Pedoman PMKP Rumah Sakit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 128

BAB I

PENDAHULUAN
Seperti tercantum dalam Buku Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan
Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI tahun 1994, definisi Upaya Peningkatan Mutu
Pelayanan Rumah Sakit adalah :
Keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang menyangkut
struktur, proses dan outcome secara obyektif, sistematik dan berlanjut memantau dan
menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, menggunakan peluang untuk
meningkatkan pelayanan pasien, dan memecahkan masalah masalah yang terungkap
sehingga pelayanan yang diberikan dirumah sakit berdaya guna dan berhasil guna.
Jika definisi itu diterapkan di rumah sakit, maka dapat dibuat rumusan sebagai
berikut: Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien adalah : Kegiatan yang
dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan keselamatan pasien
secara terus menerus, melalui pemantauan, analisa dan tindak lanjut adanya
penyimpangan dari standar yang ditentukan.
Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang
dilaksanakan rumah sakit Permata Bunda Purwodadi berorientasi pada,Visi, Misi,
tujuan serta nilai - nilai dan Moto rumah sakit Permata Bunda Purwodadiyang
merupakan bagian dari Renstra rumah sakit, hal ini tertuang dalam program kegiatan
PMKP.
1.1

LATAR BELAKANG
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari
Tujuan Nasional. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya guna memperluas dan
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang baik dan
biaya yang terjangkau.
Pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu itu sendiri merupakan salah
satu kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang, termasuk pelayanan di rumah
sakit. Pendekatan mutu yang ada saat ini berorientasi pada kepuasan pelanggan

Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

atau pasien. Salah satu faktor kunci sukses pelayanan kesehatan di rumah sakit
adalah dengan mengembangkan mutu pelayanan klinis sebagai inti pelayanan
(Wijono, 2000).
Selain itu dengan semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan sosial
ekonomi masyarakat, maka sistem nilai dan orientasi dalam masyarakatpun mulai
berubah. Masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih
baik, lebih ramah dan lebih bermutu termasuk pelayanan kesehatan. Dengan
semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan Rumah Sakit
maka fungsi pelayanan Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi secara bertahap
perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih efektik dan efisien serta memberi
kepuasan kepada pasien, keluarga maupun masyarakat.
Agar upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Permata Bunda
Purwodadi dapat seperti yang diharapkan maka perlu disusun Pedoman Upaya
Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi. Buku
panduan tersebut merupakan konsep dan program peningkatan mutu pelayanan
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi yang disusun sebagai acuan bagi
pengelola Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi dalam melaksanakan upaya
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit. Dalam buku panduan ini diuraikan
tentang prinsip upaya peningkatan mutu, langkah-langkah pelaksanaannya dan
dilengkapi dengan indikator mutu.
1.2

Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
4. Surat Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia
No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

1.3

Landasan Peraturan
Landasan peraturan Peningkatan mutu dan keselamatan rumah sakit di rumah
sakit Permata Bunda Purwodadi adalah :
1. UU no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
2. PMK no 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien
3. Pedoman Upaya Peningkatan Mutu tahun 1994
4. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit tahun 2007
5. Panduan Nasional Keselamatan Pasien edisi 2 tahun 2008
6. Pedoman Pelaporan Insiden keselamatan Pasien edisi 2 tahun 2008

Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

BAB II
GAMBARAN UMUM
a. RS Permata Bunda merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta di kota Purwodadi
jawa tengah.
b. RS Permata Bunda memberikan pelayanan rawat inap dilengkapi dengan kamar
bedah, serta pelayanan rawat jalan berikut penunjang diagnostic, dan layanan
penunjang lainnya.
c. Dari sisi finansial seluruh kegiatan RS dibedakan menjadi profit centre dan
cost centre.

Profit centre dibagi menjadi 5 Unit Bisnis yaitu :


1. Unit Bisnis Laboratory
2. Unit Bisnis Radiology
3. Unit Bisnis Clinical Services
4. Unit Bisnis Nursing.
5. Unit Bisnis Pharmacy

Sedangkan Cost centre terdiri dari :


1. Departemen Pendukung : laundry, sanitasi, gizi, pemeliharaan ,

kebersihan, teknik medis, teknik non medis, transportasi, Kerohanian,


staf medik.
2. Departemen Administrasi & Umum : keuangan, pembelian, marketing,

humas, administrasi umum dan sekretariat, staf manajemen, staf rekam


medik, akuntansi dan personalia.
2.1

SEJARAH RS. PERMATA BUNDA PURWODADI


Pelayanan yang disediakan :
1. Pelayanan Rawat Inap

Ruang Rama (Vip Utama dan Vvip )

Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

Ruang perawatan umum (Superior, Standar)

Ruang nakula (Standar)

Ruang Sadewa ( BPJS )

Ruang peristi (Anak dan Perinatalogi)

Ruang obsgyn ( standart)

Ruang VK ( kebidanan )

Ruang ICU

2. Pelayanan Rawat jalan, yang terdiri dari :

Unit Gawat Darurat 24 jam

Poliklinik Paru

Poliklinik Syaraf

Poliklinik THT

Poliklinik Gigi

Poliklinik Kebidanan

Poliklinik Penyakit Dalam

Poliklinik Mata

Poliklinik Umum

Poliklinik Kulit dan Kelamin

Poliklinik Anak

Poliklinik Bedah

Poliklinik Bedah Ortopedi

Rehabilitasi Medik

3. Kamar Bedah
4. Pelayanan Penunjang dengan berbagai peralatan penunjang yang lengkap
dan canggih
a. Laboratorium

Hematologi

Kimia klinik

Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

b. Radiologi

CT SCAN

USG

Rontgen

Panoramic

5. Medical Check Up
6. Haemodialisa (Renal Unit)
7. Instalasi Farmasi
8. Penunjang lain seperti : Ambulance, Kerohanian, Ruang Pemulasaran
Jenazah

Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

BAB III
VISI, MISI, MOTTO, TUJUAN DAN BUDAYA KERJA RUMAH SAKIT
3.1

VISI RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA PURWODADI


Rumah Sakit Yang Dikelola Secara Profesional Untuk Menghasilkan Pelayanan
yang Terbaik

3.2

MISI RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA PURWODADI


3.2.1

Memberikan pelayanan kesehatan bermutu yang berorientasi pada


kecepatan, ketepatan dan keselamatan pasien

3.2.2

Mewujudkan kepemimpinan visioner yang mampu menghasilkan budaya


kerja yang positif, adaptif dan proaktif

3.2.3
3.3

Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia

MOTTO RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA PURWODADI


Kami Memberi Hanya Yang Terbaik

3.4

TUJUAN RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA ADALAH


3.4.1 Tujuan Umum:
Menjadi Rumah Sakit Yang Mampu Dalam Pelayanan Tepat Guna
Inovatif, Dan Efisien Dengan Didukung Sumber Daya Manusia Yang
Profesional
3.4.2

Tujuan Khusus.
a. Mampu menyajikan pelayananyang tepat sasaran, nyaman dan
profesional untuk memenuhi harapan yang diinginkan bagi
pelanggan
b. Mampu membangun komitmen Sumber Daya Manusia untuk
memberikan pelayanan secara profesional

Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

c. Mampu berinovasi dalam kanca perumahsakitan yang semakin maju


d. Mampu memberikan pelayanan Rumah Sakit yang menyangkut
aspek : tepat waktu, tepat mutu, tepat sasaran dan tepat biaya.

3.5

BUDAYA KERJA
1. Tepat waktu

: kami bekerja dengan standar waktu yang terbaik

2. Tepat mutu

: kami bekerja dengan standar profesi

3. Tepat sasaran : kami melayani yang kami yakin dapat melaksanakan dan
sesuai dengan kewenangan.
4. Tepat biaya

: kami memberikan sesuai dengan pengorbanan anda.

Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA

Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

BAB V
STRUKTUR ORGANISASI TIM PMKP

10

BAB VI
PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
6.1 VISI
Mutu pelayanan dan keselamatan pasien menjadi budaya kegiatan unit
6.2 MISI
1. Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien disusun dan dilaksanakan di
setiap unit kerja Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
2. Menyediakan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan
3. Terselenggaranya partisipasi dan dukungan dari pimpinan rumah sakit
4. Tersosialisasinya program peningkatan mutu dan keselamatan pasien kepada staf
6.3 TUJUAN
6.3.1 Tujuan Umum :
Agar buku pedoman yang merupakan konsep dasar dan prinsip upaya
peningkatan mutu ini dapat digunakan oleh pimpinan dan pelaksana Rumah
Sakit Permata Bunda Purwodadi sebagai acuan dalam melaksanakan Upaya
Peningkatan Mutu Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi.
6.3.2 Tujuan Khusus :
1. Tercapainya satu pengertian tentang Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan
dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2. Adanya acuan dalam pelaksaan program Upaya Peningkatan Mutu
Pelayanan dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
3. Tercapainya budaya mutu dan keselamatan pasien diseluruh unit kerja
rumah sakit Permata Bunda Purwodadi.
4. Adanya dukungan dari pimpinan rumah sakit Permata Bunda Purwodadi.
6.3.3 Sasaran Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
1. Mutu asuhan medis
2. Mutu asuhan Keperawatan
3. Meningkatkan Kepuasan pasien
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan
BAB VII
11

SEJARAH PERKEMBANGAN UPAYA PENINGKATAN


MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan sebenarnya bukanlah hal yang
baru. Pada tahun (1820 1910) Florence Nightingale seorang perawat dari Inggris
menekankan pada aspek-aspek keperawatan pada peningkatan mutu pelayanan. Salah
satu ajarannya yang terkenal sampai sekarang adalah hospital should do the patient no
harm, Rumah Sakit jangan sampai merugikan atau mencelakakan pasien.
Di Amerika Serikat, upaya peningkatan mutu pelayanan medik dimulai oleh ahli
bedah Dr. E.A.Codman dari Boston dalam tahun 1917. Dr.E.A Codman dan beberapa
ahli bedah lain kecewa dengan hasil operasi yang seringkali buruk, karena seringnya
terjadi penyulit. Mereka berkesimpulan bahwa penyulit itu terjadi karena kondisi yang
tidak memenuhi syarat di Rumah Sakit. Untuk itu perlu ada penilaian dan
penyempurnaan tentang segala sesuatu yang terkait dengan pembedahan. Ini adalah
upaya pertama yang berusaha mengidentifikasikan masalah klinis, dan kemudian
mencari jalan keluarnya.
Kelanjutan dari upaya ini pada tahun 1918 The American College of Surgeons
(ACS) menyusun suatu Hospital Standardization Programme. Program standarisasi
adalah upaya pertama yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan.
Program ini ternyata sangat berhasil meningkatkan mutu pelayanan sehingga banyak
Rumah Sakit tertarik untuk ikut serta. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi
maka spesialisasi ilmu kedokteran diluar bedah cepat berkembang. Oleh karena itu
program standarisasi perlu diperluas agar dapat mencakup disiplin lain secara umum.
Pada tahun 1951 American College of Surgeon, American College of Physicians,
American Hospital Association bekerjasama membentuk suatu Joint Commision on
Accreditation of Hospital (JCAHO) suatu badan gabungan untuk menilai dan
mengakreditasi Rumah Sakit .
Pada akhir tahun 1960 JCAHO tidak lagi hanya menentukan syarat minimal dan
essensial untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada di Rumah Sakit, namun telah
memacu Rumah Sakit agar memberikan mutu pelayanan yang setinggi-tingginya sesuai
dengan sumber daya yang ada. Untuk memenuhi tuntutan yang baru ini antara tahun
12

1953-1965 standar akreditasi direvisi enam kali, selanjutnya beberapa tahun sekali
diadakan revisi. Revisi terhadap Standar Akreditasi JCI terbaru dilakukan pada bulan
Januari 2011 yang merupakan edisi keempat.
Atas keberhasilan JCAHO dalam meningkatkan mutu pelayanan, Pemerintah
Federal memberi pengakuan tertinggi dalam mengundangkan Medicare Act. Undangundang ini mengabsahkan akreditasi Rumah Sakit menurut standar yang ditentukan oleh
JCAHO. Sejak saat itu Rumah Sakit yang tidak diakreditasi oleh JCAHO tidak dapat
ikut program asuransi kesehatan pemerintah federal (medicare), padahal asuransi di
Amerika sangat menentukan utilisasi Rumah Sakit karena hanya 9,3% biaya Rumah
Sakit berasal dari pembayaran langsung oleh pasien.
Sejak tahun 1979 JCAHO membuat standar tambahan, yaitu agar dapat lulus
akreditasi suatu Rumah Sakit harus juga mempunyai program pengendalian mutu yang
dilaksanakan dengan baik.
Di Australia, Australian Council on Hospital Standards (ACHS) didirikan
dengan susah payah pada tahun 1971, namun sampai tahun 1981 badan ini baru berhasil
beroperasi dalam 3 Negara bagian. Tetapi lambat laun ACHS dapat diterima
kehadirannya dan diakui manfaatnya dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
sehingga sekarang kegiatan ACHS telah mencakup semua negara bagian. Pelaksanaan
peningkatan mutu di Australia pada dasarnya hampir sama dengan di Amerika.
Di Eropa Barat perhatian terhadap peningkatan mutu pelayanan sangat tinggi,
namun masalah itu tetap merupakan hal baru dengan konsepsi yang masih agak kabur
bagi kebanyakan tenaga profesi kesehatan. Sedangkan pendekatan secara Amerika sukar
diterapkan karena perbedaan sistem kesehatan di masing-masing negara di Eropa.
Karena itu kantor Regional WHO untuk Eropa pada awal tahun 1980-an mengambil
inisiatif untuk membantu negara-negara Eropa mengembangkan pendekatan
peningkatan mutu pelayanan disesuaikan dengan sistem pelayanan kesehatan masingmasing.
Pada tahun 1982 kantor regional tersebut telah menerbitkan buku tentang upaya
meningkatkan mutu dan penyelenggaraan simposium di Utrecht, negeri Belanda tentang
metodologi peningkatan mutu pelayanan. Dalam bulan Mei 1983 di Barcelona, Spanyol
suatu kelompok kerja yang dibentuk oleh WHO telah mengadakan pertemuan untuk
13

mempelajari peningkatan mutu khusus untuk Eropa.


Walaupun secara regional WHO telah melakukan berbagai upaya, namun pada
simposium peningkatan mutu pada bulan Mei 1989 terdapat kesan bahwa secara
nasional upaya peningkatan mutu di berbagai negara Eropa Barat masih pada
perkembangan awal.
Di Indonesia langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah
dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu
penetapan kelas Rumah Sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.033/Birhup/1972. Secara umum telah ditetapkan beberapa kriteria untuk tiap kelas
Rumah Sakit A,B,C,D. Kriteria ini kemudian berkembang menjadi standar-standar.
Kemudian dari tahun ke tahun disusun berbagai standar baik menyangkut pelayanan,
ketenagaan, sarana dan prasarana untuk masing-masing kelas Rumah Sakit. Disamping
standar, Departemen Kesehatan juga mengeluarkan berbagai panduan dalam rangka
meningkatkan penampilan pelayanan Rumah Sakit.
Sejak tahun 1984 Departemen Kesehatan telah mengembangkan berbagai
indikator untuk mengukur dan mengevaluasi penampilan (performance) Rumah Sakit
pemerintah kelas C dan Rumah Sakit swasta setara yaitu dalam rangka Hari Kesehatan
Nasional. Indikator ini setiap dua tahun ditinjau kembali dan disempurnakan. Evaluasi
penampilan untuk tahun 1991 telah dilengkapi dengan indikator kebersihan dan
ketertiban Rumah Sakit dan yang dievaluasi selain kelas C juga kelas D dan kelas B
serta Rumah Sakit swasta setara. Sedangkan evaluasi penampilan tahun 1992 telah
dilengkapi pula dengan instrumen mengukur kemampuan pelayanan. Evaluasi
penampilan Rumah Sakit ini merupakan langkah awal dari Konsep Continuous Quality
Improvement (CQI). Berbeda dengan konsep QA tradisional dimana dalam monitor
dan evaluasi dititik beratkan kepada pencapaian standar, maka pada CQI fokus lebih
diarahkan kepada penampilan organisasi melalui penilaian pemilik, manajemen, klinik
dan pelayanan penunjang. Perbedaan yang sangat mendasar yaitu keterlibatan seluruh
karyawan.
Selain itu secara sendiri-sendiri beberapa Rumah Sakit telah mengadakan
monitoring dan evaluasi mutu pelayanan Rumah Sakitnya. Pada tahun 1981 RS Gatot
Subroto telah melakukan kegiatan penilaian mutu yang berdasarkan atas derajat
14

kepuasan pasien. Kemudian Rumah Sakit Husada pada tahun 1984 melakukan kegiatan
yang sama. Rumah Sakit Adi Husada di Surabaya membuat penilaian mutu atas dasar
penilaian perilaku dan penampilan kerja perawat. Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya
menilai mutu melalui penilaian infeksi nosokomial sebagai salah satu indikator mutu
pelayanan. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menggunakan upaya penggunaan obat
secara rasional. Rumah Sakit Islam Jakarta pernah menggunakan pengendalian mutu
terpadu (TQC) dan Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle = QCC). Beberapa
Rumah Sakit lainnya juga telah mencoba menerapkan Gugus Kendali Mutu, walaupun
hasilnya belum ada yang dilaporkan.
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi sebagai salah satu rumah sakit swasta
tipe C di Purwodadi, diharapkan memiliki standar yang tinggi untuk mencapai visinya
Rumah Sakit Yang Dikelola Secara Profesional Untuk Menghasilkan Pelayanan
Terbaik, maka perlu mulai melaksanakan upaya untuk terus menerus memantau dan
meningkatkan mutu pelayanan klinik (clinical care). Adanya tuntutan dari masyarakat
terhadap pelayanan bermutu yang dapat diberikan Rumah Sakit juga merupakan salah
satu alasan perlunya meningkatkan mutu pelayanan.
Sejalan dengan hal di atas maka Departemen Kesehatan telah mengadakan
Pelatihan Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit pada beberapa Rumah Sakit.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran untuk meningkatkan mutu
sudah cukup meluas walaupun dalam penerapannya sering ada perbedaan.

15

BAB VIII
KONSEP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU
RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA PURWODADI
8.1 PENGERTIAN MUTU
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian yang
secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
a) Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
b) Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan(commitment) yang selalu
dicurahkan pada pekerjaan.
c) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar.
d) Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan.
8.2 DEFINISI MUTU RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA PURWODADI
Adalah derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi
sumber daya yang tersedia di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi secara wajar,
efisien, efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma,
etika, hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan Rumah Sakit dan masyarakat konsumen.
8.3 PIHAK YANG BERKEPENTINGAN DENGAN MUTU
Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu, pihak-pihak tersebut adalah :
a.

