Modul PCM - RMK JLN Apbn

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

RENCANA MUTU KONTRAK

DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
1.2

Halaman

Latar Belakang ....


Maksud dan Tujuan .....

3
4

BAB 2
INFORMASI PENGGUNA JASA & PENYEDIA JASA
2.1

Informasi Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa....

BAB 3
STRUKTUR ORGANISASI TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
3.1
3.2
3.3

Struktur Organisasi Hubungan Kerja..


Struktur Organisasi Penyedia Jasa/ Kontraktor...
Tugas dan Tanggungjawab Penyedia Jasa
4.3.1 Kepala Proyek
4.3.2 Administrasi dan Teknik
4.3.3 Logistik ..
4.3.4 Administrasi dan Keuangan ...
4.3.5 Pelaksana
4.3.6 Surveyor/ Juru Ukur ...
4.3.7 Quality Control ..

6
7
8
8
9
9
9
10
10

BAB 4
LINGKUP PEKERJAAN.............................................................................................

11

BAB 5
RINGKASAN SPESIFIKASI TEKNIS .....................................................................

12

BAB 6
KRITERIA PENERIMAAN, RENCANA INSPEKSI DAN PENGUJIAN............
BAB 7
DAFTAR PERALATAN KERJA..

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

25
26

RENCANA MUTU KONTRAK

BAB 8
JADWAL INSPEKSI DAN PENGUJIAN
8.1

Rencana Jadwal Inspeksi dan Test.

27

BAB 9
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN.

28

BAB 10
BAGAN ALIR PELAKSANAAN PEKERJAAN.

29

BAB 11
LEMBAR KERJA / DAFTAR SIMAK
11.1

Lembar Kerja / Daftar Simak

31

BAB 12
KESIMPULAN

33

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

RENCANA MUTU KONTRAK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Pada dasarnya pelanggan ( customer ) memerlukan produk dengan karakteristik yang
memuaskan kebutuhan dan harapan mereka. Kebutuhan dan harapan tersebut
dituangkan dalam persyaratan persyaratan dapat berupa ketentuan / spesifikasi
produk yang diinginkan, kemudian secara bersama sama disepakati dalam suatu
perjanjian / kontraktual atau persyaratan persyaratan tersebut ditetapkan sendiri oleh
organisasi dan regulasi guna menghadapi tekanan dan persaingan akibat kemajuan
teknologi dan keinginan masyarakat Jasa Konstruksi yang saat ini semakin terbuka.
Dalam rangka memenuhi tuntutan komitmen, profesionalisme dan peningkatan kinerja,
maka semua pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan, harus melaksanakan Program
Penerapan Sistem Manajemen Mutu dengan penuh tanggung jawab.
Agar pelaksanaan sistem mutu tetap memenuhi persyaratan maka diperlukan
pengendalian, baik secara proses maupun pengendalian hasil yang harus dimasukkan
dalam catatan berupa Pengendalian Catatan Mutu dan dikendalikan mengikuti
Prosedur Pengendalian Dokumen Mutu. Unsur pengendalian sudah merupakan
tuntutan keadaan yang tidak bisa lagi dihindari pada semua proses kegiatan, apalagi
jika kita semua melihat kembali adanya tuntutan keterbukaan informasi yang sedang
dan berkembang saat ini.
Untuk meningkatkan efektifitas sistem manajemen mutu, guna mempertinggi kepuasan
pelanggan / pengguna jasa dengan memenuhi persyaratan persyaratan yang
ditetapkan oleh pelanggan / pengguna jasa, sehingga akan lebih mudah dalam
pengendaliannya, maka dibuat suatu sistem standart manajemen mutu.
Sistem manajemen mutu ini dilaksanakan dengan pendekatan proses, sehingga akan
lebih mudah dalam pengendaliannya, maka dalam hal ini yang dibutuhkan adalah
pengendalian berkelanjutan sepanjang proses proses kegiatan berlangsung yang akan
mampu memberikan sambungan / saling keterkaitan antara masing masing individu
proses dalam suatu sistem serangkaian proses sebagaimana juga dengan kombinasi dan
interaksi diantara kegiatan yang terjadi dalam proses tersebut.
Adanya perubahan paradigma kondisi masyarakat khususnya keterbukaan informasi di
masyarakat jasa konstruksi, maka tuntutan akan terpenuhinya mutu disetiap proses
kegiatan menjadi suatu hal yang sangat diperlukan. Guna memenuhi prinsip prinsip
dasar standar mutu, sesuai jaminan mutu ( quality assurance ).
Prinsip dasar manajemen mutu ini meliputi : Memperhatikan Pelanggan,
Kepemimpinan, Keterlibatan Semua Orang, Pendekatan Proses, Pendekatan Sistem
bagi Manajemen, Peningkatan Berkelanjutan, Pendekatan Faktual bagi Pengambilan
Keputusan dan Hubungan yang saling Menguntungkan dengan Pemasok. Kedelapan
prinsip dasar manajemen mutu tersebut yang mendasari kami sebagai penyedia jasa
untuk menyajikan Rencana Mutu Kontrak. Hal ini sesuai yang tertuang dalam Kepres
80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, bahwa
selain penyedia barang/jasa disyaratkan memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan
teknis dan manajerial, juga diharuskan menyusun Program Mutu (Pelaksanaan
Kontrak)

