LAPORAN PENDAHULUAN Choletiasis

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSIS CHOLETIASIS


DI RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Oleh :
Erlia Windiaswati
200103200..

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2006

PENGERTIAN
Penyakit saluran empedu yang paling menyolok, dipandang dari frekuensinya adalah
pembentukan batu (koleitiasis) dan radang kronik penyerta (kolesistitis). Walaupun
masing-masing keadaan ini dapat timbul secara sendiri-sendiri, keduanya sering
timbul bersamaan.
PENYEBAB
Batu di dalam kandung empedu, sebagian besar batu tersusun dari promen-promen
empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin kalsium dan protein.
Macam-macam batu yang terbentuk antara lain :
1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan
produksi empedu.
Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu :
-

infeksi kandung empedu

usia yang bertambah

obesitas

wanita

kurang makan sayur

obat-obatan untuk menurunkan kadar serum kolesterol

2. Batu pigmen empedu, ada dua macam


-

Batu pigmen hitam : terbentukdi dalam kandung empedu dan disertai


hemolisis kronik/serosis hati tanpa infeksi.

Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar, berlapis-lapis, ditemukan di


sepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi.

3. Batu saluran empedu


Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum di daerah vateri.
Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan
akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledoktus dan bendungan ini
memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.

GEJALA KLINIS
Tanda dan gejala : penderita batu empedu sering mempunyai gejala kronis dan akut.
Gejala akut
Tanda :
1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme.
2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kuadran kanan atas.
3. Kandung empedu membesar dan nyeri.
4. Ikterus ringan.
Gejala :
1. Rasa nyeri (kolik empedu) yang menetap.
2. Mual dan muntah.
3. Febris (38,5C)
Gejala Kronis
Tanda :
1. Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen.
2. Kadang terdapat nyeri di kuadran kanan atas.
Gejala :
1. Rasa nyeri (kolik empedu), tempat : abdomen, bagian atas (mid epigastrium).
Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan.
2. Naucea dan muntah.
3. Intoleransi dengan makanan berlemak.
4. Flakulensi.
5. Eruktasi (bersendawa).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Test Laboratorium
1. Leukosit : 12.000 15.000/iu (N = 5.000-10.000 iu).
2. Bilirubin : meningkat ringan ( N = 0,4 mg/dL).
3. Amilase serum meningkat (N = 17 115 unit/100 mL)
4. Protombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi
sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K (cara kapiler 2-6 mnt).
5. USG : menunjukkan adanya bendungan/hambatan, hal ini karena adanya batu
empedu dan disterasi saluran empedu (frekuensi sesuai dengan prosedur
diagnostik).
6. Endoscopic retrograde choledocho pancreaticography (EQCP), bertujuan untuk
melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus abdomen.
7. PTC (perkutaneus transhepatic cholengiografi) : pemberian cairan kontras untuk
menentukan adanya batu dan cairan pancreas.
8. Cholecystogram (untuk cholesistitis kronik) menunjukkan adanya batu di sistem
billiar.
9. CT-Scan.

PATOFISIOLOGI
Kolesterol

Gangguan konstraksi Faktor hormonal


kandung empedu
saat kehamilan

Kolesterol
pengendap

Statis empedu

Perubahan
susunan empedu

Infeksi
bakteri
Me- dekuamasi
seluler pemb. mukus

- Supersaturasi
progresif
- Perub. Kimia
- Endapan

Me- viskositas
& unsur seluler

BATU EMPEDU
Migrasi
Leher kandung empedu
duktus sistikus
obstruksi
iritasi zat kimia
& infeksi

duktus koledoktus
nyeri

di tempat

resti gangguan
kesetimbangan
cairan

ikterus
obstruktif

colesistitis akut/kronik
Endapan satu/lebih komponen empedu :
Kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium & protein

DIAGNOSA & INTERVENSI

duodenum

Diagnosa
1. Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan :
-

kehilangan cairan dari nasogastric

muntah

gangguan koagulasi darah protrombin, menurun waktu beku lama.