Konsumen

b.

Pembayar atau perusahaan atau asuransi

c.

Manajemen Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi

d.

Karyawan Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi

e.

Masyarakat

f.

Pemerintah
16

g.

Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan kepentingannya
terhadap mutu, karena itu mutu adalah multi dimensional.
8.4 DIMENSI MUTU
Dimensi atau aspeknya adalah :
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan pasien
d. Kepuasan pasien
e. Aspek sosial budaya
8.5 MUTU TERKAIT DENGAN STRUKTUR, PROSES DAN OUTCOME
Mutu suatu rumah sakit adalah produk akhir dari interaksi dan ketergantungan yang
rumit antara berbagai komponen atau aspek rumah sakit sebagai suatu sistem.
Aspek tersebut terdiri dari struktur, proses dan outcome.

8.5.1 Struktur :
Adalah sumber daya manusia, sumber daya fisik, sumber daya keuangan dan
sumber daya lain-lain pada fasilitas pelayanan kesehatan. Baik tidaknya
struktur dapat diukur dari kewajaran, kuantitas, biaya dan mutu komponenkomponen struktur itu.
8.5.2 Proses :
Adalah apa yang dilakukan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien:
evaluasi, diagnosa, perawatan, konseling, pengobatan, tindakan, penanganan
jika terjadi penyulit, follow up. Baik tidaknya proses dapat diukur dari
relevansinya bagi pasien, efektifitasnya dan mutu proses itu sendiri.
Pendekatan proses adalah pendekatan paling langsung terhadap mutu
asuhan.
8.5.3 Outcome :
Adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi lain
terhadap pasien dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasannya
serta kepuasan provider. Outcome yang baik sebagian besar tergantung
kepada mutu struktur dan mutu proses yang baik. Sebaiknya outcome yang
17

buruk adalah kelanjutan struktur atau proses yang buruk.


Rumah Sakit permata bunda adalah suatu institusi pelayanan kesehatan
yang komplek. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di Rumah sakit
Permata Bunda Purwodadi menyangkut berbagai fungsi pelayanan serta
mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar Rumah Sakit
Permata Bunda mampu melaksanakan fungsi yang demikian komplek, maka
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi harus memiliki sumber daya
manusia yang profesional baik di bidang teknis medis maupun administrasi.
Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, Rumah Sakit Permata Bunda
Purwodadi harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan
mutu di semua tingkatan.
Pengukuran mutu medis di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
sudah diawali dengan penilaian akreditasi Rumah Sakit yang mengukur dan
memecahkan masalah pada tingkat struktur dan proses. Pada kegiatan ini
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi harus melakukan berbagai standar
dan prosedur yang telah ditetapkan. Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
dipacu untuk dapat menilai diri (self assesmen) dan memberikan pelayanan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk
mengukur hasil kerjanya perlu ada alat ukur yang lain yaitu instrumen mutu
pelayanan Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi yang menilai dan
memecahkan masalah pada hasil (Outcome). Tanpa mengukur hasil kinerja
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi tidak dapat mengetahui apakah
struktur dan proses yang baik telah menghasilkan outcome yang baik pula.
Pelaksanaan indikator mutu Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi disusun
dengan mengacu pada Buku Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Rumah
Sakit yang telah diterbitkan oleh World Health Organization dan Direktorat
Jenderal Pelayanan Medis Departemen Kesehatan Republik Indonesia) tahun
2001.

18

BAB IX
UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RS PERMATA BUNDA PURWODADI
9.1 KESELAMATAN PASIEN
9.1.1

Definisi Keselamatan pasien / Patient Safety adalah : Pasien bebas dari


Harm / cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari cedera yang
potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/sosial/psikologis/cacat,
kematian dll) terkait dengan pelayanan kesehatan.

9.1.2

Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah : setiap kejadian atau situasi


yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm/cidera
yang tidak seharusnya terjadi.

9.1.3

Insiden keselamatan pasien meliputi :


a. Kejadian Sentinel
b. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
c. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC )
d. Kejadian Tidak Cedera ( KTC )
e. Kondisi Potensial Cedera ( KPC )

9.1.4

Definisi kejadian sentinel adalah : Kejadian yang menyebabkan


kematian atau kerugian atau kecacatan permanen yang bukan karena
proses penyakit yang tidak diantisipasi yang seharusnya dapat dicegah.

9.1.5

Kejadian sentinel meliputi keadaan sebagai berikut :


a. Kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah
penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya
b.

Kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak terkait


dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari
penyakitnya
19

c. Kesalahan lokasi, salah prosedur, salah pasien dalam tindakan


pembedahan
d.

Kejadian penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang


yang bukan orang tuanya

9.1.6

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah : Kejadian yang


menyebabkan cedera atau komplikasi yang tidak diharapkan sehingga
menyebabkan perawatan lebih lama, kecacatan atau kematian yang bukan
oleh proses penyakit
Kejadian tidak diharapkan antara lain :
a. Reaksi tranfusi di rumah sakit
b. Kesalahan obat yang signifikan dan efek obat yang tidak diharapkan
c. Kesalahan medis (medical error) yang menyebabkan kecacatan dan
perpanjangan hari rawat.
d. Ketidak cocokkan yang besar (major) antara diagnosis pre operasi dan
pasca operasi
e. Kejadian tidak diharapkan pada pemberian sedasi moderat dan anestesi
f. Kejadian lain misalnya wabah penyakit infeksi

9.1.7

Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah : Kejadian yang berpotensi


menyebabkan kerugian atau bahaya, akan tetapi karena faktor
keberuntungan hal tersebut tidak terjadi

9.1.8

Kejadian Nyaris Cedera (KNC) meliputi keadaan sebagai berikut :


9.1.8.1 Kejadian yang berpotensi menyebabkan cidera yang berkaitan
dengan pelayanan kepada pasien tetapi dapat dihindari / dicegah
dan perlu dilaporkan kepada tim keselamatan pasien RS.
9.1.8.2 Kejadian yang berpotensi menyebabkan kerugian / bahaya yang
tidak berkaitan langsung dengan pelayanan kepada pasien tetapi
dapat dihindari / dicegah dan tidak perlu dilaporkan kepada tim
keselamatan pasien RS tetapi dapat diselesaikan oleh unit terkait
antara lain :
a. Kejadian yang berkaitan dengan administrasi keuangan
b. Kejadian kehilangan barang milik pasien / keluarga pasien
20

c. Kejadian komplain pasien / keluarga pasien


9.1.9

Kejadian Tidak Cedera adalah : insiden yang sudah terpapar kepada


pasien tapi tidak menimbulkan cedera.

9.1.10 Kondisi Potensial Cedera adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera tapi belum terjadi insiden.
9.1.11 Daftar Kondisi Potensial Cidera (KPC) RS Permata Bunda
Purwodadi:
a.

b.

c.

Bangunan
1. Atap pecah / bocor
2. Tembok retak
3. Plafon retak
4. Plafon berlubang
5. Plafon bocor
6. Ubin pecah/berlubang
7. Lantai berlumut
8. Kaca retak
9. Jendela rusak
10. Pintu rusak
11. Pipa air bocor
12. Keran air bocor
13. Talang air bocor / meluap
14. Saluran pembuangan air tersumbat
15. Lantai basah/licin
16. Tanda peringatan tidak terpasang saat lantai basah
Alat Non Medis
1. Roda bed / kursi rusak
2. Bed pasien berkarat/ keropos
3. Pembatas bed pasien rusak
4. Pengunci tiang infus longgar / tajam
5. Tiang infus rusak
6. Tempat duduk rusak
7. Pengatur naik turun bed rusak / tidak berfungsi
8. Kabel listrik berserakan/ tidak rapi
9. AC bocor / tidak berfungsi
10. Kursi operator bedah beroda (IKO)
11. Kunci roda bed tidak berfungsi
12. Kursi roda dalam keadaan tidak terkunci saat berhenti
Alat Medis
Umum
1. Masa kalibrasi alat terlewati
2. Tensi air raksa bocor
21

d.

3. Syring pump tidak berfungsi optimal


4. Defibriltor dalam kondisi rusak / tidak siap pakai
5. Alat monitor yang rusak/tidak siap pakai
6. Alat ECG rusak / tidak siap pakai
7. Ventilator dalam kondisi tidak siap pakai
8. Alat spirometri tidak berfungsi dengan benar
9. Alat treadmill tidak berfungsi dengan benar
10. Alat suction tidak berfungsi dengan baik
11. Pisau/gunting medis tidak tajam
12. Senter mati/tidak ada
Laboratorium
1. Alat analisa tidak berfungsi / rusak
2. Jarak antar bed terlalu dekat
Kamar Operasi
1. Kauter tidak berfungsi dengan baik
2. Warmer tidak berfungsi dengan baik
Kamar Bersalin
1. Alat NST tidak berfungsi dengan benar
2. Incubator tidak siap pakai/rusak
3. Alat Doppler tidak berfungsi
Hemodialisa
1. Alat HD tidak berfungsi
2. Cairan bikarbonat masa kadaluarsa < 3 bulan
Radiologi
1. Alat tidak berfungsi dengan baik
2. Tampilan gambar tidak jelas
Obat
1. obat High alert tidak tertandai dengan benar
2. penyimpanan obat high alert yang tidak benar
3. penyimpanan obat tidak sesuai aturan prosedur
4. tidak tersedia / tidak lengkap nya obat emergency setelah di
gunakan
5. penyimpanan obat pasien tidak dilakukan dengan benar

9.1.12 Kesalahan Medis (Medical errors) adalah : Kesalahan yang terjadi


dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan termasuk gagal
melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang
salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat melaksanakan suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission).
22

9.1.13 Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah : Suatu


sistem untuk mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan tidak
diharapkan, yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera pada pasien. Sistem ini juga mendokumentasikan kejadian-kejadian
yang tidak konsisten dengan operasional rutin rumah sakit atau asuhan
pasien.

Insiden KNC/KTC/KTD/KejadianSentinel

Tindak lanjut
(dicegah/ditangani)

Buat laporan Insiden (isi


formulir pada akhir kerja dan
diserahkan ke Ka. Unit)paling
lambat 2x24 jam (jangan
menunda laporan )

Ka. Unit memeriksa laporan,


melakukan grading resiko

Untuk Grade biru dan hijau


investigasi sederhana oleh Ka.
Unit Langsung
23

Untuk Grade Kuning/Merah


tim KP RS akan melakukan
Root Cause Analysis(RCA)

Setelah selesai melakukan


investigasi sederhana, laporan
investigasi dan laporan Insiden
dilaporkan Ke tim KP RS
Tim KP RS akan membuat laporan dan rekomendasi untuk
perbaikan serta pembelajaranberupa petunjuk/safety alert

Hasil Root Cause Analysis (RCA), rekomendasi dan


rencana kerja dilaporkan kepada direksi

Rekomendasi untuk perbaikan dan


pembelajaran diberikan umpan balik kepada unit

Gambar 9.1 Alur Pelaporan Insiden Rumah Sakit Permata Bunda


Petugas yang mengetahui terjadinya insiden mengisi form pelaporan
insiden. Form ini bersifat rahasia dan tidak boleh digandakan / dikopi
untuk alasan apapun. Kepala bagian memilah insiden yang dikirim ke Tim
KPRS menjadi insiden klinis dan non klinis, untuk insiden klinis
menentukan risk grading matrix, kemudian menyerahkan laporan insiden
kepada Tim KPRS dengan persyaratan : untuk laporan insiden kategori
low dilaporkan paling lambat 7 x 24 jam, sedangkan untuk insiden
kategori sentinel, high dan moderate selambatnya 1 x 24 jam. Untuk
kategori low, maka unit yang bertindak sebagai penyebab insiden akan
menganalisa dan hasilnya dilaporkan kepada tim KPRS. Bila hasil grading
Moderate, High, dan Sentinel maka tim KPRS akan menerbitkan FTKP
untuk analisa masalah melalui RCA dilakukan oleh tim RCA sesuai
insiden yang terjadi.
Hasil RCA dilaporkan kepada unit terkait dan tim KPRS, dan
dilakukan monitoring keefektifan dari tindak lanjut yang sudah dilakukan.
24

Bila tindak lanjut sudah efektif dan berkaitan dengan prosedur makan
dilanjutkan dengan pembuatan prosedur baru, bila belum efektif maka
dilakukan analisa ulang terhadap insiden yang terjadi.
9.1.14 Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis) adalah : Suatu proses
terstruktur untuk mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya penyimpangan kinerja, termasuk KTD.
9.1.15 Manajemen Risiko (Risk Management) adalah : Dalam hubungannya
dengan operasional rumah sakit, istilah manajemen risiko dikaitkan kepada
aktivitas perlindungan diri yang berarti mencegah ancaman yang nyata
atau berpotensi nyata terhadap kerugian keuangan akibat kecelakaan,
cedera atau malpraktik medis.

Level
1
2
3
4
5

Frekuensi
Jarang
Tidak biasa
Kadang-kadang
Kemungkinan
Sering
Gambar 9.2

Kejadian actual
Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
Dapat terjadi dalam 2 5 tahun
Dapat terjadi tiap 1 2 tahun
Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
Terjadi dalam minggu / bulan

Risk Grading Matrix Probabilitas /Frekuensi / Likelihood

Level

DESKRIPSI

CONTOH DESKRIPSI

Insignificant

Tidak ada cedera

Minor

25

Cedera ringan

Dapat diatasi dengan pertolongan pertama,

Moderate

Cedera sedang
Berkurangnya fungsi motorik / sensorik / psikologis atau
intelektual secara reversibel dan tidak berhubungan dengan
penyakit yang mendasarinya

Setiap kasus yang memperpanjang perawatan


Cedera luas / berat

Major

Kehilangan fungsi utama permanent (motorik,

sensorik,

psikologis, intelektual) / irreversibel, tidak berhubungan


5

Cathastropic

dengan penyakit yang mendasarinya


Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan
penyakit yang mendasarinya

Gambar 9.3

Risk Grading Matrix Dampak Klinis / Consequences / Severity

Potencial Concequences
Minor
Moderate
Major

Frekuensi/

Insignificant

Catastropic

Likelihood
Sangat Sering Terjadi

Moderate

Moderate

High

Extreme

Extreme

Moderate

Moderate

High

Extreme

Extreme

Low

Moderate

High

Extreme

Extreme

Low

Low

Moderate

High

Extreme

(Tiap mgg /bln)


5
Sering terjadi
(Bebrp x /thn)
4
Mungkin terjadi
(1-2 thn/x)
3
Jarang terjadi
(2-5 thn/x)
2

26

Sangat jarang sekali (>5

Low

Low

Moderate

High

Extreme

thn/x)
1
Gambar 9.4

Risk Grading Matrix Potencial Concequences


Probabilitas /Frekuensi / Likelihood

Can be manage

Clinical Manager / Lead

Detailed review & urgent

Immediate review &

by procedure

Clinician should assess the

treatment should be

action required at

consequences againts cost of

undertaken by senior

Board level. Director

treating the risk

management

must be informed

Gambar 9.5

Risk Grading Matrix Tindakan

Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam table


matriks grading risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna
bands risiko.
a. Skor Risiko
SKOR RISIKO = Dampak X Probabilitas

Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading risiko :


1. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
2. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan
3. Tetapkan warna bands-nya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi
dan dampak.
Skor risiko akan menentukan prioritas risiko. Jika pada asesmen risiko
ditemukan dua insiden dengan hasil skor risiko yang nilainya sama,
maka untuk memilih prioritasnya dapat menggunakan warna bands
risiko.
Skala prioritas bands risiko adalah
27

Bands biru

: Rendah / Low

Bands hijau

: Sedang / Moderate

Bands kuning : Tinggi / High

Bands merah : Sangat tinggi / Extreme

b. Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat
warna yaitu: biru, hijau, kuning, dan merah .

BAB X
ANALISIS AKAR MASALAH
( ROOT CAUSE ANALYSIS / RCA )
10.1

Pengertian
Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu metode analisis terstruktur yang
mengidentifikasi akar masalah dari suatu insiden, dan proses ini cukup adekuat
untuk mencegah terulangnya insiden yang sama. RCA berusaha menemukan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Apa yang telah terjadi?
2. Apa yang seharusnya terjadi?
3. Bagaimana terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian
yang sama terulang?
RCA wajib dilakukan pada :

Semua kematian yang tidak diharapkan


28

Semua insiden yang diduga mengakibatkan cidera permanent, kehilangan


fungsi atau kehilangan bagian tubuh.

Dalam menentukan penyebab insiden, harus dibedakan antara penyebab


langsung dan akar masalah. Penyebab langsung (immediate cause/proximate
cause) adalah suatu kejadian (termasuk setiap kondisi) yang terjadi sesaat
sebelum insiden, secara langsung menyebabkan suatu insiden terjadi, dan jika
dieliminasi atau dimodifikasi dapat mencegah terjadinya insiden.
Akar masalah (underlying cause/root cause) adalah satu dari banyak faktor
(kejadian, kondisi) yang mengkontribusi atau menciptakan proximate cause, dan
jika dieliminasi atau dimodifikasi dapat mencegah terjadinya insiden. Biasanya
suatu insiden memiliki lebih dari satu akar masalah.
10.1.1 Cara untuk mengidentifikasi akar masalah adalah :
a) Dimulai dengan mengumpulkan data penyebab langsung
b) Mengapa penyebab langsung terjadi? Sistem dan proses mana yang
mendasari terjadinya penyebab langsung.
c) Lebih menitikberatkan pada sistem daripada human errors.
d) Tim sering kali menemui masalah pada tahap ini; sering berhenti
pada penyebab langsung dan tidak terus mencari akar masalahnya.
e) Penyelidikan harus terus berlanjut sampai masalah yang ditemukan
tidak dapat ditelusur lagi, inilah yang dimaksud dengan akar
masalah.
10.1.2 Cara membedakan root cause dan contributing cause :
a)

Apakah insiden dapat terjadi jika cause tesebut tidak ada?


Tidak : root cause

b)

Ya : contributing

Apakah insiden akan terulang oleh karena hal yang sama


jika cause dikoreksi atau dieliminasi?
Tidak : root cause

c)

Ya : contributing

Apakah koreksi atau eliminasi cause dapat menyebabkan


insiden yang serupa?
Tidak : root cause

Ya : contributing
29

Apabila ketiga jawabab adalah tidak, maka cause tersebut adalah root
cause
Apabila salah satu jawaban adalah ya, maka cause tersebut adalah
contributing cause.
10.1.3 Langkah Root Cause Analisis (RCA)
Adapun langkah-langkah Root Cause Analisis (RCA), sebagai berikut:
a) Identifikasi insiden yang akan dianalisis
b) Tentukan tim investigator
c) Kumpulkan data

Observasi :

kunjungan langsung untuk mengetahui keadaan,

posisi, hal-hal yang berhubungan dengan insiden.