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

RENCANA MUTU KONTRAK

1.2

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud Penerapan Manajemen Mutu adalah :
Bagi Pengguna Jasa dapat diberikan keyakinan bahwa Penyedia Jasa ( dalam hal
ini PT. Hutama Mitra Nusantara ) mampu menghasilkan produk konstruksi yang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan secara konsisten.
Bagi Penyedia Jasa dapat memberikan kerangka manajemen yang sistematis,
menyeluruh, terdokumentasi dan terkendali, sehingga proses pelaksanaan pekerjaan
akan efektif dan efisien serta mampu ditelusuri.
Tujuan Penerapan Manajemen Mutu adalah :
Memberikan jaminan pencapaian mutu konstruksi.
Selalu berorientasi untuk memenuhi harapan pengguna jasa konstruksi
Mengeliminir terjadinya pengulangan / perbaikan ( efisiensi dari segi waktu dan
biaya ).
Tertib dokumentasi ( untuk menelusuri kembali ).
Menciptakan suasana kerja yang kondusif ( melibatkan semua personil, adanya
mekanisme kerja yang jelas ).

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

RENCANA MUTU KONTRAK

BAB 2
INFORMASI PENGGUNA JASA DAN PENYEDIA JASA
2.1

INFORMASI PENGUNA JASA DAN PENYEDIA JASA / KONTRAKTOR


2.1.1 Pengguna Jasa
Nama

Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu


Pembangunan Jalan dan Jembatan NTT
Alamat
Jalan W.J. Lalamentik N0. 24 Kupang
Telepon / Fax
( 0380 ) 821116
Kepala
Satker
NVT Ir. Arlan J. Lussy, MSi
Pembangunan Jalan dan
Jembatan NTT

(SNVT)

2.1.2 Penyedia Jasa / Kontraktor


Nama
PT. HUTAMA MITRA NUSANTARA
Alamat
R. W. Monginsidi III/07 Kupang
Telepon / Fax
( 0380 ) 832479, ( 0380 ) 833610
Direktur
Abdul Rahman
2.2.3 Nomor Kontrak
Nomor Kontrak Kerja
Tanggal Kontrak

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

RENCANA MUTU KONTRAK

BAB 3
STRUKTUR ORGANISASI
3.1

STRUKTUR ORGANISASI HUBUNGAN KERJA

DINAS KIMPRASWIL
PROPINSI NTT

UNIT
JAMINAN MUTU
SATUAN KERJA

PT. NINDYA KARYA


KEPALA CABANG

KOORDINATOR WILAYAH
PELAKSANAAN DAN
PENGAWASAN DI KAB.
TTU / BELU

PT. NINDYA KARYA


KEPALA PROYEK

PENGAWAS UTAMA

OFFICE ENGINEER

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

RENCANA MUTU KONTRAK

3.2

STRUKTUR ORGANISASI PENYEDIA JASA/KONTRAKTOR

KEPALA CABANG
Ir. Ahmad Dairobi

KEPALA PROYEK
Deddy Sarwobiso

OFFICE ENGINEER

ADM / KEUANGAN
Ambrosius Woda

Hendrik Pabesak. ST

LOGISTIK
Maksi
Suyanto

ADM TEKNIK
Ahad, ST
Ivan Ariadi

SURVEYOR
Yosep Malo

LAB TEKNISI
Benediktus
Eksan

PELAKSANA SIPIL
Hadi Sucipto, A.Md

PELAKSANA ALAT
Simon Costa

PEL AGREGAT/STRUKTUR

PEL PAVING

Sugeng

I Made Warna

MEKANIK / OPERATOR
Ferry Nauk / Lius
Stef Poerwata
Linus Rohi
Hansel K
M Pakerang
Yulius Tanesip

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

RENCANA MUTU KONTRAK

3.3 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENYEDIA JASA


1. KEPALA PROYEK
Tujuan Umum Jabatan Kepala Proyek
Memimpin dan mengkoordinasi semua pelaksanaan proyek sesuai dengan
Schedule ( Rencana ) Pelaksanaan proyek yang telah dibuat.

