Bab I-V
Bab I-V
Bab I-V
PENDAHULUAN
Provinsi
1
2
3
4
5
Bangka Belitung
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Jawa Barat
Gorontalo
Jumlah
Penduduk
Hipertensi
1.380.762
29,4
3.913.908
29,6
4.115.741
30,2
46.300.543
30,9
1.134.498
29,4
Absolut
Hipertensi
426.655 Jiwa
1.205.483 Jiwa
1.218.259 Jiwa
13.612.359 Jiwa
33.524 Jiwa
Data dari puskesmas Sukaluyu dari bulan Januari sampai dengan Mei
2016 bahwa penderita hipertensi yang berobat ke puskesmas Sukaluyu
sebanyak 60 orang pada lansia dan 40 orang pada dewasa dengan total
penderita hipertensi yang berobat ke puskesmas Sukaluyu sebanyak 100
orang (Sumber : Rekapan BP Puskesmas Sukaluyu).
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
berstruktur lanjut usia karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun
keatas sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk lanjut
usianya sebanyak 7 % adalah pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah
penduduk lansia antara lain disebabkan tingkat sosial ekonomi masyarakat
yang meningkat. (Azizah, 2011)
Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Sedangkan menurut
Widuri H, 2010 mengatakan semakin tua seseorang, cenderung semakin
berkurang daya tahan fisik dan daya fikir mereka, oleh karena itu kesehatan
lansia sangat penting untuk lebih diperhatikan. Kurangnya perhatian
terhadap kelompok lanjut usia, dapat menimbulkan permasalahan yang
kompleks terhadap lansia tersebut, mengingat bahwa kesehatan merupakan
aspek sangat penting yang perlu diperhatikan pada kehidupan lanjut usia.
Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan
tetap dipelihara dan ditingkatkan agar dapat hidup secara produktif sesuai
dengan kemampuannya.
Berbagai perubahan fisiologis akibat proses penuaan akan dialami
oleh lansia yang diantaranya adalah penurunan kemampuan jantung yang
dapat memicu terjadinya hipertensi. Bertambahnya usia membuat kesehatan
menurun sedikit demi sedikit. Kadar kolesterol total akan meningkat secara
bertahap seiring dengan bertambahnya usia. Berdasarkan JNC VII pada
lansia dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan
diastolik > 100 mmHg. (Kowalski, 2007 dalam jurnal Muh. Syaifuddin,
2013).
diseduh atau dibuat ekstrak diyakini sangat bermanfaat. Daun alpukat ini
secara empiris dipercayai sebagai diuretik yaitu menambah volume urin
yang dihasilkan saat urinasi untuk mengurangi tekanan darah. Kandungan
kimia daun alpukat diantaranya saponin, tanin, phlobatanin, flavanoid,
alkaloid, dan polisakarida. Flavonoid pada daun alpukat memiliki fungsi
menurunkan tekanan darah (Anna Lusia Kus, 2011).
Mekanisme kerja dari flavonoid untuk melancarkan peredaran darah
dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, sehingga
darah dapat mengalir dengan normal. Flavonoid juga mengurangi
kandungan kolesterol serta mengurangi penimbunan lemak pada dinding
pembuluh darah. Cara kerja daun alpukat dengan mengeluarkan sejumlah
cairan dan elektrolit maupun zat-zat yang bersifat toksik. Dengan
berkurangnya jumlah air dan garam di dalam tubuh maka pembuluh darah
akan longgar sehingga tekanan darah perlahan-lahan mengalami penurunan
(Anna Lusia Kus, 2011).
Penggunaan ekstrak daun alpukat untuk hipertensi dengan cara
direbus. Daun alpukat yang diperlukan untuk membuat rebusan sebanyak 5
lembar, direbus dengan 3 gelas air hingga tinggal 2 gelas. Rebusan atau
ekstrak daun alpukat dikonsumsi dua kali sehari (pagi dan sore hari)
sebanyak 1 gelas rebusan sekali minum. Rebusan daun alpukat dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi kurang lebih dalam
waktu 1 minggu (Lianti R, 2014).
Penelitian Sri Margowati dalam jurnalnya menguji efektivitas rebusan
daun alpukat dengan rebusan dan salam dalam penurunan tekanan darah
pada lansia hipertensi. Menggunakan desain Pre-post-test two group,
dengan rancangan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah
intervensi pemberian rebusan. Perbandingan efektivitas intervensi melalui
rerata hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian
ekstrak selama satu minggu. Pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling dengan menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi.
Koreksi besar sampel dengan cara memperbesar taksiran ukuran
sampel sebesar 10% dari hasil sampel awal. Jumlah sampel didapatkan
alpukat dengan mayoritas rerata tekanan darah sistol hari ke-5 sebesar
151,56 160 artinya normal.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, disarankan Institusi layanan
kesehatan hendaknya memasukkan materi terapi non farmakologi atau terapi
herbal khususnya pemanfaatan daun salam sebagai antihipertensi sebagai
tindakan mandiri perawatan untuk menurunkan tekanan darah dan
mengaplikasikan pada komunitas untuk mengatasi pemasalahan hipertensi.
Pemanfaatan herbal untuk pemeliharaan kesehatan dan gangguan
penyakit hingga saat ini sangat dibutuhkan dan perlu dikembangkan,
terutama dengan melonjaknya biaya pengobatan. Dengan maraknya gerakan
kembali ke alam (back to nature), kecenderungan penggunaan bahan obat
alam/herbal di dunia semakin meningkat. Gerakan tersebut dilatarbelakangi
perubahan lingkungan, pola hidup manusia, dan perkembangan pola
penyakit.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis berkeinginan untuk
merawat
serta
menerapkan
asuhan
keperawatan
dengan
judul
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Konsep Dasar Lansia (Lanjut Usia)
1 Pengertian Lansia
Menurut Udang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Dalam Bab 1
pasal 1 ayat 2 dijelaskan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas (Azizah, 2011:1). Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) merumuskan batasan lanjut usia adalah usia pertengahan
(middle age) yaitu antara usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu
antara usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu antara usia 75-90
tahun, usia sangat tua (very old) yaitu diatas usia 90 tahun.