Dokumentasi :untuk mengetahui apa yang terjadi sesuai data,


observasi dan inspeksi

Interview :

untuk mengetahui kejadian secara langsung guna

pengecekan data hasil observasi dan dokumentasi.


d) Petakan kronologi kejadian
Sangat membantu bila kronologi insiden dipetakan dalam sebuah
bagan.
Ada berbagai macam cara kronologi kejadian, sebagai berikut :
1)

Kronologi cerita / narasi


Suatu penulisan cerita apa yang terjadi berdasarkan tanggal dan
waktu, dibuat berdasarkan kumpulan data saat investigasi.
Kronologi cerita digunakan jika:
a. Kejadian sederhana dan tidak kompleks, di mana masalah,
praktek dan faktor kontribusinya sederhana.
b. Dapat digunakan untuk mengetahui gambaran umum suatu
kejadian yang lebih kompleks
c. Dapat digunakan sebagai bagian integral dari suatu laporan
sebagai ringkasan di mana hal tersebut mudah dibaca.
Nilai positif : format ini baik untuk presentasi informasi
30

Nilai negatif :
a. sulit untuk menemukan titik cerita dengan cepat
b. sulit untuk mengerti jalan cerita dengan cepat bila melibatkan
banyak pihak
2)

Timeline
Metode untuk menelusuri rantai insiden secara kronologis.
Memungkinkan investigator untuk menemukan bagian dalam
proses di mana masalah terjadi.

3)

Tabular timeline
Merupakan pengembangan timeline yang berisi tiga data dasar:
tanggal, waktu, cerita kejadian asal, dan dilengkapi 3 (tiga) data
lain yaitu: informasi tambahan, praktek yang baik (Good
Practice), dan masalah / CMP (Care Management Problem).
Tabular timeline dapat digunakan pada setiap insiden, berguna
pada kejadian yang berlangsung lama.

4)

Time person grids


Alat pemetaan tabular yang dapat membantu pencatatan
pergerakan orang (staf, dokter, pengunjung, pasien, dan lain-lain)
sebelum, selama, dan sesudah kejadian.
Time person grid digunakan ketika :

Jika dalam suatu insiden terdapat keterlibatan banyak orang


dan investigator ingin memastikan keberadaan mereka dalam
insiden.

Berguna pada keadaan jangka pendek

Dapat dipetakan ke dalam garis waktu sehingga dapat dipakai


untuk mengetahui kerangka waktu spesifik yang lebih detil.

Langkah-langkah time person grid sebagai berikut:


a. buatlah tabel yang terdiri dari beberapa baris dan kolom
31

b. dari tabel tersebut, kolom sebelah kiri berisi daftar staf yang
terlibat
c. kolom berikutnya berisi perjalanan waktu (jam, menit) pada
baris atasnya
d. kemudian pada baris di bawah waktu berisi keterangan tempat
atau kegiatan staf yang terlibat
Nilai positif :

dapat digunakan pada waktu yang pendek

dapat mengidentifikasi keberadaan seseorang dan adanya celah


informasi

pemetaan dapat dalam bentuk garis waktu yang efektif

Nilai negatif :

hanya dapat digunakan dalam waktu yang pendek

orang tidak dapat mengingat waktu di mana ia berada

terfokus pada individu

10.1.4 Identifikasi masalah (Care Management Problem / CMP)


Masalah yang terjadi dalam pelayanan, baik itu melakukan tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya. Suatu insiden bisa terdiri dari
beberapa CMP.
1) Prinsip Dasar CMP :
pelayanan yang menyimpang dari standar pelayanan yang ditetapkan
2) Penyimpangan memberikan dampak langsung atau tidak langsung
pada adverse event.
10.1.5 Analisis Informasi
Tools untuk identifikasi proximate dan underlying cause.
1.

5 Why (why-why chart)


Secara konstan bertanya mengapa?, melalui lapisan penyebab
32

sehingga mengarah pada akar permasalahan dari problem yang


teridentifikasi.
2.

Analisis perubahan / change analysis


Digunakan untuk menganalisa proses yang tidak bekerja sesuai
rencana (apa dan mengapa berubah). Cara ini digunakan jika:

Suatu sistem / tugas yang awalnya berjalan efektif kemudian terjadi


kegagalan / terdapat sesuatu yang menyebabkan perubahan situasi.
Mencurigai suatu perubahan yang menyebabkan ketidaksesuaian
tindakan atau kerusakan alat.
Analisis perubahan membandingkan reality dengan idealnya / teori
dengan prakteknya. Langkah-langkahnya :
a. pelajari prosedur normal :
apa yang seharusnya dilakukan (kolom 1)
b. petakan alur insiden yang terjadi, bandingkan dengan langkah 1
(kolom 2)
c. bandingkan dua proses apakah ada perbedaan, apa sebagai
masalah? Catat pada kolom yang telah disediakan (kolom 3)
d. catat akar masalah untuk perbaikan yang akan dimasukkan dalam
rekomendasi.
3.

Analisis hambatan / barrier analysis


Analisa hambatan didesain untuk mengidentifikasi :

a.

penghalang mana yang seharusnya berfungsi untuk


mencegah terjadinya insiden

b.

mengapa penghalang gagal?

c.

penghalang apa yang dapat digunakan insiden terulang


kembali?

Ada empat tipe penghalang, yaitu :


1) penghalang fisik
2) penghalang natural
3) penghalang tindakan manusia
33

4) penghalang adminstrasi
Saat suatu insiden terjadi, biasanya sudah ada tiga atau lebih
penghalang yang berhasil ditembus. Hal ini sesuai dengan teori Swiss
Cheese

Gambar 10.1 . Teori Analisis hambatan / barrier analysis

4.

Fish bone
Tiap masalah dapat berkaitan dengan beberapa faktor yang dapat
memberikan dampak pada timbulnya insiden.

34

Gambar 10.2 Teori Fish bone


Untuk pengisian, lihat Faktor kontributor .
Tabel . Faktor Kontributor Investigasi Insiden Klinis
FAKTOR KONTRIBUTOR, KOMPONEN DAN SUBKOMPONEN DALAM
INVESTIGASI INSIDEN KLINIS
1. FAKTOR KONTRIBUTOR EKSTERNAL DILUAR RUMAH SAKIT
Komponen
a. Regulator dan Ekonomi
b. Peraturan dan Kebijakan Depkes
c. Peraturan Nasional
d. Hubungan dengan Organisasi
lain
2. FAKTOR KONTRIBUTOR ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Komponen
Subkomponen
Organisasi dan Manajemen
Struktur Organisasi
Pengawasan
Jenjang Pengambilan Keputusan
a. Tujuan dan Misi
b. Penyusunan Fungsi Manajemen
Kebijakan, Standar dan Tujuan

c. Kontrak Service
d. Sumber Keuangan
e. Pelayanan Informasi
f. Kebijakan diklat
g. Prosedur dan Kebijakan
h. Fasilitas dan Perlengkapan
i. Manajemen Risiko
j. Manajemen K3

Administrasi

Quality Improvement
Sistem Administrasi
35

Budaya Keselamatan

a.

Attitude Kerja
b. Dukungan manajemen oleh seluruh staf
a. Ketersediaan

SDM

b. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Staf yang


Berbeda

Diklat

Beban Kerja yang optimal


Manajemen Training/Pelatihan/Refreshing

3. FAKTOR LINGKUNGAN KERJA


Komponen
Subkomponen
Desain dan Bangunan
a. Manajemen Pemeliharaan
b. Penilaian Ergonomik
Lingkungan

c. Fungsionalitas
a. Housekeeping
b. Pengawasan Lingkungan Fisik

Perlengkapan

c. Perpindahan Pasien antar Ruangan


a. Malfungsi Alat
b. Ketidaktersediaan
c. Manajemen Pemeliharaan
d. Fungsionalitas
e. Desain, Penggunaan & Maintenace Peralatan

4. FAKTOR KONTRIBUTOR : TIM


Komponen
Subkomponen
Supervisi dan Konsultasi
a. Adanya kemauan staf junior berkomunikasi
Konsistensi

b. Cepat Tanggap
a. Kesamaan tugas antar profesi

b. Kesamaan tugas antar staf yang setingkat


Kepemimpinan dan Tanggung Jawab a. Kepemimpinan Efektif
Respon terhadap Insiden

b. Uraian Tugas Jelas


Dukungan peer group setelah insiden

5. FAKTOR KONTRIBUTOR : STAF


Komponen
Subkomponen
Kompetensi
Verifikasi Kualifikasi
Verifikasi Pengetahuan dan Keterampilan
36

Stressor Fisik dan Mental

a. Motivasi
b. Stresor Mental: Efek Beban Kerja Beban Mental
c. Stresor Fisik: Efek Beban Kerja = Gangguan
Fisik

6. FAKTOR KONTRIBUTOR : TUGAS


Komponen
Subkomponen
Ketersediaan SOP
a. Prosedur Peninjauan dan Revisi SOP
b. Ketersediaan SOP
c. Kualitas Informasi
Ketersediaan dan akurasi hasil test
Faktor Penunjang dalam validasi alat

d. Prosedur Investigasi
a. Test Tidak Dilakukan
b. Ketidaksesuaian antara interpretasi hasil test
a. Ketersediaan, penggunaan, dan reliabilitas

b. Kalibrasi
medis
Desain Tugas
Penyelesaian tugas tepat waktu dan sesuai SOP
7. FAKTOR KONTRIBUTOR : PASIEN
Komponen
Subkomponen
Kondisi
Penyakit yang kompleks, berat, multikomplikasi
Personal
a. Kepribadian
b. Bahasa
c. Kondisi Sosial

Pengobatan
Riwayat

d. Keluarga
Mengetahui risiko yang berubungan dengan
pengobatan
a. Riwayat Medis
b. Riwayat Kepribadian

c. Riwayat Emosi
Hubungan Staf dan Pasien
Hubungan yang baik
8. FAKTOR KONTRIBUTOR KOMUNIKASI
Komponen
Subkomponen
Komunikasi Verbal
a. Komunikasi antar staf junior dan senior
b. Komunikasi antar Profesi
c. Komunikasi antar Staf dan Pasien
Komunikasi Tertulis

b. Komunikasi antar Unit Departemen


Ketidaklengkapan Informasi
37

10.1.6 Rekomendasi Dan Rencana Kerja Untuk Improvement


LANGKAH 1 dan 2 : IDENTIFIKASI INSIDEN DAN TENTUKAN
TIM
INSIDEN :__________________________________________________
Tim

Ketua

Anggota :

1. ________ 4. ________
2. ________ 5. ________
3. ________ 6. ________

Apakah semua area yang terkait sudah terwakili? YA / TIDAK


Apakah macam-macam dan tingkat pengetahuan YA / TIDAK
Yang berbeda sudah terwakili dalan tim tersebut?
Siapa yang menjadi notulen ? _______
Tanggal dimulai _______________Tanggal dilengkapi ______________
LANGKAH 3 : KUMPULKAN DATA DAN INFORMASI

Observasi langsung : __________________

Dokumentasi

: 1. ______________________
2. ______________________
3. ______________________
4. ______________________
5. ______________________

Interview (dokter atau staf yang terlibat)


1. _______________________________________
38

2. _______________________________________
3. _______________________________________
4. _______________________________________
5. _______________________________________

LANGKAH 4 : PETAKAN KRONOLOGI KEJADIAN


FORM TABULAR TIMELINE
Waktu /
Kejadian
Kejadian
Informasi
tambahan
Good
Practice
Masalah
Pelayanan
FORM TIME PERSON GRID
waktu

staf yang
terlibat

LANGKAH 5: IDENTIFIKASI CMP


FORM MASALAH / CMP
MASALAH

INSTRUMEN / TOOLS

1
39

2
3
LANGKAH 6: ANALISIS INFORMASI
FORM TEKNIK (5) MENGAPA
MASALAH
Mengapa
Mengapa
Mengapa
FORM ANALISIS PERUBAHAN
Prosedur yang normal

Prosedur yang dilakukan

Apakah terdapat bukti

(SOP)

saat insiden

perubahan dalam
proses?

FORM ANALISIS PENGHALANG


Apa penghalang pada

Apakah penghalang

Mengapa penghalang

masalah ini?

dilakukan?

gagal? Apa dampaknya?

FISH BONE / ANALISIS TULANG IKAN


(diagram fish bone lihat atas)

Tingkat
Faktor
kontributor

Tindakan

Sumber
Penanggung

rekomendasi

Waktu

(individu, tim,

jawab

direktorat, RS)

40

daya yang

Bukti

dibutuhkan

penyelesaian

LANGKAH 7: FORM REKOMENDASI DAN RENCANA TINDAKAN

10.1.7 Failure Mode Effects & Analysis ( FMEA/ Analisa Modus Kegagalan
dan Dampaknya )
a. Metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah
potensi kegagalan sebelum terjadi . Hal tersebut didesain untuk
meningkatkan keselamatan pasien
b. Proses pro aktif dimana kesalahan dapat dicegah dan diprediksi
c. Mengantisipasi kesalahan akan meminimalkan dampak buruk
10.1.8 Langkah langkah FMEA
a. Tentukan Topik proses FMEA.
b. Bentuk Tim
c. Gambarkan Alur Proses
d. Analisa Hazard Score
e. Tatalaksana dan Pengukuran Outcome
f. Standarisasi / redesign proses / design control
g. Analisa dan melakukan uji coba pada proses yang baru
h. Implementasi dan monitor proses yang baru
10.1.9 Langkah 1 & 2
a. Pilih Proses yang berisiko tinggi terhadap Keselamatan Pasien dan
bentuk Tim
b. Tim menyesuaikan Proses yang dipilih
c. Pilih Proses yang akan dianalisa
d. Tentukan salah satu Proses / Sub Proses bila proses nya kompleks
10.1.10

Langkah 3A
41

Gambarkan alur Proses


Jelaskan tahapan tahapan proses kegiatan sesuai kebijakan dan
prosedur yang berlaku di Rumah Sakit. Tahapan Proses isikan dalam
kotak 1 , 2, 3, 4, 5, 6, dst
Pada Tahapan Proses dijelaskan proses setiap kegiatan sesuai
kebijakan dan prosedur yang berlaku dan jika proses terlalu kompleks,
dapat memilih satu proses atau sub proses untuk ditindak lanjuti
Kemudian masing masing proses uraikan subprosesnya pada
Tahapan Sub Proses pada baris A, B, C, D, E. dst

Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub
Prosesprosesprosesprosesproses proses
A._______A._______ A.________ A.________ A.________ A._________
B._______B._______B.________ B.________ B.________ B._________
C._______C._______ C.________ C.________ C.________ C._________
D._______D._______ D.________ D.________
D.________ D._________
E._______E._______E.________ E.________ E.________ E._________

42

10.1.11Langkah 3B

Gambarkan Alur Sub Proses


Jelaskan Sub Proses kegiatan yang dipilih untuk ditindak lanjuti,
isikan pada kotak A,B,C,D,E.
Masing masing Sub Proses sampai Sub Proses terakhir dicari modus
kegagalannya, isikan pada baris 1, 2, 3, 4, 5

Modus
Kegagalan
_______
_______
_______
_______

Modus
Kegagalan
_______
_______
_______
_______

10.1.12

Modus
Kegagalan
_______
_______
_______
_______

Modus
Kegagalan
_______
_______
_______
_______

Modus
Kegagalan
_______
_______
_______
_______

Langkah 4
Analisa Hazard Score
Isikan masing masing modus kegagalan dan effek analisisnya pada
lembar kerja
1) Modus Kegagalan
Apa yang anda amati ketika kesalahan terjadi, masing masing
beri nilai pada nomor selanjutnya
2) Akibat / Severity ( S)
Bagaimana dampak kesalahan pada pelanggan, beri nilai seberapa
parah dampaknya terhadap pelanggan
a. Nilai 1 = bila kesalahan tidak menimbulkan dampak / cidera
pada pelayanan kesehatan( perhatikan pada lembar Analisa
43

Hazard Minor )
b. Nilai 5 = bila kegagalan dapat mempengaruhi proses
pelayanan kesehatan tetapi menimbulkan kerugian minor
( perhatikan pada lembar Analisa Hazard Moderat )
c. Nilai 7 = bila kegagalan menyebabkan kerugian yang lebih
besar terhadap pasien ( perhatikan pada lembar Analisa Hazart
Mayor )
d. Nilai 10 = bila kegagalan menimbulkan kematian atau
kecacatan (perhatikan pada lembar Analisa Hazart Katastropik)
3) Potensial Penyebab / Occurrence ( O )
Yang paling memungkinkan penyebab terjadinya kesalahan garis
ini harus selalu terisi dan seberapa sering penyebab atau kesalahan
model ini terjadi ?
a. Nilai 1 = Hampir tidak pernah terjadi ( > 5 tahun )
b. Nilai 5 = Jarang ( dapat terjadi dalam >2 tahun sampai 5
tahun )
c. Nilai 7 = Kadang kadang ( dapat terjadi beberapa kali dalam
1 sampai 2 tahun )
d. Nilai 10 = Hampir sering muncul dalam waktu yang relatif
singkat (beberapa kali dalam 1 tahun)
4) Pendeteksian / Detectability ( D )
Seberapa besar kemungkinan yang kita dapat untuk mendeteksi
kesalahan atau penyebabnya?
a. Nilai 1 = mudah dideteksi
b. Nilai 5 = agak susah dideteksi
c. Nilai 7 = susah dideteksi
d. Nilai 10 = tidak dapat dideteksi
5) RPN
Hasil perkalian S X O X D
6) Peringkat : untuk prioritas penyebab yang akan ditindak lanjuti
pada langkah 5 berdasarkan nilai tertinggi pada RPN ( Risk Priority
44

Number )

PROCESS
&
SUBPROCESSES

10.1.13

FAILURE PROXIMATE
MODE
CAUSES

EFFECTS S

RPN RANK

ACTION
PLAN

Langkah 5
Tata Laksana dan Pengukuran Outcome
Lembar Kerja

Modus
Kegagalan

10.1.14

Potensi
Penyebab

RPN

Peringkat

Tindak lanjut

KPI

PIC

Dukungan
Manajemen

Langkah 6
Melakukan Standarisasi / redesign proses / design control, antara lain dengan :

Mengeliminasi risiko bila memungkinkan


Minimalkan risiko apabila tidak dapat dieliminasi
10.1.15

Langkah 7
Analisa dan melakukan uji coba pada proses yang baru

1. Bila proses yang baru sudah selesai dibuat, perlu dilakukan proses FMEA
yang baru untuk menguji apakah proses tersebut masih berpotensi
menimbulkan kegagalan
2. Untuk Failure mode dengan high RPN, jangan lupa mencari banyak jalan
untuk mengeliminasi / meminimalkan risiko
45

10.1.16

Langkah 8
Implementasi dan monitor proses yang baru. Ulangi beberapa waktu,
sesudah beberapa failure mode di-eliminasi

10.2 CLINICAL PATHWAY


Clinical Pathway (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang
merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar
pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang
terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit. Clinical pathway
diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang terdiagnosis : Acute Ischemik
Stroke, maupun pasien dengan tindakan: Sectio Caesarea, Tonsilectomi
( termasuk Adenotonsilectomi ), Coronary Angiography ( PAC ), Temporary Pace
Maker ( TPM ), Permanent Pace Maker ( PPM ), Percutaneus Coronary
Intervention ( PCI ).
10.3 Penetapan Area Prioritas
Pengelompokan Indikator Mutu Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
berdasarkan prioritas area yang akan dilakukan evaluasi adalah sebagai berikut:
No
1

Prioritas Area
Evaluasi
Sasaran
1.
Angka Kesalahan
Keselamatan
Identifikasi Pasien
Pasien
2.
Angka insiden
karena salah komunikasi
3.
4.
Angka kesalahan
membaca resep
5.
Ketepatan
Pelaksanaan operasi tanpa
adanya kesalahan pasien,
tindakan dan lokasi operasi
5a.
Angka pasien dengan
infeksi jarum infus
5b.
Angka pasien dengan ILO
5c.
Angka pasien dengan
5d.

decubitus
Angka kepatuhan cuci
tangan bagi karyawan
46

SKP
SKP.1

Keterangan
Proses

SKP.2

Proses

SKP.3

Proses

SKP.4

Output pelayanan

SKP.5

Output pelayanan

SKP.5
SKP.5

Output pelayanan
Output pelayanan

SKP.5

Proses

6. Angka pasien jatuh


2

Indikator
Area klinis

1. Angka
kelengkapan
pengkajian
keperawatan
2. Angka
ketepatan
waktu
penyelesaian
pemeriksaan
laboratorium
3. waktu tunggu
foto thorax
rawat jalan 3
jam
4. Ketepatan
Pelaksanaan
operasi tanpa
adanya
kesalahan
pasien, tindakan
dan lokasi
operasi
5. Pemberian
Aspirin pada
pasien AMI

10.a
10 b.
10 c.