Tanggung Jawab Kepala Proyek adalah :


Terlaksananya kegiatan pelaksanaan agar berjalan sesuai rencana
Terselenggaranya pengadministrasian kegiatan kegiatan yang berkaitan
dengan penanganan proyek sampai dengan proses termyn ( penagihan
kemajuan pekerjaan ).
Menyiapkan metode kerja, bahan, alat dan tenaga kerja.
Pembinaan terhadap personil di proyek untuk meningkatkan SDM.

Uraian Tugas
Mempelajari, menganalisa dan memahami semua perencanaan proyek yang
diberikan owner / pemilik.
Memimpin dan mengarahkan kegiatan pelaksanaan sesuai dengan rencana
proyek.
Membuat schedule, mengkoordinasi dan memonitor, bahan, alat, sumber
daya manusia dan lain lain.
Memantau dan mengarahkan proses kegiatan pekerjaan proyek guna
mendapatkan hasil yang ditetapkan.
Mengevaluasi dan menindaklanjuti pelaksanaan proyek yang sudah
berjalan .
Membuat laporan progres pekerjaan.

2. ADMINISTRASI DAN TEKNIK


Tujuan Umum Jabatan Administrasi dan Teknik
Untuk terselenggaranya proses administrasi dan teknik proyek secara periodik.

Tanggung Jawab Administrasi dan Teknik adalah :


Terselenggaranya tertib administrasi dengan benar

Uraian Tugas :
Menyiapkan gambar kerja dan gambar awal ( Shop Drawing ) dan MC 0 %
Ikut serta melaksanakan survey bersama antara Direksi dan Pelaksana Sipil
dalam persiapan MC 0 %
Menyiapkan gambar pelaksanaan dan perhitungan volume sebagai dasar
pelaksanaan
Menghimpun dan membuat laporan laporan ( hasil Lab.,Opname
Pekerjaan , Laporan Harian, Mingguan, Bulanan, Foto Dokumentasi dan
lain lain ) sebagai dasar akurat.
Membuat Laporan Fisik proyek setiap dua mingguan dan membuat
penagihan sesuai fisik yang dicapai.
Selalu berkoordinasi dengan pengguna jasa yang berhubungan dengan
pelaporan pelaksanaan dan hal-hal yang menunjang kelancaran proyek
Bertanggung jawab kepada kepala proyek.

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

RENCANA MUTU KONTRAK

2. LOGISTIK
Tujuan Umum Jabatan Logistik
Untuk terselenggaranya kebutuhan bahan dan peralatan proyek secepat
mungkin (tepat waktu) dan jumlahnya sesuai dengan yang sudah direncanakan.

Tanggung Jawab Logistik adalah :


Tersedianya bahan dan peralatan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang telah
ditetapkan.

Uraian Tugas :
Merinci secara detail kebutuhan bahan dan peralatan sebagaimana yang
telah ditetapkan.
Menyusun permintaan bahan dan peralatan sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan pekerjaan.
Mengontrol perincian bahan dan peralatan sesuai dengan perencanaan baik
terhadap jumlah maupun mutunya.
Menyimpan serta mengamankan dengan benar terhadap bahan dan
peralatan yang ada di proyek.

3. ADMINISTRASI DAN KEUANGAN

Tujuan Umum Jabatan Administrasi Keuangan


Terselenggaranya proses administrasi dan keuangan secara periodik.

Tanggung Jawab Administrasi dan Keuangan


Terselenggaranya tertib administrasi proyek dengan benar.

Uraian Tugas :
Mengarsipkan administrasi proyek dengan benar
Membukukan pengeluaran biaya proyek secara tepat
Memonitor dan mengevaluasi tagihan tagihan yang masuk
Membuat laporan posisi kas pelaksanaan proyek secara periodik.

