Modul PCM - RMK JLN Apbn
Modul PCM - RMK JLN Apbn
Modul PCM - RMK JLN Apbn
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
1.2
Halaman
3
4
BAB 2
INFORMASI PENGGUNA JASA & PENYEDIA JASA
2.1
BAB 3
STRUKTUR ORGANISASI TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
3.1
3.2
3.3
6
7
8
8
9
9
9
10
10
BAB 4
LINGKUP PEKERJAAN.............................................................................................
11
BAB 5
RINGKASAN SPESIFIKASI TEKNIS .....................................................................
12
BAB 6
KRITERIA PENERIMAAN, RENCANA INSPEKSI DAN PENGUJIAN............
BAB 7
DAFTAR PERALATAN KERJA..
25
26
BAB 8
JADWAL INSPEKSI DAN PENGUJIAN
8.1
27
BAB 9
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN.
28
BAB 10
BAGAN ALIR PELAKSANAAN PEKERJAAN.
29
BAB 11
LEMBAR KERJA / DAFTAR SIMAK
11.1
31
BAB 12
KESIMPULAN
33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pada dasarnya pelanggan ( customer ) memerlukan produk dengan karakteristik yang
memuaskan kebutuhan dan harapan mereka. Kebutuhan dan harapan tersebut
dituangkan dalam persyaratan persyaratan dapat berupa ketentuan / spesifikasi
produk yang diinginkan, kemudian secara bersama sama disepakati dalam suatu
perjanjian / kontraktual atau persyaratan persyaratan tersebut ditetapkan sendiri oleh
organisasi dan regulasi guna menghadapi tekanan dan persaingan akibat kemajuan
teknologi dan keinginan masyarakat Jasa Konstruksi yang saat ini semakin terbuka.
Dalam rangka memenuhi tuntutan komitmen, profesionalisme dan peningkatan kinerja,
maka semua pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan, harus melaksanakan Program
Penerapan Sistem Manajemen Mutu dengan penuh tanggung jawab.
Agar pelaksanaan sistem mutu tetap memenuhi persyaratan maka diperlukan
pengendalian, baik secara proses maupun pengendalian hasil yang harus dimasukkan
dalam catatan berupa Pengendalian Catatan Mutu dan dikendalikan mengikuti
Prosedur Pengendalian Dokumen Mutu. Unsur pengendalian sudah merupakan
tuntutan keadaan yang tidak bisa lagi dihindari pada semua proses kegiatan, apalagi
jika kita semua melihat kembali adanya tuntutan keterbukaan informasi yang sedang
dan berkembang saat ini.
Untuk meningkatkan efektifitas sistem manajemen mutu, guna mempertinggi kepuasan
pelanggan / pengguna jasa dengan memenuhi persyaratan persyaratan yang
ditetapkan oleh pelanggan / pengguna jasa, sehingga akan lebih mudah dalam
pengendaliannya, maka dibuat suatu sistem standart manajemen mutu.
Sistem manajemen mutu ini dilaksanakan dengan pendekatan proses, sehingga akan
lebih mudah dalam pengendaliannya, maka dalam hal ini yang dibutuhkan adalah
pengendalian berkelanjutan sepanjang proses proses kegiatan berlangsung yang akan
mampu memberikan sambungan / saling keterkaitan antara masing masing individu
proses dalam suatu sistem serangkaian proses sebagaimana juga dengan kombinasi dan
interaksi diantara kegiatan yang terjadi dalam proses tersebut.
Adanya perubahan paradigma kondisi masyarakat khususnya keterbukaan informasi di
masyarakat jasa konstruksi, maka tuntutan akan terpenuhinya mutu disetiap proses
kegiatan menjadi suatu hal yang sangat diperlukan. Guna memenuhi prinsip prinsip
dasar standar mutu, sesuai jaminan mutu ( quality assurance ).
Prinsip dasar manajemen mutu ini meliputi : Memperhatikan Pelanggan,
Kepemimpinan, Keterlibatan Semua Orang, Pendekatan Proses, Pendekatan Sistem
bagi Manajemen, Peningkatan Berkelanjutan, Pendekatan Faktual bagi Pengambilan
Keputusan dan Hubungan yang saling Menguntungkan dengan Pemasok. Kedelapan
prinsip dasar manajemen mutu tersebut yang mendasari kami sebagai penyedia jasa
untuk menyajikan Rencana Mutu Kontrak. Hal ini sesuai yang tertuang dalam Kepres
80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, bahwa
selain penyedia barang/jasa disyaratkan memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan
teknis dan manajerial, juga diharuskan menyusun Program Mutu (Pelaksanaan
Kontrak)
1.2
BAB 2
INFORMASI PENGGUNA JASA DAN PENYEDIA JASA
2.1
(SNVT)
BAB 3
STRUKTUR ORGANISASI
3.1
DINAS KIMPRASWIL
PROPINSI NTT
UNIT
JAMINAN MUTU
SATUAN KERJA
KOORDINATOR WILAYAH
PELAKSANAAN DAN
PENGAWASAN DI KAB.
