Angga Nurvia Putra (123210159)
Angga Nurvia Putra (123210159)
Angga Nurvia Putra (123210159)
OLEH:
ANGGA NURVIA PUTRA
123210159
KELAS A
JURUSAN PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
PAPER 1
PEMANFAATAN ENERGI GEOTHERMAL DAN DAMPAK
PERUBAHAN IKLIM
Berbagai kebijakan mengenai pemanfaatan energi geothermal serta
peraturan dan perundangan pada tingkat pemerintah pusat maupun daerah, seperti
usaha-usaha kajian awal dan kelayakan eksploitasi, serta berbagai perizinan
eksplorasi dan eksploitasi sumber panas bumi, perlu diharmonisasikan antara
pusat dan daerah serta antarsektor di pemerintahan agar dapat membantu
kemajuan pemanfaatan panas bumi untuk kemanfaatan publik baik di daerah
maupun secara nasional, harus di review dan diharmonisasi agar dapat memajukan
pemanfaatan enegri geothermal.
Panas bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air
panas,uap air dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara
genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi. Panas
bumi (geotermal) terbentuk secara alami di bawah permukaan bumi. Sumber
energi tersebut berasal dari pemanasan batuan dan air bersama unsur-unsur lain
yang tersimpan di dalam kerak bumi. Energi panas bumi adalah energi diekstrasi
dari panas yang berasal dari inti bumi. Inti bumi terdiri atas berbagai jenis logam
dan batuan berbentuk cair, yang memiliki suhu sangat tinggi (Maskoeri
Jasin:242).
Dalam rangkapeningkatan kemampuan industri dalam negeri agar dapat
berperan serta dalam pemanfaatan energi panas bumi, pemerintah melalui Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menetapkan salah satu kegiatan
Program Prioritas Nasional Pemerintah di bidang energi yang tercantum di dalam
Peraturan Presiden No 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014, yaitu
pengembangan teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi skala kecil.
BPPT telah mulai mengembangkan PLTP skala kecil dengan menerapkan
teknologi binary cycle yang sangat sesuai untuk didesain dengan sistem modular.
Pengembangan PLTP binary cycle dengan kapasitas maksimum 1 Mw sistem
modular dilakukan melalui tahapan pengembangan prototipe PLTP binary cycle 2
Kw dan pilot plant PLTP binary cycle 100 Kw. Pengembangan PLTP binary cycle
1 Mw sistem modular ini dilakukan melalui kerja sama dengan lembaga riset di
Jerman.
Di
samping
teknologi
binary
cycle,
BPPT saat
ini
sedang
PAPER 2
STUDI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS
BUMI (PLTP) DI JAILOLO UNTUK MEMENUHI
KEBUTUHAN LISTRIK DI MALUKU UTARA
Pada umumnya pembangkit listrik panas bumi berdasarkan jenis fluida kerja
panas bumi yang diperoleh dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Vapor dominated system (sistem dominasi uap)
2. Flushed steam system
3. Binary cycle system (sistem siklus biner)
Proses pembangkitan listrik dimulai dari uap yang diambil dari panas bumi
digunakan untuk memutar turbin. Jika uap tersebut bersuhu diatas 370oC maka
PLTP menggunakan vapor dominated system dimana uap dari panas bumi
langsung digunakan utuk memutar turbin. Jika bersuhu sekitar 170oC-370oC
maka menggunakan flushed steam system dimana uap masih mengandung cairan
dan harus dipisahkan dengan flush separator sebelum memutar turbin. Dalam
binary cycle system uap panas bumi digunakan untuk memanaskan gas dalam heat
exchanger kemudian gas ini yang akan memutar turbin.
Prinsip kerja PLTP sama saja dengan PLTU. Hanya saja uap uyang
digunakan adalah uap panas bumi yang berasal langsung dari perut bumi. Karena
itu, PLTP biasanya dibangun di daerah pegunungan atau dekat gunung berapi,
namun PLTP memerlukan biaya investasi yang besar terutama untuk biaya
eksplorasi dan pengeboran perut bumi.