Tujuan
Menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat, ditandai dengan
-

selaput membran yang lembab

turgor kulit baik

urine normal 1500 cc/24 jam

output normal tak ada muntah

Intervensi
1. Monitor intake dan output drainase dari T.tube dan luka op. timbang BB
secara periodik.
Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan dan fungsi organ tubuh.
2. Monitor tanda vital, kaji mukosa membran, turgor kulit, nadi perifer.
Rasional : protrombin menurun dan terjadi waktu pembekuan lama ketika
adanya obstruksi saluran empedu.
3. Observasi tanda perdarahan.
Rasional : mengurangi trauma, resiko perdarahan/hematom.
4. Gunakan jarum injeksi yang kecil dan tekan bekas tusukan dan waktu yang
lama.
Rasional : mengurangi trauma dan perdarahan gusi.
5. Gunakan sikat gigi yang lembut.
Rasional : memberikan informasi volume sirkulasi, keseimbangan elektrolit
dan faktor pembekuan darah.
6. Kolaborasi : monitor hasil pemeriksaan Hb, elektrolit, protrombin, cloting,
time & bleeding time.

Rasional : mempertahankan

volume

sirkulasi

yang

adekuat

dan

mengembalikan faktor pembekuan yang adekuat.


2. Penurunan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan
-

perubahan metabolisme

pengaruh bahan kimia (empedu)

Tujuan :
Adanya pemulihan luka tanpa komplikasi dengan kriteria : perilaku yang
meningkat terhadap pemulihan luka
Intervensi :
1. Cek T-tube dan luka insisi, upayakan agar aliran bebas/lancar.
Rasional : pemasangan T-tube di CBD selama 7-10 hari untuk mengeluarkan
sisa-sisa batu.
2. Observasi warna dan sifat drainase. Gunakan ostotomi bagian yang disposible.
Rasional : drainase berisi darah dan sisa darah secara normal berubah warna
hijau tua sudah beberapa jam pertama. Ostotomi mungkin
digunakan untuk mengumpulkan cairan dan melindungi kulit.
3. Pertahankan posisi selang drainase tube di tempat tidur.
Rasional : mempertahankan lepasnya selang atau pembentukan lumen.
4. Atur posisi semi fowler.
Rasional : mempermudah aliran empedu.
5. Observasi sedasan, distensi abdomen, perotonitis dan pankreatitis.
Rasional : lepaskan T-tube dapat menyebabkan iritasi diafragma/komplikasi
yang serius jika saluran empedu masuk ke dalam perut/sumbatan
pada saluran pankreas.
6. Observasi perubahan warna kulit sclera dan urin.
Rasional : perkembangan ikterik dapat diindikasikan sebagai obstruksi
saluran empedu.

7. Kolaborasi :
-

Beri antibiotik sesuai indikasi.


Rasional : untuk mengurangi infeksi atau abses.

Monitor hasil lab ct : leukosit.


Rasional : peningkatan leukosit sebagai gambaran adanya proses
inflamasi.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosa dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan menanyakan kembali tentang informasi, belum/tidak kenal
dengan sumber informasi
Tujuan :
-

Secara verbal mengerti akan proses penyembuhan, pengobatan dan prognosis


pembedahan.

Melakukan koreksi terhadap prosedur yang penting dan menjelaskan reaksi


dari tindakan.

Menilai perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan.

Intervensi :
1. Kaji ulang pada klien tentang pengetahuan proses penyembuhan, prosedur
pembedahan, prognosa.
Rasional : beri pengetahuan dasar pada klien sehingga klien dapat memilih
informasi yang dibutuhkan.
2. Ajarkan perawatan insisi/membersihkan luka.
Rasional : akan mengurangi ketergantungan dalam perawatan.
3. Hindari alkohol.
Rasional : meminimalkan resiko terjadinya pankreatitis.
4. Identifikasi tanda/gejala : urine keruh, warna kuning pada mata/kulit, warna
feces.
Rasional : merupakan indikasi sumbatan saluran empedu/gangguan degestif,
dapat digunakan untuk evaluasi dan intervensi.

5. Kaji ulang keterbatasan aktifitas, tergantung situasi individu.


Rasional : kebiasaan aktifitas dapat dimulai lagi secara normal dalam waktu
4-6 minggu.

DAFTAR PUSTAKA
D.D. Ignatavicius dan M.V. Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process
Approach, W.B. Saunders Company, Philadelpia, 2002.
Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.
P:523-536.
Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Alih
bahasa Adi Dharma, Edisi II. P:329-330.

Anda mungkin juga menyukai