Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan
A. Pengertian Piutang
Piutang merupakan bentuk penjualan yang dilakukan dimana pembayarannya tidak
dilakukan secara tunai, namun bersifat bertahap.
Piutang beserta berbagai bentukknya Subramanyam dan Jhon J. Wild memberikan
pendapatnya sebagai berikut :
Piutang (receivable) merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang
atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang. Piutang mencakup nilai jatuh tempo yang
berasal dari aktivitas seperti sewa dan bunga. Piutang usaha (account recevable) mengacu
pada janji lisan untuk membayar yang berasal dari penjualan produk dan jasa secara
kredit. Wesel tagih (notes recevable) mengacu pada janji tertulis untuk membayar.
Dalam kebijakan perusahaan piutang terbesar itu terlihat pada piutang dagang (account
receivable), dan piutang dagang itu tercipta karena daya tarik yang tinggi konsumen pada
produk hasil ciptaan perusahaan.
B. Hubungan Piutang dan Bed Debt
Menurut Subramanyam dan Jhon J.Wild Pengalaman menunjukan bahwa perusahaan
tidak dapat menagih semua piutangnya. Dalam hal ini perusahaan berarti harus
menyediakan cadangan piutang tak tertagih (uncollectible account resever).
Persolan yang sering terjadi pada saat angka penjualan kredit diperbesar menjadi seiring
dengan meningkatnya piutang ragu-ragu (bad debt), dan semakin besar piutang ragu-ragu
semakin besar permasalahan yang harus ditanggung oleh perusahaan di kemudian hari,
dan ini lebih jauh berakibat pada mengecilnya perolehan keuntungan yang akan diterima.
Dua hal yang sering dikhawatirkan berkenan dengan piutang :
i.
Peningkatan piutang yang pesat dari peningkatan penjualan ;
ii.
Cadangan piutang tak tertagih yang relative tidak berubah.
Suatu piutang yang bersifat bed debt timbul disebabkan oleh beberapa sebab, antara lain :
a. Perusahaan ingin mengejar target penjualan, sehingga angka penjualan dinaikkan.
Otomatis menaikkan jumlah bed debt, dan begitu pula sebaliknya.
b. Perusahaan dalam memperbesar penjualan dengan menaikkan penjualan produk
secara non tunai. Maka angka piutang tak tertagih otomatis akan membesar dengan
sendirinya.
c. Penjulan produk yang bersifat non tunai dilakukkan secara tidak hati-hati. Ambisi
untuk meningkatkan penjualan lebih dominan dibandingkan menerapkan manajemen
resiko, dan keinginan mengejar bonus yang begitu tinggi.
d. Perusahaan memiliki kewajiban atau tagihan dalam bentuk kredit kepada suatu
perbankan. Uang kas perusahaan yang tidak lagi mencukupi mengharuskan
perusahaan mengantisipasinya dengan melakukan penjualan non tunai yang akan
dipakai oleh perusahaan untuk membayar kewajibannya ke perbankan.
Karena piutang usaha bisa di masukkan kedalam kelompok asset lancar dan asset tidak
lancar.
1. Cara-cara Memperkecil Bed Debt
Beberap acuan yang harus di terapkan oleh suatu perusahaan untuk memperkecil
resiko timbulnya bed debt, yaitu :
a. Menghindari keputusan penjualan produk pada pasar dalam kondisi fluktuaktif atau
akan berada dalam kondisi menuju krisis moneter
b. Membatalkan penjualan produk pada konsumen yang memiliki reputasi buruk dalam
dunia bisnis
c. Menghindari produksi dan pemerimaan order pada saat pasar tidak menentu
d. Melakukan dan menerapkan tindakan prudential principle (prinsip kehati-hatian) pada
saat tingkat persaingan bisnis semakin tinggi, dan inovasi produk perusahaan
berlangsung secara lambat
e. Ada ukuran presentase yang layak diterapkan untuk besaran piutang.
Dalam praktiknya, perusahaan melaporkan piutang sebesar nilai realisasi bersih (net
realizable value) jumlah piutang total di kurangi penyisihan piutang tak tertagih. Memang
manajemen bagian penjualan sudah melakukan analisis secara sangat mendalam dalam
menentukan pihak-pihak mana yang paling tepat menerima order penjualan
Menurut Lukas Setia Atmaja Cash Conversion Cycle (CCC) adalah waktu rata-rata
antara penjualan kas untuk sumber daya produktif dengan penerimaan kas dari penjualan
produk. Dalam neraca posisi kas menduduki tempat tertinggi atau tempat yang dianggap
paling likuid.