4. PELAKSANA
Tujuan Umum Jabatan Pelaksana :
Memimpin pengawasan pelaksanaan kegiatan agar dapat berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.

Tanggung Jawab :
Terlaksananya kegiatan pekerjaan yang telah menjadi tanggung jawabnya yang
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
Mengajukan permintaan kebutuhan bahan dan peralatan dan tenaga kerja sesuai
dengan kebutuhan pada saat pelaksanaan pekerjaan.
Melaporkan progres pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
secara periodik.

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

RENCANA MUTU KONTRAK

Uraian Tugas :
Merinci serta menjelaskan maksud dan tujuan jenis pekerjaan kepada para
pelaksana lapangan sebagaimana yang tercantum dalam rencana kerja.
Memimpin dan mengarahkan para pelaksana agar dapat menghasilkan
pekerjaan sebagaimana yang telah direncanakan, baik kwalitas, kuantitas
maupun waktunya.
Menilai dan mengevaluasi hasil kerja para pelaksana lapangan apakah telah
sesuai dengan rencana.
Mengatur dan menjaga keselamatan, kenyamanan serta keamanan hasil
kerja bagi para pelaksana.
Menghitung, mengevaluasi, mengatur pendistribusian penggunaan bahan,
alat dan tenaga agar mencapai hasil yang optimal.
Menghitung serta mengajukan permintaan kebutuhan bahan, alat dan
tenaga sesuai dengan kebutuhan.
Membuat laporan lengkap hasil pekerjaan ( progress proyek ) yang telah
dikerjakan serta catatan kondisi tingkat penyelesaian.

5. SURVEYOR / JURU UKUR

Tujuan Umum Jabatan :


Melaksanakan kegiatan yang ditugaskan Office Engineer yang berhubungan
dengan survey proyek.

Tanggung Jawab :
Terlaksananya kegiatan pengukuran
Melakukan pencatatan hasil kerja

6. QUALITY CONTROL / PENGAWAS MUTU

Uraian Tugas :
Bersama Direksi melakukan survey untuk menentukan quarry.
Menyiapkan rancangan komposisi material ( Job Mix Formula ) yang
memenuhi spesifikasi teknis yang disyaratkan.
Mengadakan test terhadap material/hasil pekerjaan di lapangan bersama
Direksi Pekerjaan.
Melaksanakan pembuatan slump test, dan kubus beton pada saat
pengecoran serta mengadakan pengetesan pada beton berumur 7 hari, 14
hari dan 28 hari.

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

10

RENCANA MUTU KONTRAK

BAB 4
LINGKUP PEKERJAAN
4.1

LINGKUP PEKERJAAN
4.1.1
4.1.2

Pekerjaan Persiapan
Mobilisasi
Pekerjaan Drainase
Galian Saluran
Pasangan Batu dengan Mortar

4.1.3

Pekerjaan Tanah
Timbunan Biasa
Timbunan Pilihan

4.1.4

Perbaikan Tepi Perkerasan dan Bahu Jalan


Urugan Pilihan

4.1.5

Pekerjaan Perkerasan Berbutir


Lapis Pondasi Agregat Kelas A

4.1.6

Pekerjaan Perkerasan Aspal


Lapis Resap Pengikat ( Primecoat )
Lataston Lapis Pondasi ( Hrs Base )

4.1.7

Pekerjaan Struktur
Pasangan Batu

4.1.8

Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Rutin Selokan,Sal.Air,Galian dan Timbunan

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

11

RENCANA MUTU KONTRAK

BAB 5
RINGKASAN SPESIFIKASI TEKNIS
5.1

PERKERASAN BERBUTIR
1. Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat A
A. Syarat Umum
Pekerjaan ini meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, pembahasan
dan pemadatan aggregate diatas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai
detil yang ditunjukkan gambar atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan, dan
memelihara lapis pondasi aggregate A yang telah selesai sesuai dengan yang disyaratkan.
Pemrosesan harus meliputi, pemecahan, pengayakan, pe-misahan, pencampuran, dan operasi
lainnya yang perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan yang
diijinkan.
- Toleransi Dimensi
Bahan Lapisan Pondasi Aggregate
Permukaan Lapis Pondasi Agregat A untuk Lapis Resap Pengikat
atau Pelaburan (Perkerasan atau Bahu Jalan)