TTU / BELU
PENGAWAS UTAMA
OFFICE ENGINEER
3.2
KEPALA CABANG
Ir. Ahmad Dairobi
KEPALA PROYEK
Deddy Sarwobiso
OFFICE ENGINEER
ADM / KEUANGAN
Ambrosius Woda
Hendrik Pabesak. ST
LOGISTIK
Maksi
Suyanto
ADM TEKNIK
Ahad, ST
Ivan Ariadi
SURVEYOR
Yosep Malo
LAB TEKNISI
Benediktus
Eksan
PELAKSANA SIPIL
Hadi Sucipto, A.Md
PELAKSANA ALAT
Simon Costa
PEL AGREGAT/STRUKTUR
PEL PAVING
Sugeng
I Made Warna
MEKANIK / OPERATOR
Ferry Nauk / Lius
Stef Poerwata
Linus Rohi
Hansel K
M Pakerang
Yulius Tanesip
Uraian Tugas
Mempelajari, menganalisa dan memahami semua perencanaan proyek yang
diberikan owner / pemilik.
Memimpin dan mengarahkan kegiatan pelaksanaan sesuai dengan rencana
proyek.
Membuat schedule, mengkoordinasi dan memonitor, bahan, alat, sumber
daya manusia dan lain lain.
Memantau dan mengarahkan proses kegiatan pekerjaan proyek guna
mendapatkan hasil yang ditetapkan.
Mengevaluasi dan menindaklanjuti pelaksanaan proyek yang sudah
berjalan .
Membuat laporan progres pekerjaan.
Uraian Tugas :
Menyiapkan gambar kerja dan gambar awal ( Shop Drawing ) dan MC 0 %
Ikut serta melaksanakan survey bersama antara Direksi dan Pelaksana Sipil
dalam persiapan MC 0 %
Menyiapkan gambar pelaksanaan dan perhitungan volume sebagai dasar
pelaksanaan
Menghimpun dan membuat laporan laporan ( hasil Lab.,Opname
Pekerjaan , Laporan Harian, Mingguan, Bulanan, Foto Dokumentasi dan
lain lain ) sebagai dasar akurat.
Membuat Laporan Fisik proyek setiap dua mingguan dan membuat
penagihan sesuai fisik yang dicapai.
Selalu berkoordinasi dengan pengguna jasa yang berhubungan dengan
pelaporan pelaksanaan dan hal-hal yang menunjang kelancaran proyek
Bertanggung jawab kepada kepala proyek.
2. LOGISTIK
Tujuan Umum Jabatan Logistik
Untuk terselenggaranya kebutuhan bahan dan peralatan proyek secepat
mungkin (tepat waktu) dan jumlahnya sesuai dengan yang sudah direncanakan.
Uraian Tugas :
Merinci secara detail kebutuhan bahan dan peralatan sebagaimana yang
telah ditetapkan.
Menyusun permintaan bahan dan peralatan sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan pekerjaan.
Mengontrol perincian bahan dan peralatan sesuai dengan perencanaan baik
terhadap jumlah maupun mutunya.
Menyimpan serta mengamankan dengan benar terhadap bahan dan
peralatan yang ada di proyek.
Uraian Tugas :
Mengarsipkan administrasi proyek dengan benar
Membukukan pengeluaran biaya proyek secara tepat
Memonitor dan mengevaluasi tagihan tagihan yang masuk
Membuat laporan posisi kas pelaksanaan proyek secara periodik.
4. PELAKSANA
Tujuan Umum Jabatan Pelaksana :
Memimpin pengawasan pelaksanaan kegiatan agar dapat berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
Tanggung Jawab :
Terlaksananya kegiatan pekerjaan yang telah menjadi tanggung jawabnya yang
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
Mengajukan permintaan kebutuhan bahan dan peralatan dan tenaga kerja sesuai
dengan kebutuhan pada saat pelaksanaan pekerjaan.
Melaporkan progres pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
secara periodik.
Uraian Tugas :
Merinci serta menjelaskan maksud dan tujuan jenis pekerjaan kepada para
pelaksana lapangan sebagaimana yang tercantum dalam rencana kerja.
Memimpin dan mengarahkan para pelaksana agar dapat menghasilkan
pekerjaan sebagaimana yang telah direncanakan, baik kwalitas, kuantitas
maupun waktunya.
Menilai dan mengevaluasi hasil kerja para pelaksana lapangan apakah telah
sesuai dengan rencana.
Mengatur dan menjaga keselamatan, kenyamanan serta keamanan hasil
kerja bagi para pelaksana.