Adapun pengertian dari conversion (konversi) yang dikemukakan oleh Joel G. Siegel dan
Jae K.Shim :
a. Tindakan mengubah satu kelas surat berharga perusahaan menjadi kelas surat
berharga lainnya.
b. Membuat penilaian pengganti untuk yang lain.
c. Pengiriman saham dana bersama dari dana yang satu ke dana lain dalam satu jenis.
d. Menukar mata uang dari yang satu ke yang lainnya dengan menggunakan rasio
pertukaran (kurs).
Sedangkan untuk penafsiran Cash Conversion Cycle disini dapat diterjemahkan sebagai
dana kas yang dipakai untuk menghasilkan produk atau membeli bahan mentah atau
bahan setengah jadi atau bahan jadi untuk selanjutnya diproses dan dijual kembali dengan
harga yang lebih menguntungkan.
Untuk menghitung cash conversion cycle kita dapat mempergunakan rumus sebagai
berikut :
Cash Conversion Cycly = ICP + RCP + PDP
Dimana :
CCC = Cash Conversion Cycle (siklus konversi kas)
ICP = Inventory Conversion period (periode konversi persediaan)
RCP = Receivable collection period
PDP = Payable deferral period (periode penundaan piutang)
Adapun pengertian dari ICP, RCP, dan PDP yang dikemukakan oleh Lukas Setia Atmaja :
a. Inventory conversion period adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengubah
bahan mentah menjadi produk jadi dan kemudian dijual kembali. Rumus untuk
menghitung ICP adalah :
Inventory Conversion Period = 360
= 360 X Persediaan
HPP/Persediaan
HPP
b. Receivable collection period adalah waktu rata-rata untuk mengubah piutang menjadi
kas. Rumus untuk menghitung RCP adalah :
Receivable Collection Period = Piutang
=
360 X Piutang
Penjualan/360
HPP
c. Payable differal period adalah waktu rata-rata antara pembelian bahan baku dan
tenaga kerja dengan waktu pembayarannya.
2. Unsur-unsur kredit
a. Kepercayaan (trust) adalah sesuatu yang paling utama karena tanpa ada saling
percaya antara kreditur dan debitur sebagai mitra bisnis maka akan sangat sulit
terwujud suatu sinergi kerja yang baik.
b. Waktu (time) adalah bagian yang paling sering dijadikan kajian oleh pihak analis
finance khususnya oleh analis kredit. Analis waktu bagi pihak kreditur
menyangkut dengan analis dalam bentuk calculation of time value of money
(hitungan nilai waktu dari uang) yaitu nilai uang pada saat sekarang adalah
berbeda dengan nilai uang pada saat yang akan datang.
c. Risiko disini menyangkut persoalan seperti degree of risk. Disini yang paling
dikaji adalah pada keadaan yang terburuk yaitu pada saat kredit tersebut tidak
kembali atau timbulnya kredit macet. Jadi sisi kajian resiko disini menjadi bagian
yang paling penting untuk dikaji, sehingga dengan begitu muncullah penempatan
jaminan (collateral) dalam pemberian kredit.
d. Prestasi yang dimaksud disini adalah prestasi yang dimiliki oleh kreditur untuk
diberikan kepada debitur. Maka bagi pihak kreditur akan sangat menilai tindakan
yang dilakukan oleh pihak debitur dalam menjalankan usahanya atau prestasinya
dalam mengelola kredit yang diberikan tersebut. Jadi disini dikaji dari segi
prestasi dan wanprestasi.
e. Adanya kreditur. Kreditur yang dimaksud disini adalah pihak yang memiliki uang
(money), barang (goods), atau jasa (service) untuk dipinjamkan kepada pihak lain,
dengan harapan dari pinjaman itu akan diperoleh keuntungan dalam bentuk
interest (bunga) sebagai balas jasa dari uang, barang, atau jasa yang telah
dipinjam tersebut.