6. Angka
kesalahan
pemberian obat
7. Kelengkapan
Laporan
Anastesi
8. Tidak ada
kejadian salah
penyerahan
darah transfusi
9. Angka
kelengkapan
pengkodingan
Rawat Inap
Angka pasien dengan
Infeksi jarum infus
Angka pasien dengan ILO
Angka pasien dengan
47

SKP.6

Output pelayanan

Asesmen
Pasien

Prosedur

Laboratoriu
m

Prosedur

Radiologi

Outcome

Prosedur
bedah

Prosedur

Penggunaan
antibiotic
dan obat
lain
Medication
error

Prosedur

Penggunaan
anestesi

Proses

Penggunaan
darah dan
produk
darah
Ketersediaa
n isi dan
penggunaan
RM
PPI

Prosedur

Out come

PPI
PPI

Out come
Out come

Prosedur

Proses

Indikator
Area
Manajemen

decubitus
11. TDD, tidak ada kegiatan riset
1. Pending purchase order barang
rutin dalam 1 minggu
2. Ketepatan waktu Laporan
Kematian Ibu dan Bayi
3. Angka ketepatan pelaporan
KNC, KTD, sentinel
4. Pelaksanaan preventive
maintenance alat medis

5a.

Tingkat kepuasan pasien RI


& keluarga terhadap
pelayanan rumah sakit

5b.

Tingkat kepuasan pasien RJ


& keluarga terhadap
pelayanan rumah sakit
6. Laporan hasil survey kepuasan
karyawan terhadap fasilitas
makan
7. Angka ketepatan laporan DBD

8. Pembuatan rincian biaya dan


kuitansi di bagian Radiologi
99% benar
9. Pemantauan baku mutu air
bersih

48

Pengadaan
rutin

Proses

Pelaporan
yang
diwajibkan
Man risiko

Proses

Penggunaan
sumber
daya
Harapan
dan
kepuasan
pasien /
keluarga
Harapan
dan
kepuasan
pasien /
keluarga
Harapan
dan
kepuasan
staf
Demografi
dan
diagnosa
klinis
Manajemen
keuangan
Pencegahan
dan
pengendalia
n dari
kejadian
yang dapat
menimbulk
an masalah
bagi
keselamatan
pasien,
keluarga

Out come
Proses
Out come

Out come

Proses

Proses

Proses
Proses

pasien dan
staf

Indikator
Library of
Measure

1.

Prophylacti
c antibiotik pada operasi
Hip Athroplasty
2.
Penguranga
n resiko pasien jatuh
3.
Angka
pasien decubitus
4.
Pemberian
Aspirin pada pasien AMI

Indikator
Area Klinis
5
Indikator
SKP 6
Indikator
SKP5
Indikator
Area Klinis
5
5.
Pelaksanaan PPK
edukasi SNH kepada pasien /
keluarga

Prosedur operasi
Out come
Out come
Prosedur
Proses

10.4 Strategi Pencapaian Mutu RS Permata Bunda Purwodadi


Untuk meningkatkan mutu Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi maka
disusunlah strategi sebagai berikut :
a. Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip
mutu pelayanan Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi sehingga dapat
menerapkan langkah-langkah upaya peningkatan mutu di masing-masing unit
kerjanya.
b. Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi, serta upaya meningkatkan
kesejahteraan karyawan.
c. Menciptakan budaya mutu di Rumah Sakit Permata Bunda
PurwodadiPerkanbaru, termasuk didalamnya menyusun program mutu Rumah
Sakit Permata Bunda Purwodadi dengan pendekatan P-D-S-A cycle.
10.5 Pendekatan Pemecahan Masalah
49

Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus yang


berkesinambungan. Langkah pertama dalam proses ini adalah identifikasi
masalah. Identifikasi masalah merupakan bagian yang sangat penting dari seluruh
proses siklus, karena akan menentukan kegiatan-kegiatan selanjutnya dari
pendekatan pemecahan masalah ini.
Masalah akan timbul apabila:
a. Hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang ada terdapat
penyimpangan.
b. Merasa tidak puas dengan penyimpangan tersebut
c. Merasa bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut
Dengan telah jelasnya cara memecahkan masalah maka bisa dilakukan
tindakan perbaikan. Namun agar pemecahan masalah bisa tuntas, setelah diadakan
tindakan perbaikan perlu dinilai kembali apakah masih ada yang tertinggal. Dari
penilaian kembali maka akan didapatkan masalah yang telah terpecahkan dan
masalah yang masih tetap merupakan masalah sehingga proses siklus akan
berulang mulai tahap pertama.

50

BAB XI
PRINSIP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU
RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA PURWODADI
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi.
11.1 Indikator
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi.
Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat
perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
11.2 Kriteria
Adalah spesifikasi dari indikator
11.3 Standar :

Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggungjawab
untuk mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
51

Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.

Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu maka harus memperhatikan prinsip
dasar sebagai berikut:
1) Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
a.

Keprofesian

b.

Efisiensi

c.

Keamanan pasien

d.

Kepuasan pasien

e.

Sarana dan lingkungan fisik

2) Indikator yang dipilih


a.

Indikator lebih diutamakan untuk menilai outcome daripada struktur dan


proses

b.

Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok
daripada untuk perorangan

c.

Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar rumah


sakit

d.

Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih
untuk dimonitor

e.

Didasarkan pada data yang ada

3) Kriteria yang digunakan


Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai
indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan
mutu yang tidak baik.
4) Standar yang digunakan
Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :
a. Acuan dari berbagai sumber
b. Benchmarking dengan rumah sakit yang setara
c. Berdasarkan tren yang menuju kebaikan

52

BAB XII
INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT
12.1

INDIKATOR
adalah suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan dan merupakan
variabel yang digunakan untuk menilai perubahan.
Indikator Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi meliputi :
A. INDIKATOR AREA KLINIS
1. Asesmen Pasien
a) Angka kelengkapan pengkajian keperawatan pasien rawat inap
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
Frekuensi
pengumpulan

Angka kelengkapan pengkajian keperawatan pasien rawat


inap
Keselamatan pasien
Tergambarnya pelayanan keperawatan yang aman bagi pasien
Angka kelengkapan dokumentasi pengkajian keperawatan
pasien rawat inap dalam 24 jam sejak pasien masuk rawat inap
Setiap bulan
53

data
Periode
Setiap bulan
analisa
Numerator
Jumlah kelengkapan pengkajian keperawatan dalam 24 jam
Denominator Jumlah pasien baru rawat inap
Sumber data Dokumentasi asuhan keperawatan
Standar
Min 80%
Penanggung
Kasubag ASKEP/ Kepala Ruangan
jawab
pengumpul
data
2. Pelayanan Laboratorium
a) Tidak adanya kejadian salah penyerahan darah tranfusi
Judul
Tidak adanya kejadian salah penyerahan darah tranfusi
Dimensi
Keselamatan pasien
Mutu
Tujuan
Mencegah insiden KNC, KTD, Sentinel karena tranfusi darah
Definisi
Tidak adanya kejadian salah penyerahan darah tranfusi sesuai
operasional
permintaan kepada unit yang meminta
Frekuensi
1 bulan
pengumpulan
data
Periode
1 bulan
analisa
Numerator
Jumlah kejadian salah penyerahan darah tranfusi
Denominator
Sumber data Insiden report
Standar
0 kasus
Penanggung
Ka Laboratorium
jawab
pengumpul
data
b) Hasil laborat dari PU / IGD ( Blood Cell Counter K. Klinik, Urine
rutin, Widal, DHF ) tidak melebihi 2,5 jam
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
Frekuensi

Hasil laborat dari PU / IGD ( Blood Cell Counter K. Klinik,


Urine rutin, Widal, DHF ) tidak melebihi 2,5 jam
Keselamatan pasien
Mencegah insiden KNC, KTD, Sentinel karena tranfusi darah
Hasil laborat dari PU / IGD ( Blood Cell Counter K. Klinik,
Urine rutin, Widal, DHF ) tidak melebihi 2,5 jam setelah
spesimen diterima
1 bulan
54

pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator

1 bulan
Jumlah Hasil laborat dari PU / IGD ( Blood Cell Counter K.
Klinik, Urine rutin, Widal, DHF ) yang tidak melebihi 2,5 jam
Jumlah pemeriksaan dari PU / IGD
Arsip hasil lab, pemantauan indikator laboratorium
Min 90%
Ka Laboratorium

Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data
c) Menekan angka pengulangan sampling darah pasien rawat jalan
karena salah sampling
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data

Menekan angka pengulangan sampling darah pasien rawat jalan


karena salah sampling
Keselamatan pasien, efektifitas, kenyamanan
Tergambarnya kompetensi SDM di bagian laboratorium
Pengulangan sampling darah pasien rawat jalan karena salah
sampling adalah : pengambilan sampling darah pasien lebih dari
1 kali karena kesalahan pengambilan
1 bulan
1 bulan
Jumlah pengulangan sampling darah pasien rawat jalan karena
salah sampling 1 bulan
Total jumlah pasien lab rawat jalan dalam 1 bulan
Insiden report
Formulir pemantauan harian sarmut laboratorium
Maximal 1 %/ bulan
Ka Laboratorium

Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data
d) Ketidak sesuaian jenis pemeriksaan dengan permintaan
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi

Ketidak sesuaian jenis pemeriksaan dengan permintaan


Keselamatan pasien
Tergambarnya ketelitian pelayanan laboratorium
Ketidak sesuaian jenis pemeriksaan dengan permintaan adalah :
55

operasional
Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data

Kesalahan pemeriksaan yang tidak sesuai dengan formulir


permintaan .
1 bulan
1 bulan
Jumlah jenis pemeriksaan dengan permintaan yang tidak sesuai .
Tidak ada
Insiden report
Formulir permintaan laboratorium
Kwitansi pembayaran
Maximal 0 kasus / bulan
Ka Laboratorium

e) Kesalahan interpretasi hasil pemeriksaan golongan darah


spesimen darah citras yang dikirim ke PMI
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data

Kesalahan interpretasi hasil pemeriksaan golongan darah


spesimen darah citras yang dikirim ke PMI
Keselamatan pasien
Tergambarnya mutu pelayanan laboratorium
Kesalahan interpretasi hasil pemeriksaan golongan darah
spesimen darah citras yang dikirim ke PMI tidak sesuai golongan
darah pasien .
1 bulan
1 bulan
Jumlah Kesalahan penulisan hasil golongan darah pada spesimen
darah citras yang dikirim ke PMI
Tidak ada
Insiden report
0 kasus
Ka Laboratorium

56

3. Radiologi
a) Kejadian kegagalan pelayanan Rontgen
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
.Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data

Kejadian kegagalan pelayanan Rontgen


Efektivitas dan Efisiensi
Tergambarnya efektifitas dan efisiensi pelayanan Radiologi
.
Kegagalan pelayanan rontgen adalah kerusakan foto yang tidak
dapat dibaca
1 bulan
3 bulan
Jumlah foto rusak yang tidak dapat dibaca dalam 1 bulan
Jumlah seluruh pemeriksaan fhoto yang tidak dapat dibaca
Register Radiologi
< 2%
Ka Radiologi

b) Hasil CT Scan otak sesuai klinis


Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
.Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung
jawab
pengumpul

Hasil CT Scan otak sesuai klinis


Keselamatan pasien
Tergambarnya mutu pelayanan Radiologi
.
Hasil Ct Scan otak sesuai klinis pada pasien RI
1 bulan
1 bulan
Jumlah hasil CT Scan otak sesuai klinis
Jumlah pemeriksaan CT Scan otak
Data kegiatan Radiologi
Min 70%
Ka Radiologi

57

data
c) Hasil CT Scan abdomen sesuai klinis
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data

Hasil CT Scan abdomen sesuai klinis


Keselamatan pasien
Tergambarnya mutu pelayanan Radiologi
Hasil Ct Scan abdomen sesuai klinis pada pasien RI
1 bulan
1 bulan
Jumlah hasil CT Scan abdomen sesuai klinis pasien RI
Jumlah pemeriksaan CT Scan abdomen pasien RI
Data kegiatan Radiologi
Min 80%
Ka Radiologi

d) Respon time pelaporan hasil critical result pemeriksaan RO


pasien RI max 1 jam
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data

Respon time pelaporan hasil critical result pemeriksaan RO


pasien RI max 1 jam
Keselamatan pasien
Tergambarnya mutu pelayanan Radiologi
Respon time pelaporan hasil critical result pemeriksaan RO
pasien RI max 1 jam ke rawat inap
1 bulan
1 bulan
Jumlah Respon time pelaporan hasil critical result pemeriksaan
RO pasien RI max 1 jam ke rawat inap
Jumlah hasil critical result yang harus dilaporkan
Data kegiatan Radiologi
58

Standar
Min 70%
Penanggung
Ka Radiologi
jawab
pengumpul
data
4. Indikator klinis Kamar Bedah
a) Kelengkapan laporan anastesi
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data

Kelengkapan laporan anastesi


Keselamatan pasien, efektifitas, kesinambungan pelayanan
Tergambarnya pelaksanaan anestesi dan kesesuaian tindakan
anestesi sesuai yang direncanakan
Kelengkapan Laporan anestesi adalah terisinya secara lengkap
form laporan anestesi
Setiap bulan
Setiap bulan
Jumlah laporan anestesi yang terisi lengkap setiap bulan
tindakan operasi pasien setiap bulan
Buku tindakan operasi
Form laporan anestesi
90%
Kepala Kamar Bedah

Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data
b) Memenuhi tindakan pembedahan dari rawat inap
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data

Memenuhi tindakan pembedahan dari rawat inap


Keselamatan pasien , efektifitas , kesinambungan pelayanan ,
efisiensi
Tergambarnya kecepatan penanganan antrian pelayanan bedah
Memenuhi tindakan pembedahan dari rawat inap adalah
terlaksananya tindakan operasi sesuai pendaftaran dari rawat inap
Setiap bulan
Setiap bulan
Jumlah tindakan operasi pasien rawat inap setiap bulan .
Jumlah pendaftaran tindakan operasi dari rawat inap setiap bulan
Buku agenda pendaftaran operasi
Buku tindakan operasi
59

Standar
90.00%
Penanggung
Kepala Kamar Bedah
jawab
pengumpul
data
c) Ketepatan pelaksanaan operasi
Judul
Indikator
Dimensi
Mutu
Tujuan

Memenuhi pelaksanaan operasi tanpa adanya kesalahan pasien ,


tindakan dan lokasi
Keselamatan dan efektifitas

Definisi
operasional
Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data

Terselenggaranya ketelitian pelaksanaan operasi dan


kesesuaian tindakan operasi sesuai yang direncanakan
Pelaksanaan operasi sesuai rencana tanpa adanya kesalahan
pasien , tindakan maupun lokasi operasi
Setiap bulan
Setiap bulan
Jumlah tindakan operasi tanpa adanya kesalahan pasien ,
tindakan maupun lokasi operasi
Jumlah tindakan operasi
Buku agenda pendaftaran operasi
Buku tindakan operasi
100%
Kepala Kamar Bedah

Target
Penanggung
jawab
pengumpul
data
d) Memenuhi pelaksanaan operasi tanpa adanya instrumen operasi
yang tertinggal dilokasi operasi
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
Frekuensi
pengumpulan
data

Memenuhi pelaksanaan operasi tanpa adanya instrumen operasi


yang tertinggal dilokasi operasi
Keselamatan pasien
Terselenggaranya ketelitian pelaksanaan operasi dan
kesesuaian tindakan operasi sesuai yang direncana kan
Memenuhi pelaksanaan operasi tanpa adanya instrumen operasi
yang tertinggal dilokasi operasi adalah : terpenuhinya tindakan
operasi tanpa adanya insiden tertinggalnya instrumen operasi
ditubuh pasien .
Setiap bulan

60

Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data

Setiap bulan
Jumlah tindakan operasi tanpa adanya insiden tertinggalnya
instrumen operasi ditubuh pasien .
Jumlah tindakan operasi
Buku agenda pendaftaran operasi
Buku tindakan operasi
insiden report
100.00%
Kepala Kamar Bedah

Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data
5. Pemberian Aspirin pada pasien AMI
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator

Pemberian Aspirin pada pasien AMI


Keselamatan dan efektifitas
Terselenggaranya pelayanan yang cepat , responsif dan mampu
menyelamatkan pasien gawat darurat
Pemberian Aspirin pada pasien AMI adalah pemberian aspirin
pada pasien AMI dalam waktu 24 jam sejak pasien sampai di
IGD
Setiap bulan
Setiap bulan
Jumlah pasien AMI yang diberi Aspirin 24 jam sejak pasien
masuk di IGD
Jumlah seluruh pasien AMI yang dilayanani di IGD
RM pasien
100%
Ka- IGD

Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data
6. Ketepatan membaca resep
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
.Frekuensi

Ketepatan membaca resep


Keselamatan pasien
Tergambarnya kesalahan membaca resep di pelayanan farmasi
Ketepatan membaca resep adalah : kesalahan memberikan obat
karena salah membaca resep oleh petugas farmasi
1 bulan
61

pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data

1 bulan
Jumlah resep yang dilayani jumlah kejadian kesalahan
membaca resep 1bulan
Jumlah resep yang dilayani 1 bulan
Insiden report
Formulir data indikator klinis
100%
Kepala Instalasi Farmasi

Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data
7. Menurunkan angka kesalahan pemberian obat
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
.Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data

Menurunkan angka kesalahan pemberian obat


Keselamatan pasien
Tergambarnya ketelitian perawat dalam memberikan asuhan
kepada pasien
Kesalahan pemberian obat adalah : kesalahan memberikan obat
kepada pasien yang tidak sesuai yang dapat membahayakan
keselamatan pasien .
Setiap bulan
Setiap bulan
Jumlah kejadian kesalahan memberikan obat pasien 1 bulan
Tidak ada
Dokumentasi asuhan keperawatan
Insiden report
12 kasus /tahun
Ka-Instalasi rawat inap.

Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data
8. Tidak adanya kejadian salah penyerahan darah tranfusi
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional

Tidak adanya kejadian salah penyerahan darah tranfusi


Keselamatan pasien
Mencegah insiden KNC, KTD, Sentinel karena tranfusi darah
Tidak adanya kejadian salah penyerahan darah tranfusi sesuai
permintaan kepada unit yang meminta
62

Frekuensi
1 bulan
pengumpulan
data
Periode
1 bulan
analisa
Numerator
Jumlah kejadian salah penyerahan darah tranfusi
Denominator
Sumber data Insiden report
Standar
0 kasus
Penanggung
Ka Laboratorium
jawab
pengumpul
data
9. Rekam Medis
a) Kelengkapan pengisian pengkodingan rawat jalan
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator

Kelengkapan pengisian pengkodingan rawat jalan


Keselamatan pasien, efisiensi ,keamanan.
Tergambarnya kecepatan pelayanan dan ketelitian petugas
rekam medis
Kelengkapan pengisian pengkodingan rawat jalan adalah :
pengkodingan rawat jalan yang lengkap ( pemberian kode
diagnosa dan tindakan )
1 bulan
1 bulan
Jumlah pengkodingan rawat jalan yang diisi lengkap
(pemberian kode diagnosa dan tindakan)
Jumlah seluruh pengkodingan rawat jalan.
Lembar hasil pengkodingan BMRM dan RMRJ
95%
Petugas coding

Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data
b) Ketepatan indexing rawat jalan ( entri SHRJ & SHIGD )
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi

Ketepatan indexing rawat jalan ( entri SHRJ & SH IGD )


Keselamatan pasien, efisiensi, keamanan
Tergambarnya kecepatan pelayanan dan ketelitian petugas
rekam medis
Ketepatan indexing rawat jalan dalam mengentri SHRJ & SH
63

operasional
IGD di komputer
.Frekuensi
1 bulan
pengumpulan
data
Periode
1 bulan
analisa
Numerator
Jumlah ketepatan indexing rawat jalan
Denominator Jumlah RM rawat jalan
Sumber data
RMRJ pasien
Standar
95%
Penanggung
Petugas indexing
jawab
pengumpul
data
c) Ketepatan waktu pemenuhan permintaan klaim Jasa Raharja
dalam 4 hari kerja
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
.Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator

Ketepatan waktu pemenuhan permintaan klaim Jasa Raharja


dalam 4 hari kerja
Kepuasan pasien, efisiensi
Tergambarnya mutu pelayanan rekam medis
Ketepatan waktu pemenuhan permintaan klaim Jasa Raharja
dalam 4 hari kerja
1 bulan
1 bulan
Jumlah permintaan klaim Jasa Raharja yang dapat dilayani
dalam waktu 4 hari kerja
Jumlah permintaan klaim Jasa Raharja
Catatan permintaan klaim
90%
Ka Rekam medis

Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data
d) Respon time penyediaan BRM RMRJ kurang dari 15 menit
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional

Respon time penyediaan BRM RMRJ kurang dari 15 menit


Kepuasan pasien, efisiensi
Tergambarnya mutu pelayanan rekam medis
Ketepatan waktu pemenuhan permintaan penyediaan BRM
RMRJ kurang dari 15 menit
64

Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator

1 bulan
1 bulan
Jumlah permintaan penyediaan BRM RMRJ kurang dari 4
menit
Jumlah permintaan penyediaan BRM RMRJ
Catatan permintaan penyediaan BRM RMRJ .
70%
Kepala Rekam medis

Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data
10. Indikator klinis PPI

a) Menekan kejadian infeksi jarum infus


Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
.Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data

Menekan kejadian infeksi jarum infus


Keselamatan pasien, efisiensi
Mengetahui hasil pengendalian infeksinosokomial rumah sakit
Menekan kejadian infeksi jarum infus adalah menekan adanya
kejadian infeksi daerah pemasangan infus
Setiap bulan
Setiap bulan
Jumlah kejadian infeksi jarum infus 1 bulan
Tidak ada
Dokumentasi asuhan keperawatan
Formulir indikator mutu
12/tahun
Tim PPI

Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data
b) Angka infeksi luka operasi
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
Frekuensi

Angka infeksi luka operasi


Keselamatan pasien, efisiensi
Mengetahui hasil pengendalian infeksinosokomial rumah sakit
Menekan kejadian infeksi luka operasi adalah menekan adanya
kejadian infeksi daerah luka operasi pada operasi bersih
Setiap bulan
65

pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data

Setiap bulan
Jumlah kejadian infeksi luka operasi pada operasi bersih 1 bulan
Tidak ada
Dokumentasi asuhan keperawatan
Formulir indicator mutu
0
Tim PPI

Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data
c) Menekan kejadian decubitus
Judul
Dimensi
Mutu
Tujuan
Definisi
operasional
Frekuensi
pengumpulan
data
Periode
analisa
Numerator
Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung
jawab
pengumpul
data

Menekan kejadian decubitus


Keselamatan pasien, efisiensi
Mengetahui hasil pengendalian infeksinosokomial rumah sakit
Menekan kejadian decubitus adalah menekan adanya luka
decubitus yang terjadi di rumah sakit atau decubitus dari rumah
yang bertambah luas
Setiap bulan
Setiap bulan
Jumlah kejadian decubitus 1 bulan
Dokumentasi asuhan keperawatan
12 /tahun
Tim PPI

13. INDIKATOR AREA MANAJERIAL


Pending purchase order barang rutin dalam 1 minggu
Judul

Pending purchase order barang rutin dalam 1 minggu .

Dimensi Mutu

Efisiensi

Tujuan

Peningkatan mutu pelayanan logistik

Definisi

Pending purchase order barang rutin dalam 1 minggu .


66

operasional
Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah permintaan barang rutin yang dipending dalm 1 bulan

Denominator

Total jumlah permintaan barang rutin dalam 1 bulan

Sumber data

Sensus harian permintaan barang rutin

Standar

Max 5%

Penanggung jawab Main store OIC


pengumpul data
Respon time untuk barang non rutin maksimal 1 minggu dari pengajuan unit s/d
informasi spesifikasi harga
Judul

Respon time untuk barang non rutin maksimal 1 minggu dari


pengajuan unit s/d informasi spesifikasi harga

Dimensi Mutu

Efisiensi

Tujuan

Peningkatan mutu pelayanan logistik

Definisi operasional Respon time untuk barang non rutin maksimal 1 minggu dari
pengajuan unit s/d informasi spesifikasi harga
Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah permintaan barang non rutin yang dilayani mak 1 minggu

Denominator

Total jumlah permintaan barang non rutin dalam 1 bulan

Sumber data

Sensus harian permintaan barang non rutin

Standar

Min 95%

Penanggung jawab

Kepala Logistik

pengumpul data
Pelaporan yang diwajibkan
Ketepatan pelaporan kematian Ibu
67

Judul

Ketepatan pelaporan kematian Ibu

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan Rumah sakit terhadap pelayanan


persalinan

Definisi operasional Laporan Kematian ibu melahirkan yang disebabkan karena


perdarahan, pre eklamsia, eklampsia, partus lama dan sepsis.
Frekuensi

tiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

3 bulan

Numerator

Jumlah kematian pasien persalinan karena pendarahan, preeklampsia/eklampsia dan sepsis

Denominator

Jumlah pasien-pasien persalinan dengan pendarahan, preeklampsia/eklampsia dan sepsis

Sumber data

Rekam Medis Rumah Sakit

Standar

Pendarahan < 1% pre-eklampsia < 30%, sepsis < 0,2%

Penanggung jawab

Komite Mutu

pengumpul data

K3
Pengujian sistem alat pemadam kebakaran
Judul

Pengujian sistem alat pemadam kebakaran

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien , karyawan , pengunjung RS

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan K3

Definisi operasional Pengujian sistem alat pemadam kebakaran meliputi :


1. Pemeriksaan APAR tiap bulan
2. Pemeriksaan Hydrant tiap satu tahun
3. Pemeriksaan Smoke Detector tiap satu tahun
4. Pemeriksaan fire alarm tiap satu tahun
Frekuensi

3 bulan
68

pengumpulan data
Periode analisa

3 bulan

Numerator

Jumlah pelaksaan pengujian sistem kebakaran

Denominator

Jumlah alat pemadam kebakaran yang harus diperiksa

Sumber data

Laporan pelaksanaan pemantauan K3

Standar

100.00%

Penanggung jawab

Ketua K3 dan Kepala IPSRS

pengumpul data

Pengujian sistem alat medis ( Defibrilator , Ventilator )


Judul

Pengujian sistem alat medis ( Defibrilator , Ventilator )

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien dan keamanan , efektifitas

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan K3 .

Definisi operasional Pengujian sistem alat medis meliputi : Defibrilator dan Ventilator
untuk :
1. Preventif maintenace tiap 6 bulan
2. Kalibrasi tiap 1 tahun
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

3 bulan

Numerator

Jumlah pelaksaan pengujian alat defibrilator dan ventilator sesuai


jadwal

Denominator

Jumlah alat defibrilator dan ventilator yang harus diperiksa

Sumber data

Laporan pelaksanaan pemantauan .

Standar

100.00%

Penanggung jawab

Kepala IPSRS

pengumpul data
Pemantauan baku mutu air bersih
Judul

Pemantauan baku mutu air bersih


69

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien dan keamanan , efektifitas

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan K3

Definisi operasional Pemantauan baku mutu air bersih meliputi :

.Frekuensi

Pemeriksaan microbiologi air ( lab Cito ) tiap 1 minggu

Pemeriksaan TDS tiap 1 minggu

Pemeriksaan kimia tiap 6 bulan

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

3 bulan

Numerator

Jumlah pelaksaan pemantauan sesuai jadwal

Denominator

Jumlah pemantauan yang harus dilaksanakan

Sumber data

Laporan pelaksanaan pemantauan

Standar

100.00%

Penanggung jawab

Kesling

pengumpul data
Pemantauan baku mutu air RO
Judul

Pemantauan baku mutu air RO

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien dan keamanan , efektifitas

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan K3 .

Definisi operasional Pemantauan baku mutu air RO untuk TDS tiap hari.
Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

3 bulan

Numerator

Jumlah pelaksaan pemantauan sesuai jadwal

Denominator

Jumlah pemantauan yang harus dilaksanakan

Sumber data

Laporan pelaksanaan pemantauan

Standar

100.00%

Penanggung jawab

Kesling

pengumpul data

70

Generator berfungsi dengan baik


Judul

Generator berfungsi dengan baik

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien dan keamanan, efektifitas

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan K3

Definisi operasional Pengujian sistem alat Generator yang meliputi :


1. Preventif maintenace tiap 6 bulan
2. Pengecekan dan uji coba tiap 1 hari
Frekuensi

3 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

3 bulan

Numerator

Tidak ada insiden kerusakan generator

Denominator
Sumber data

Laporan pelaksanaan pemantauan

Standar

Penanggung jawab

Kepala IPSRS

pengumpul data

Peningkatan Mutu
Ketepatan waktu pelaporan insiden KNC, KTD, sentinel ( manajemen risiko )
Judul

Ketepatan waktu pelaporan insiden KNC, KTD, sentinel


(manajemen risiko)

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien, efisiensi, keamanan

Tujuan

Tergambarnya kepedulian terhadap Pasien safety .

Definisi operasional Ketepatan waktu pelaporan insiden KNC, KTD, sentinel dari
unit kepada tim PMKP
Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah pelaporan insiden KNC, KTD, sentinel yang tepat waktu

Denominator

Jumlah seluruh pelaporan insiden KNC, KTD, sentinel


71

Sumber data

Laporan insiden

Standar

80.%

Penanggung jawab

Komite Peningkatan Mutu

pengumpul data
Cleaning Servise
Ketepatan waktu pembersihan kamar kosong dirawat inap, siap dalam 2 jam
Judul

Ketepatan waktu pembersihan kamar kosong dirawat inap, siap


dalam 2 jam

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien, efisiensi, keamanan

Tujuan

Tergambarnya kepedulian bagian housekeeping terhadap


pencegahan INOS

Definisi operasional Ketepatan waktu pembersihan kamar kosong dirawat inap, siap
dalam 2 jam
Adalah : Terselesaikannya pembersihan kamar pasien yang
kosong setelah digunakan pasien siap dalam waktu 2 jam setelah
kamar kosong
Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah kamar yang selesai dibersihkan 2 jam

Denominator

Jumlah kamar yang dibersihkan setelah kamar digunakan pasien

Sumber data

Ceklist pembersihan kamar

Standar

90%

Penanggung jawab

Supervisor Cleaning Servise

pengumpul data

72

Ketepatan waktu pengambilan sampah diruangan sesuai jadwal dan


pengelompokkannya medis & non medis
Judul

Ketepatan waktu pengambilan sampah diruangan sesuai jadwal


dan pengelompokkannya medis & non medis

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien, efisiensi ,keamanan

Tujuan

Tergambarnya kepedulian bagian housekeeping terhadap


pencegahan INOS

Definisi operasional Ketepatan waktu pengambilan sampah diruangan sesuai


jadwaldan pengelompokannya medis & non medis
Adalah : Terselenggaranya pengambilan sampah sesuai jadwal
yang telah ditentukan dan pengelompokkannya
Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah pengambilan sampah yang sesuai jadwal pengambilan dan


sesuai pengelompokkannya

Denominator

Jumlah seluruh kegiatan pengambilan sampah

Sumber data

Laporan pembuangan sampah

Standar

90%

Penanggung jawab

Supervisor Cleaning Servise .

pengumpul data

73

Non Medical Equipment


Pelaksanaan preventive maintenance alat non medis sesuai jadwal
Judul

Pelaksanaan preventive maintenance alat non medis sesuai jadwal

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien, efisiensi

Tujuan

Tergambarnya maintenance alat non medis

Definisi operasional Pelaksanaan preventive maintenance alat non medis sesuai jadwal
adalah : Realisasi jadwal maintenance alat non medis sesuai
jadwal yang sudah ditetapkan
Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah realisasi preventive maintenance alat non medis sesuai


jadwal.

Denominator

Jumlah preventive maintenance alat non medis terjadwal .

Sumber data

Jadwal dan laporan realisasi preventive maintenance alat non


medis .

Standar

85%

Penanggung jawab

Kepala IPSRS

pengumpul data
Pelaksanaan Kalibrasi / Verifikasi alat non medis sesuai jadwal
Judul

Pelaksanaan Kalibrasi / Verifikasi alat non medis sesuai jadwal

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien , efisiensi

Tujuan

Tergambarnya pelaksanaan kalibrasi alat non medis .


74

Definisi operasional Pelaksanaan Kalibrasi / Verifikasi alat non medis sesuai jadwal
adalah : Realisasi jadwal Kalibrasi / Verifikasi alat non medis
sesuai jadwal yang sudah ditetapkan .
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah realisasi Kalibrasi / verifikasi alat non medis sesuai


jadwal.

Denominator

Jumlah kalibrasi / verifikasi alat non medis terjadwal .

Sumber data

Laporan sertifikasi kalibrasi / verifikasi

Standar

85%

Penanggung jawab

Kepala IPSRS

pengumpul data
Respon time terhadap laporan kerusakan alat non medis tidak lebih dari 2 jam
Judul

Respon time terhadap laporan kerusakan alat non medis tidak


lebih dari 2 jam

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien , efisiensi

Tujuan

Tergambarnya kepedulian bagian teknik non medis terhadap


kelangsungan asuhan pasien

Definisi operasional Respon time terhadap laporan kerusakan alat non medis tidak
lebih dari 2 jam adalah : Tenggang waktu antara laporan
kerusakan alat non medis tertulis dari unit dengan respon petugas
teknik non medis
Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah respon laporan kerusakan alat non medis 2 jam .

Denominator

Jumlah laporan kerusakan ( WO ) alat non medis yang masuk .

Sumber data

Laporan WO

Standar

90%
75

Penanggung jawab

Kepala IPSRS

pengumpul data

Medical Equipment
Respon time terhadap laporan kerusakan alat medis tidak lebih dari 2 jam
Judul

Respon time terhadap laporan kerusakan alat medis tidak lebih


dari 2 jam

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien , efisiensi

Tujuan

Tergambarnya kepedulian bagian teknik medis terhadap


kelangsungan asuhan pasien .