Toleransi Tinggi
Permukaan
+ 1 cm
- 1 cm

- Pada permukaan semua lapis pondasi aggregate A tidak boleh terdapat ketidakrataan yang
dapat menampung air dan semua punggung (camber) permukaan itu harus sesuai dengan
yang diketentuan.
- Tebal total minimum Lapis Pondasi Aggrgate A tidak boleh kurang satu sentimeter dari tebal
yang disyaratkan.
- Pada permukaan Lapis Pondasi Aggregat Kelas A yang disiapkan untuk lapisan resap
pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas harus dibuang
dengan sikat yang keras, maka penyimpangan maksimum pada kerataan permukaan yang
diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan sejajar atau melintang sumbu jalan,
maksimum satu sentimeter.
B. Standart Desian/Produk
a. Sumber Bahan
Bahan Lapis Pondasi Agregat dipilih dari sumber quari yang disepakati
b.Fraksi Agregat Kasar
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4.75 mm harus terdiri dari partikel atau pecahan
batu atau kerikil yang keras dan awet.
Untuk Lapis Pondasi Aggregat A, aggregate kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari
80 % berat aggregate kasar dan haru mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.
c. Fraksi Aggregat Halus
Aggregat halus yang lolos ayakan 4.75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami atau batu
pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi agregat yang lolos ayakan No.200 tidak boleh
lebih besar dua per-tiga dari fraksi agregat lolos ayakan No. 40
d.Gradasi Lapisan Pondasi Aggregat kelas A
Ukuran Ayakan
ASTM
2"
1 1/2 "

(mm)
50
37.5

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

Persen Berat
Yang Lolos
100

12

RENCANA MUTU KONTRAK

1"
3/8 "
No. 4
No. 10
No. 40
No. 200

25
9.5
4.75
2
0.425
0.075

79 - 85
44 - 58
29 - 44
17 - 30
7 - 17
28

e. Sifat-sifat Lapis Pondasi Aggregat Kelas A


Sifat-sifat
Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 03-2417-1990)
Indeks Plastisitas (SNI-03-1966-1990)
Hasil kali Indek Plastisitas dg. % lolos Ayakan No. 200
Batas Cair (SNI 03-1967-1990)
Bagian Yang Lunak (SK SNI M-01-1994-03)
CBR (SNI 03-1744-1989)

Ketentuan
0 - 40 %
06
maks. 25
0 25
0-5%
min. 90 %

f. Pencampuran Bahan
Pencampuran harus dilkerjakan di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang
disetujui, dengan menggunakan pemasok mekanis yang dikalibrasi untuk memperoleh aliran
yang menerus dari komponen-komponen campuran denga proporsi yang benar.
C. Penghamparan dan pemadatan Lapis Pondasi Agregat A
1. Penyiapan Formasi Lapis Pondasi Agregat
a. Kerusakan yang terjadi pada lapisan perkerasan yang akan dihampar Lapis Pondasi
Agregat harus diperbaiki terlebih dahulu.
b. Apabila Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama atau
tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi yang disiapkan, maka lapisan ini
harus diselesaikan se-penuhnya.
c. Lokasi yang disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat, sesuai dengan butir
(a) dan (b) diatas, harus disiapkan dan mendapata persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi Pekerjaan paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi
penghamparan Lapis Pondasi pada setiap saat. Untuk perbaikan tempat-tempat yang
kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh formasi itu harus disiapkan dan disetuji
sebelum lapis pondasi agregat dihampar.
d. Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar Langsung di atas permukaan perkerasan
aspal lama, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka
harus diperlukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama
agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.
2. Penghamparan
a. Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai cam-puran yang merata dan
harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan dan harus tersebar secara
merata.
b.
Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan.
Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus
diusahakan sama tebalnya.
c.
LPA harus dihampar dan dibentuk dengan suatu metode yang disetujui
yang tidak menyebabkan segregasi pada partikel aggregate kasar dan halus.
d.
Tebal padat maksimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi
3. Pemadatan
a. Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh denga alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum
modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989,metode D.