Menghitung, mengevaluasi, mengatur pendistribusian penggunaan bahan,
alat dan tenaga agar mencapai hasil yang optimal.
Menghitung serta mengajukan permintaan kebutuhan bahan, alat dan
tenaga sesuai dengan kebutuhan.
Membuat laporan lengkap hasil pekerjaan ( progress proyek ) yang telah
dikerjakan serta catatan kondisi tingkat penyelesaian.
Tanggung Jawab :
Terlaksananya kegiatan pengukuran
Melakukan pencatatan hasil kerja
Uraian Tugas :
Bersama Direksi melakukan survey untuk menentukan quarry.
Menyiapkan rancangan komposisi material ( Job Mix Formula ) yang
memenuhi spesifikasi teknis yang disyaratkan.
Mengadakan test terhadap material/hasil pekerjaan di lapangan bersama
Direksi Pekerjaan.
Melaksanakan pembuatan slump test, dan kubus beton pada saat
pengecoran serta mengadakan pengetesan pada beton berumur 7 hari, 14
hari dan 28 hari.
10
BAB 4
LINGKUP PEKERJAAN
4.1
LINGKUP PEKERJAAN
4.1.1
4.1.2
Pekerjaan Persiapan
Mobilisasi
Pekerjaan Drainase
Galian Saluran
Pasangan Batu dengan Mortar
4.1.3
Pekerjaan Tanah
Timbunan Biasa
Timbunan Pilihan
4.1.4
4.1.5
4.1.6
4.1.7
Pekerjaan Struktur
Pasangan Batu
4.1.8
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Rutin Selokan,Sal.Air,Galian dan Timbunan
11
BAB 5
RINGKASAN SPESIFIKASI TEKNIS
5.1
PERKERASAN BERBUTIR
1. Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat A
A. Syarat Umum
Pekerjaan ini meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, pembahasan
dan pemadatan aggregate diatas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai
detil yang ditunjukkan gambar atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan, dan
memelihara lapis pondasi aggregate A yang telah selesai sesuai dengan yang disyaratkan.
Pemrosesan harus meliputi, pemecahan, pengayakan, pe-misahan, pencampuran, dan operasi
lainnya yang perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan yang
diijinkan.
- Toleransi Dimensi
Bahan Lapisan Pondasi Aggregate
Permukaan Lapis Pondasi Agregat A untuk Lapis Resap Pengikat
atau Pelaburan (Perkerasan atau Bahu Jalan)
Toleransi Tinggi
Permukaan
+ 1 cm
- 1 cm
- Pada permukaan semua lapis pondasi aggregate A tidak boleh terdapat ketidakrataan yang
dapat menampung air dan semua punggung (camber) permukaan itu harus sesuai dengan
yang diketentuan.
- Tebal total minimum Lapis Pondasi Aggrgate A tidak boleh kurang satu sentimeter dari tebal
yang disyaratkan.
- Pada permukaan Lapis Pondasi Aggregat Kelas A yang disiapkan untuk lapisan resap
pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas harus dibuang
dengan sikat yang keras, maka penyimpangan maksimum pada kerataan permukaan yang
diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan sejajar atau melintang sumbu jalan,
maksimum satu sentimeter.
B. Standart Desian/Produk
a. Sumber Bahan
Bahan Lapis Pondasi Agregat dipilih dari sumber quari yang disepakati
b.Fraksi Agregat Kasar
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4.75 mm harus terdiri dari partikel atau pecahan
batu atau kerikil yang keras dan awet.
Untuk Lapis Pondasi Aggregat A, aggregate kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari
80 % berat aggregate kasar dan haru mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.
c. Fraksi Aggregat Halus
Aggregat halus yang lolos ayakan 4.75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami atau batu
pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi agregat yang lolos ayakan No.200 tidak boleh
lebih besar dua per-tiga dari fraksi agregat lolos ayakan No. 40
d.Gradasi Lapisan Pondasi Aggregat kelas A
Ukuran Ayakan
ASTM
2"
1 1/2 "
(mm)
50
37.5
Persen Berat
Yang Lolos
100
12
1"
3/8 "
No. 4
No. 10
No. 40
No. 200
25
9.5
4.75
2
0.425
0.075
79 - 85
44 - 58
29 - 44
17 - 30
7 - 17
28
Ketentuan
0 - 40 %
06
maks. 25
0 25
0-5%
min. 90 %
f. Pencampuran Bahan
Pencampuran harus dilkerjakan di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang
disetujui, dengan menggunakan pemasok mekanis yang dikalibrasi untuk memperoleh aliran
yang menerus dari komponen-komponen campuran denga proporsi yang benar.
