Keisomeran Geometri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Keisomeran Geometri : Pengubahan Asam Menjadi Asam Fumarat

A. Tujuan

Menentukan titik leleh asam maleat


Menentukan massa asam maleat dan massa asam fumarat yang terbentuk
Menentukan persentase rendemen asam maleat dan asam fumarat
Menentukan spectrum uv-vis dan FTIR dalam methanol

B. Dasar Teori
Dalam ilmu kimia, isomer ialah molekul-molekul dengan rumus kimia yang sama (dan
sering dengan jenis ikatan yang sama) namun memiliki susunan atom yang berbeda. (dapat
diibaratkan sebagai sebuah anagram). Kebanyakan isomer memiliki sifat kimia yang mirip satu
sama lain. Juga terdapat istilah isomer nuklir, yaitu inti-inti atom yang memiliki tingkat eksitasi
yang berbeda. Contoh sederhana dari suatu isomer adalah C3H8O. Terdapat 3 isomer dengan
rumus kimia tersebut, yaitu 2 molekul alkohol dan sebuah molekul eter. Dua molekul alkohol
yaitu 1-propanol (n-propil alkohol, I), dan 2-propanol (isopropil alkohol, II). Pada molekul I,
atom oksigen terikat pada karbon ujung, sedangkan pada molekul II atom oksigen terikat pada
karbon kedua (tengah). Kedua alkohol tersebut memiliki sifat kimia yang mirip. Sedangkan
isomer ketiga, metil etil eter, memiliki perbedaan sifat yang signifikan terhadap dua molekul
sebelumnya. Senyawa ini bukan sebuah alkohol, tetapi sebuah eter, dimana atom oksigen terikat
pada dua atom karbon, bukan satu karbon dan satu hidrogen seperti halnya alkohol. Eter tidak
memiliki gugus hidroksil. (Underwood, 1987)
Isomer geometri adalah isomeri yang disebabkan oleh perbedaan letak atau gugus di dalam
ruang. Isomer geometri sering juga disebut dengan isomer cis-trans. Isomeri ini tidak tidak
reddapat pada kompleks dengan strruktur linear, trigonal planar, atau tetrahedral, tetapi umum
terdapat pada kompleks planar segiempat dan oktahedral. Kompleks yang mempunyai isomer
hanya kompleks-komplek yang bereaksi sangat lambat dan kompleks yang inert. Ini disebabkan
Karen kompleks-kompleks yang bereaksi sangat cepat atau kompleks-kompleks yang labil,
sering bereaksi lebih lanjut membentuk isomer yang stabil (Syabatini, 2009)
Isomer geometri adalah isomer yang disebabkan oleh perbedaan letak atau gugus
ruangan. Isomer geometri sering juga disebut dengan isomer cis-trans. Isomer ini tidak terdapat
pada kompleks dengan struktur linier, trigonal planar atau tetrahedral, tetapi umumnya terdapat
pada kompleks planar segiempat dan octahedral. Kompleks yang mempunyai isomer hanya
kompleks-kompleks yang bereaksi sangat lambat dan kompleks inert. Ini disebabkan karena
komplek-kompleks yang bereaksi sangat cepat atau kompleks-kompleks yang labil, sering
bereaksi lebih lanjut membentuk isomer yang stabil. Pada beberapa senyawa kompleks

koordinasi, ikatan kovalen menimbulkan kemungkinan terbentuknya senyawa-senyawa isomer,