Menurut Stanley and Beare (2007): Azizah,
(2011:1),
10
dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga. Kriteria
simbolik seseorag dianggap tua ketika ia berfungsi sebagai kepala dari
garis keturunan keluarganya.
Stanley and Beare (2007): Azizah, (2011:1), menganalia kriteria
lanjut usia dari 57 negara didunia dan menemukan bahwa kriteria lansia
yang paling umum adalah gabungan antara usia kronoligis dengan
perubahan dalam peran sosial dan diikuti oleh perubahan status
fungsional seseorang.
Dr. Koesmanto
Setyonegoro,
lanjut
usia
11
pensiun.
Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman dan
kadang anaknya. Kehilangan ini sulit diselesaikan, apalgi bagi
lanjut usia yang menggantungkan hidupnya dari seseorang yang
meninggalkannya dan sangat berarti bagi dirinya. Dengan
membantu lansia melalui proses berduka, dapat membantu mereka
Misalnya,
12
memberikan otonomi.
Tipe kepribadian ketergantungan (dependent personality)
Tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila
kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak
bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan
yang ditinggalkan akan menjadi sedih yang mendalam. Tipe ini
13
dengan
diperhitungkan
kehidupannya,
sehingga
banyak
menyebabkan
keinginan
kondisi
yang
baik
ekonominya
masa pensiun.
Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality)
Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya
sendiri dan sulit dibantu oranglain atau cenderung membuat susah
dirinya. Selalu menyalahkan diri, tidak memiliki ambisi dan merasa
korban dari keadaan.
menua)
adalah
suatu
proses
14
psikologis
maupun
sosial,
yang
selanjutnya
dapat
15
dengan
konektif.
Sitem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal,
kemampuan mencerna makanan serta penyerapan mulai
lamban dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus menurun
meningkat.
8 Menurunnya elastisitas dan fleksibilitas persendian.
Perubahan Mental
Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang
semakin egosentrik, mudah curiga dan bertambah pelit atau tamak
bila memiliki sesuatu. Lansia mengharapkan tetap diberi peranan
dalam masyarakat. Sikap umum yang ditemukan pada hampir
setiap lansia yaitu keinginan untuk berumur panjang. Jika
meninggal pun, mereka ingin meninggal secara terhomat dan
masuk surga. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu
perubahan fisik, kesehatan umun, tingkat pendidikan, keturunan
16
N
O
1
Kemampuan Kognitif
Pemecahan Masalah
Perubahan
Terjadi penurunan sampai akhir
usia 60-an
Banyak
perubahan
ditanggunglangi
Memori
Sensori
Memori pendek
Memori panjang
Memori jangka
panjang kemampuan
dapat
dengan
psikomotor
usia 50-an
Tdak mampu diubah dengan
Proses Informasi
intervensi
Penurunan dimulai pada awal
usia 50-an
Tidak mampu diubah dengan
17
4
5
Kemampuan Verbal
Alasan Abstrak
intervensi
Menurun sebelum usia 80 tahun
Mungkin terjadi penurunan
Perubahan Spiritual
Menurut Azizah (2011:16), agama atau kepercayaan lansia
makin berintegrasi dalam kehidupannya. Lansia makin teratur
dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini dapat dilihat dalam
berfikir dan bertindak sehari-hari. Spiritualitas pada lansia bersifat
universal, intrinsik dan merupakan proses individual yang
berkembang sepanjang rentang kehidupan. Karena aliran siklus
kehilangan terdapat pada kehidupan lansia, keseimbangan hidup
tersebut dipertahankan sebagian oleh efek positif harapan dari
kehilangan
tersebut.
Lansia
yang
telah
mempelajari
cara
18
Hipertensi
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan
meningkatnya umurdan tekanan darah meninggi. Hipertensi
menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan dan
menjadi faktor utama stroke, payah jantung dan penyakit jantung
koroner. Lebih dari separuh kematiian diatas usia 60 tahun
disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi
pada usia lanjut dibedakan atas :
1 Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari
140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar
2
dari 90 mmHg.
Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih
besar dari 160 mmHg dan tekana diastolik lebih rendah dari 90
mmHg.
Penyakit Jantung Koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah
menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri
19
B Konsep Hipertensi
1 Pengertian Hipertensi
Tekanan darah adalah jumlah tekanan yang digunakan dalam
aliran darah saat melewati arteri. Ketika berkontraksi, ventrikel kiri
pada jantung mendorong darah keluar dari arteri. Lapisan otot arteri
melawan tekanan, darah didorong keluar menuju pembuluh yang lebih
kecil. Tekanan darah adalah tekanan gabungan dari pemompaan oleh
jantung, perlawanan dinding arteri dan penutupan katup jantung
(Carlson Wade, 2016:21).
Setiap orang memerlukan tekanan darah untuk menggerakan
darah melewati sistem sirkulasi. Tekanan akan naik dan turun dengan
rentang sempit. Namun, ketika tekanan naik dan tidak kembali turun,
kondisi tersebut dikenal sebagai tekanan darah tinggi. Pembacaan
tekanan sistolik 150 dan tekanan diastolik 95 (atau 150/95) umumnya
menandakan tekanan darah tinggi. Pembacaan normal sekitar 120/80,
20
Etiologi Hipertensi
Banyak faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Namun,
faktor yang sering menjadi penyebab, penyakit ini adalah aterosklerosis
(penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas
pembuluh darah), keturunan, meningkatnya jumlah darah yang di
pompa ke jantung, penyakit ginjal, kelenjar adrenal, dan sistem saraf
simpatis. Kelebihan berat badan, tekanan psikilogis, stres dn
ketegangan yang dialami ibu hamil juga bisa memicu hipertensi
(Sufrida Yulianti dan Maloedyn S, 2006:14). Faktor-faktor penyebab
hipertensi diantaranya :
a Usia yang semakin tua
Semakin tua seseorang pengaturan zat kapur terganggu, sehingga
banyak zat kapur yang beredar bersama darah. Banyaknya kalsium
dalam darah (hipercalemia) menyebakan darah menjadi lebih
banyak, sehingga tekan darah menjadi meningkat. Endapan
21
Makan berlebihan
Jumlah total lemak yang diperlukan tubuh maksimum 150mg/dl,
kandungan lemak baik (jenuh) optimum 45mg /dl dan kandungan
lemak jahat (lemak tak jenuh) maksimum 130mg/dl. Makan
berlebihan dapat meyebabkan kegemukan (obesitas). Kegemukan
lebih cepat terjadi dengan pola hidup pasif. Jika makanan yang
dimakan banyak mengandung lemak jahat (lemak tak jenuh) dapat
menyebabkan penimbunan lemak sepanjang pembuluh darah.
Penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan aliran darah
22
meningkat.
Lain-lain
Hipertensi disebabkan pula karena kebiasaan minum kafein,
menggunakan kontrasepsi oral karena akan memasuki sistem
peredaran darah, jika tekanan darah dalam rentang yang tidak
stabil, maka tidak di anjurkan memakai kontrasepsi oral di
khawatirkan tekanan darah akan meningkat, dan pola hidup pasif.
23
Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah di dalam saluran arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara, yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut, karena-nya darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan. Ini lah yang biasa terjadi pada usia
24
juga
bisa
meningkatkan
tekanan
darah
dengan
Klasifikasi Hipertensi
Menurut Sufrida Yulianti & Maloedyn S (2006:16) Identifikasi
bahwa seseorang terserang hipertensi sangat penting. Banyak orang
yang tidak menyadari dirinya menderita hipertensi sehingga tiba-tiba
menderita stroke atau serangan jantung. Itu sebabnya hipertensi sering
disebut dengan the silent killer (pembunuh diam-diam).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu :
a Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu
genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin.
Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor
yang meningkatkan resiko adalah obesitas, merokok, alkohol dan
b
polisitemia.
Hipertensi sekunder
Hipertensi yang dianggap ada penyebabnya disebut dengan
hipertensi
sekunder.
Hipertensi
sekunder
diakibatkan
oleh
25
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekana diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
26
No
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
<120
120-129
130-139
140-159
<80
80-84
85-89
90-99
1
2
3
4
Kategori
Optimal
Normal
High Normal
Hipertensi Grade 1
(ringan)
Hipertensi Grade 2
160-179
100-109
(sedang)
Hipertensi Grade 3
180-209
110-119
(berat)
Hipertensi Grade 4
>210
>120
8
9
(sangat berat)
Hipertensi sistolik
Hipertensi diastolik
>140
140-160
<90
>90
Sumber:http://infodatin-hipertensi.pdf
Pada umumnya orang berusia diatas 55 tahun akan menderita
isolate systolic hypertension atau hipertensi sitolik terisolasi. Namun,
yang terjadi pada orang yang lebih muda, dapat diramalkan pada hari
tua akan menderita hipertensi diastolik. Hipertensi yang hebat atau tidak
terkontrol bisa menyebabkan sakit kepala, gangguan penglihatan, mual
dan muntah (Bangun, 2008)
6
yaitu
seperti
kerusakan
ginjal,
gangguan
endokrin,
27
pada
keluarga
tertentu
akan
riwayat hipertensi.
Umur
Insiden hipertensi meningkat seiring dengan pertumbuhan
usia. Individu yang berumur diatas 60 tahun, 50-60%
mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan
140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang
28
arteri
sehingga
arteri
lebih
rentan
terhadap
darah
sementara.
Selain
itu,
juga
dapat
29
Komplikasi Hipertensi
Hipertensi menempatkan jantung dan arteri dibawah ketegangan
abnormal. Tekanan berlebihan secara tetap menimpa organ tubuh yang
mendapat mekanan dari pasokan darah. Hasilnya, pembuluh darah
diotak bisa pecah dan menyebabkan stroke. Atau kemampuan ginjal
untuk menyaring sampah menjadi terganggu. Jantung, yang harus
bekerja lebih keras untuk memompa darah untuk mengimbangi
peningkatan tekanan dalam arteri, mulai menegang. Apabila kondisi ini
diabaikan, tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan dalam
tubuh yang tidak bisa diperbaiki. Beberapa komplikasi yang sering
terjadi pada hipertensi menurut Carlson Wade (2016:23) :
a Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
b
menebal.
Kolesterol tinggi, kadar kolesterol sejenis lemak dalam darah yang
tinggi akan meningkatkan pembentukan plak dalam arteri.
Akibatnya, arteri menyempit dan sulit mengembang. Perubahan ini
dan
jaringan
tubuh
sehingga
terjadi
aterosklerosis
tekanan darah.
Gagal jantung, kerusakan atau kelemahan otot mungkin disebabkan
serangan jantung karena jantung herus bekerja lebih berat untuk
memompa darah. Hipertensi yang tidak terkendali menuntut
jantung yang lemah bekerja lebih keras dan menyulitkan
pengobatan kedua penyakit tersebut.
30
ginjal.
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi akibat tekanan yang sangat
tinggi. Pada kelainan ini menyebabkan peningkatan kapiler
mendorong cairan kedalam ruang interstisium diseluruh susunan
saraf pusat.
Penanganan Hipertensi
Dalam jurnal Heny (2015) mengatakan bahwa upaya penanganan
hipertensi pada dasarnya dapat dilakukan melalui pengendalian faktor
resiko dan terapi farmakologi serta terapi non-farmakologi.
a Pengendalian Faktor Resiko
1 Mengatasi obesitas/menurunkan berat badan
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan
tetapi
31
merokok.
Terapi Farmakologi
Penatalaksaan
efektif
untuk
penyakit
memberhentikan
hipertensi
kebiasaan
bertujuan
untuk
menghilangkan
32
dicapai
dengan
Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan
tubuh (lewat kencing), sehingga volume cairan tubuh
berkurang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih
ringan dan berefek turunya tekanan darah. Digunakan sebagai
obat pilihan pertama pada hipertensi tanpa adanya penyakit
lainnya.
Penghambat Simpatis
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktifitas saraf
simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktifitas).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan penghambat
simpatetik adalah metildopa. Klonodin dan reserpin. Efek
sampig yang dijumpai adalah anemia hemolitik (kekurangan
sel darah merah karena pecahya sel darah merah), gangguan
fungsi hati dan kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit
adalah
metoprolol,
pronolol,
atenolol
dan
turun
menjadi
sangat
rendah
sehingga
dapat
33
Antagonis kalsium
Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung
dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas).