C. Penghamparan dan pemadatan Lapis Pondasi Agregat A
1. Penyiapan Formasi Lapis Pondasi Agregat
a. Kerusakan yang terjadi pada lapisan perkerasan yang akan dihampar Lapis Pondasi
Agregat harus diperbaiki terlebih dahulu.
b. Apabila Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama atau
tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi yang disiapkan, maka lapisan ini
harus diselesaikan se-penuhnya.
c. Lokasi yang disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat, sesuai dengan butir
(a) dan (b) diatas, harus disiapkan dan mendapata persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi Pekerjaan paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi
penghamparan Lapis Pondasi pada setiap saat. Untuk perbaikan tempat-tempat yang
kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh formasi itu harus disiapkan dan disetuji
sebelum lapis pondasi agregat dihampar.
d. Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar Langsung di atas permukaan perkerasan
aspal lama, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka
harus diperlukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama
agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.
2. Penghamparan
a. Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai cam-puran yang merata dan
harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan dan harus tersebar secara
merata.
b.
Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan.
Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus
diusahakan sama tebalnya.
c.
LPA harus dihampar dan dibentuk dengan suatu metode yang disetujui
yang tidak menyebabkan segregasi pada partikel aggregate kasar dan halus.
d.
Tebal padat maksimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi
3. Pemadatan
a. Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh denga alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum
modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989,metode D.
13
b. Mesin gilas beroda karet dapat digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis
beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis
Pondasi Agregat.
c. Pemadatan dilakukan pada kadar air dari bahan berada dalam rentang - 3 % di bawah
kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum.
d. Operasi penggilasan dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit kea
rah sumbu jalan dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber-superelevasi,
penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan harus dilanjutkan sampai
selurh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
e. Bahan sepanjang kerb, tembok dan tempat-tempat yang tidak terjangkau mesin gilas
dipadatkan dengan timbris mekanis
4. Pengujian
a. Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk per-setujuan awal harus
seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
b. Jenis pegujian diulangi lagi, jika menurut pendapat direksi pekerjaan, terdapat
preubahan mutu bahan atau metode produksinya.
c. Pengujian rutin pengendalian mutu bahan dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut seperti yang
diperintahkan oleh direksi pekerjaan, tetapi untuk setiap 1000 m3 bahan yang
diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari 5 (lima) pengujian indeks
plastisitas, 5 (lima) pengujian gradasi partikel, dan 1 (satu) penentuan kepadatan
kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D. Pengujian CBR harus
dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan Direksi Pekerjaan.
d. Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan diperiksa secara rutin menggunakan
SNI 03-2827-1992. Pengujian dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada
lokasi yang ditempatkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari
200 m
5.2
PEKERASAN ASPAL
SEKSI 6.1
1. Lapis Resap Pengikat
Lapis Resap Pengikat dihampar diatas permukaan yang bukan beraspal (misalnya Lapis
Pondasi Agregat), Lapisan Resap Pengikat harus disemprot pada permukaan yang kering atau
mendekati kering, Untuk Lapis Resap Pengikat setelah proses pengeringan, bahan aspal harus
sudah meresap ke dalam lapis pondasi.
B. STANDART DESAIN/PRODUK
1. Bahan Lapis Resap Pengikat
a. Bahan yang dipakai aspal Pen. 60/70 diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi
minyak tanah yang digunakan sebagaimana diperintahkan Direksi Pekerjaan , setelah
percobaan di atas lapis pondasi atas yang telah selesai. Kecuali diperintahkan lain oleh
Direksi Pekerjaan, perbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan awal harus dari
80 bagian minyak per 100 bagian aspal semen (80 pph kurang lebih ekivalen dengan
viskositas aspal cair hasil kilang jenis MC-30). Takaran pemakaian Lapis Resap Pengikat,
biasanya antara 0.4 sampai 1.3 liter per-meter persegi untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A.
b. Bilamana lalu lintas diijinkan lewat diatas Lapis Resap Pengikat, maka digunakan bahan
penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan kerikil atau batu pecah, terbebas dari
butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari
98 % lolos ayakan ASTM 3/8 (9.5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos ayakan
ASTM No. 8 (2.36 mm).
Tabel .Suhu Penyemprotan
Jenis Aspal
110 + 10 o C
70 + 10 o C
14
45 + 10 o C
30 + 10 o C
Tidak dipanaskan
C. PELAKSANAAN PENYEMPROTAN
1. Batas permukaan yang akan disemprot harus diukur dan ditandai.
2. Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik, maka bahan aspal harus disemprot
dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan
3. Lintasan penyemprotan harus satu lajur atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian
yang overlap selebar 20 cm.
4. Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup
kedap.
5. Sisa aspal dalam tangki distributor dijaga tidak boleh kurang dari 10 % dari kapasitas
tangki, untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angina) dalam system
penyemprotan.
6. Jumlah pemakaian aspal setiap kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari
volume sisa dalam tangki dengan meteran celup.
7. Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal setiap lintasan penyemprotan dihitung sebagai
volume bahan aspal yang telah terpakai dibagi luas bidang yang disemprot.