f. Adanya debitur. Debitur yang dimaksud disini adalah pihak yang memerlukan
uang (money), barang (goods), atau jasa (service) dan berkomitmen untuk mampu
mengembalikannya tepat sesuai dengan waktu yang di sepakati serta bersedia
kreditur
c. Jenis kredit berdasarkan kualitas, pada saat kredit sudah disalurkan artinya pihak bank
telah melakukan kebijakan perputaran piutang (receivable turnover) dalam jumlah
tertentu dan siap untuk melakukan penarikan receivable dengan ditambah keuntungan
dalam bentuk bunga (interest) yang akan diterimanya setiap bulan. Kajian kelancaran
kredit bagi pihak perbankan memposisikan kredit tersebut berdasarkan pada kualitas
kredit. Sehingga secara umum ada dua jenis kredit berdasarkan kualitas yaitu :
1. Kredit performing (performing credit) ini dikategorikan pada dua kualitas yaitu
pertama kredit dengan kualitas lancar dan kedua kredit dengan kualitas yang
harus mendapat perhatian khusus.
2. Kredit nonperforming (nonperforming credit) ini adalah kredit yang dikategorikan
dalam tiga kualitas yaitu pertama kredit dengan kualitas yang kurang lancar,
kedua kredit dengan kualitas yang diragukan, dan ketiga kredit macet (bad debt).
5. Persyaratan Umum Untuk Mengajukan Kredit
Untuk mengajukan pinjaman kredit ke suatu lembaga perbankan, ada beberapa
persyaratan yang haru dipenuhi oleh calon debitur sebagai syarat administrasi,
yaitu :
a. Foto copy KTP
b. Foto copy KK (Kartu Keluarga)
c. SK 80% dan 100%
d. NPWP (Nomor Pajak Wajib Pajak)
e. Sertifikat kepemilikan rumah dan tanah sebagai jaminan, atau BPKB
f.
g.
h.
i.
j.
kendaraan
Buku tabungan
Surat keterangan tempat bekerja (bagi pegawai kontrak)
Slip gaji 3 atau 4 bulan terakhir
Mengisi Formulir Pengajuan Kredit sesuai permintaan
Surat keterangan sanggup membayar cicilan kredit dengan baik jika masa
pension kerja semakin dekat.
6. Penilaian Kredit
a. Character (karakterietik)
Ini menyangkut dengan sisi psikologi calon penerima kredit itu sendiri, yaitu
karkteristik atau sifat yang dimilikinya, seperti latar belakang keluarganya,
hobi, cara hidup yang dijalani, kebiasaan-kebiasaannya. Tinjauan karakteristik
ini bisa dilihat pada bagaimana ia melakukan keputusan bisnis selama ini
dalam hal ketepatan waktu yang menyangkut dengan perjanjian yang telah
Pengawasan model ini adalah dilakukakn pada saat kredit tersebut telah diberikan ke pada
debitur. Pengawasan di sini diberikan dnegan tujuan agar kreditur tersebut terbangun
kedisiplinan yang kuat untuk melunasi setiap pinjamannya secara tepat waktu.
11. Tingkat Kolektibilitas Kredit ( Collectability Credit )
Bank Indonesia yang juga disebut sebagai the last of resort dalam surat keputusan Direksi
Bank Indonesia No 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva
Produktif pasal 6 ayat 1 membagi tingkat kolektibilitas kredit ke dalam 5 jenis yaitu :
a. Kredit lancar
b. Kredit dalam perhatian khusus
c. Kredit keraguan, dan
d. Kredit macet
12. Menghitung Receivable Turnover dan Hari Rata-rata Pengumpulan Piutang
Dalam konsep piutang (receivable concept) semakin tinggi perputaran maka semakin baik,
namun begitu pula sebaliknya semakin lambat perputaran piutang maka semakin tidak baik,
karena bagi perusahaan unutk menaikkan angka penjualan caranya dengan menerapkan
kebijakan piutang, termasuk memperlunak jangka waktu piutang. Misalnya 40 hari menjadi 55
hari, dan itu diikuti juga dengan memperbesar penjualan kredit misalnya 400 juta menjadi 650
juta.
Adapun rumus untuk menghitung receivable turnover adalah :
Receivable Turnover = Net Credit Sales
Average Receivable
Selanjutnya perusahaan dapat menghitung hari rata-rata pengumpulan piutang dengan
mempergunakan piutang dengan mempergunakan rumus sebagai berikut :
Hari rata-rata Pengumpulan Piutang = 360
Receivables Turnover
Hari rata-rata pengumpulan piutang dapat pula dihitung dengan :
Hari rata-rata pengumpulan piutang = 360 x Average Receivables
Net Credit Sales
Contoh soal :
Seorang manajer keuangan PT Sentosa Sejahtera sedang melakukan analisis pada
manajemen piutang yang sudah berlangsung selama ini, dimana hasil analisis terlihat bahwa
perusahaan memiliki rata-rata pengumpulan piutang adalah 75 hari, dan rata-rata pembayaran
utang dagang adalah 55 hari, serta rata-rata inventory turnover (perputaran persediaan) adalah 96
hari. Maka hitunglah cash conversion cycle PT Sentosa Sejahtera.