Yang termasuk golongan obat ini adalah nifedipin, diltizem
dan verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah
Promosi
kesehatan
diharapkan
dapat
memelihara,
34
manajemen
disemua
organisasi
kasus
tingkat
profesi,
dan
penanganan
pelayanan
pengelola
dengan
program
dan
hipertensi.
Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan
yang lebih buruk dengan melakukan krontrol teratur dan
fisioterapi. Komplikasi serangan hipertensi yang fatal dapat
diturunkan dengan mengembangkan manajemen rehabilitasi
kasus kronis dengan melibatkan unsur organisasi profesi,
pengelola program dan pelaksana pelayanan di berbagai
tingkatan.
Terapi Non-Farmakologi
Penggunaan herbal dan bahan alami sudah banyak dilakukan
oleh masnyarakat dunia untuk mengontrol dan mengobati penyakit.
Begitu pula dengan hipertensi, banyak tanaman obat atau herbal
yang berpotensi dimanfaatkan sebagai obat anti hipertensi.
Beberapa tanaman baik secara tradisional ataupun yang telah
didukung dengan pembuktian secara preklinis (pengujian terhadap
hewan coba) maupun secara klinis (pengujian terhadap manusia)
dapat mengontrol atau mengendalikan tekanan darah (Heny, 2015).
Mekanisme secara umum tanamam obat dalam mengontrol
tekanan darah, antara lain memberikan efek dilatasi pada pembuluh
35
36
37
Penemuan kedokteran modern juga mendukung penggunaan obatobatan tradisional (Hariana, 2008).
Tanaman obat atau biofarmaka didefinisikan sebagai jenis tanaman
yang sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut
digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat-obatan. Eksudat
tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau
dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman
dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya (Herdiani, 2012).
2
ditempel,
untuk
mencuci/mandi,
dihirup
sehingga
senyawa
kimia
atau
dibuktikan
melalui
38
dengan
menggunakan
ramuan
mendesak sekalipun.
Bagian-Bagian Tanaman Obat yang di Manfaatkan
Tanaman obat pada umumnya memiliki bagian-bagian tertentu
yang digunakan sebagai obat, yaitu :
a Akar (radix) misalnya pacar air dan cempaka.
b Rimpang (rhizome) misalnya kunyit, jahe, temulawak
c Umbi (tuber) misalnya bawang merah, bawang putih, teki
d Bunga (flos) misalnya jagung, piretri dan cengkih
e Buah (fruktus) misalnya delima, kapulaga dan mahkota dewa
f Biji (semen) misalnya saga, pinang, jamblang dan pala
g Kayu (lignum) misalnya secang, bidara laut dan cendana jenggi
h Kulit kayu (cortex) misalnya pule, kayu manis dan pulosari
i Batang (cauli) misalnya kayu putih, turi, brotowali
j Daun (folia) misalnya saga, landep, miana, salam, ketepeng, pegagan
k
dan sembung
Seluruh tanaman (herba) misalnya sambiloto, patikan kebo dan
meniran
Salah satu prinsip kerja obat tradisional adalah proses (reaksinya)
yang lambat (namun bersifat konstruktif), tidak seperti obat kimia yang
bisa langsung bereaksi (tapi bersifat destruktif/merusak). Hal ini karena
obat tradisional bukan senyawa aktif. Obat tradisional berasal dari
bagian tanaman obat yang diiris, dikeringkan, dan dihancurkan. Jika
ingin mendapatkan senyawa yang dapat digunakan secara aman,
tanaman obat harus melalui proses ekstraksi, kemudian dipisahkan,
39
40
penyerapan
lemak.
Sedangkan
saponin
berfungsi
41
adalah
sebuah
proses
untuk
mengenal
dan
masalah
dan
kebutuhan
usia
lanjut,
serta
untuk
Identitas Klien
1 Identitas klien
Berisi tentang nama, tempat tanggal lahir (umur), jenis
kelamin, status perkawinan, agama, pendidikan terakhir,
2
Riwayat Kesehatan
1 Keluhan Utama
Apa yang dirasakan oleh pasien. Biasanya penderita dengan
penyakit hipertensi akan merasakan nyeri kepala dan daerah
2
kaku kuduk.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan pasien, seberapa sering keluhan itu muncul dengan
skala, kapan keluhan itu muncul dan keluhan akan semakin
terasa ketika pasien sedang melakukan apa dan berkurang
saat pasien sedang apa
42
pasien
Riwayat Keluarga
Untuk mengetahui ada/tidak penyakit keturunan dari keluarga
pasien yang berhubungan dengan penyakit yang di derita atau
penyakit keturunan yang menjadi pencetus penyakit yang
diderita sekarang.
Riwayat Spiritual
Hubungan pasien dengan keyakinan yang dianutnya dan
bagaimana pasien menjalani ibadah sebelum dan ketika
badan.
Pengkajian Head To Toe meliputi kepala, mata, telinga,
mulut, dada, abdomen, kulit dan ektermitas atas dan bawah.
Pengkajian Psikososial
Kemampuan sosialisasi pasien pada saat sekarang, sikap klien pada
orang lain, harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi,
kepuasaan klien dalam sosialisasi, hungan dengan angota keluarga,
perilaku kekerasan dan penelantaran.
43
Tingkat Pengetahuan/Sikap
Termasuk pada fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji
kemampuan klien berdasarkan daya orientasi waktu, orang, tempat
serta daya ingat.
44
Analisa Data
Tabel 2.3
Analisa Data
No
1
Data
Etiologi
Peningkatan
DO :
Masalah
Nyeri Akut (sakit
DO :
Peningkatan
Gangguan perfusi
45
DO :
gan
ekstermitas bawah
4 4
Sebagian aktivitas
suplai
jaringan serebral
Kelemahan
mobilitas fisik
antara
dan
kebutuhan O2
dibantu oleh
keluarga
4
DO :
Produksi
Klien terlihat lelah
dan mengantuk
Kualitas tidur klien
urine Gangguan
berlebih
tidur
Kelemahan fisik
Resiko injury
pola
DO :
Klien
terlihat
memegang
kursi
dan berdiri
Klien
terlihat
sempoyongan ketika
sedang berjalan
3
46
tekanan intrakranial
Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan umum,
(poliguria)
Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik
Intervensi
a Diagnosa keperawatan I :
Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
1 Tujuan : diharapkan nyeri hilang/berkurang
2 Kriteria hasil : klien tampak tenang dan tidak terlihat meringis
dan klien sudah tidak memegangi daerah yang sakit.