Toleransi
Takaran
Pemakaian
SEKSI 6.3
LATASTON (HRS)
Lataston terdiri dari dua macam, Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) dan Lataston Lapis
Permukaan (HRS-Wearing Course) dan ukuran maximum aggregate masing-masing
campuran adalah 19 mm. Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) mempunyai proporsi fraksi
aggregate kasar lebih besar daripada Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course).
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran dirancang sampai memenuhi
semua ketentuan yang diberikan dalam spesifikasi. Dua kunci utama adalah :
15
Jenis Campuran
Simbol
Tebal nominal
Minimum (Cm)
Toleransi Tebal
Tebal (mm)
HRS-WC
HRS-Base
3.0
4.0
3.0
3.0
1. Bahan
Agregat Kasar
a. Fraksi agregat kasar adalah yang tertahan ayana No. 8 (2.36 mm)
b. Terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah dan harus disiapkan dalam ukuran
nominal tunggal. Ukuran maksimum agregat adalah satu ayakan yang lebih besar
dari ukuran nominal maksimum. Ukuran nominal maksimum adalah satu ayakan
yang lebih kecil dari ayakan pertama (teratas) dan bahan tertahan kurang dari 10
%.
c. Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat agregat yang
lebih besar dari 4.75 mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih.
d. Agregat kasar yang kotor dan berdebu, yang mempunyai partikel lolos ayakan No.
200 (0.075 mm) lebih besar dari 1 % tidak boleh digunakan.
e. Fraksi individu agregat kasar ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi
pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin
feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan
dengan baik.
f. Batas-batas yang ditentukan untuk partikel kepipihan dan kelonjongan dapat
dinaikkan oleh Direksi Pekerjaan bilamana agregat tersebut memenuhi ketentuan
lainnya.
Tabel. Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian
Standart
Nilai
SNI 03-3407-1994
Maks. 12 %
SNI 03-2417-1991
SNI 03-2437-1991
DoT's
Pennsylvania
Test Method,
PTM No.621
Mak. 40 %
Min. 95 %
85/80
95/90
60/50
80/75
ASTM D-4791
Maks. 10 %
Agregat Halus
a.
Agregat halus harus terdiri dari pasir atau pengayak batu pecah dan terdiri dari
bahan yang lolos ayakan No. 8 ( 2.36 mm).
b. Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari
agregat kasar.
c. Pasir boleh dapat digunakan dalam campuran aspal.
d. Agregat halus merupakan abahn yang bersih, keras, bebas dari lempung atau
bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Pasir yang kotor dan berdebu serta
mempunyai partikel lolos ayakan No. 200 (0.075 mm) lebih dari 8 % atau pasir
PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO
16
e.
f.
yang mempunyai nilai setara pasir (sand ekivalent) kurang dari 40 sesuai Pd M03-1996-03, tidak boleh dipakai.
Agregat pecah halus dan pasir ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi
pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin
feeds) yang terpisah sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah halus dan pasir
dapat dikontrol dengan baik.
Agregat halus harus mempunyai angularitas sesuai ketentuan.
Tabel. Angularitas Agregat Halus
Pengujian
Lalu Lintas
Standart
Nilai
Angularitas (kedalaman
Min. 40 %
AASHTO
Min. 45 %
Angularitas (kedalaman
TP - 33
Min. 40 %
Min. 40 %
Bahan pengisi yang ditambahkan harus terdiri dari debu batu kapur (limestone
dust), semen porland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis lainnya.
b. Bahan pengisi harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji
dengan pengayakan secara basah sesuai SK SNI M-02-1994-03 harus
mengandung bahan yang lolos ayakan No. 200 (75 micron) tidak kurang dari 75 %
terhadap beratnya.
c. Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan sebagai bahan
pengisi yang ditambahkan maka proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1.0 %
dari berat total campuran.
Ukuran ayakan
ASTM
1 1/2 "
1"
3/4 "
1/2 "
3/8"
No. 8
No. 16
No. 30
No.200
(mm)
37.5
25
19
12.5
9.5
2.36
1.18
0.600
0.075
No.4
No.8
No.16
No.30
No.50
4.75
2.36
1.18
0.600
0.300
WC
Base
100
90 - 100
75 - 85
50 - 72
100
90 - 100
65 - 100
35 - 55
35 - 60
15 - 35
6 - 12
2-9
Daerah Larangan
Catatan :
1. Untuk HRS-WC dan HRS Base paling sedikit 80 % agregat lolos ayakan No. 8 (2.36 mm)
harus juga lolos ayakan No. 30 (0.600 mm).