Definisi operasional Respon time terhadap laporan kerusakan alat medis tidak lebih
dari 2 jam adalah : Tenggang waktu antara laporan kerusakan
tertulis dari unit dengan respon petugas teknik medis
Frekuensi

2 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

2 bulan

Numerator

Jumlah respon laporan kerusakan alat medis 2 jam

Denominator

Jumlah laporan kerusakan ( WO ) alat medis yang masuk

Sumber data

Laporan WO

Standar

90.00%

Penanggung jawab

Kepala IPSRS

pengumpul data

Pelaksanaan preventive maintenance alat medis sesuai jadwal


Judul

Pelaksanaan preventive maintenance alat medis sesuai jadwal

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien, efisiensi

Tujuan

Tergambarnya maintenance alat medis untuk kelangsungan


asuhan pasien .

Definisi operasional Pelaksanaan preventive maintenance alat medis sesuai jadwal


76

adalah : Realisasi jadwal maintenance alat medis sesuai jadwal


yang sudah ditetapkan
Frekuensi

2 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

2 bulan

Numerator

Jumlah realisasi preventive maintenance alat medis sesuai jadwal

Denominator

Jumlah preventive maintenance alat medis terjadwal

Sumber data

Jadwal dan laporan realisasi preventive maintenance alat medis

Standar

80%

Penanggung jawab

Kepala IPSRS

pengumpul data
Pelaksanaan Kalibrasi / Verifikasi alat medis sesuai jadwal
Judul

Pelaksanaan Kalibrasi / Verifikasi alat medis sesuai jadwal

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien, efisiensi

Tujuan

Tergambarnya pelaksanaan kalibrasi alat medis

Definisi operasional Pelaksanaan Kalibrasi / Verifikasi alat medis sesuai jadwal


adalah : Realisasi jadwal Kalibrasi / Verifikasi alat medis sesuai
jadwal yang sudah ditetapkan
Frekuensi

2 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

2 bulan

Numerator

Jumlah realisasi Kalibrasi / verifikasi alat medis sesuai jadwal.

Denominator

Jumlah kalibrasi / verifikasi alat medis terjadwal .

Sumber data

Laporan sertifikasi kalibrasi / verifikasi

Standar

80%

Penanggung jawab

Kepala IPSRS

pengumpul data

77

Humas
Komplain customor ditindak lanjuti tidak lebih dari 2 hari kerja
Judul

Komplain customor ditindak lanjuti tidak lebih dari 2 hari kerja

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien, efisiensi

Tujuan

Tergambarnya kecepatan pelayanan Humas terhadap komplai


customor .

Definisi operasional Komplain customor ditindak lanjuti tidak lebih dari 2 hari kerja
adalah : kompali pasien yang ditindak lanjuti tidak lebih dari 2
hari kerja .
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah komplain customor yang ditindak lanjuti tidak lebih dari 2


hari kerja

Denominator

Jumlah seluruh komplai customor yang masuk ke CS

Sumber data

Lembar disposisi keluhan customor

Standar

90.00%

Penanggung jawab

Kepala UPP

pengumpul data
Waktu tunggu obat racikan rawat jalan 30 menit
Judul

Waktu tunggu obat racikan rawat jalan 30 menit

Dimensi Mutu

Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi

Tujuan

Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi

Definisi operasional Waktu tunggu obat racikan rawat jalan 30 menit adalah :
tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan
pasien menerima obat jadi pada pasien
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah resep obat racikan rawat jalan yang dilayani < 30 menit
78

Denominator

Jumlah resep obat racikan rawat jalan yang dilayani

Sumber data

Laporan Q sistem

Standar

Min 75%

Penanggung jawab

Kepala Instalasi Farmasi

pengumpul data
Waktu tunggu resep obat rawat inap 30 menit untuk resep cito
Judul

Waktu tunggu resep obat rawat inap 30 menit untuk resep cito

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien , kesinambungan pelayanan , efisiensi

Tujuan

Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi

Definisi operasional Waktu tunggu resep obat rawat inap 30 menit untuk resep cito
adalah : tenggang waktu mulai penerimaan resep cito sapai
penyerahan obat
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah resep obat rawat inap cito yang dilayani < 30 menit

Denominator

Jumlah resep obat cito dari rawat inap

Sumber data

Laporan Q sistem

Standar

Min 75%

Penanggung jawab

Kepala Instalasi Farmasi

pengumpul data

Marketing
Sosialisasi berkaitan dengan kerjasama perusahaan mitra dan assuransi maks 2
hari kerja
Judul

Sosialisasi berkaitan dengan kerjasama perusahaan mitra dan


assuransi maks 2 hari kerja
79

Dimensi Mutu

Efisiensi

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan Marketing

Definisi operasional Sosialisasi berkaitan dengan kerjasama perusahaan mitra dan


assuransi maks 2 hari kerja setelah mendapat informasi
perusahaan / asuransi yang bersangkutan , kecuali yang
membutuhkan pembahasan rapat
.Frekuensi

3 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

3 bulan

Numerator

Jumlah sosialisasi perusahaan mitra / asuransi < 2 hari kerja

Denominator

Jumlah perusahaan mitra / asuransi

Sumber data

Data perusahaan mitra

Standar

Min 95 %

Penanggung jawab

Kepala UPP

pengumpul data

Visit perusahaan mitra dan assuransi


Judul

Visit perusahaan mitra dan assuransi

Dimensi Mutu

Efisiensi

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan Marketing

Definisi operasional Visit perusahaan mitra dan asuransi


.Frekuensi

3 bulan
80

pengumpulan data
Periode analisa

3 bulan

Numerator

Jumlah visit perusahaan mitra / asuransi

Denominator
Sumber data

Data perusahaan mitra

Standar

48 x / tahun

Penanggung jawab

Kepala UPP

pengumpul data
Jumlah publikasi
Judul

Jumlah publikasi

Dimensi Mutu

Kepuasan pasien

Tujuan

Meningkatkan kepercayaan pasien terhadap pelayanan RS

Definisi operasional Jumlah publikasi


.Frekuensi

3 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

3 bulan

Numerator

Jumlah publikasi

Denominator
Sumber data

Data perusahaan mitra

Standar

50 x / tahun

Penanggung jawab

Kepala UPP

pengumpul data

Human Resourse
Ketepatan waktu pemenuhan permintaan kebutuhan tenaga kerja
Judul

Ketepatan waktu pemenuhan permintaan kebutuhan tenaga


kerja
81

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien dan keamanan, efektifitas

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan HR

Definisi operasional Ketepatan waktu pemenuhan permintaan kebutuhan tenaga kerja


max 2 bulan setelah menerima SPKK
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah pemenuhan permintaan tenaga kerja kurang dari 2 bulan

Denominator

Jumlah permintaan tenaga kerja

Sumber data

Laporan ppermintaan kebutuhan tenaga

Standar

80.00%

Penanggung jawab

Kepala Personalia

pengumpul data

Pemenuhan program pengembangan SDM seluruh pegawai RS


Judul

Pemenuhan program pengembangan SDM seluruh pegawai


RS

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien dan keamanan, efektifitas

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan HR

Definisi operasional Pemenuhan program pengembangan SDM karyawan RS yang


sudah dibudgetkan sebelumnya
Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah pemenuhan program pengembangan karyawan RS

Denominator

Jumlah permintaan program pengembangan karyawan dari unit

Sumber data

Laporan program pengembangan SDM .

Standar

80%

Penanggung jawab

Kepala Personalia / SDM

pengumpul data
82

Memastikan efektifitas pelatihan


Judul

Memastikan efektifitas pelatihan

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien dan keamanan, efektifitas

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan HR

Definisi operasional Memastikan efektifitas pelatihan


.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

3 bulan

Numerator

Jumlah pelatihan yang efektif

Denominator

Jumlah pelatihan

Sumber data

Laporan pelaksanaan pelatihan

Standar

100%

Penanggung jawab

Kepala Personalia / SDM

pengumpul data
Waktu penyelesaian tindakan indisipliner max 30 hari kerja
Judul

Waktu penyelesaian tindakan indisipliner max 30 hari kerja

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien dan keamanan, efektifitas

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan HR

Definisi operasional Waktu penyelesaian tindakan indisipliner max 30 hari kerja sejak
laporan diterima bagian HR
Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

3 bulan

Numerator

Jumlah penyelesaian tindakan indisipliner kurang dari 30 hari


kerja

Denominator

Jumlah laporan tindakan indisipliner

Sumber data

Laporan tindakan indisipliner

Standar

90%

Penanggung jawab

Kepala Personalia / SDM

pengumpul data
83

Laporan hasil survey kepuasan karyawan terhadap kepuasan pudding dinas


malam
Judul

Laporan hasil survey kepuasan karyawan terhadap kepuasan


fasilitas makan

Dimensi Mutu

Kepuasan karyawan, efektifitas

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan HR

Definisi operasional Laporan hasil survey kepuasan karyawan terhadap kepuasan


fasilitas pudding dinas malam
Frekuensi

6 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

6 bulan

Numerator

Hasil survey kepuasan karyawan terhadap fasilitas pudding

Denominator
Sumber data

Laporan survey

Standar

CIS min 7 10

Penanggung jawab

Kepala Personalia / SDM

pengumpul data
Pemantauan SIP / STR medis dan para medis
Judul

Pemantauan SIP / STR medis dan para medis

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien yang berhubungan dengan kompetensi


petugas

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan HR .

Definisi operasional Pemantauan SIP / STR medis tiap 1 bulan dan para medis tiap 6
bulan
84

Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

6 bulan

Numerator

Jumlah pemantauan SIP / STR medis dan non medis sesuai jadwal

Denominator

Jumlah SIP / STR medis dan non medis yang harus dipantau

Sumber data

Laporan pemantauan SIP / STR

Standar

90%

Penanggung jawab

Kepala Personalia / SDM

pengumpul data
Pelaksanaan sosialisasi cuci tangan bagi karyawan
Judul

Pelaksanaan sosialisasi cuci tangan bagi karyawan

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien

Tujuan

Mencegah KTD

Definisi operasional Pelaksanaan sosialisasi cuci tangan bagi karyawan


.Frekuensi

6 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

6 bulan

Numerator

Jumlah pelaksanaan cuci tangan bagi karyawan

Denominator

Tidak ada

Sumber data

Laporan pelaksanaan sosialisasi cuci tangan bagi karyawan

Standar

2X / tahun

Penanggung jawab

Tim PPI

pengumpul data

85

Rehabilitasi Medik
Kejadian komplikasi luka bakar pada pemakaian diathermi
Judul

Kejadian komplikasi luka bakar pada pemakaian diathermi

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien

Tujuan

Mencegah KTD

Definisi operasional Kejadian komplikasi luka bakar pada pemakaian diathermi


adalah : Terjadinya insiden luka bakar akibat kesalahan tindakan
diathermi .
Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah insiden

Denominator

Tidak ada

Sumber data

RM rawat jalan
Insiden report

Standar

0 kasus

Penanggung jawab

Ka Rehab Medis

pengumpul data
Kepastian waktu tunggu pasien ( 60 menit )
Judul

Kepastian waktu tunggu pasien ( 60 menit )

Dimensi Mutu

Kepuasan pasien

Tujuan

Tergambarnya kecepatan pelayanan rehabilitasi medik

Definisi operasional Kepastian waktu tunggu pasien (60menit ) mulai pasien


mendaftar di rehab medik
Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah pasien yang menunggu tidak lebih dari 60 menit .


86

Denominator

Jumlah kunjungan pasien Rehab medik

Sumber data

Buku catatan daftaran pasien

Standar

95%

Penanggung jawab

Ka Rehab Medis

pengumpul data
Kecepatan menjawab konsul pasien rawat inap
Judul

Kecepatan menjawab konsul pasien rawat inap

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien , efektifitas , kesinambungan pelayanan , efisiensi

Tujuan

Tergambarnya kecepatan pelayanan rehabilitasi medik

Definisi operasional Kecepatan menjawab konsul pasien rawat inap adalah : kecepatan
dokter rehab dalam menjawab konsul sejak perawat memberitahu
dokter rehab bahwa ada konsul sampai dokter memeriksa pasien .dan
menjawab konsul < 12 jam .
Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah konsul dokter Rehab dari rawat inap yang telah diperiksa dan
dijawab < 1x 12 jam

Denominator

Jumlah konsul dokter Rehab dari rawat inap

Sumber data

Buku catatan pasien baru rawat inap

Standar

95.00%

Penanggung jawab

Kepala Rehab Medis

pengumpul data

Kejadian drop out pasien terhadap pelayanan Rehab


Judul

Kejadian drop out pasien terhadap pelayanan Rehab

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan rehabilitasi medik

Definisi operasional Kejadian drop out pasien terhadap pelayanan Rehab yang
87

direncanakan , dalam jangka minimal 2 bulan untuk 6x


kunjungan , kecuali : pasien sudah sembuh , pasien melanjutkan
program keluar kota , melanjutkan pelayanan rehab medik
dirumah , dan kunjungan tidak teratur .
.Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah kejadian drop out pasien terhadap pelaynan rehab medik

Denominator

Jumlah kunjungan rehab medik

Sumber data

RM rawat jalan

Standar

30% kasus

Penanggung jawab

Kepala Rehab Medis

pengumpul data
Indikator Klinis Pelayanan Gawat Darurat
Respon time pelayanan IGD < 5 menit
Judul

Respon time pelayanan di IGD < 5 menit

Dimensi Mutu

Keselamatan dan efektifitas

Tujuan

Terselenggaranya pelayanan yang cepat , responsif dan mampu


menyelamatkan pasien gawat darurat

Definisi operasional Respon time pelayanan di IGD < 5 menit adalah saat pasien
datang di IGD sampai mendapat pelayanan dokter / perawat .
Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah pasien yang dilayanani di IGD sejak masuk samapi


mendapat pelayanan dokter / perawat < 5 menit

Denominator

Jumlah seluruh pasien yang dilayanani di IGD

Sumber data

RM pasien

Standar

95%

Penanggung jawab

Supervisor IGD
88

pengumpul data
Respon time keberangkatan Tim Ambulance emergency kelokasi permintaan
ambulance < 10 menit
Judul

Respon time keberangkatan Tim Ambulance emergency kelokasi


permintaan ambulance < 10 menit

Dimensi Mutu

Keselamatan dan efektifitas

Tujuan

Terselenggaranya pelayanan yang cepat , responsif dan mampu


menyelamatkan pasien gawat darurat

Definisi operasional Respon time keberangkatan Tim Ambulance emergency kelokasi


permintaan ambulance < 10 menit sejak mulai menerima tilpon
sampai keberangkatan
Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah penjemputan ambulance < 10 menit

Denominator

Jumlah permintaan penjemputan pasien dengan ambulance

Sumber data

Buku kegiatan IGD

Standar

80%

Penanggung jawab

Kepala Instalasi IGD

pengumpul data
Peningkatan Pelayanan Pengantaran pasien kerawat inap
Judul

Peningkatan Pelayanan Pengataran pasien kerawat inap

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien

Tujuan

Peningkatan pelayanan pengantaran pasien ke rawat inap

Definisi operasional Peningkatan pelayanan pengantaran pasien kerawat inap kondisi


kamar siap
Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan
89

Numerator

Jumlah komplain terkait pasien rawat inap yang diantar oleh


petugas IGD

Denominator

Jumlah pengantaran pasien dari IGD ke rawat inap .

Sumber data

Buku kegiatan IGD

Standar

Tidak ada komplain

Penanggung jawab

Kepala Ruangan IGD

pengumpul data
Menurunkan angka kematian di IGD diluar DOA
Judul

Menurunkan angka kematian di IGD diluar DOA

Dimensi Mutu

Efektifitas dan keselamatan pasien

Tujuan

Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan mampu


menyelamatkan pasien gawat darurat

Definisi operasional Kematian di IGD diluar DOA adalah kematian pasien yang
terjadi pada saat mendapat pelayanan di IGD diluar kasus DOA
.
Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah pasien yang meninggal di IGD diluar DOA dalam 1


bulan

Denominator

Tidak ada

Sumber data

Rekam medis pasien

Standar

2 / 1000 pasien

Penanggung jawab

Kepala Instalasi IGD

pengumpul data
Renal Unit
Mencegah kejadian perdarahan pada pasien post HD akses AV Fistula
Judul

Mencegah kejadian perdarahan pada pasien post HD akses


AV Fistula
90

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien, efisiensi

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan Renal unit

Definisi operasional Tidak ada kejadian perdarahan pada pasien post HD akses AV
Fistula
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah pasien post HD akses AV Fistula yang tidak terjadi


perdarahan

denominator

Jumlah pasien HD akses AV Fistula

Sumber data

Data kegiatan RU

Standar

Min 95%

Penanggung jawab

Ka. HD

pengumpul data
Indikator klinis
Kelancaran Hemodialisa pada akses double lumen
Judul

Kelancaran Hemodialisa pada akses double lumen

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien , efisiensi

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan Renal unit

Definisi operasional Kelancaran Hemodialisa pada akses double lumen selam proses
HD
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah HD pada akses double lumen yang tidak mengalami


hambatan

Denominator

Jumlah HD pada akses double lumen

Sumber data

Data kegiatan RU

Standar

Min 95%
91

Penanggung jawab

Ka HD

pengumpul data

Indikator klinis
Klinik
92

Pasien rawat jalan tidak membatalkan pemeriksaan di Polilinik Spesialis


Judul

Pasien rawat jalan tidak membatalkan pemeriksaan di Poliklinik


Spesialis

Dimensi Mutu

Keselamatan dan efektifitas

Tujuan

Terselenggaranya pelayanan klinik yang cepat , responsif

Definisi operasional Pasien rawat jalan tidak membatalkan pemeriksaan di klinik


spesialis
Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah pasien yang tidak membatalkan pemeriksaan di


Poliklinik Spesialis

Denominator

Jumlah pendaftaran pasien di Poliklinik Spesialis

Sumber data

Data kunjungan pasien di Poliklinik Spesialis

Standar

95%

Penanggung jawab

Karu Poliklinik Spesialis

pengumpul data

Hasil medical cek up tidak lebih dari 1 hari


Judul

Hasil medical cek up tidak lebih dari 1 hari

Dimensi Mutu

Keselamatan dan efektifitas

Tujuan

Terselenggaranya pelayanan klinik yang cepat , responsif

Definisi operasional Hasil medical cek up jadi tidak lebih dari 1 hari
Frekuensi

Setiap bulan
93

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah hasi medical cek up jadi tidak lebih 1 hari

Denominator

Jumlah semua medical cek up

Sumber data

Data pasien medical cek up

Standar

90%

Penanggung jawab

Karu Poliklinik Spesialis

pengumpul data
Hasil Radiologi pasien MCU tidak lebih 3 jam setelah foto
Judul

Hasil Radiologi pasien MCU tidak lebih 3 jam setelah foto

Dimensi Mutu

Kepuasan pasien

Tujuan

Meningkatkan mutu pelayanan KS

Definisi operasional Hasil Radiologi pasien MCU jadi tidak lebih 3 jam setelah foto
Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah Hasil Radiologi pasien MCU jadi tidak lebih 3 jam


setelah foto

Denominator

Jumlah semua pasien MCU

Sumber data

Data pendaftaran pasien MCU

Standar

90%

Penanggung jawab

Karu Poliklinik Spesialis

pengumpul data
Respon time pemeriksaan pasien klinik umum 30 menit
Judul

Respon time pemeriksaan pasien poliklinik umum 30 menit

Dimensi Mutu

Keamanan , efisiensi dan efektifitas

Tujuan

Terpantaunya mutu pelayanan di poliklinik umum

Definisi operasional Respon time pemeriksaan pasien klinik umum 30 menit sejak
mendaftar di poliklinik umum sampai pasien diperiksa dokter
Frekuensi

Setiap bulan
94

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah pasien K poliklinik umum yang diperiksa kurang dari 30


menit

Denominator

Jumlah semua pasien poliklinik umum

Sumber data

Data pendaftaran pasien poliklinik umum

Standar

90%

Penanggung jawab

Karu Poliklinik Spesialis

pengumpul data

IT
Respon time terhadap penerimaan WO maksimal 30 menit
Judul

Respon time terhadap penerimaan WO maksimal 30 menit

Dimensi Mutu

Efektifitas dan efisiensi

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan IT .