Tabel 2.4
Intervensi Dan Rasional Nyeri Akut
a
Intervensi
Kaji keluhan nyeri, skala
Rasional
Membantu
dalam
menentukan
manajemen
efektifitas program
verbal
Pertahankan
tirah
baring b
Pada
kebutuhan
nyeri
dan
penyakit
yang
berat/eksaserbasi,
tirah
baring
diperlukan
mungkin
untuk
duduk di kursi
membatasi nyeri
Kompres hangat pada daerah c Meningkatan relaksasi
yang nyeri di kaku kuduk
47
menghilangkan kekakuan
Meningkatkan relaksasi,
(Doengoes, 2014)
b
Diagnosa keperawatan II :
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial
1 Tujuan : tidak terjadi kerusakan organ
2 Kriteria hasil : tekanan darah dalam batas nornal (120/80
mmHg - 130/90 mmHg)
Tabel 2.5
Intervensi Dan Rasional Gangguan Perfusi Jaringan
a
Intervensi
Pantau tekanan darah
Rasional
Memonitor
peningkatan
intrakranial
Meminimalkan stimulasi atau
menurunkan relaksasi
Asupan O2 yang adekuat
mampu
nyeri datang
Beri
tindakan
nyeri
Kompres
farmakologis
non d
untuk
kompres
mengurangi
mampu
hangat
dalam e
(Doengoes, 2014)
hangat
rasa
48
Tabel 2.6
Intervensi Dan Rasional Kelemahan Fisik
a
Intervensi
Anjurkan klien
meakukan
Rasional
untuk aMenggerakan otot-otot agar tidak
olahraga
kaku
hari)
Intruksikan
penghematan
energi
energi
dan
membantu
dan kebutuhan O2
atau
menyikat
gigi,
perlahan)
Kaji
respon
klien cMenyebutkan
terhadap
aktifitas
frekuensi
nadi,
peningkatan
darah
d
sebelum
tekanan
membantu
respon
parameter
dalam
mengkaji
fisiologis
stress
terhadap aktifitas
dan
sesudah beraktifitas
Jelaskan
pentingnya dAgar tirah baring dipertahankan
istirahat dalam rencana
selama
fase
akut
untuk
49
menurunkan
keseimbangan
metabolik
aktivitas
kebutuhan
dan istirahat
(Doengoes, 2014)
d
Diagnosa keperawatan IV :
Gangguan pola tidur berhubungan dengan produksi urine berlebih
(poliguria)
1 Tujuan : gangguan pola tidur teratasi
2 Kriteria hasil : kualitas tidur maksimal
Tabel 2.7
Intervensi Dan Rasional Gangguan Pola Tidur
a
Kaji
Intervensi
pola tidur
klien
klien tidur
Kaji
faktor
menyebabkan
yang
Rasional
Untuk
mengetahui
kemudahan dalam tidur
gangguan
Mengidentifikasi
penyebab
aktual
tidur
Anjurkan perawatan petang c
gangguan tidur
Memberikan
meningkatkan
kenyamanan
bersih
Anjurkan
tidur
Untuk menjadikan tidur
klien d
mengosongkan
kandung
yang adekuat
dari
Diagnosa keperawatan V :
Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik
1 Tujuan : terhindar dari resiko injury
2 Kriteria hasil : tidak terjadi resiko injury
Tabel 2.8
Intervensi dan rasional resiko injury
dan
pada
saat
50
Intervensi
Rasional
Cek keadaan pasien setiap a Untuk memonitor faktor resiko
jam
dan
berikan
mencegah
terjadinya
kecelakaan
tidurnya
Anjurkan keluarga untuk bMempertahankan
keamanan
bantu
terjadinya
pasien
dalam
pergerakan / aktivitas ke
c
dan
dan
mencegah
kecelakaan
toilet
Gunakan alat bantu dalam c Untuk
berjalan (tongkat)
menompang
membantu
berjalan
(Doengoes, 2014)
BAB III
METODE PENELITIAN
klien
tubuh,
dalam
51
A Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus. Studi kasus
merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok,
komunitas, atau institusi. Meskipun jumlah subjek cenderung sedikit namun
jumlah variabel yang diteliti sangat luas. Oleh karena itu, sangat penting
untuk mengetahui semua variabel yang berhubungan dengan masalah
penelitian (Nursalam, 2014).
Rancangan dari studi kasus bergantung pada keadaan kasus namun
tetap mempertimbangkan faktor penelitian waktu. Riwayat dan pola
perilaku sebelumnya biasanya dikaji secara rinci. Keuntungan yang paling
besar dari rancangan ini adalah pengkajian secara rinci meskipun jumlah
respondennya sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit subjek
secara jelas. Misalnya, studi kasus tentang asuhan keperawatan klien dengan
infark miokard akut pada hari pertama serangan di RS. Peneliti akan
mengkaji variabel yang sangat luas dari kasus diatas mulai dari menemukan
masalah bio-psiko-sosio-spiritual (Nursalam, 2014).
B Tempat dan Waktu Penelitian
1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dirumah Tn.S di Rt 02 Rw 03 Desa
Sukaluyu Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur.
2
Waktu Penelitian
Peneliti mulai mengajukan judul pada tanggal 17 Mei 2016 dan judul
di ACC pada tanggal 18 Mei 2016. Peneliti memberikan surat ijin
untuk penelitian ke puskesmas Sukaluyu pada tanggal 26 Mei 2016
dengan proses yang cukup lama peneliti baru mendapatkan surat
balasan ijin penelitian pada tanggal 9 Juni 2016. Waktu pengambilan
data adalah 5 hari dari mulai melakukan pengkajian hingga evaluasi
tindakan.
Tabel 3.1
Waktu Kegiatan Penelitian
Tanggal
17-18 Mei 2016
Kegiatan
Pengajuan Judul Kepada PPM
52
19 Mei 2016
20 Mei 2016
23 Mei -24 Juni 2016
20-24 Juni 2016
27 Juni - 01 Juli 2016
18 Juli 2016
19-22 Juli 2016
yaitu :
a 4967 orang di ruang BP
b 522 orang di KIA
c 1485 di ruang MTBS
4 Jumlah keluarga yang mendapat perawatan dari Puskesmas Sukaluyu
Keluarga yang mendapat asuhan keperawatan dari perawat Puskesmas
Sukaluyu pada bulan Januari sampai dengan Mei 2016, yaitu :
a Kasus maternal risti/ rawan kesehatan berjumlah 15 keluarga
b Kasus anak risti/ rawan kesehatan berjumlah 12 keluarga
c Kasus usia lanjut risti/ rawan kesehatan berjumlah 12 keluarga
d Kasus penyakit tidak menular berjumlah 12 keluarga
e Kasus penyakir menular berjumlah 17 keluarga
5 Jumlah perawat yang ada di Puskesmas Sukaluyu
53
54
kaku kuduk.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan pasien, seberapa sering keluhan itu muncul dengan
skala, kapan keluhan itu muncul dan keluhan akan semakin
terasa ketika pasien sedang melakukan apa dan berkurang saat
pasien
Riwayat Keluarga
Untuk mengetahui ada/tidak penyakit keturunan dari keluarga
pasien yang berhubungan dengan penyakit yang di derita atau
penyakit keturunan yang menjadi pencetus penyakit yang
diderita sekarang.
Riwayat Spiritual
Hubungan pasien dengan keyakinan yang dianutnya dan
bagaimana pasien menjalani ibadah sebelum dan ketika sedang
55
Pemeriksaan Fisik
1
Keadaan umum
Kesadaran (GCS)
TTV
a
Tekanan darah
Nadi
56
Pernapasan
Suhu
Penampilan umum
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Leher
Dada
Abdomen
57
sumber.
Triangulasi
teknik
dilakukan
dengan
cara
merasakan
sering memang
nyeri bapak
benar
mengeluh
58
Apakah
bapak
mengkonsumsi
malam hari
rutin Tn. S mengatakan Ny. E mengatakan
obat sudah
tidak memang
mengkonsumsi
benar
tekanan obat
darah
tekanan darah
sebelumnya Tn. S mengatakan Ny. E mengatakan
Apakah
bapak
pernah pernah
menggunakan
tradisional
obat menggunakan
untuk obat
menurunkan
darah ?
bahwa
bapak
pernah
mencoba
tradisional obat
tradisional
belum
pernah menggunakan
menggunakan
4
penurun
daun salam
daun salam
Apa yang bapak rasakan Tn. S mengatakan Ny. E mengatakan
setelah
mengkonsumsi
rebusan
daun
selama 5 hari ?
air berkurang
salam pusing
berjalan hilang
nyeri
59
data
tidak
sekedar
mendeskripsikan
dan
menginterpretasikan data yang telah diolah. Keluaran akhir dari analisis data
harus memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian tersebut. Interpretasi
data mempunyai dua sisi, sisi yang sempit dan sisi yang luas. Interpretasi
data dari sisi yang sempit, hanya sebatas pada masalah penelitian yang akan
dijawab melalui data yang diperoleh tersebut. Sedangkan dari sisi yang lebih
luas, interpretasi data berarti mencari makna data hasil penelitian dengan
cara tidak hanya menjelaskan hasil penelitian tersebut, tetapi juga
melakukan inferensi atau generalisasi dari data yang diperoleh melalui
penelitian tersebut (Notoatmodjo, Soekidjo, 2012).
Oleh sebab itu secara rinci tujuan analisis data adalah :
1
dalam
pengembangan
ilmu
yang
bersangkutan.
melakukan
penelitian,
peneliti
mengajukan
surat
60
Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalahmasalah lainnya. Kerahasian informasi yang diperoleh dari responden
dijamin oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu yang akan
disajikan dan dilaporkan sebagai hasil penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
61
62
63
64
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan prioritas yang muncul pada Tn. S yaitu
nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
serebral, gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial dan gangguan pola tidur berhubungan dengan
produksi urine berlebih (poliguria)
Intervensi
Perencanaan yang dilakukan untuk mengatasi nyeri akut (sakit
kepala) yaitu dengan cara kompres hangat pada daerah yang nyeri di
kaku kuduk, ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam ketika nyeri
datang, pertahankan tirah baring selama fase akut dan libatkan
keluarga dalam ambulasi pasien sesuai kebutuhan.
Perencanaan yang dilakukan untuk mengatasi
diagnosa
65
Implementasi
Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang
pertama pada tanggal 15 Juni 2016 hari pertama pukul 11.00 WIB lalu
mengkaji keluhan nyeri, mengkaji skala nyeri serta mencatat lokasi
dan intensitas nyeri didapatkan hasil Tn. S mengeluh pusing dan nyeri
kaku kuduk dengan skala 4 dari 10 kemudian menganjurkan klien
mengambil posisi yang nyaman waktu duduk di kursi atau berbaring.
Mengajarkan teknik tarik nafas dalam ketika nyeri datang dan
melibatkan keluarga dalam ambulasi pasien sesuai kebutuhan. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.
Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang
pertama pada tanggal 16 Juni 2016 hari kedua pukul 13.00 WIB lalu
mengkaji kembali keluhan nyeri, mengkaji skala nyeri serta mencatat
lokasi dan intensitas didapatkan Tn. S masih mengeluh pusing dan
nyeri kaku kuduk kemudian kembali menganjurkan klien mengambil
posisi yang nyaman waktu duduk di kursi atau berbaring.
Mengajarkan teknik tarik nafas dalam ketika nyeri datang dan
melibatkan keluarga dalam ambulasi pasien sesuai kebutuhan. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.
Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang
pertama pada tanggal 17 Juni 2016 hari ketiga pukul 13.30 WIB lalu
mengkaji kembali keluhan nyeri, mengkaji skala nyeri serta mencatat
lokasi dan intensitas didapatkan Tn. S masih mengeluh pusing dan
nyeri kaku kuduk kemudian kembali menganjurkan klien mengambil
posisi yang nyaman waktu duduk di kursi atau berbaring.
Mengajarkan teknik tarik nafas dalam ketika nyeri datang dan
melibatkan keluarga dalam ambulasi pasien sesuai kebutuhan. Dan
mengevaluasi hasil tindakan
Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang kedua
pada tanggal 15 Juni 2016 hari pertama pukul 11.00 WIB dikaji Tn. S
mengeluh pusing dan nyeri kaku kuduk, lalu dilakukan pengukuran
tekanan darah mendapatkan hasil 180/100 mmHg. Setelah diberikan
66
67
gelas diminum pada saat berbuka puasa dan ketika sahur. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.
Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang kedua
pada tanggal 19 Juni 2016 hari kelima pukul 14.00 WIB kembali
dikaji Tn. S mengatakan pusing hilang dan sudah tidak nyeri kaku
kuduk, lalu diberikan air rebusan daun salam dengan anjuran yaitu 7
lembar daun salam di rebus dengan 3 gelas air hingga tinggal 1 gelas
dan aturan minum 2x sehari masing-masing gelas diminum pada
saat berbuka puasa dan ketika sahur. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang ketiga
pada tanggal 15 Juni 2016 hari pertama pukul 11.00 WIB dikaji Tn. S
mengeluh tidur terganggu karena sering berkemih kemudian mengkaji
pola tidur klien misalnya kebiasaan sebelum klien tidur, mengkaji
faktor yang menyebabkan gangguan tidur, menganjurkan perawatan
petang misalnya personal hygien, sprei dan baju tidur yang bersih,
menganjurkan klien mengosongkan kandung kemih sebelum tidur.
Dan mengevaluasi hasil tindakan.
Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang ketiga
pada tanggal 16 Juni 2016 hari kedua pukul 13.00 WIB dikaji Tn. S
mengeluh tidur terganggu karena sering berkemih kemudian mengkaji
pola tidur klien misalnya kebiasaan sebelum klien tidur, mengkaji
faktor yang menyebabkan gangguan tidur, menganjurkan perawatan
petang misalnya personal hygien, sprei dan baju tidur yang bersih,
menganjurkan klien mengosongkan kandung kemih sebelum tidur.
Dan mengevaluasi hasil tindakan.
5
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 15 Juni 2016 hari pertama Tn. S mengakatakan masih
merasakan pusing dan nyeri kaku kuduk dengan skala nyeri 4 dari 10.
68
Dirasa lebih nyaman dengan kompres hangat dan teknik relaksasi tarik
nafas dalam.
Evaluasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 16 Juni 2016 hari kedua Tn. S mengatakan pusing
berkurang dan nyeri kaku kuduk berkurang dengan skala nyeri
menjadi 3 dari 10. Intervensi dilanjutkan kembali.
Evaluasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 17 Juni 2016 hari ketiga Tn. S mengatakan pusing
berkurang dan nyeri kaku kuduk berkurang dengan skala nyeri 2 dari
10. Intervensi dilanjutkan oleh keluarga klien.
Evaluasi dilakukan sehari setelah Tn. S diberikan air rebusan
daun salam dalam kurun waktu 5 hari berturut-turut dengan cara
wawancara dan pengukuran tekanan darah. Evaluasi pada diagnosa
keperawatan yang kedua tanggal 15 Juni 2016 hari pertama Tn. S
mengatakan pusing dan nyeri kaku kuduk masih terasa ketika
dilakukan pengukuran tekanan darah masih tetap 180/100 mmHg, Tn.
S tidak merasakan efek samping lain dari air rebusan daun salam.
Intervensi dilanjutkan.
Evaluasi pada diagnosa keperawatan yang kedua tanggal 16 Juni
2016 hari kedua setelah diberikan air rebusan daun salam dengan
takaran yang sama dan dilakukan kembali pengukuran tekanan darah
didapatkan hasil 170/100 mmHg terjadi penurunan Tn. S mengatakan
pusing dan nyeri kaku kuduk masih terasa Tn. S tidak merasakan efek
samping lain dari air rebusan daun salam. Intervensi dilanjutkan.
Evaluasi pada diagnosa keperawatan yang kedua tanggal 17 Juni
2016 hari ketiga dilakukan kembali pengukuran tekanan darah
didapatkan hasil 160/90 mmHg terjadi penurunan yang cukup
signifikan dan Tn. S tidak merasakan pusing saat berjalan / beraktifitas
atau nyeri kaku kuduk. Intervensi dilanjutkan.
Evaluasi pada diagnosa keperawatan yang kedua tanggal 18 Juni
2016 hari keempat dilakukan kembali pengukuran tekanan darah
didapatkan hasil 150/90 mmHg terjadi penurunan tanpa ada gejala.
Intervensi dilanjutkan.
69
C Pembahasan
Pada bagian ini akan dibahas antara pendukung yang terjadi antara
teori, dan kenyataan yang ada pada kasus nyata yang dilakukan pada tanggal
15 Juni 2016 sampai dengan 19 Juni 2016. Asuhan keperawatan
memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia melalui tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi.
1
Pengkajian
Pengkajian adalah sebuah proses
70
Penyebab
tekanan
darah
tinggi
di
akibatkan
oleh
71
data
merupakan
kemampuan
kognitif
dalam
72
Tn. S tidur pada pukul 21:00 WIB dengan lama tidur 7 jam
mempunyai masalah tidur yakni sering berkemih pada malam hari
yang menyebabkan tidur tidak nyenyak. Dari data tersebut muncul
masalah yaitu gangguan pola tidur dengan penyebab produksi urine
berlebih (poliguria).
2
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penyebut sekelompok petunjuk
yang didapat selama fase pengkajian. Diagnosis keperawatan saat ini
dikenal adalah suatu penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga,
atau
komunitas
terhadap
masalah
kesehatan/proses
(sakit
kepala)
berhubungan
dengan
mengekspresikan
perilaku
misalnya
gelisah,
sikap
73
jaringan
berhubungan
dengan
74
kesesuaian antara teori dengan tanda dan gejala pada Tn. S jadi
antara diagnosa penulis dan teori sudah sesuai.
Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri akut (sakit kepala)
karena berdasarkan keaktualan masalah yang mengancam nyawa yang
sesuai dengan Teori Hieraki Maslow yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa aman dan keselamatan, kebutuhan mencintai, dicintai
dan dimiliki, kebutuhan akan harga diri serta kebutuhan aktualisasi
diri (Asmadi, 2008). Maka penulis memprioritaskan kebutuhan rasa
aman dan keselamatan adalah kebutuhan yang paling utama yang
dipilih penulis dari beberapa masalah yang muncul pada pasien.
Alasan penulis karena dapat membantu dengan penanganan terapi
Hipertensi dengan non-farmakologi (Karel Dourman, 2013).
3
Intervensi
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke
tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Wilkinson,
2007). Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang
perawat lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi
yang dipraktekan oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif
(Gaffar, 2013).
Tujuan perencanaan keperawatan pada diagnosis keperawatan
yang pertama nyeri akut (sakit kapala) yaitu setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang / hilang dan dapat
teratasi dengan kriteria hasil klien tampak tenang dan tidak terlihat
meringis dan klien sudah tidak memegangi daerah yang sakit serta
nyeri berkurang. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut
kemudian penulis menyusun intervensi keperawatan berdasarkan
Doengoes, 2014 : Kaji keluhan nyeri, skala serta catat lokasi serta
faktor-faktor yang mempercepat dan respon rasa sakit non verbal,
pertahankan tirah baring selama fase akut, biarkan klien mengambil
75
posisi yang nyaman waktu tidur dan duduk di kursi, kompres hangat
pada daerah yang nyeri di kaku kuduk, dorong penggunaan teknik
manajemen stres misalnya relaksasi (tarik nafas dalam) (Doengoes,
2014).
Tujuan perencanaan keperawatan pada diagnosis keperawatan
yang kedua gangguan perfusi jaringan yaitu setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi kerusakan organ
dengan kriteria hasil tekanan darah dalam batas normal (120/80
mmHg-140/90 mmHg). Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut
kemudian penulis menyusun intervensi keperawatan berdasarkan
Doengoes, 2014 : Pantau tekanan darah, pertahankan tirah baring
selama fase akut, ajari teknik relaksasi (tarik nafas dalam) ketika nyeri
datang, beri tindakan non farmakologis untuk menghilangkan rasa
sakit misal; kompres hangat pada kaku kuduk, bantu pasien dalam
ambulasi sesuai kebutuhan (Doengoes, 2014).
Hipertensi menempatkan jantung dan arteri dibawah ketegangan
abnormal. Tekanan berlebihan secara tetap menimpa organ tubuh yang
mendapat mekanan dari pasokan darah. Hasilnya, pembuluh darah
diotak bisa pecah dan menyebabkan stroke. Atau kemampuan ginjal
untuk menyaring sampah menjadi terganggu. Jantung, yang harus
bekerja lebih keras untuk memompa darah untuk mengimbangi
peningkatan tekanan dalam arteri, mulai menegang. Apabila kondisi
ini diabaikan, tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan
dalam tubuh yang tidak bisa diperbaiki (Carlson Wide, 2016).
Mekanisme secara umum tanamam obat dalam mengontrol
tekanan darah, antara lain memberikan efek dilatasi pada pembuluh
darah dan menghambat efek dilatasi pada pembuluh darah dan
menghambat angiotensin converting enzyme (ACE). Selain tu, sediaan
herbal dapat pula berupa kombinasi antara efek diuretik (peluruh air
seni), efek penenang atau obat tidur dan efek terapi yang lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas setelah melakukan pengkajian,
merumuskan
diagnosa,
merencanakan
intervensi,
melakukan
76
Implementasi
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatn secara nyata
berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk
mencapai hal yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan
semua kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan
keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus,
pada
pelaksanaan
ini
perawat
melakukan
fungsinya
secara
77
Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan adalah tahapan menilai tindakan
keperawatan yang telah dilakukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan (Wilkinson, 2007).
Evaluasi terhadap Tn. S dilakukan menggunakan metode SOAP
(Subjective, Objective, Analysis, and Planning) untuk mengetahui
keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
memperhatikan pada tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan sesuai
dengan rentang normal.
Evaluasi untuk diagnosa keperawatan yang pertama pada
tanggal 17 Juni 2016 hari ketiga Tn. S mengatakan pusing berkurang
78
dan nyeri kaku kuduk berkurang dengan skala nyeri 2 dari 10.
Intervensi dilanjutkan oleh keluarga klien.
Evaluasi pada diagnosa keperawatan yang kedua tanggal 19 Juni
2016 hari kelima dilakukan kembali pengukuran tekanan darah
didapatkan hasil 140/90 mmHg terjadi penurunan tanpa ada gejala dan
tekanan darah menjadi normal. Intervensi dihentikan.
Evaluasi pada diagnosa keperawatan yang ketiga tanggal 16 Juni
2016 hari kedua Tn. S mengeluh tidur terganggu karena sering
berkemih. Intervensi dilanjutkan.
79
80
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan dengan judul Pemberian
Obat Tradisional (Air Rebusan Daun Salam) Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Asuhan Keperawatan Tn. S Dengan Hipertensi Di Rt 02 Rw 03
Ds. Sukaluyu Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur selama 5 hari (15-19 Juni 2016),
penulis dapat menarik kesimpulan di dapatkan data melalui pengkajian
wawancara dan observasi menggunakan aspek-aspek asuhan keperawatan
gerontik secara komprehensif.
Diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian pada Tn. S adalah 3
(tiga) diagnosa sesuai proritas
81
biaya yang mahal dan efek samping yang merugikan bagi klien.
Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai suatu referensi tentang materi-materi asuhan keperawatan non-
DAFTAR PUSTAKA
82
83
Hastuti, Heny, 2015. Pengaruh Daun Seledri Dan Daun Belimbing Wuluh
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi. Dikutip dari
http://henybudiha/Pdf. 17 Mei 2016
Kuntjoro. 2002. Depresi Pada Lanjut Usia. Dikutip dari http://www.epsikologi.com. 17 Mei 2016
Margowati, Sri. 2016. Efektifitas Penggunaan Rebusan Daun Alpukat Dengan
Rebusan Daun Salam Dalam Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia.
Dikutip dari http://sri.margowari.com/Pdf. 17 Mei 2016
Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2013. Mencegah Dan
Mengontrol Hipertensi Agar Terhindar Dari Kerusakan Organ Jantung,
Otak Dan Ginjal. Dikutip dari http://infodati_hipertensi/Pdf. 22 Mei
2016