Tugas Pokok Dan Fungsi Apoteker Pada Bagian PPIC

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Tugas Pokok dan Fungsi Apoteker pada Bagian PPIC (Production Planning and

Infentory Control)
PPIC memiliki tugas untuk menyesuaikan kepentingan marketing dan manufakturing,
mengintegrasikan/memadukan

pihak-pihak

dalam

organisasi

(marketing,

produksi,

personalia, dan keuangan) agar dapat bekerja dengan baik dengan mengontrol jalannya
produksi (Helmi, 2009).
Tugas pokok dari bagian PPIC sendiri dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Memantau kegiatan pengadaan oleh bagian Purchasing dan memastikan kondisi tempat
penyimpanan persediaan sesuai dengan CPOB.
b. Menyusun Rencana Anggaran Belanja Perusahaan (RABP).
c. Mampu menyusun strategi produksi berdasarkan forecasting departemen marketing
dengan kapasitas produksi perusahaan dan menerapkan dalam rencana produksi dan
kebutuhan bahan tahunan
d. Menyusun rencana produksi dan kebutuhan bahan periodik dalam bentuk jadwal bulanan,
mingguan, dan harian
e. Memantau jalannya pelaksanaan proses produksi dan bertanggung jawab dalam
dokumentasi semua kegiatan produksi dan pengendalian persediaan.
f. Memantau semua persediaan pada proses produksi, stok persediaan yang ada di gudang
maupun yang didatangkan.

SOP

Standar Operasional Prosedur Pengadaan Bahan Baku


11. Jumlah unit sampel yang diperiksa sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam
pola pengambilan sampel.
12. Apabila jumlah unit yang ditemukan cacat sama atau kurang dari angka
numerik pelulusan maka lots atau bets bersangkutan diluluskan.
13. Apabila jumlah unit yang ditemukan cacat sama atau lebih dari angka numerik
penolakan maka lot atau bets bersangkutan ditolak.
14. Setelah bahan baku diuji dan dinyatakan released maka dalam waktu yang sama
rantai segera dilepas oleh petugas QC dan petugas gudang menempelkan label
Released (hijau), sedangkan barang yang ditolak QC diberi label Rejected
(merah) dan dipindahkan ke lokasi reject atau ditolak.
15. Penetapan status (ditolak atau diluluskan) berdasarkan hasil pemeriksaan.
16. Pelulusan ataupun penolakan harus dibuat secara tertulis dan dikomunikasikan
kepada bagian terkait, misalnya produksi, pembelian, logistik dan sebagainya.
17. Diberikan tanda pelulusan atau penolakan secara fisik pada kemasan bahan
tersebut dan dicatat pada sistem dokumen yang digunakan.
18. Bahan awal yang diterima harus mempunyai label identitas dan label status
yang jelas.
19. Dapat juga diberikan label, keamanan, label penanganan yang disarankan, label
tempat penyimpanan, informasi tentang alat pelindung yang harus dipakai dan
sebagainya.
20. Label tersebut tidak boleh menutupi label identitas asli bahan awal.
VIII. Pemindahan Bahan Baku Lulus Uji ke Gudang Penyimpanan
1. Untuk bahan yang lolos uji diberi label hijau oleh bagian laboratorium
pengujian dan dibuat bon penerimaan.
2. Label Lolos Uji meliputi Nama Industri, nama bahan, pemasok, nomor
sertifikat analisis, tanggal uji ulang, nomor batch, nomor laporan penerimaan,
expired date bahan, dan paraf penguji.
3. Bahan baku yang telah lolos uji akan dibawa ke gudang dan disimpan pada area
penyimpanan dengan kondisi penyimpanan sebagai berikut:
a. Kebersihan dan higiene.
b. Kelembaban (kelembaban relatif tidak lebih dari 60%).
c. Suhu harus berada dalam batasan yang diterima (8-25C)
d. Bahan dan material yang disimpan tidak boleh bersentuhan langsung
dengan lantai.
e. Jarak antar bahan mempermudah pembersihan dan inspeksi.
f. Pallet harus disimpan dalam kondisi yang bersih dan terawat
IX.
Pereturan Bahan Baku Tidak Lolos Uji
1. Apabila hasil pemeriksaan ulang laboratorium (HPL) tidak lulus maka bahan
baku diberi label merah dan diberi tulisan DITOLAK
2. Dikembalikan ke pemasok disertai dengan surat pengembalian dan sesuai
dengan kesepakatan pada kontrak.
3. Label Ditolak meliputi nama industri, nama bahan, pemasok, nomor sertifikat
analisis, tanggal uji ulang, nomor batch, nomor laporan penerimaan, expired
date bahan, dan paraf penguji.
4. Menghubungi pemasok bahwa terdapat bahan baku yang tidak lolos uji
sehingga harus dilakukan pengembalian/pereturan sesuai dengan kesepakatan
kerja dalam kontrak selama kontrak tersebut masih berlaku.
5. Menyiapkan dokumentasi lengkap tentang kondisi bahan baku yang ditolak
(hasil pengujian dari unit QC dengan acuan standar Farmakope Indonesia).
6. Pereturan bahan baku disertai dengan surat pengembalian.

Anda mungkin juga menyukai