Definisi operasional Respon time terhadap penerimaan WO maksimal 30 menitpada


jam kerja
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah WO yang direspon < 30 menit

Denominator

Jumlah WO yang masuk

Sumber data

Data WO

Standar

Min 80%

Penanggung jawab

Kepala IT .

pengumpul data
95

Lama waktu terganggunya proses kerja karyawan yang disebabkan kerusakan


unit PC maksimal 3 jam untuk kategori kerusakan K2
Judul

Lama waktu terganggunya proses kerja karyawan yang


disebakan kerusakan unit PC maksimal 3 jam untuk
kategori kerusakan K2

Dimensi Mutu

Efektifitas dan efisiensi

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan IT .

Definisi operasional Lama waktu terganggunya proses kerja karyawan yang


disebakan kerusakan unit PC maksimal 3 jam untuk kategori
kerusakan K2
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah terganggunya proses kerja karyawan yang disebakan


kerusakan unit PC maksimal 3 jam untuk kategori kerusakan K2

Denominator

Jumlah WO yang masuk karena kerusakan PC

Sumber data

Data WO

Standar

Min 80%

Penanggung jawab

Kepala IT .

pengumpul data
Pengerjaan pembuatan program / aplikasi diselesaikan sesuai dengan time frame
yang ditetapkan
Judul

Pengerjaan pembuatan program / aplikasi diseslesaiakan sesuai


dengan time frame yang ditetapkan

Dimensi Mutu

Efektifitas dan efisiensi

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan IT

Definisi operasional Pengerjaan pembuatan program / aplikasi diseslesaiakan sesuai


dengan time frame yang ditetapkan
96

.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah penyelesaian pembuatan program / aplikasi sesuai time


frame yang telah ditetapkan

Denominator

Jumlah WO yang masuk untuk pembuatan program / aplikasi

Sumber data

Data WO

Standar

Min 80%

Penanggung jawab

Kepala IT

pengumpul data

Laundry & Sanitasi


Kecukupan penyediaan linen bersih siap pakai
Judul

Kecukupan penyediaan linen bersih siap pakai

Dimensi Mutu

Efisiensi

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan Laundry & Sanitasi

Definisi operasional Kecukupan penyediaan linen bersih siap pakai dengan adanya
komplain kekurangan linen bersih siap pakai dari RI
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah komplain kekurangan linen bersih

Denominator
Sumber data

Catatan komplain tentang linen

Standar

Maks 15 komplain

Penanggung jawab

Supervisor laundry dan Sanitasi

pengumpul data

97

Penyediaan linen bersih siap pakai dalam kondisi sesuai standar kualitas di RI dan
RJ
Judul

Penyediaan linen bersih siap pakai dalam kondisi sesuai


standar kualitas di RI dan RJ

Dimensi Mutu

Efisiensi

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan Laundry & Sanitasi

Definisi operasional Penyediaan linen bersih siap pakai dalam kondisi sesuai standar
kualitas di RI dan RJ dengan adanya komplain linen tidak
sesuai standar dari RI dan RJ
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah komplain Linen tidak sesuai standar dari RI dan RJ

Denominator
Sumber data

Catatan komplain tentang linen

Standar

Maks 15 komplain

Penanggung jawab

Supervisor laundry dan Sanitasi

pengumpul data

Security
Jumlah kejadian yang direspon < 5 menit
Judul

Jumlah kejadian yang direspon < 5 menit

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien , efisiensi

Tujuan

Tergambarnya pemenuhan kepuasan pelanggan


98

Definisi operasional Kejadian yang direspon < 5 menit adalah : Kejadian yang
direspon < 5 menit sejak petugas security mendapat laporan
kejadian oleh petugas security .
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah kejadian yang direspon < 5 menit

Denominator

Jumlah kejadian yang dilaporkan

Sumber data

Laporan kejadian

Standar

90.00%

Penanggung jawab

Supervisor security .

pengumpul data
Finance
Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Radiologi 99% benar
Judul

Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Radiologi


99% benar

Dimensi Mutu

Efisiensi

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan Finance

Definisi operasional

Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Radiologi 99%

benar
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian


Radiologi benar

Denominator

Jumlah kwitansi di bagian Radiologi

Sumber data

Data keuangan
99

Standar

Min 99%

Penanggung jawab

Kepala Accounting

pengumpul data
Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Laboratorium 99% benar
Judul

Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian


Laboratorium 99% benar

Dimensi Mutu

Efisiensi

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan Finance

Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Laboratorium


99% benar
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian


laboratorium benar

Denominator

Jumlah kwitansi di bagian laboratorium

Sumber data

Data keuangan

Standar

Min 99%

Penanggung jawab

Kepala Accounting

pengumpul data
Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Rehab medik 99% benar
Judul

Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Rehab


medik 99% benar

Dimensi Mutu

Efisiensi

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan Finance


100

Definisi operasional

Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Rehab medik


99% benar

.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Rehab


medik benar

Denominator

Jumlah kwitansi di bagian Rehab medik

Sumber data

Data keuangan

Standar

Min 99%

Penanggung jawab

Kepala Accounting

pengumpul data

Perincian biaya dan kwitansi di bagian MCU 99% benar


Judul

Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian MCU 99%


benar

Dimensi Mutu

Efisiensi

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan Finance

Definisi operasional

Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian MCU 99%

benar
.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian MCU


benar

101

Denominator

Jumlah kwitansi di bagian MCU

Sumber data

Data keuangan

Standar

Min 99%

Penanggung jawab

Kepala Accounting

pengumpul data

Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di seluruh unit klinik Spesialis I , kecuali
klinik gigi

99% benar

Judul

Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di seluruh unit klinik


Spesialis I , kecuali klinik gigi 99% benar

Dimensi Mutu

Efisiensi

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan Finance

Definisi operasional

Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di seluruh unit klinik

Spesialis I , kecuali klinik gigi 99% benar


.Frekuensi

1 bulan

pengumpulan data
Periode analisa

1 bulan

Numerator

Jumlah Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di seluruh unit


klinik Spesialis I , kecuali klinik gigi 99% benar

Denominator

Jumlah kwitansi di seluruh KS I kecuali klinik gigi

Sumber data

Data keuangan

Standar

Min 99%

Penanggung jawab

Kepala Accounting

pengumpul data

102

Gizi
Waktu distribusi makanan tepat waktu
Pagi : 06.00 07.00 , siang : 11.00 12.00 , malam : 17.00 18. 00
Judul

Waktu distribusi makanan tepat waktu


Pagi : 06.00 07.00 , siang : 11.00 12.00 , malam : 17.00 18.
00

Dimensi Mutu

Efektifitas , akses , kenyamanan

Tujuan

Tergambarnya efektifitas pelayanan Gizi pasien

Definisi operasional Waktu distribusi makanan tepat waktu adalah : ketepatan


penyediaan makanan pada pasien sesuai jadwal yang telah
ditentukan .
Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah distribusi makanan dalam 1 bulan jumlah kejadian


keterlambatan distribusi makanan pasien

Denominator

Jumlah distribusi makanan dalam 1 bulan

Sumber data

Cheklist pemantauaan waktu distribusi makan pasien


Insiden report

Standar

95.00%

Penanggung jawab

Kepala Gizi

pengumpul data

103

Menjamin jumlah dan jenis diet yang diserahkan sesuai permintaan rawat inap
Judul

Menjamin jumlah dan jenis diet yang diserahkan sesuai permintaan


rawat inap

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien

Tujuan

Mencegah KTD

Definisi operasional Menjamin jumlah dan jenis diet yang diserahkan sesuai permintaan
rawat inap
adalah : ketepatan penyediaan makanan pada pasien sesuai
permintaan rawat inap
.Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah distribusi makanan dalam 1 bulan jumlah kejadian


kesalahan makanan pasien

Denominator

Jumlah penyerahan makanan dalam 1 bulan

Sumber data

Daftar permintaan makanan harian


Daftar mermintaan makanan tambahan
Laporan jumlah Porsi harian

Standar

100%

Penanggung jawab

Kepala Gizi

pengumpul data
Menjamin kunjungan pasien baru Deluxe-VIP Utama pada hari kerja
Judul

Menjamin kunjungan pasien baru Deluxe-VIP Utama pada hari


kerja

Dimensi Mutu

Keamanan , efisiensi

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan Gizi

Definisi operasional Menjamin jumlah kunjungan pasien baru pada hari kerja untuk VIP
Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
104

Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah pasien baru VIP yang dikunjungi petugas gizi pada hari
kerja

Denominator

Jumlah pasien baru VIP pada hari kerja

Sumber data

Catatan Laporan kunjungan pasien baru VIP

Standar

80%

Penanggung jawab

Kepala Gizi .

pengumpul data
Hasil monitoring personal hygiene
Judul

Hasil monitoring personal hygiene

Dimensi Mutu

Keamanan, efisiensi

Tujuan

Tergambarnya personal hygiene petugas gizi .

Definisi operasional Hasil monitoring personal hygiene petugas gizi


Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Hasil monitoring personal hygiene petugas gizi

Denominator
Sumber data

Laporan monitoring personal hygiene petugas gizi

Standar

70%

Penanggung jawab

Kepala Gizi .

pengumpul data

Menurunkan angka kesalahan pemberian obat


Judul

Menurunkan angka kesalahan pemberian obat

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien
105

Tujuan

Tergambarnya ketelitian perawat dalam memberikan asuhan


kepada pasien

Definisi operasional Kesalahan pemberian obat adalah : kesalahan memberikan obat


kepada pasien yang tidak sesuai dengan instruksi medis dan 6
benar pemberian obat
.Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah kejadian kesalahan memberikan obat pasien 1 bulan

Denominator

Tidak ada

Sumber data

Dokumentasi asuhan keperawatan


Insiden report

Standar

1 kasus / TW

Penanggung jawab

Ka Unit/PPI

pengumpul data
Tidak ada kesalahan identitas pasien
Judul

Tidak ada kesalahan identitas pasien

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien

Tujuan

Tergambarnya ketelitian perawat dalam memberikan asuhan


kepada pasien

Definisi operasional Kesalahan identitas pasien adalah : kesalahan yang terjadi salah
orang dalam memberikan tindakan , pelaksanaan pemeriksaan
penunjang , memberikan obat memberikan tranfusi dll kepada
pasien
Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah kejadian kesalahan identitas pasien 1 bulan

Denominator

Tidak ada

Sumber data

Dokumentasi asuhan keperawatan


106

Insiden report
Standar

0%

Penanggung jawab

Ka-Unit/PPI

pengumpul data
Angka Pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72
jam
Judul

Angka Pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan


kasus yang sama < 72 jam

Dimensi Mutu

Keselamatan pasien

Tujuan

Tergambarnya mutu pelayanan ICU

Definisi operasional Angka Pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus
yang sama dalam waktu < 72 jam
.Frekuensi

Setiap bulan

pengumpulan data
Periode analisa

Setiap bulan

Numerator

Jumlah Pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus


yang sama dalam waktu < 72 jam

Denominator

Jumlah pasien yang masuk ICU

Sumber data

Buku keluar masuk ICU

Standar

Max 3%

Penanggung jawab

Ka-ru ICU

pengumpul data

107

BAB XIII
METODE PENGENDALIAN KUALITAS MUTU
RS Permata Bunda Purwodadi
Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan
untuk menjamin tercapainya insiden perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa
pelayanan yang diproduksi. Pengendalian kualitas mutu pada dasarnya adalah
pengendalian kualitas kerja dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan
( quality os customers satisfaction ) yang dilakukan setiap orang dari bagian di Rumah
Sakit Permata Bunda Purwodadi.
Pengertian pengendalian kualitas mutu di atas mengacu pada siklus
pengendalian (Control Cicle ) dengan memakai siklus Plan Do Study
Action( P- D S A ) ( rencanakan laksanakan pembelajaran aksi). Pola P-D-SA. Dengan P-D-S-A adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara
terus menerus ( continues improvement ) tanpa berhenti.
Konsep P-D-S-A tersebut merupakan pedoman bagi setiap manajer untuk proses
perbaikan kualitas (quality improvement) secara terus menerus tanpa berhenti tetapi
meningkat ke keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian organisasi,
108

seperti tampak pada gambar 1.

(1)
Menentukan
Tujuan dan insiden

(6)
Mengambil
tindakan
yang tepat

Action

(5)
Memeriksa akibat
pelaksanaan

Study

Plan

(2)
Menetapkan
Metode untuk
Mencapai tujuan

Menyelenggarakan
Pendidikan dan
latihan
(4)

(3)

Melaksanakan
pekerjaan

Do

Keempat tahapan siklus PDSA:


Plan

: perubahan yang akan diuji atau diterapkan

Do

: melakukan tes atau perubahan

Study

: data sebelum dan setelah perubahan dan merefleksikan apa yang telah

dipelajari
Act

: rencana perubahan siklus berikutnya atau implementasi penuh


Dalam gambar tersebut, pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan dan

pencarian sebab-sebabnya serta penentuan tindakan koreksinya, harus selalu didasarkan


pada fakta. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur subyektivitas dan
pengambilan keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang bersifat emosional.
Selain itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan dipecahkan dan sebagai
patokan perbaikan selanjutnya perusahaan harus menetapkan standar pelayanan.
Hubungan pengendalian kualitas medis dengan peningkatan perbaikan
berdasarkan siklus P-D-S-A (Relationship between Control and Improvement under PD-S-A Cycle)
Perubahan apa yang dapat kita buat yang akan menghasilkan perbaikan?
109

Ada banyak potensi perubahan yang bisa kita laksanakan di Tim kita . Namun, bukti
dari literatur ilmiah dan program perbaikan sebelumnya menunjukkan bahwa ada
sejumlah kecil perubahan yang paling mungkin untuk menghasilkan perbaikan.
Ada kemungkinan bahwa siklus PDSA beberapa berjalan berurutan (gambar 2), atau
bahkan secara bersamaan (gambar 3).

Gambar 2

Gambar 3

110

Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-S-A hanya dapat berfungsi jika sistem
informasi berjalan dengan baik. Pelaksanaan PDSA dengan enam langkah P-D-S-A
yang terdapat dalam gambar 3 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Langkah 1. Menentukan tujuan dan insiden Plan
Tujuan dan insiden yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan insiden tersebut ditentukan oleh Direktur rumah sakit.Penetapan insiden
didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi.
Insiden ditetapkan secara konkret dalam bentuk insiden, harus pula diungkapkan
dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah
tingkat karyawan yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan,
semakin rinci informasi.
b. Langkah 2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan Plan
Penetapan tujuan dan insiden dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa
disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus
rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk
menggunakannya. Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan
perlu pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan
dimengerti oleh semua karyawan.
c. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat
dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk
memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
d. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan Do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan
standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah.
Oleh karena itu, ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal
111

dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena
ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.
e. Langkah 5: Memeriksa akibat pelaksanaan Study
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik
atau tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan. Hal yang harus
disampaikan kepada karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan.
Agar dapat dibedakan manakah penyimpangan dan manakah yang bukan
penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan, metode (standar kerja) dan
pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh karyawan maupun oleh manajer.
Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang timbul dari
pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya.
f. Langkah 6 : Mengambil tindakan yang tepat Action
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan
penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab timbulnya
penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar tidak
terulang lagi penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah
mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi yang penting dalam
pengendalian kualitas pelayanan.
Konsep P-D-S-A dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang efektif untuk
meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang akan
dicapai diperlukan partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses.
Partisipasi semua karyawan dalam pengendalian kualitas pelayanan diperlukan
kesungguhan (sincerety), yaitu sikap yang menolak adanya tujuan yang semata-mata
hanya berguna bagi diri sendiri atau menolak cara berfikir dan berbuat yang sematamata bersifat pragmatis. Dalam sikap kesungguhan tersebut yang dipentingkan bukan
hanya insiden yang akan dicapai, melainkan juga cara bertindak seseorang untuk
mencapai insiden tersebut.
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup semua jenis
112

kelompok karyawan yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kualitas
pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam pengendalian kualitas
pelayanan dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya terhadap output, tetapi
terhadap hasil setiap proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu pelayanan
berkualitas tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jika terdapat pengendalian kualitas
dalam setiap tahapan dari proses. Dimana dalam setiap tahapan proses dapat dijamin
adanya keterpaduan, kerjasama yang baik antara kelompok karyawan dengan
manajemen, sebagai tanggung jawab bersama untuk menghasilkan kualitas hasil kerja
dari kelompok, sebagai mata rantai dari suatu proses.