Jawaban :
Untuk menghitung cash conversion cycle dapat mempergunakan rumus dibawah ini :
Cash conversion cycle = ICP + RCP + PDP
Maka :
Cash conversion cycle = ICP + RCP + PDP
= 96+75+55
= 226 hari
Perhatikan tabel di bawah ini :
Uraian
Net Credit Sales
Receivable :
Awal tahun
Akhir tahun
Average receivables
Receivable Turnover
Average collection period
Tahun
2008
Rp 50.000.000,-
2009
Rp 54.000.000,-
2010
Rp 58.000.000,-
Berdasarkan data di atas maka hitunglah receivable turnover dan hari rata-rata pengumpulan
piutang.
Jawaban :
Receivables Turnover = Net Credit Sales
Average Receivables
*tahun 2008
Receivable Turnover = 50.000.000,15.000.000,= 3,3333
= 333,33%
*tahun 2009
Receivable Turnover = 54.000.000,17.500.000,=3,0857
= 308,57%
*tahun 2010
Receivable Turnover = 58.000.000,= 19.000.000,-
= 3,0526
= 305,26%
1. Bunga atas sebagian besar utang jumlahnya tetap, dan jika bunga lebih kecil daripada
pengembalian atas asset operasi bersih, selisih pengembalian tersebut akan menjadi
keuntungan bagi investor ekuitas.
2. Bunga merupakan beban yang dapat mengurangi pajak, sedangkan deviden tidak.
Dalam konsep psikolohis kepemilikan utang mampu memberikan motivasi untuk bekerja
secara lebih kreatif dan inovatif. Bagi pemegang saham dengan kebijakan mendapatkan
tambahan dana yang berasal dari pinjaman mampu memberi pengaruh positif bagi peningkatan
kinerja para manajemen perusahaan. Atas dasar alasan logika seperti itu maka dari sudut
perspektif pemegang saham kebijakan penerbitan dan penjualan right issue dianggap sebagai
alternatif keputusan kedua setelah kebijakan utang ( liabilities tidak memungkinkan atau
infeasible ( tidak layak ) untuk diterapkan.
Sebagaimana dikatakan oleh Smith dan Skousen bahwa, suatu utang adalah akibat dari
transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian di waktu yang lampau.
Secara umum liabilities ( utang ) terbagi dalam 2 ( dua ) golongan, yaitu :
1. Current Liabilities atau Short-term liabilities ( utang jangka pendek ) atau utang lancar,
dan
2. Non Current Liabilities atau Long-term liabilities atau long-term debt ( utang jangka
panjang )
1. Current Liabilities atau Short-term Liabilities
Short term liabilities ( utang jangka pendek ) sering disebut dengan utang lancar
( Current liabilities ). Penegasan utang lancar karena sumber utang jangka pendek dipakai
untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya mendukung aktivitas perusahaan yang
segera dan tidak bisa ditunda, dan utang janngka pendek umumnya harus dikembalikan
kurang dari 1 ( satu ) tahun.
Contoh kategori umum yang termasuk dalam utang lancar atau jangka pendek adalah :
Utang dagang
Utang wesel
Utang pajak
Utang gaji
Utang gaji lembur
Beban yang masih harus dibayar
Bagian gaji dianggap bagian dari beban operasi perusahaan, atau yang biasa disebut
dengan beban operasi akrual lainnya. Beban operasi perusahaan dianggap menjadi sebagai
bentuk tanggung jawab perusahaan untuk menjaga dan mempertahankan perusahaan agar
tetap berlangsung. Bagi perusahaan pengeluaran jangka pendek dan khususnya yang
berhubungan dengan biaya operasional disebuty juga dengan pengeluaran yang bersifat
tetap ( fixed cost ). Berikut posisi utang lancar ( Current Liabilities ) di Neraca
PT XYZ
Neraca
Aktiva
Aktiva lancar
Aktiva tetap
Utang
Utang lancar
Utang dagang
Utang wesel
Utang pajak
Utang gaji
Utang gaji lembur
Beban yang masih harus dibayar
Utang jangka panjang
Modal sendiri
Kewajiban lancar dibagi menjadi dalam 2 (dua) jenis, sebagaimana dikatakan oleh
Subramanyam dan Jhon J Wild, yaitu jenis pertama timbul dari aktivitas operasi meliputi utang
pajak, pendapatan diterima di muka (unearned revenue), uang muka, utang usaha, dan beban
operasi. Jenis kedua kewajiban lancar timbul dari aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman jangka
pendek, bagian utang jangka panjang yang jatuh tempo dan utang bunga.