karena ligan terikat dalam ruangan sekitar ion logam pusat. Yang dimaksud dengan senyawa
isomer adalah molekul-molekul atau ion-ion yang mempunyai susunan atom yang sama sehingga
bangun dan sifat-sifatnya berbeda. Ada dua keisomeran yang lazim dijumpai pada senyawa
kompleks koordinasi yaitu keisomeran cis-trans dan keisomeran optic.
(Tim kimia anorganik I, 2014)
Dua gugus yang terletak pada satu sisi ikatan pi disebut cis (latin,
pada sisi yang sama). Gugus -gugus yang terletak pada sisi yang berlawanan disebut trans
(latin, bersebrangan). Perhatikan bagaimana kata cis dan trans ini digabungkan ke dalam nama.
Cl Cl Cl H C=C C=C H H H Cl Cis-1,2-dikloroetana trans-1,2-dikloroetena t.d. 60oC t.d. 48oC
Sifat-sifat fisik (seperti titik didih) cis- dan trans-1,2-dikloroetena berbeda; memang
mereka senyawa yang berlainan. Tetapi kedua senyawa ini bukanlah isomer-isomer struktur
karena urutan ikatan atom-atom dan lokasi ikatan rangkapnya sama. Pasangan isomer ini
termasuk dalam kategori umum stereoisomer; senyawa berlainan mempunyai struktur yang
sama, berbeda hanya dalam penataan atom-atom dalam ruangan. Lebih lanjut pasangan isomer
ini termasuk dalam kategori yang lebih spesifik : isomer geometri (juga disebut isomer cistrans) ; stereoisomer-stereoisomer yang berbea karena gugus-gugus berada pada satu sisi atau
pada sisi-sisi yang berlawanan terhadap letak ketegaran molekul.
(Fessenden, 1997)
Keisomeran cis-trans terjadi pada beberpa senyawa kompleks yang mempunyai bilangan
koordinasi 4, 5, dan 6. Tetapi untuk bilangan koordinasi 4, keisomeran hanya terjadi pada bangun
bersisi empat ligan-ligan sama jaraknya ke logam pusat. Misalnya, senyawa kompleks platina
(II), [Pb(NH3)2Cl2], mempunyai dua senyawa isomer yang berbeda kelarutan, warna dan sifatsifat lainnya. Kompleks kobalt (III) etilendiamin, [Co(en) 2Br2]Br. Senyawa kompleks ini
merupakan/mempunyai dua isomer, yaitu dextro (d) dan levo (l)
(Rivai, 1994)
Werner mengemukakan bahwa jika kompleks logam koordinat empat tipe [MA2B2]
memiliki isomer geometri, misalnya isomer cis dan trans, maka dapat disimpulkan bahwa
kompleks itu bujur sangkar. Kompleks ini tidak mungkin berbentuk tetrahedral karena bentuk
tetrahedral tidak memiliki isomer geometri. (Ramlawati, 2005)
Tipe isomer ruang dimana 2 senyawa berbeda dalam hal kedudukan relatif 2 gugus terikat
disekitar ikatan rangkapnya. Sebagai contoh adalah asam fumarat dan asam maleat. Pada asam
fumarat, kedua gugusnya yaitu gugus COOH dan gugus H terletak pada sisi ikatan rangkap
yang sama (disebut bentuk cis) sementara pada asam maleat kedua gugus tersebut terletak pada

sisi ikatan rangkap yang berlawanan (disebut bentuk trans). Isomer geometris disebut juga
isomer Cis-trans. Contoh lainnya adalah senyawa 1,2-dikloroetena.
(Mulyono, 2005)
Refluks adalah aliran berbalik kembali; misalnya pada pendidihan zat cair dalam labu
dengan menggunakan uap dan meneteskan embun kembali kedalam labu. Dimana refluks ini
merupakan proses pencampuran senyawa dengan prinsip tidak ada senyawa yang hilang.
(Pudjaatmaka, 1993)
Refluks merupakan prosedur mudah untuk reaksi dalam fasa cair. Pada metode ini,
prinsipnya adalah pemanasan dalam labu yang didalamnya terdapat campuran suatu bahan.
Refluks dilakukan dengan memanaskan larutan dan pengembunan uapnya, sehingga hasil
pengembunan tersebut kembali ke labu reaksi. Refluks dapat dikatakan juga sebagai proses
pemanasan dengan tidak ada senyawa yang hilang. (Wilcox, 1995)
Reaksi eliminasi adalah reaksi dimana terjadi pelepasan gugus-gugus tertentu dari sutu
senyawa. Raksi ini terjadi pada senyawa-senyawa yang jenuh. Produk organik suatu reaksi
eliminasi suatu alkil halida adalah suatu alkena.Jenis-jenis reaksi eliminasi :
a. Reaksi eliminasi I (E1)Suatu karbokation adalah suatu zat antara yang tidak stabil dan
berenergi tinggi. Salah satu cara karbokation mencapai produk yng stabil adalah dengan
bereaksi dengan sebuah nukleofil, namun terdapat suatu alternatif, yaitu karbokation itu
dapat memberikan sebuah proton kepada suatu basa dalam suatu reaksi eliminasi, dalam hal
ini reaksi E1 menjadi sebuah alkena.
b. Reaksi Eliminasi II (E2)
Reaksi E2 berjalan tidak lewat suatu karbokation sebagai zat antara melainkan berupa reaksi
serempak, yakni terjadi pada suatu tahap.
Vant Hoff menjelaskan keisomeran asam fumarat dan maleat karena batasan rotasi di
ikatan ganda, suatu penjelasan yang berbeda dengan untuk keisomeran optik. Isomer jenis ini
disebut dengan isomer geometri. Dalam bentuk trans subtituennya (dalam kasus asam fumarat
dan maleat, gugus karboksil) terletak di sisi yang berbeda dari ikatan rangkap, sementara dalam
isomer cis-nya subtituennya terletak di sisi yang sama.
Dari dua isomer yang diisoasi, Vant Hoff menamai isomer yang mudah melepaskan air
menjadi anhidrida maleat isomer cis sebab dalam isomer cis kedua gugus karboksi dekat satu
sama lain. Dengan pemanasan sampai 300 C, asam fuarat berubah menjadi anhidrida maleat.
Hal ini cukup logis karena prosesnya harus melibatkan isomerisasi cis-trans yang merupakan
proses dengan galangan energi yang cukup tinggi. Karena beberapa pasangan isomer geometri
telah diketahui, teori isomer geometri memberikan dukunagn yang baik bagi teori struktural
Vant Hoff.
Asam maleat atau Asam (Z)-butenadioat atau asam toksilat adalah senyawa organik yang
merupakan asam dikarboksilat. Molekul ini terdiri dari gugus etilena yang berikatan dengan dua