17
b. Bahan aspal yang diperoleh kembali dari benda uji pada rumus perbandingn
campuran harus mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 55 % nilai aspal
penetrasi sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm.
c. Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai SNI 03-3640-1994. Setelah
konsentrasi larutan aspal terektraksi mencapai 200 mm, partikel mineral yang
terkandung harus dipindahkan ke dalam suatu sentrifugal. Pemindahan dianggap
memenuhi bila kadar abu dalam bahan aspal yang diperoleh kembali tidak lebih
dari 1 % (dengan pengapian).
2. Campuran
a. Komposisi Umum Campuran
Campuran aspal terdiri dari agregat dan aspal. Filler yang ditambahkan boleh
digunkan bilamana diperlukan untuk menjamin sifat-sifat campuran memenuhi
ketentuan yang disyaratkan.
b. Kadar Aspal dalam Campuran
Persentase aspal actual yang ditambahkan ke dalam campuran bergantung pada
penyerapan agregat yang digunakan.
c. Prosedur Rancangan Campuran :
Sebelum penghamparan setiap campuran aspal dilakukan pengujian percobaan
di laboratorium dan penghamparan campuran percobaan di instalasi pencampur
aspal.
Pengujian meliputi :
analisa saringan, berat jenis dan penyerapan air untuk semua agregat
yang digunakan.
Pengujian pada campuran aspal percobaan meliputi penentuan Berat
Jenis Maksimum Campuran Aspal (AASTHO T209-90), pengujian
Marshall (SNI 06-2489-1990) dan Kepadatan Marshall (Refusal
Density) campuran rancangan (BS 598 Part 104-1989).
Contoh agregat diambil dari Hot Bin untuk pencampur jenis takaran berat
maupun pencampur dengan pemasok menerus yang mempunyai penampung
panas. Untuk pencampur dengan pemasok menerus yang tidak mempunyai
ayakan di penampungan panas, contoh diambil dari corong pemasok dingin
(cold feed hopper). Rumus Perbandingan Campuran yang ditentukan dari
campuran laboratorium dianggap berlaku sampai diperkuat oleh hasil
percobaan pada instalasi pencampur aspal.
Pengujian percobaan laboratorium dilaksanakan dalam tiga langkah dasar :
Memperoleh Gradasi Agregat yang cocok.
Membuat Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula)
Memperoleh persetujuan Rumus Campuran Rancangan (DMF) sebagai
Rumus Perbandingan Campuran (JMF)
Petunjuk Untuk campuran khusus Lataston (HRS)
Semua campuran bergradasi senjang akan menggunakan campuran agregat
kasar dan halus. Biasanya dua ukuran untuk agregat kasar dan dua ukuran
untuk agregat halus. Perhatikan ketentuan batas-batas bahan bergradasi senjang
yaitu bahan yang lolos ayakan 2.36 mm tetapi tertahan ayakan 0.600 mm.
Tabel. Ketentuan Sifat-sifat Campuran
Sifat-sifat Campuran
Penyerapan kadar aspal
Jumlah tumbukan per-bidang
Lalu lintas (LL)
PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO
Maks.
Min.
Lataston
WC
Base
1.2 untuk Lalu-lintas > 1 juta ESA
1.7 untuk Lalu-lintas < 1 juta ESA
75
-
18
Rongga dalam
campuran (%)
Maks.
Min.
Maks.
Min.
Maks.
Min.
4.0
6.0
3.0
6.0
20
Min.
65
Min.
68
Min.
75
Min.
Maks.
Min.
Maks.
Min.
800
2
200
85 untuk Lalu-lintas > 1 juta ESA
Min.
Min.
Maks.
pada (1,2)
Kepadatan
membal
(refusal)
Min.
Maks.
Min.
Maks.
Catatan :
1) Untuk menentukan kepadatan membal (refusal), penumbuk bergerak
(vibratory hammer) disarankan digunkan untuk menghindari pecahnya
butiran agregat dalam campuran. Jika digunakan penumbukan manual
jumlah tumbukan per-bidang harus 600 untuk cetakan berdiameter 6 in
dan 400 untuk cetakn berdiameter 4 in.
2) Untuk lalu-lintas yang sangat lambat atau lajur padat, gunakan criteria
ESA yang lebih tinggi.
3) Berat Jenis efektif agregat akan dihitung berdasarkan pengujian Berat
Jenis Maksimum Agregat (Gmm, test, AASHTO T-129)
4) Direksi Pekerjaan dapat menyetujui prosedur pengujian AASTHO
T283 sebagai alternative pengujian kepekaan kadar air. Pengondisian
beku cair (freeze thaw conditioning) tidak diperlukan. Standart
minimum untuk diterimanya prosedur T283 harus 80 % Kuat Tarik
Sisa.
d. Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula)
Rumus yang diserahkan harus menentukan untuk campuran :
Ukuran nominal maksimum partikel
Sumber-sumber agregat
Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan pada
penampung dingin maupun penampung panas.
Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan.
Kadar aspal total dan efektif terhadap berat total campuran.