Setelah adanya PLTP Jailolo ini, pembangkit diesel yang ada di Maluku
utara saat ini akan digunakan sebagai swing generator atau sebagai penambah
daya apabila sewaktu-waktu terjadi lonjakan daya yang signifikan. Karena harga
pembangkitan dari pembangkit diesel jauh lebih mahal daripada pembangkit
panas bumi. Bila kita lihat lagi dari tabel diatas, wilayah Maluku Utara setelah
tahun 2012 memiliki supply daya yang lebih dan mampu mengatasi permintaan
konsumen hingga 2030 karena PLTP jailolo masih memiliki satu unit pembangkit
yang berkapasitas 25 MW. Sebelum PLTP ini masuk interkoneksi untuk mengatasi
kekurangan pasokan maka perlu dilakukan demand side management atau
manajemen sisi beban.
Dalam analisis pengambilan keputusan dilakukan berbagai jalan dengan
metode urutan prioritas dari berbagai pembangkit dengan parameter biaya operasi
rata-rata pembangkit dan prioritas penggunaan energi. Pada prioritas pengambilan
keputusan ini akan dibandingkan antara pem-bangkit yang ada di wilayah Maluku
Utara, karena pembangkit yang ada di Maluku Utara ini adalah pembangkit diesel
dan satu-satunya prioritas pengembangan untuk pembangkitan listrik adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi yang saat ini sudah ditetapkan sebagai
WKP di Maluku Utara. Untuk itu akan dibandingkan kelebihan dan kekurangan
antara pembangunan PLTP jailolo dengan pembangkit yg telah ada di Maluku
Utara. Dari beberapa hasil analisis baik secara teknis maupun ekonomis
menunjukkan keunggulan dari PLTP Jailolo sebagai penyedia sumber daya listrik
di wilayah Maluku Utara.
PAPER 3
GEOTHERMAL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF
Energi geothermal adalah energi yang berasal dari panas bumi. Dahulu,
energi ini kurang diminati, tetapi saat ini energi tersebut telah menjadi sebuah
harapan bagi kebutuhan energi dunia. Hal itu dikarenakan, energi geothermal
merupakan sumber energi yang tidak akan habis dan dapat didaur ulang, serta
dapat menghasilkan energi listrik yang sangat besar.
Sumber geothermal memiliki panas yang berbeda dari satu daerah dengan
daerah lainnya. Akibatnya, untuk mendapatkan dan memanfaatkan panas tersebut
diperlukan metode yang berbeda-beda. Secara garis besar sumber geothermal
memiliki temperatur dari 50 derajat hingga 350 derajat Celsius. Bentuk yang
dihasilkan pun bisa beragam, dari uap hingga cairan. Untuk mendapatkan panas
geothermal dari bumi tersebut, air merupakan salah satu medium yang masih
digunakan hingga saat ini. Pada umumnya, mencari sumber mata air merupakan
hal yang penting untuk dilakukan dalam melakukan eksplorasi.
Sumber geothermal memiliki panas yang berbeda dari satu daerah dengan
daerah lainnya. Akibatnya, untuk mendapatkan dan memanfaatkan panas tersebut
diperlukan metode yang berbeda-beda. Secara garis besar sumber geothermal
memiliki temperatur dari 50 derajat hingga 350 derajat Celsius. Bentuk yang
dihasilkan pun bisa beragam, dari uap hingga cairan. Untuk mendapatkan panas
geothermal dari bumi tersebut, air merupakan salah satu medium yang masih
digunakan hingga saat ini. Pada umumnya, mencari sumber mata air merupakan hal
yang penting untuk dilakukan dalam melakukan eksplorasi.
Dari hal itu, terungkap betapa panas bumi di Indonesia bisa mengalahkan potensi
minyak bumi yang menjadi teramat mahal saat ini. namun, membuka dan
memanfaatkan potensi ini terbukti masih menjadi masalah sulit hingga saat ini,
lantaran tingginya teknologi yang harus dipakai.
Dukungan pemerintah yang konsisten juga sulit didapat oleh industri
geotermal. Penjamin pinjaman, asuransi resiko, insentif kredit juga dibutuhkan
untuk tetap berjalannya suatu proyek geotermal. Permasalahan - permasalahan
itulah yang menyebabkan energy geothermal di Indonesia masih belum
terdayagunakan hingga sekarang.