gugus asam karboksilat. Asam maleat adalah isomer cis dari asam butenadioat, sedangkan asam
fumarat merupakan isomer transnya. Isomer cis kurang stabil; perbedaan kalor pembakarannya
adalah 22,7 kJ/mol. Sifat-sifat asam maleat sangatlah berbeda dengan asam fumarat. Asam
maleat larut dalam air, sedangkan asam fumarat tidak; titik lebur asam maleat adalah (130-139
C), juga lebih rendah dari titik lebur asam fumara (287 C).
Asam

fumarat

merupakan

senyawa

kimia

yang

memiliki

rumus

kimia

HO2CCH=CHCO2H. Ia adalah senyawa kristal dan merupakan isomer asam dikarboksilat


takjenuh asam maleat. Ia memiliki rasa seperti buah-buahan. Garam dan ester asam fumarat
dikenal sebagai fumarat.Ketika ditambahkan ke produk makanan sebagai aditif, ia ditandai
dengan nomor E E297.
Sifat-sifat kimia asam fumarat dapat terlihat dari gugus fungsinya. Asam lemah ini dapat
membentuk diester, mengalami adisi di ikatan gandanya, dan merupakan dienofil yang baik.
Digunakan sebagai rasa asam, asam fumarat memiliki fungsi bakteriostatik dan antiseptik. Hal
ini juga dapat digunakan sebagai pengatur keasaman, acidifier, resistensi tambahan,
Enduramiento akselerator dan bumbu termal-oksidatif. Digunakan sebagai zat asam agen
effervescent, dapat menghasilkan gelembung besar dan indah. Asam fumarat dapat
digunakanseperti farmasi menengah dan optik pemutihan agen. Dalam industri farmasi,
digunakan untuk menghasilkan natrium dimercaptosuccinic fumarat besi cegah. Asam
fumaratjuga digunakan dalam pembuatan resin poliester tak jenuh.

C. Cara Kerja
20 mL aqades dididihkan di dalam labu erlenmeyer . Kemudian ditambahkan 15 g
anhidrida maleat. Setelah larutan menjadi jernih, labu erlenmeyer yang berisi campuran aquades
dan anhidrida maleat didinginkan di bawah pancaran air kran sampai sejumlah maksimum asam
maleat mengkristal dari larutan. Larutan disaring dengan kertas saring. Kristal asam maleat yang
terbentuk dikeringkan dan ditimbang. Setelah kristal kering, ditentukan titik leleh serta bentuk
kristal dari asam maleat. Filtrat yang tadi mengandung banyak asam maleat dipindahkan ke
dalam labu bundar, kemudian ditambahkan 15 ml HCl pekat, 3 buah batu didih dan kemudian
dipanaskan atau direfluks perlahan selama 10 menit. Setelah asam fumarat mengendap dalam
larutan panas, kristal asam fumarat yang terbentuk didinginkan & dikeringkan pada suhu kamar
kemudian ditimbang. Tentukan Spektrum FTIR dan UV.VIS baik maleat dan fumarate.

E. Pembahasan
Pada percobaan keisomeran geometri dilakukan pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat.
Mula-mula dilakukan pembuatan asam maleat terlebih dahulu dengan menggunakan 15 g anhidrida

maleat yang ditambahkan dengan 20 ml aquades yang telah dididihkan. Proses pendidihan aquades
berfungsi agar anhidrida maleat dapat cepat larut. Ketika penambahan anhidrida maleat ke dalam air
mendidih dalam erlenmeyer dilakukan dengan cepat sehingga air yang mendidih tadi tidak banyak
menguap. Penggunaan aquades berfungsi sebagai pelarut sehingga mempermudah terjadi pembukaan
ikatan pada senyawa siklik dari anhidrida maleat dan terbentuknya karbokation.