Subramanyam dan Jhon J. Wild mengatakan pada akhirnya, kewajiban lancar dicatat
pada nilai jatuh temponya, nilai sekarang karena pendeknya waktu penyelesaian utang.
Dalam konsep keunagan syariah pada sisi current liabilities (Utang Lancar) masuk zakat.
a. Beberapa Permasalahan Umum dalam Current Liabilities
Adapun urusan yang menyangkut dengan persoalan internal dan eksternal perusahaan
adalah :
1) Persoalan dan tanggung jawab internal perusahaan meliputi,
Membayar gaji karyawan
Membayar gaji lembur
Membayar uang makan karyawan.
2) Persoalan dan tanggungjawab eksternal perusahaan meliputi :
Utang bunga perbankan
Utang bunga leasing
Utang dagang
Secara umum ada beberapa permaslahan yang dihadapi oleh pihak perusahaan
dalam hubungannya dengan current liabilities, yaitu :
1) Kondisi keterlambatan dalam membayar cicilan bunga kredit kepada pihak
perbankan, leasing dan sejenisnya secara tepat waktu tiap bulannya.
2) Kondisi timbulnya keterlambatan membayar utang dagang yang berakibat pada
turunnya kepercayaan perusahaan di mata mitra bisnis.
3)
Kondisi keterlambatan membayar bunga obligasi sehingga menyebabkan
perusahaan harus melakukan negosiasi dengan pemegang obligasi, sehingga jika ini
terus terlambat memungkinkan pemegang obligasi beralih menjadi menjadi
pemegang saham. Ini dikenal dengan istilah obligasi konversi.
4) Keterlambatan membayar deviden pemegang preferrent stock ( saham istimewa)
secara semesteran, sehingga menyebabkan turunnya kredibilitas perusahaan dimata
publik.
5) Terlambat dalam membayra gaji karyawan secara tepat waktu, misalnya gaji
seharusnya diterima tanggal 29 tiap bulannya namun dibayar tanggal 4 pada bulan
berikutnya. Kondisi ini menyebabkan perusahaan telah mengalami kondisi tandatanda kesulitan keuangan, dan jika ini terus berlanjut bahkan lebih parah dimana
keterlambatan bisa sampai beberapa bulan, maka memungkinkan timbulnya
demonstrasi buruh dan karyawan. Bahkan lebih jauh karyawan dengan bakat
keahlian tinggi akan meninggalkan perusahaan tersebut, dengan alasan perusahaan
tersebut tidak lagi menjamin.
b. Solusi Mengatasi Permasalahan dalam Current Liabilities
Secara umum ada beberapa solusi yang bisa dijadikan bahan rekomendasi oleh pihak
manajer keuangan untuk menghindari timbulnya permasalahan dalam bidang current
liabilities, yaitu :
1) Kewajiban perusahaan untuk selalu mampu membayar angsuran bunga kredit
secara tepat waktu, yaitu menyediakan alokasi dana unutk membayar kredit
tersebut secara sistematis.
2) Kewajiban perusahaan untuk selalu mampu mempertahankan posisi keseimbangan
antara kewajiban yang harus tetap dibayar dan sejumlah dana yang harus dipakai
untuk mengaktifkan operasional perusahaan secara berkelanjutan.
3) Manajer keuangan berkewajiban secara disiplin untuk mengawasi penggunaan
alokasi utang jangka pendek yang hanya dipasok dari sumber dana jangka pendek
saja, artinya pinjaman jangka pendek untuk kebutuhan jangka pendek saja, jangan
memakai dana pinjaman jangka pendek untuk kebutuhan jangka pendek.
4) Manajer perusahaan melakukan pengawasan secara ketat terhadap kewajiban
membayar gaji karyawan, beban listrik, beban telepon, beban PDAM/air minum
secara tepat waktu dan sesuai dengan tanggal jatuh temponya.
2. Non Current Liabilities atau Long-term Liabilities
Non current liabilities atau long-term liabilities (utang jangka panjang) sering disebut
dengan utang tidak lancar. Penyebutan utang tidak lancar karena dana yang dipakai dari
sunber utang ini dipergunakan untuk membiayai kebutuhan yang bersifat jangka panjang.
Alokasi pembiayaan jangka panjang biasanya bersifat tangible asset (aset yang bisa
disentuh), dan memiliki nilai jual tinggi jika suatu saat dijual kembali, karena itu
penggunaan dana utang jangka panjang ini dipakai untuk kebutuhan jangka panjang,
seperti pembangunan pabrik, pembelian tanah, gedung, dan sebagainya.
Adapun yang termasuk dalam kategori utang jangka panjang (long-term liabilities)
adalah :
Utang obligasi
Wesel bayar
Utang perbankan yang kategori jangka panjang.
Bagi suatu perusahaan harus mampu membangun keseimbangan yang sesuai antara
kebutuhan dengan kondisi serta kemampuan perusahaan dalam terutang. Sebab
pengalokasian penggunaan utang haruslah tepat sasaran, jika kebutuhan dana bersifat
jangka panjang maka harus dicari dari sumber dana jangka panjang, namun jika
kebutuhan dana bersifat jangka pendek maka harus dicari dari sumber dana jangka
pendek. Permasalahan yang terjadi pada beberapa perushaan adalah ketika kebutuhan
dana jangka pendek diambil dari sumber dana jangka panjang, dan begitulah pula
sebaliknya. Kondisi seperti ini menjadi wala mulai timbulnya kredit macet.
Berikut posisi utang lancar (current liabilities) di neraca :
Aktiva
Aktiva lancar
PT XYZ
Neraca
Utang
Utang lancar
Aktiva tetap
Utang obligasi
Wesel bayar
Utang jangka panjang lainnya
Modal sendiri
a. Beberapa permasalah umumdalam Non current Liabilities
Ada beberapa permasalahan umum yang timbul dalam bidang non current liabilities atau
long-tern debt (utang jangka panjang) ini, yaitu:
1. Para manajer keuangan melakukan tindakan gegabah yang tidak terencana dengan
mengambil dana jangka panjang untuk membiayai proyek yang tidak memiliki nilai
profitable. Atau membiayai proyek yang tidak memiliki nilai profitable. Atau membiayai
proyek yang tidak memiliki nilai prospek di masa yang akan datang. Sehingga bukan
untung yang diperoleh namun malah kerugian yang akan diterima. Ini timbul karena
perencanaan yang dibuat tidak matang atau mempergunakan perhitungan formula yang
tidak layak(infeasible) namun dipaksakan untuk jadi dilaksanakan.
2. Pihak manajer keuangan memberikan rekomendasi yang bersifat mengejar keuntungan
jangka pendek, namun telah menimbulkan dampak jangka panjang. Misalnya melakukan
penciptaan prooduk yang bersifat trend atau musiman dalam jumlah yang banyak, namun
tidak memikirkan akan muncul pesaing. Sehingga perusahaan mengalami overproduction
dan ada beberapa produk yang tidak terjual sehingga harus dijual murah. Apalagi untuk
menciptakan produk tersebut berasal dari mesin yang diciptakan khusus. Dan dana yang
dipakai untuk membeli mesin serta bahan mentah lainnya adalah bersumber dari
pinjaman jangka panjang.
3. Pada saat perusahaan mengalami himpitan akibat kewajiban untuk membayar utang yang
jatuh tempo dan dana untuk itu belum ada, maka manajer keuangan mempergunakan
alokasi sumber dana jangka panjang untuk membayar utang tersebut. Padahal seharusnya
alokasi dana pinjaman jangka panjang hanya boleh dipakai untuk membelanjai proyek
jangka panjang.
b. Solusi mengatasi permasalahan dalam Non Current Liabilities
Ada beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam bidang non
current liabilities atau long-term debt (utang jangka panjang), yaitu:
1. Menghindari penggunaan jangka panjang untuk kebutuhan jangka pendek. Misalnya
memakai dana hasil penjualan obligasi untuk membayar gaji, membayar listri,telepon,
dan sejenisnya.