BAB XIV
KEGIATAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
Kegiatan
1. Indikator Mutu ( indikator klinis, Manajemen, Sasaran keselamatan pasien )
2. Pelaksanaan program Keselamatan Pasien ( IKP, Manajemen Resiko Klinik,
FMEA )
3. Indikator Klinik pelayanan Medis
4. Audit Klinis Pelayanan Medis
5. Clinical Pathway
6. Pendidikan dan pelatihan PMKP
7. Kegiatan Quality Champion
8. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
9. Akreditasi RS
10. Monitoring implementasi ISO 9001

113

Rincian Kegiatan dan Pelaksanaan


1. Indikator Mutu ( Indikator klinis, Manajemen, Sasaran Keselamatan pasien )
1. Pemilihan indikator mutu klinis
2. Pemilihan indikator manajemen
3. Pemilihan indikator sasaran keselamatan pasien
4. Penyusunan profil indikator
5. Penyusunan SPO pengukuran indikator mutu
6. Analisa data indukator mutu
7. Melakukan edukasi / sosialisasi pengumpulan data
8. Pencatatan, pelaporan, analisa dan validasi data
2. Program Keselamatan Pasien
a. Penerapan 7 langkah menuju keselamatan Pasien Rumah Sakit, meliputi:

Bangun Kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien

Pimpin dan dukung staf anda

Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko

Kembangkan sistem pelaporan

Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien

Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien

Cegah cedera melalui implementasi system Keselamatan Pasien

b. Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien, meliputi :

Ketepatan identifikasi pasien

Peningkatan komunikasi yang efektif

Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi

Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Pengurangan risiko pasien jatuh

c. Manajemen Resiko Klinik

Pelaporan Insiden Sentinel, KTD, KNC dari masing masing unit.

Bila terjadi insiden pada unit, maka unit akan melapor kepada tim mutu
114

sesuai
dengan Alur Kerja Pengendalian Ketidaksesuaian Pelayanan

Melakukan Matrik Assesment

Sesudah laporan insiden diterima, maka tim mutu akan membuat Risk
Matrix Grading sesuai dengan kasusnya

Rekapitulasi pelaporan insiden

Melakukan rekapitulasi laporan insiden untuk dilakukan pembahasan


bersama Tim KPRS dan Manajemen

Pembahasan laporan insiden


Pembahasan laporan insiden dilakukan seminggu satu kali dengan dihadiri
oleh pimpinan Rumah Sakit, tim KPRS serta unit terkait

Tindak lanjut insiden

Dari hasil pembahasan, ditetapkan insiden yang akan dianalisa untuk


ditindaklanjuti. Tindak lanjut yang dilakukan dapat melalui pertemuan
dengan unit/staff terkait atau pembuatan Root Cause Analysis ( RCA ) /
FMEA untuk dapat dicari akar masalah dari insiden yang terjadi, sehingga
dapat diambil tindakan perbaikan.

Reassesment / evaluasi keefektifan tindak lanjut

Setelah tindakan perbaikan dilakukan, maka perlu dievaluasi keefektifan dari


tindakan yang diambil, bila tidak terulang kejadian yang sama maka dapat
dibuat prosedur untuk mengatur hal tersebut. Bila dari hasil evaluasi,
tindakan perbaikan belum efektif maka perlu dianalisa ulang untuk kembali
dicari akar permasalahannya.

d. Root Cause Analysis / Failure Mode Effect Analysis


Membentuk tim
Dalam pembuatan RCA/ FMEA

hal pertama yang dilakukan adalah

pembentukan tim yang terdiri dari unit yang terkait, staf yang mempunyai
keahlian dalam

pembuatan RCA/ FMEA

kompetensi sesuai kasus.


Mengadakan pertemuan
115

dan orang yang

mempunyai

Mengadakan pertemuan tim untuk membahas insiden yang terjadi/ kejadian


yang
potensial menimbulkan sentinel event.
Menyusun laporan dan rekomendasi
Dari hasil pembahasan tim disusun laporan dan diberikan kepada pimpinan RS
sebagai
wujud keterlibatan pimpinan dalam proses peningkatan mutu dan kepada unit
terkait.
Tindak lanjut
Hasil tindak lanjut dari unit terkait akan dimonitoring keefektifannya melalui
Form
Tindakan Korektif dan Pencegahan. Bila didapatkan hasilnya tidak efektif maka
akan
dilakukan RCA / FMEA ulang.
3. Indikator Klinik Pelayanan Medis

Pertemuan dengan SMF


Dalam menetapkan indikator klinis maka manajemen akan mengadakan pertemuan
dengan ketua SMF / pimpinan unit.

Sosialisasi program kepada SMF dan manajemen


Setelah indikator klinis ditetapkan maka dilakukan sosialisasi tentang
pengukuran indikator tersebut kepada SMF dan unit terkait

Memasukkan data
Unit terkait / tim mutu memasukkan data indikator klinis berdasarkan dari rekam
medis pasien

Rekapitulasi data
Melakukan rekapitulasi data hasil pemantauan selama satu bulan

Menganalisa dan menyusun laporan


Melakukan analisa terhadap hasil rekapitulasi data selama 1 tahun untuk dapat
melihat perbandingan persentase pencapaian target dan kemudian menyusun
116

laporan kepada pimpinan RS

Tindak lanjut
Menyusun Rencana tindak lanjut bersama ketua SMF dan

manajemen dan

kemudian melaksanakan rencana tindak lanjut


4. Audit Klinis Pelayanan Medis
Penetapan Topik

Ketua Komite Medik bersama Tim Mutu rumah sakit mengadakan rapat
tahunan untuk menentukan topik audit klinik berdasarkan masukan dari
SMF. Penentuan topik juga memperhatikan masukan dari Direksi dan pihakpihak lain.

Topik audit klinik ditentukan berdasarkan hasil review terhadap audit klinis.
Ditetapkan berdasarkan topik dari kasus terbanyak, kasus sulit, kasus dengan
biaya-biaya tinggi dan kasus yang banyak menimbulkan keluhan.

Penyusunan Instrumen Audit Klinik Tim Mutu terdiri dari sekurangkurangnya 3 orang: Dokter, Perawat dan Petugas Rekam Medis. Anggota
SMF terdiri dari sekurang-kurangnya 2 orang dokter. Tim Mutu dan SMF
menyusun dokumen awal audit Klinik yang terdiri dari:

Latar belakang

Instrumen audit: kriteria, standar, pengecualian, sumber data

Sampel: penentuan besar sample, cara pengambilan sampel

Pengumpulan data

Berdasarkan instrumen audit klinik yang telah disusun maka Tim Mutu (Staf Rekam
Medis) dan SMF (bila perlu) akan melakukan proses pengukuran.
Proses pengukuran dilakukan dengan membandingkan antara apa yang tercatat di
Rekam Medis dengan standar yang telah ditetapkan.
Hasil pengukuran ditulis di lembar audit atau di dalam bentuk file komputer (excel atau
SPSS).
Pengambilan sample audit akan diverifikasi oleh orang kedua yang tidak terlibat dalam
pengambilan data yang pertama untuk memastikan validitas data. Bila terjadi
117

Analisa data

Berdasarkan hasil pengukuran, Tim Mutu dan SMF melakukan analisa dan evaluasi
untuk mengidentifikasi masalah yang ada, mencari akar permasalahan (dengan
menggunakan diagram fish bone atau metode lain) dan mengusulkan rencana perbaikan.
Tim Mutu dan SMF menuliskan hasil pengumpulan data dan analisa data serta rencana
perbaikan menjadi sebuah laporan.
12 Tindak Lanjut
Berdasarkan laporan tersebut maka Komite Medis dan direksi memutuskan apakah
menyetujui rencana perbaikan yang disampaikan, bila berhubungan dengan anggaran
dan proses bisnis. Bila disetujui maka rencana perbaikan tersebut perlu didiskusikan
dengan Direksi untuk persetujuan anggaran yang diperlukan. Bila diperlukan maka
Komite Medis dan Tim Mutu Pelayanan menjadi supervisor dari rencana tersebut.
Pengumpulan data kedua (re-audit) Dilakukan setelah tindak lanjut selesai dilaksanakan
( antara 3-6 bulan setelah audit yang sebelumnya ). Metode yang digunakan sama
seperti pada point C (pengumpulan data).
13 Penyusunan laporan akhir
Berdasarkan pengumpulan data kedua, Komite Medis dan Tim Mutu Pelayanan
melakukan review apakah terdapat perbaikan atau tidak. Bila ada perbaikan maka audit
dinyatakan selesai. Bila tidak ada perbaikan maka perlu dilakukan perbaikan rencana
pada point E (tindak lanjut).
Tim Mutu dan SMF menyusun laporan akhir untuk disampaikan kepada Ketua Komite
Medik dan Direksi.
5. Clinical Pathway
14 Menyusun Panduan Clinical Pathway
15 Pemilihan 5 area prioritas
16 Penyusunan Panduan Praktik Klinik, Clinical Pathway atau protokol
klinik
17 Audit clinical pathway

118

6. Pendidikan staf

Pelatihan untuk karyawan baru tentang program KPRS, Program PPI,


dan pelaksanaan K3

Pelatihan untuk karyawan lama program peningkatan mutu,


workshop Keselamatan Pasien

Pelatihan yang dilakukan di luar rumah sakit untuk mendukung


terlaksananya program peningkatan mutu rumah sakit

7. Quality Champion

Menyusun Proposal Pembentukan Tim Quality Champion

Mengajukan SK Tim Quality Champion

Sosialisasi kepada Tim

Pelatihan untuk Tim Quality Champion

Melaksanakan kegiatan

a. Mengadakan pertemuan Tim minimal 1 x sebulan sesuai masalah masalah


yang telah diusulkan dari kelompok
b. Mengadakan pelatihan untuk anggota sesuai kebutuhan anggota
c. Sosialisasi hasil pertemuan sesuai kasus
d. Memberikan laporan kegiatan kepada PMKP

Membuat pelaporan

8. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Hand Hygiene ( Kebersihan Tangan )


Untuk membudayakan Kebersihan Tangan ini maka akan dilakukan
beberapa kegiatan, antara lain :
a. Kampanye Hand Hygiene
b. Pemasangan poster, banner dan pembagian leaflet
c. Pengadaan antiseptic hand rub di semua unit
d. Audit kepatuhan cuci tangan

Memonitor angka infeksi nosokomial di rumah sakit

Angka dekubitus
Angka infeksi akibat pemasangan jarum infus
119

Angka infeksi luka operasi


Angka infeksi akibat pemasangan CVC
Angka infeksi VAP
Angka Infeksi MRSA

Melakukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi pada pengelolaan


makanan, dengan melakukan :

a.Monitoring hygiene pada petugas dietary


b.

Pemeriksaan mikrobiologi pada makanan dan alat makan

c.Pemeriksaan kesehatan khusus petugas penjamah makanan (anal swab)


d.

Pemantauan suhu penyimpanan bahan makanan

Pemantauan kualitas air


Kegiatan meliputi pemeriksaan kualitas air minum, air bersih dan air
cadangan secara rutin.

Pencegahan dan pengendalian infeksi saat pembangunan dan renovasi


Kegiatan meliputi: pemeriksaan kualitas udara melalui pengukuran /
pemeriksaan debu.

Sterilisasi

Kegiatan meliputi evaluasi pemantauan kualitas barang yang telah disteril.

Pengurangan resiko infeksi terhadap petugas melalui pemeriksaan berkala

Pendidikan dan pelatihan staff


Untuk meningkatkan kompetensi IPCN maka perlu mengikutkan karyawan
ke dalam pelatihan-pelatihan yang terkait dengan PPI.

Orientasi karyawan pencegahan dan pengendalian infeksi Pada setiap


karyawan baru saat orientasi diberikan materi tentang PPI terutama tentang
kebersihan tangan.

9. Akreditasi RS
i. Pelatihan / Workshop akreditasi RS standar baru
j. Pembentukan Tim Akreditasi RS
k. Sosialisasi standar akreditasi baru kepada Tim akreditasi RS
l. Melengkapi dokumen akreditasi baru
120

m. Bimbingann akreditasi dari Tim KARS


n. Self assesmen persiapan akreditasi
o. Penilaian akreditasi dari KARS

BAB XV
PERTEMUAN / RAPAT
Rapat berkala terdiri dari :
1. Rapat Rutin
Rapat Rutin diselenggarakan pada :
-

Rapat tentang Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien


Waktu

: Setiap hari selasa

Jam

: 09.30 - selesai
121

Tempat

: Ruang Rapat Komite Medik

Peserta

: Direktur Rumah Sakit Permata Bunda

Purwodadi, Tim
PMKP
Materi

: Evaluasi kinerja mutu


Masalah dan pemecahannya
Evaluasi dan rekomendasi

- Incident Report
Waktu

: Setiap hari Senin

Jam

: 12.30 - selesai

Tempat

: Ruang Rapat Komite Medik

Peserta

: Direktur Utama RS Permata Bunda Purwodadi,

Tim
PMKP,
ketua Komite Medis, tim manajemen terkait
Materi

: pembahasan insiden dan rencana tindak lanjut

2. Rapat Insidentil diselenggarakan sewaktu-waktu bila ada masalah atau sesuatu hal
yang perlu dibahas segera
\BAB XVI
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. Pencatatan dan Pelaporan
1. Pencatatan dan pelaporan program PMKP dilaksanakan setiap akhir kegiatan
dan tiap triwulan pelaporan kegiatan dilaporkan kepada Pimpinan Rumah Sakit
dan Yayasan RS secara periodik tiap TW melalui pelaporan Realisasi program
kerja unit Quality Assurance
2. Pencatatan Indikator mutu , sensus harian dilakukan oleh unit masing masing.
Laporan bulanan oleh unit tentang pencapaian pemantauan indikator klinis,
122

indikator manajemen, indikator sasaran keselamatan pasien, dilaporkan kepada


Tim PMKP untuk direkap dan diterbitkan FTKP ( Form Tidakan Korektif dan
Pencegahan )
3. Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien :
Setiap terjadi insiden keselamatan pasien unit langsung membuat laporan insiden
untuk dilaporkan kepada Tim PMKP, kemudian dilakukan RMG oleh Tim
PMKP dan dilakukan pembahasan dengan Tim KPRS dan Manajemen tiap hari
Senin .
B. Pelaporan Program Kerja PMKP
N

Kegiatan

Keterangan

QMR

Direksi

PT

Indikator

Tiap bulan max tgl

Tiap TW

Tahunan

Mutu

15 bulan

realisasi

berikutnya

pencapaian

o
1

Pelaporan kepada :

Melalui laporan

program kerja
2

Tahunan

PMKP Manager
Melalui laporan

Program

Tiap selesai

Tiap selesai

Patient

pelaksanaan

pelaksanaan

realisasi

Safety

program

program

pencapaian
program kerja

Manajemen

Tiap senin

Tiap senin

PMKP Manager
Tiap senin

Resiko

dilakukan

Klinik

pembahasan
laporan insiden
bersama Tim
PMKP, Tim
KPRS dan
manajemen

123

Root Cause

Tiap selesai

Analysis dan

pembahasan

Tiap TW

Tiap selesai
pembahasan

FMEA

PMKP dibuat
laporan

Indikator

Tiap bulan

Tiap TW

Klinik

Laporan realisasi

Tahun

pencapaian target

Pelayanan

indikator melalui

Medis
Audit Klinis

Tiap selesai

Tiap selesai

Tiap akhir

email
Melalui laporan

Pelayanan

pelaksanaan audit

pelaksanaan

tahun

realisasi audit

Medis
5

Tiap akhir

audit

klinis

Clinical

Tiap selesai

Tiap selesai

Tiap akhir

Melalui laporan

Pathway

pelaksanaan

pelaksanaan

tahun

realisasi

program

program

pencapaian
program kerja

Pendidikan

Tiap selesai

Tiap selesai

Tiap akhir

PMKP Manager
Melalui laporan

& Pelatihan

pelaksanaan

pelaksanaan

tahun

realisasi pencapa

PMKP

program

program

ian program kerja

Quality

Tiap selesai

Tiap selesai

Presentasi

PMKP
Melalui laporan

Champion

pembahasan satu

pembahasan

RCM

kegiatan PMKP

masalah

satu masalah

dan bila
perlupresentasi

Pencegahan

Tiap bulan

Tiap bulan

dan
pengendalian

Tiap akhir

RCM
Melalui laporan

tahun

kegiatan PMKP
Manager

infeksi

124

Akreditasi

Tiap bulan

Tiap bulan

tahunan

RS

Melalui laporan
kegiatan PMKP
Manager

Pelaporan
1. Laporan harian untuk unit yang berhubungan dengan laporan insiden
dilaporkan kepada Tim PMKP
2. Laporan bulanan oleh unit tentang pencapaian pemantauan indikator
klinis, indikator manajemen, indikator sasaran keselamatan pasien, untuk
direkap dan diterbitkan FTKP ( Form Tidakan Korektif dan Pencegahan )
3. Laporan Tri Wulan untuk realisasi pencapaian program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien oleh Ketua Komite PMKP.
4. Laporan tahunan evaluasi pelaksanaan program PMKP oleh Ketua
Komite PMKP Manager untuk dilaporkan kepada Pimpinan rumah
sakit , yayasan dan unit terkait

125

BAB XVII
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring
Monitoring program PMKP oleh pimpinan melalui pertemuan Ketua PMKP dengan
pimpinan secara rutin dan beberapa kegiatan melalui Audit internal RS .
Evaluasi Kegiatan
Evaluasi dilaksanakan setiap akhir tahun untuk ditindak lanjuti sesuai masalah / kendala
yang ada. Jika pencapaian tidak sesuai dengan target yang sudah ditetapkan, maka
pimpinan ( QMR, pimpinan RS, PT Syifa Utama ) mengambil tindakan yang
diperlukan, termasuk didalamnya melakukan perubahan terhadap program ataupun
proses / SPO yang ada saat ini
Dokumen Bukti
Laporan pelaksanaan program PMKP :
126

1. Laporan pelaksanaan pemantauan indikator klinik


2. Laporan Hasil Audit klinik
3. Laporan RCA
4. Laporan pelaksanaan Pelatihan pelatihan internal
5. Laporan kegiatan Quality Champion
6. Laporan kegiatan Tim PPI
7. Laporan pemantauaan indikator mutu pelayanan rumah sakit
Laporan Realisasi pencapaian program PMKP

BAB XVIII
PENUTUP
Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien ini kami susun agar dapat
digunakan sebagai acuan Tim Quality & Assurance dalam merencanakan,
melaksanakan, monitoring dan evaluasi program upaya peningkatan mutu dan
Keselamatan pasien di rumah sakit Permata Bunda Purwodadi.
Namun demikian upaya upaya ini akan lebih berhasil jika didukung oleh pimpinan
rumah sakit dan kerja sama yang baik dari seluruh unit kerja di rumah sakit Permata
Bunda Purwodadiini.
Semoga Tuhan selalu memberkati sumua upaya upaya yang kita kerjakan.

127

Pekanbaru ; April 2016


Menyetujui

dr. Hj. Novrielly, M.Kes


Direktur Rs

Ketua Komite Pmkp

128

Anda mungkin juga menyukai