Suatu temperatur tunggal saat campuran dikeluarkan dari alat pengaduk.
e. Rumus Perbandingan Campuran (Job Mix Formula)
Percobaan campuran di instalasi pencampuran aspal dan penghamparan percobaan
yang memenuhi ketentuan akan dijadikan rancangan campuran dapat disetujui
sebagai Rumus Perbandingan Campuran (JMF)
f. Penerapan Rumus Perbandingan Campuran dan Toleransi yang diijinkan.
g.
Agregat Gabungan Lolos Ayakan
PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO
19
Temperatur Campuran
Bahan meninggalkan AMP dan
dikirim
ke tempat penghamparan
Tolreansi
+ 10 oC
bahan aspal.
Bila diperlukan bahan pengisi (filler) tambahan harus ditakar secara terpisah
dalam penampung kecil yang dipasang di atas alat pencampur.
d. Penyiapan Pencampuran.
Agregat kering dicampur di instalasi pencampur dengan proporsi tiap
fraksi agregat yang tepat sesuai rumus perbandingan campuran,
kemudian dilakukan penambahan sejumlah aspal ke dalam agregat
tersebut dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin.
Temperatur campuran aspal saat ini dikeluarkan dari alat pencampur
harus dalam rentang absolute yang telah ditetapkan.
e. Pengangkutan dan Penyerahan di Lapangan.
Campuran aspal harus diserahkan kea lat penghampar dengan temperature
dalam rentang absolute yang ditentukan.
Tabel. Ketentuan Viskositas Aspal dan Suhu Campuran Aspal
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Prosedur Pelaksanaan
Pencampuran benda uji Marshall
Pemadatan benda uji Marshall
Suhu pencampur maks. di AMP
Pencampuran, rentang temperatur sasaran
Menuangkan campuran aspal dari alat
pencampur ke dalam truck
Pemasok ke Alat Penghampar
Penggilasan Awal (roda baja)
Penggilasan Kedua (roda karet)
Penggilasan Akhir (roda baja)
Viskositas
Suhu Campuran
Aspal (PA.S)
0.2
0.4
tidak diperlukan
0.2 - 0.5
Aspal (oC)
Pen.60/70
155 + 1
145 + 1
165
145 - 155
0.5 - 1.0
135 - 150
0.5 - 1.0
1-2
2- 20
< 20
130 - 150
125 - 145
100 - 125
> 95
20
Catatan :
1.
2.
4. Penghamparan Campuran
a. Menyiapkan Permukaan yang akan dilapisi
Perbaikan permukaan yang akan dilapisi
Permukaan yang akan dihampar dibersihkan dari bahan yang lepas dan
yang tidak dikehendaki
21
e. Sambungan
Sambungan memanjang maupun melintang harus diatur agar sambungan
pada lapis satu tidak terletak segaris dengan yang lainnya. Sambungan
memanjang harus diatur agar sambungan terletak pada lapisan teratas
berada di pemisah jalur. Sambungan melintang harus lurus dan dihampar
secara bertangga dengan pergeseran jarak min. 25 cm.
Campuran aspal tidak boleh dihampar di samping campuran aspal yang
telah dipadatkan sebelumnya kecuali bila tepinya telah tegak lurus atau
telah dipotong tegak lurus. Sapuan aspal sebagai lapis perekat diberikan
sesaat sebelum campuran aspal dihampar di sebelahnya.
22
Jumlah benda
uji per-pengujian
Kepadatan Min.
Rata-rata
3-4
5
6
97.1
97.3
97.5
97
23
24
BAB 6
KRITERIA PENERIMAAN,
RENCANA INSPEKSI DAN PENGUJIAN
6.1
25
BAB 7
DAFTAR PERALATAN KERJA
Program
Nama Paket
KUAN-
URAIAN
TITAS
MERK
TAHUN
UKURAN
MILIK
SENDIRI,
DAN
PEMB.