2. Menghindari keputusan yang bersifat gegabah dan tidak cermat. Namun mengedepankan
prinsip kehati-hatian (prudential principle) yang tinggi serta dengan konsep manajemen
yang terukur.
3. Menghindari menciptakan produk yang tidak memiliki nilai jual secara jangka panjang,
namun mengedepankan produk yang bersifat realistis.
4. Memahami kondisi mikro dan makro ekonomu secara jangka panjang baik dalam negri
maupun luar negri.
atau buy back. Keputusan untuk membeli kembali saham yang sudah dijual ke pasaran
mengandung berbagai arti bagi suatu perusahaan, antara lain:
1. Perusahaan memiliki kembali saham yang sudah diedarkan dipasaran
2. Perusahaan telah memberi sinyal positif ke pasaran, bahwa memiliki kemampuan
finansial yang cukup,
3. Diharapkan dengan membeli saham, Earning pershare (EPS) diharapkan market price
pershare juga akan mengalami kenaikan.
4. Dengan terjadinya peningkatan Earning pershare (EPS) diharapkan market price pershare
juga akan mengalami kenaikan.
d. Keempat, financial distress kategori D atau rendah. Pada kategori ini perusahaan dianggap
hanya mengalami fluktuasi finansial temporer yang disebabkan oleh berbagai kondisi
eksternal dan internal, termasuk lahirnya dan dilaksanakan keputusan yang kurang begitu
tepat. Dan ini umumnya bersifat jangka pendek, sehingga kondisi ini bisa cepat diatasi, seperti
dengan mengeluarkan financial reserve (cadangan keuangan) yang dimiliki, atau mengambil
dari sumber-sumber dana yang selama ini memang dialokasikan untuk mngatasi persoalanpersoalan seperti itu. Keputusan menyelesaikan financial distress juga bisa dilakukan dengan
menjual obligasi atau menerbitkan saham baru, meminjam keperbankan atau menerbitkan
right issue. Right issue adalah penjualan saham terbatas yang hanya dikhususkan kepada
pemilik saham lama saja, dengan tujuan menghindari masuknya pemilik saham baru.
Ada bentuk-bentuk keuntungan dan kerugian/ kelemahan pada saat suatu perusahaan berusaha
menyelesaikan persoalan financial distress dan memperkuat likuiditasnya dengan menjual
obligasi dan menerbitkan saham baru atau meminjam ke perbankan dan menerbitkan right issue.
Dan setiap keputusandalam memutuskan apakah menjadi obligasi, meminjam ke perbankan, dan
menerbitkan obligasi dalam kondisi financial distress sangat dipengaruhi oleh kekuatan analisis
yang dimiliki oleh manajer keuangan (financial manager) perusahaan. Sehingga wajar disebuah
perusahaan jika manajer keuangan memiliki pengaruh besar dalam menentukan berbagai
keputusan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 8.1: keuntungn dan kerugian bagi perusahaan yang menjual obligasi dan
menerbitkan saham baru.
Obligasi
dan
saham
1.Obligasi
Keuntungan
Kerugian
2. Saham
c.
perusahaan
harus
mempertanggungjawabkan
kinerjanya
kepada publik secara sistematis dan publik
selalu mangamatinya secara komprehensif.
Keuntungan
Tidak harus meminjam ke bank dan kalau
meminjam ke bank maka membutuhkan jaminan
(collateral), maka dengan menerbitkan right
issue tidak perlu.
Tidak ada perhitungan suku bunga seperti pada
pinjaman karena dibayar dalam bentuk dividen
Kerugian
Harus membayar dividen
Pinjaman
perbankan
Dari penjelasan yang ada pada 2 tabel diatas maka menjadi tanggung jawab bagi seorang
manajer keuangan untuk menganalisis serta mengkondisikan dengan realita mikro dan makro
ekonomi yang terjadi saat ini, manakah yang sebaiknya dilaksanakan atau dianggap paling
realistis. Termasuk melihatnya dari segi jangka panjang.
5. Utang dan Nilai Perusahaan
Keputusan berutangdianggap sebagai salah satu solusi umtuk mempercepat aktivitas
produksi dan juga mempertahankan posisi perusahaan untuk terus bisa beroperasi. Namun setiap
manajer keuangan tidak bisa memberikan prediksi kondisi keuangan dalam bentuk stabilitas
mikro dan makro ekonomi bersifat selalu sesuai prediksi. Sering keputusan investasi dengan
dibuat dengan memprediksi jika inflasi, pertumbuhan ekonomi, purchasing power parity,
consumer behavior, pesaing, dan lain sebagainya bersifat stabil.
