.
Tetapi cara seperti itu tidaklah menghasilkan mode yang dimaksud secara efisien, karena
akan terjadi refleksi gelombang yang cukup besar yang barangkali hanya sebagian kecil saja
daya gelombang elektromagnetika ini berhasil diubah ke mode itu. Gambar 7.6 menunjukkan
sebuah cara untuk menghasilkan mode H10 dengan bantuan kabel koaxial.
Gelombang TEM yang merambat di dalam kabel koaxial akan masuk ke dalam waveguide
yang secara perlahan-lahan bentuknya disesuaikan dengan bentuk kabel koaxial, supaya
terjadi perubahan kondisi batas secara gradual. Jika gelombang TEM ini mempunyai
frekuensi di atas frekuensi cut-off dari H10, maka di waveguide akan terbentuk mode ini.
2016
SALURAN TRANSMISI
Dian Widi Astuti, ST. MT
2016
SALURAN TRANSMISI
Dian Widi Astuti, ST. MT
Appendix :
Berawal dari persamaan Maxwell
E j H
dan
H j E
(A.1)
dan kenyataan bahwa pada saluran transmisi, tak ada perubahan dimensi sepanjang
perambatan gelombangnya (misalnya arah z), maka medan listrik dan medan magnetya bisa
dituliskan secara
Ex, y, z Eo x, y e jz
(A.2)
H x, y, z H o x, y e jz
(A.3)
dan secara umum medan listrik di atas memiliki ketiga komponen orthogonalnya, misalnya
untuk medan listrik berlaku
E o x, y E x x, y a x E y x, y a y E z x, y a z
(A.4)
E E y
E
E
a x x z
E z
z
x
z
y
E y E x
a z
a x
(A.5)
E y
z
j E y
dan
E x
jE x
z
(A.6)
jE x
E y
x
(A.7)
E z
jH y
x
(A.8)
E x
jH z
y
(A.9)
H z
jH y jE x
y
jH x
H y
x
(A.10)
H z
jE y
x
(A.11)
H x
jE z
y
(A.12)
2016
10
SALURAN TRANSMISI
Dian Widi Astuti, ST. MT
E z
jE y
jH x
y
H z
E z
2
E z H z
1
jH x
j
Hx
j 2 2 H x
y
x
y
x
dengan
k c2 2 2
(A.13)
E z
H z
jkc2 H x , maka
y
x
H z
j E z
2
y
x
kc
Hx
(A.14)
H z
j E x
2
x
y
kc
(A.15)
H z
j E z
2
y
k c x
(A.16)
E
H z
j
z
2
y
x
kc
(A.17)
Hy
Ex
Ey
Jadi jika komponen axial Ez dan Hz dikenal, dengan persamaan (A.14) (A.17) komponen
yang lainnya bisa dihitung.
Untuk itu diklasifikasikan beberapa kasus:
1. Gelombang TEM: transversal elektromagnetik
Komponen axial medan listrik dan magnet nol, atau Ez = 0 dan Hz = 0
2. Gelombang TE: transversal elektrik
Ez = 0
3. Gelombang TM: transversal magnetik
Hz = 0
Untuk pembahasan selanjutnya, untuk perhitungan komponen axial, diperlukan sebuah
persamaan lain, yaitu persamaan Helmholtz, yang didapatkan dari pembendukan rotasi
persamaan (A.1)a dan memasukkan persamaan (A.1)b ke dalamnya:
E j H E j j E
Dengan identitas vektor:
E E 2 E karena E 0
2016
11
SALURAN TRANSMISI
Dian Widi Astuti, ST. MT
2 E 2 H 0, dan pasangannya
(A.18)
2 H 2 H 0
(A.19)
2
y 2
z 2
x
2
a x
2
x 2
y
z 2
2
2
2
a y E z E z E z
x 2
y 2
z 2
a z
Sehingga berlaku
2 Ex 2 Ex 2 Ex
2 E x 0
2
2
2
x
y
z
2Ey
2Ey
2Ey
(A.21)
2 E y 0
(A.22)
2 Ez 2 Ez 2 Ez
2 E z 0
2
2
2
x
y
z
(A.23)
Untuk medan magnet berlaku juga rumus yang sama seperti pada (A.21) (A.23).
Gelombang TEM:
Karena pada TEM berlaku Ez = 0 dan Hz = 0, maka seluruh medan listrik dan magnet akan
menjadi nol.
Tetapi tidak demikian halnya jika k c2 0 atau 2 2 .
Persamaan (A.21) menjadi
2 Ex 2 Ex
2 E x 2 E x 0
2
2
x
y
2 Ex 2 Ex
0
x 2
y 2
Bentuk persamaan yang sama juga akan didapatkan untuk Ey, Hx dan Hy.
Gelombang TE: Ez = 0
Diambil persamaan Helmholtz untuk Hz
2H z 2H z
2 H z 2 H z 0
x 2
y 2
2016
12
2H z 2H z
k c2 H z 0
x 2
y 2
SALURAN TRANSMISI
Dian Widi Astuti, ST. MT
(A.24)
Persamaan diferensial ini ditambah dengan kondisi batasnya: Etan = 0 dan Hn = 0 pada
permukaan metal harus dicari solusinya.
Jika persamaan ini harus diterapkan pada waveguide segi empat.
Hx
x 0, x a
Ex
y 0 , y b
0;
Hy
0;
Ey
y 0 , y b
x 0, x a
(A.25-26)
(A.27-28)
Medan magnet dan listriknya bisa dihitung (dari persamaan (A.14) (A.17))
Hx
j H z
;
k c2 x
Hy
Ex
j H z
;
k c2 y
Ey
j H z
k c2 y
j H z
k c2 x
Solusi dari (A.24) biasanya didapatkan dengan metode separasi, yaitu dengan asumsi bahwa
fungsi Hz bisa direpresentasikan dengan perkalian dua buah fungsi Fx yang hanya tergantung
dari x dan fungsi Fy yang hanya tergantung dari y.
H z x, y Fx x Fy y
(A.29)
k c2 0
Fx x 2
Fy y 2
x 2
y 2
2016
13
SALURAN TRANSMISI
Dian Widi Astuti, ST. MT
Term pertama di persamaan di atas hanya tergantung pada x, dan tidak pada y. Term kedua
hanya tergantung pada y dan tidak pada x, sedangkan term ketiga konstanta. Sehingga dengan
demikian term di atas adalah konstanta.
Dan bisa secara bebas dituliskan menjadi
1 d 2 Fx
k x2
2
Fx dx
(A.30)
2
1 d Fy
k y2
2
Fy dy
(A.31)
k c2 k x2 k y2
(A.32)
Jadi persamaan diferensial parsial dipecah menjadi dua buah persamaan diferensial biasa
(A.30) dan (A.31) dengan syarat (A.32).
Solusi persamaan (A.30) dan (A.31) secara umum adalah
Fx x A sink x x B cosk x x
(A.33)
Fy y C sink y y D cosk y y
(A.34)
dan turunannya
dFx
Ak x cosk x x Bk x sink x x
dx
dFy
dy
Ck y cosk y y Dk y sink y y
(A.35)
(A.36)
A, B, C dan D adalah konstanta yang harus ditentukan dengan kondisi batas (A.26) (A.28).
Dengan Hx dan Ey berbanding lurus dengan turunan Hz terhadap x, maka keduanya juga akan
berbanding lurus dengan turunan Fx terhadap x, sehingga dengan kondisi batas (A.25) dan
(A.28), maka
dFx
dx
0 0 Ak x cosk x x Bk x sink x x
x 0, x a
kx
m
a
2016
14
ky
SALURAN TRANSMISI
Dian Widi Astuti, ST. MT
n
b
H z x, y H o cosk x x cosk y y
Hx
Hy
Ex
j k x
H o sink x x cosk y y ;
k c2
j k y
k c2
H o cosk x x sink y y
jk y
k c2
Ey
H o cosk x x sink y y ;
jk x
H o sink x x cosk y y
k c2
2 2 k c2 0
sehingga akan terdapat frekuensi minimal untuk mode m dan n, atau frekuensi cut-off
2
2
1 m n
a b
c m n
2 a b
2
fc
Jika frekuensi sinyal lebih kecil dari fc maka sinyal tak akan merambat.
2016
15
SALURAN TRANSMISI
Dian Widi Astuti, ST. MT
Daftar Pustaka
[1]
[2]
Prakashan, Satya. (1977). Transmission Lines and Networks. Tech India Publication.
[3]
[4]
Chebyshev
Caglar M. F. (2011). Neural 3-D Smith Chart. Electronics And Electrical Engineering
2011. No. 8(114) ISSN 1392 1215
[6]
Malisuwan, S. & Sivaraks, J. (2013). Design of Microstrip Antenna for WPAN Applications
by Applying Modified Smith-Chart Representation. International Journal
of Modeling
Kamo, B., Cakaj, S., Kolii, V., Mulla, E. (2012). Simulation and Measurements of
VSWR for Microwave Communication Systems. Int. J. Communications, Network and
System Sciences, 2012, 5, 767-773.
[8]
Joshi, N. V. (2015). A Fresh View for Maxwells Equations and Electromagnetic Wave
Propagation. Journal of Modern Physics, 2015, 6, 921-926.
2016
16
SALURAN TRANSMISI
Dian Widi Astuti, ST. MT