KAPASITAS
AKAN BELI
ATAU DAYA
ATAU SEWA
MODEL
KONDISI
1 unit
Stone crusher
1992
40
TPH
milik sendiri
Baik
1 unit
A. M. P
1992
40
TPH
milik sendiri
Baik
1 unit
Aspal Finisher
Mitsubishi / MF 40 OW
1991
40
Ton
milik sendiri
Baik
1 unit
Tyre Roller
Sakai TS 200
1991
Ton
milik sendiri
Baik
2 unit
Vibrator Roller
Dynapac CA 25
1997
10
Ton
milik sendiri
Baik
1 unit
Tandem Roller
Sakai 7708
1990
Ton
milik sendiri
Baik
1 unit
Motor Grader
1997
125
HP
milik sendiri
Baik
2 unit
Wheel Loader
Komatsu WA 180
1997
150
HP
milik sendiri
Baik
1 unit
Excavator
Komatsu PC 200-5
1999
123
HP
milik sendiri
Baik
1 unit
Alat Laboratorium
2001
milik sendiri
Baik
12 unit
Dump Truck
1 unit
Generator Set
1 unit
1 unit
Generator Set
Survey
equipment
Survey
equipment
1 unit
1 unit
1993
m3
milik sendiri
Baik
1997
150
KVA
milik sendiri
Baik
Stampord
1991
250
KW
milik sendiri
Baik
Wild T2
1998
milik sendiri
Baik
Topcon TL 20 DF
1998
milik sendiri
Baik
Water Tanker
Mitsubishi PS 120
1997
4000
Liter
milik sendiri
Baik
Air Compressor
Ingersol Rand/Portable
1997
375
CFM
milik sendiri
Baik
1 unit
Aspal Sprayer
Sakai
1993
300
Liter
milik sendiri
Baik
2 unit
Concrete Mixer
Kurimoto
1998
0.35
m3
milik sendiri
Baik
1 unit
Pedestrian
Yanmar
1996
Ton
milik sendiri
Baik
1 unit
26
BAB 8
JADWAL INSPEKSI DAN PENGUJIAN
8.1
27
BAB 9
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
9.1
28
BAB 10
BAGAN ALIR PELAKSANAAN PEKERJAAN
Mulai
Pembuatan
Bangunan sementara
Tidak
Tidak
Mobilisasi
Survey
Lapangan
Gambar dan
perhitungan
Chek
Tidak
Check
Chek
Mutual
Chek 0 %
Ya
Perubaha
n
BOQ
awal Ya
Ya
Usulan Perubahan
BOQ
Tidak
Addendum
Pek.Drainase
Pek. Struktur
Galian
Pas. Mortar
Pas Batu
Cek
Cek
Tidak
Ya
Ya
Pek. Tanah
Tidak
Tidak
Pek. Perk.Berbutir
Gal. Aspal,Tim.Pil,
Timb. Biasa,Peny.Bdn Jalan
Agg. A
Cek
Cek
Pemel. Rutin
Tidak
29
Perkerasan Aspal
HRS BASE
Tidak
Cek
Pemel.Rutin
Ya
Urugan Pilihan
Pemotongan Rumput
Cek
Ya
MC 100
PHO
PEMELIHARAAN
NN
FHO
Selesai
PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO
30
BAB 11
LEMBAR KERJA / DAFTAR SIMAK
DAFTAR SIMAK
II. PELAKSANAAN PEKERJAAN
No.
1
URAIAN
PEMENUHAN PERSYARATAN
SUDAH
BELUM
Keselamatan Kerja :
a. Sesuai dengan Ketentuan Dokumen
Kontrak
b. Asuransi Pihak Ketiga akibat Kecelakaan
ACUAN
Standart Dokumen Pelelangan
.
.
.
.
.
.
.
31
No.
6
URAIAN
Kontrak Kritis
a. Periode I (rencana fisik 0 % - 70 %)
realisasi fisik terlambat > 15 % dari rencana
b. Periode II (rencana fisik 70 % -100 %)
realisasi fisik terlambat > 15 % dari rencana
c. Penerbitan surat peringatan oleh Direksi
Pekerjaan kepada Penyedia Jasa
d. SCM tingkat Proyek
e. Uji Coba Pertama
f. Penerbitan surat peringatan I oleh Direksi
Pekerjaan kepada Penyedia Jasa
g. SCM tingkat Atasan Langsung
h. Uji coba kedua
i. Penerbitan surat peringatan II oleh Direksi
Pekerjaan kepada Penyedia Jasa
j. SCM tingkat Atasan
k Uji coba ketiga
i Penerbitan surat peringatan III oleh Direksi
Pekerjaan kepada Penyedia Jasa
m. Kesepakatan tiga pihak :
1. Penetapan pihak ketiga sebagai
Penyedia Jasa oleh Pengguna Jasa
2. Menggunakan harga satuan kontrak
3. Menggunakan harga satuan yang lebih
4. Pembayaran kepada pihak ketiga dilakukan secara langsung.
5. Kesepakatan tiga pihak dituangkan dalam
Berita Acara.
6. Pembuatan Amandemen Kontrak
n. Pemutusan Kontrak
PEMENUHAN PERSYARATAN
SUDAH
BELUM
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
ACUAN
Standart Dokumen Pelelangan
Nasional Pekerjaan Jasa
Pemborongan :
Bab IV.A.33
., .. 2008
Pengawas Utama Lapangan,
( )
NIP
32
BAB 12
KESIMPULAN
Demikian Rencana Mutu Kontrak ini dibuat sebagai dokumen pengendalian proses
pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Jalan Atambua- Weluli. Dan apabila terdapat perubahan
dalam penerapannya akan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pihak Pengguna Jasa untuk
mendapat persetujuan.
JAN P. A. LATUNUSSA, ST
Kepala Proyek
33
34