Utang yang terus tumbuh tanpa pengendalian hanya akan menimbulkan penurunan nilai
perusahaan. Artinya publik akan ragu ketika perusahaan memiliki kondisi utang yang extreme
leverage,, apakah utang itu bisa dilunaskan atau tidak. Dan di saat itu bisa dilunaskan atau tidak.
Dan di saat keyakinan publik menurun maka reaksi negatif dari para pemegang saham akan
terlihat yaitu dalam bentuk pelepasan saham. Untuk lebih jelas dapat kita lihat pada grafik
dibawah ini.
PJL
TA
Dimana:
PA =PERPUTARAN AKTIVA
PJL = PENJUALAN
TA = TOTAL AKTIVA
Untuk total aktiva kita dapat mempergunakan rumus dibawah ini:
TA=FA+CA
Dimana:
TA = Total Asset (Total Aktiva)
FA = Fixed Asset ( Aset Tetap)
CA = Current Asset (Aset Lancar)
Rumus untuk menghitung tingkat keuntunganberdasarkan aktiva dapat kita pergunakan rumus di
bawah ini.
TK BA =
P JL
100
TA
Dimana:
TK BA
Liabilities
Current liabilities
Payable.......................................Rp
196.000.000
Accrued
expense........................Rp
160.000.000
Other
current
liabilities........
.....Rp
184.000.000
Total current liabilities..........
Rp
340.000.000
Non current liabilities
Long tern lease obligation......... Rp
230.000.000
Other
non
current
liabilities.......Rp
330.000.000
Machine
....................................Rp
150.000.000
Total
non
current
assets
........Rp
1.250.000.000
Total
assets
..............................Rp
1.770.000.000
Total
non
current
liabiliti...........Rp
560.000.000
Total
liabilities...........................Rp
900.000.000
Shareholders Equity
Capital
stock..............................Rp
384.000.000
Retained
earnings......................Rp
496.000.000
Total
shareholders
equity......Rp
870.000.000
Total liabilities
dan
shareholders
equity........Rp
1.770.000.000
Lebih jauh diinfokan bahwa dari jumlah tersebut Rp 52.000.000 adalah aktiva likuid. Sehingga
berdasarkan data diatas diminta untuk ,
a. Menghitung perputaran aktiva perusahaan
b. Tingkat keuntungan berdasarkan jumlah aktiva yang dimiliki
Jawaban:
a. Menghitung perputaran aktiva perusahaan
TA = FA + CA
TA = 1.250.000.000 + 520.000
TA = 1.770.000
Selanjutnya dapat menghitung perputaran aktiva perusahaan sebagai berikut:
PA=
2.430 .000.000
1.770 .000.000
PA=1,37
TK BA =
P JL
100
TA
TK BA =
TK BA =137
2. Apabila kondisi penjualan terjadi peningkatan menjadi Rp 3.100.000.000 atau terjadi
penurunan Rp 2.100.000.000,- maka hitunglah perputaran aktiva dan tingkat keuntungan
berdasarkan aktiva pada PT Sepatu Alam Jaya tersebut.
Jawaban :
Pada kondisis terjadi peningkatan sebesar Rp 3.100.000.000,Menghitung perputaran aktiva perusahaan.
TA = FA + CA
TA = 1.250.000.000 + 520.000.000
TA = 1.770.000.000
Selanjutnya dapat dihitung perputaran aktiva perusahaan sebagai berikut,
PA=
2.430 .000.000
1.770 .000.000
PA=1,75 x
Tingkat keuntungan berdasarkan jumlah aktiva yang dimiliki.
TK BA =
P JL
100
TA
TK BA =
TK BA =175
2.100 .000.000
1.770 .000.000
PA=1,18 x
Tingkat keuntungan berdasarkan jumlah aktiva yang dimiliki.
TK BA =
P JL
100
TA
TK BA =
TK BA =188
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa semakin tinggi penjualan maka semakin tinggi tingkat
perputaran dan perolehan tingkat keuntungan berdasarkan jumlah aktiva yang akan dimiliki oleh
perusahaan PT Sepatu Alam Jaya. Sehingga dengan begitu sebaiknya pihak manajer perusahaan
melakukan berbagai terobosan dan memanfaatkan berbagai sumber yang dimiliki, termasuk
mampu mengendalikan utang dengan baik.