Pada percobaan ini digunakan anhidrida maleat bukan asam maleat langsung, karena
anhidrida maleat lebuh stabil daripada asam maleat. Hal itu disebabkan anhidrida maleat
mempunyai kebebasan untuk bergerak daripada asam maleat yang lebih kaku karena adanya
ikatan phi.
Setelah penambahan anhidrida maleat pada air mendidih, larutan tersebut tetap dididihkan sampai
larutannya tidak berwarna sambil diaduk. Larutan tidak berwarna menandakan bahwa anhidrida maleat
larut semua dalam air dan pengadukan dilakukan untuk mempercepat pelarutan anhidrida maleat.

Penagadukan menyebabkan pergerakkan partikel menjadi cepat sehingga mempercepat


tumbukan antar partikel sehingga mempercepat reaksi yang dibantu dengan kenaikkan
temperatur yang dapat menurunkan energi aktivasi. Dengan turunnya energi aktivasi
menyebabkan energi aktivasi dapat terlampaui sehingga reaksi dapat terjadi. Larutan yang
diperoleh berwarna bening.
Kemudian erlenmeyer yang berisi larutan tersebut didinginkan di dalam air agar terbentuk kristal.
Pembentukan kristal pada proses ini harus terbentuk sebagian, artinya sebagian larutan terbentuk kristal
dan sebagian lagi masih dalam keadaan cair (filtrat). Kristal yang terbentuk disaring dengan
menggunakan kertas saring agar kristal dan filtratnya terpisah. Setelah kristal yang tersaring kering,
kristal tersebut ditimbang dan diperoleh 13,84 g untuk kristal asam maleat, sehingga menghasilkan %
rendemen asam maleat sebesar 92,3%. Nilai rendemen tersebut dapat dikatakan cukup tinggi, hal

inu menunjukan bahwa tingkat efisiensi proses yang dilakukann cukup besar. Hal ini dapat
dilihat dari hasil kristal asam maleat yang terbentuk sebear 13,84 gram.
Kristal asam maleat yang terbentuk kemudian ditentukan titik lelehnya. Titik leleh yang
didapatkan adalah 107C. Hal ini tidak sesuai dengan titik leleh asam maleat secara literatur yang leleh
pada suhu 130C. Hal ini terjadi karena kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurang
padatnya penyimpanan kristal pada pipa kapiler sehingga kristal mudah keluar dari pipa. Kurangnya
ketelitian praktikan.

Filtrat yang diperoleh sebelumnya ditambahkan dengan 15 mL HCl pekat. Proses ini
merupakan proses perubahan asam maleat menjadi asam fumarat. Penambahan HCl berfungsi
sebagai katalis yang digunakan untuk memprotonasi salah satu gugus karbonil sehingga ikatan
rangkap pada atom karbon dapat beresonansi dan terjadi rotasi pada ikatan tunggal, selanjutnya
ikatan rangkap beresonansi kembali. Ion H+ dihasilkan lagi dari reaksi pada tahap keempat.

Kemudian larutan direfluks dan erlenmeyer yang berisi filtrat. Fungsi refluks adalah untuk
membantu proses pemanasan pada asam fumarat, sehingga panas yang dihasilkan dapat
berlangsung secara kontinu dan merata. Proses pemanasan dihentikan apabila kristal terbentuk
semua dan sempurna dan tidak ada lagi larutan di dalamnya. Proses ini memakan waktu 10
menit. Kemudian kristal dikeringkan dan ditimbang. Maka diperoleh berat asam fumarat sebesar
4,9 g dan berat sisa 1,16 g sehingga diperoleh % rendemen asam fumarat sebesar 422,4%.
Besarnya rendemen asam fumarat yang melebihi 100% ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
saat penimbangan kristal yang terbentuk masih dalam keadaan basah, kemudian adanya zat pengotor yang
masuk dalam kristal.

F. Kesimpulan
Dari percobaan kali ini dapat diketahui :
Titik leleh asam maleat 107C
Massa asam maleat 13,84 dan massa asam fumarate 4,9 gr
% rendemen asam maleat 92,3 % dan % rendemen asam fumarate 422,2 %
Hasil penentuan spectrum UV-Vis dan FTIR terdapat di lampiran

G. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai