LAPORAN PENDAHULUAN Choletiasis
LAPORAN PENDAHULUAN Choletiasis
LAPORAN PENDAHULUAN Choletiasis
Oleh :
Erlia Windiaswati
200103200..
PENGERTIAN
Penyakit saluran empedu yang paling menyolok, dipandang dari frekuensinya adalah
pembentukan batu (koleitiasis) dan radang kronik penyerta (kolesistitis). Walaupun
masing-masing keadaan ini dapat timbul secara sendiri-sendiri, keduanya sering
timbul bersamaan.
PENYEBAB
Batu di dalam kandung empedu, sebagian besar batu tersusun dari promen-promen
empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin kalsium dan protein.
Macam-macam batu yang terbentuk antara lain :
1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan
produksi empedu.
Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu :
-
obesitas
wanita
GEJALA KLINIS
Tanda dan gejala : penderita batu empedu sering mempunyai gejala kronis dan akut.
Gejala akut
Tanda :
1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme.
2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kuadran kanan atas.
3. Kandung empedu membesar dan nyeri.
4. Ikterus ringan.
Gejala :
1. Rasa nyeri (kolik empedu) yang menetap.
2. Mual dan muntah.
3. Febris (38,5C)
Gejala Kronis
Tanda :
1. Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen.
2. Kadang terdapat nyeri di kuadran kanan atas.
Gejala :
1. Rasa nyeri (kolik empedu), tempat : abdomen, bagian atas (mid epigastrium).
Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan.
2. Naucea dan muntah.
3. Intoleransi dengan makanan berlemak.
4. Flakulensi.
5. Eruktasi (bersendawa).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Test Laboratorium
1. Leukosit : 12.000 15.000/iu (N = 5.000-10.000 iu).
2. Bilirubin : meningkat ringan ( N = 0,4 mg/dL).
3. Amilase serum meningkat (N = 17 115 unit/100 mL)
4. Protombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi
sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K (cara kapiler 2-6 mnt).
5. USG : menunjukkan adanya bendungan/hambatan, hal ini karena adanya batu
empedu dan disterasi saluran empedu (frekuensi sesuai dengan prosedur
diagnostik).
6. Endoscopic retrograde choledocho pancreaticography (EQCP), bertujuan untuk
melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus abdomen.
7. PTC (perkutaneus transhepatic cholengiografi) : pemberian cairan kontras untuk
menentukan adanya batu dan cairan pancreas.
8. Cholecystogram (untuk cholesistitis kronik) menunjukkan adanya batu di sistem
billiar.
9. CT-Scan.
PATOFISIOLOGI
Kolesterol
Kolesterol
pengendap
Statis empedu
Perubahan
susunan empedu
Infeksi
bakteri
Me- dekuamasi
seluler pemb. mukus
- Supersaturasi
progresif
- Perub. Kimia
- Endapan
Me- viskositas
& unsur seluler
BATU EMPEDU
Migrasi
Leher kandung empedu
duktus sistikus
obstruksi
iritasi zat kimia
& infeksi
duktus koledoktus
nyeri
di tempat
resti gangguan
kesetimbangan
cairan
ikterus
obstruktif
colesistitis akut/kronik
Endapan satu/lebih komponen empedu :
Kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium & protein
duodenum
Diagnosa
1. Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan :
-
muntah
Tujuan
Menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat, ditandai dengan
-
Intervensi
1. Monitor intake dan output drainase dari T.tube dan luka op. timbang BB
secara periodik.
Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan dan fungsi organ tubuh.
2. Monitor tanda vital, kaji mukosa membran, turgor kulit, nadi perifer.
Rasional : protrombin menurun dan terjadi waktu pembekuan lama ketika
adanya obstruksi saluran empedu.
3. Observasi tanda perdarahan.
Rasional : mengurangi trauma, resiko perdarahan/hematom.
4. Gunakan jarum injeksi yang kecil dan tekan bekas tusukan dan waktu yang
lama.
Rasional : mengurangi trauma dan perdarahan gusi.
5. Gunakan sikat gigi yang lembut.
Rasional : memberikan informasi volume sirkulasi, keseimbangan elektrolit
dan faktor pembekuan darah.
6. Kolaborasi : monitor hasil pemeriksaan Hb, elektrolit, protrombin, cloting,
time & bleeding time.
Rasional : mempertahankan
volume
sirkulasi
yang
adekuat
dan
perubahan metabolisme
Tujuan :
Adanya pemulihan luka tanpa komplikasi dengan kriteria : perilaku yang
meningkat terhadap pemulihan luka
Intervensi :
1. Cek T-tube dan luka insisi, upayakan agar aliran bebas/lancar.
Rasional : pemasangan T-tube di CBD selama 7-10 hari untuk mengeluarkan
sisa-sisa batu.
2. Observasi warna dan sifat drainase. Gunakan ostotomi bagian yang disposible.
Rasional : drainase berisi darah dan sisa darah secara normal berubah warna
hijau tua sudah beberapa jam pertama. Ostotomi mungkin
digunakan untuk mengumpulkan cairan dan melindungi kulit.
3. Pertahankan posisi selang drainase tube di tempat tidur.
Rasional : mempertahankan lepasnya selang atau pembentukan lumen.
4. Atur posisi semi fowler.
Rasional : mempermudah aliran empedu.
5. Observasi sedasan, distensi abdomen, perotonitis dan pankreatitis.
Rasional : lepaskan T-tube dapat menyebabkan iritasi diafragma/komplikasi
yang serius jika saluran empedu masuk ke dalam perut/sumbatan
pada saluran pankreas.
6. Observasi perubahan warna kulit sclera dan urin.
Rasional : perkembangan ikterik dapat diindikasikan sebagai obstruksi
saluran empedu.
7. Kolaborasi :
-
Intervensi :
1. Kaji ulang pada klien tentang pengetahuan proses penyembuhan, prosedur
pembedahan, prognosa.
Rasional : beri pengetahuan dasar pada klien sehingga klien dapat memilih
informasi yang dibutuhkan.
2. Ajarkan perawatan insisi/membersihkan luka.
Rasional : akan mengurangi ketergantungan dalam perawatan.
3. Hindari alkohol.
Rasional : meminimalkan resiko terjadinya pankreatitis.
4. Identifikasi tanda/gejala : urine keruh, warna kuning pada mata/kulit, warna
feces.
Rasional : merupakan indikasi sumbatan saluran empedu/gangguan degestif,
dapat digunakan untuk evaluasi dan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
D.D. Ignatavicius dan M.V. Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process
Approach, W.B. Saunders Company, Philadelpia, 2002.
Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.
P:523-536.
Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Alih
bahasa Adi Dharma, Edisi II. P:329-330.