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

13

RENCANA MUTU KONTRAK

b. Mesin gilas beroda karet dapat digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis
beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis
Pondasi Agregat.
c. Pemadatan dilakukan pada kadar air dari bahan berada dalam rentang - 3 % di bawah
kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum.
d. Operasi penggilasan dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit kea
rah sumbu jalan dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber-superelevasi,
penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan harus dilanjutkan sampai
selurh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
e. Bahan sepanjang kerb, tembok dan tempat-tempat yang tidak terjangkau mesin gilas
dipadatkan dengan timbris mekanis
4. Pengujian
a. Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk per-setujuan awal harus
seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
b. Jenis pegujian diulangi lagi, jika menurut pendapat direksi pekerjaan, terdapat
preubahan mutu bahan atau metode produksinya.
c. Pengujian rutin pengendalian mutu bahan dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut seperti yang
diperintahkan oleh direksi pekerjaan, tetapi untuk setiap 1000 m3 bahan yang
diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari 5 (lima) pengujian indeks
plastisitas, 5 (lima) pengujian gradasi partikel, dan 1 (satu) penentuan kepadatan
kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D. Pengujian CBR harus
dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan Direksi Pekerjaan.
d. Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan diperiksa secara rutin menggunakan
SNI 03-2827-1992. Pengujian dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada
lokasi yang ditempatkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari
200 m
5.2

PEKERASAN ASPAL
SEKSI 6.1
1. Lapis Resap Pengikat
Lapis Resap Pengikat dihampar diatas permukaan yang bukan beraspal (misalnya Lapis
Pondasi Agregat), Lapisan Resap Pengikat harus disemprot pada permukaan yang kering atau
mendekati kering, Untuk Lapis Resap Pengikat setelah proses pengeringan, bahan aspal harus
sudah meresap ke dalam lapis pondasi.
B. STANDART DESAIN/PRODUK
1. Bahan Lapis Resap Pengikat
a. Bahan yang dipakai aspal Pen. 60/70 diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi
minyak tanah yang digunakan sebagaimana diperintahkan Direksi Pekerjaan , setelah
percobaan di atas lapis pondasi atas yang telah selesai. Kecuali diperintahkan lain oleh
Direksi Pekerjaan, perbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan awal harus dari
80 bagian minyak per 100 bagian aspal semen (80 pph kurang lebih ekivalen dengan
viskositas aspal cair hasil kilang jenis MC-30). Takaran pemakaian Lapis Resap Pengikat,
biasanya antara 0.4 sampai 1.3 liter per-meter persegi untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A.
b. Bilamana lalu lintas diijinkan lewat diatas Lapis Resap Pengikat, maka digunakan bahan
penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan kerikil atau batu pecah, terbebas dari
butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari
98 % lolos ayakan ASTM 3/8 (9.5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos ayakan
ASTM No. 8 (2.36 mm).
Tabel .Suhu Penyemprotan
Jenis Aspal

Rentang suhu penyemprotan

Aspal Cair, 25 pph minyak tanah

110 + 10 o C

Aspal Cair, 50 pph minyak tanah

70 + 10 o C

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

14

RENCANA MUTU KONTRAK

Aspal Cair, 75 pph minyak tanah

45 + 10 o C

Aspal Cair, 100 pph minyak tanah

30 + 10 o C

Aspal Cair, lebih dari 100 pph minyak tanah

Tidak dipanaskan

C. PELAKSANAAN PENYEMPROTAN
1. Batas permukaan yang akan disemprot harus diukur dan ditandai.
2. Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik, maka bahan aspal harus disemprot
dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan
3. Lintasan penyemprotan harus satu lajur atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian
yang overlap selebar 20 cm.
4. Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup
kedap.
5. Sisa aspal dalam tangki distributor dijaga tidak boleh kurang dari 10 % dari kapasitas
tangki, untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angina) dalam system
penyemprotan.
6. Jumlah pemakaian aspal setiap kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari
volume sisa dalam tangki dengan meteran celup.
7. Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal setiap lintasan penyemprotan dihitung sebagai
volume bahan aspal yang telah terpakai dibagi luas bidang yang disemprot.
Toleransi
Takaran
Pemakaian

1 % dari volume tangki


= + ( 4 % dari takaran yang diperintahkan + -------------------------------- )
Luas yang disemprot

8. Penyemprotan dihentikan bila ada ketidaksempurnaan peralatan semprot.


9. Khususnya untuk Lapis Perekat, bahan aspal yang berlebihan dan tergenang di atas
permukaan yang telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat
roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari karet.
10. Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap Pengikat yang menunjukkan
adanya bahan aspal berlebihan harus ditutup dengan bahan penyerap (blotter material),
setelah 4 jam penyemprotan Lapis Resap Pengikat.
11. Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar bahan aspal harus dilabur
kembali.
D. Pemeliharaan dan Pembukaan Lalu-Lintas
1. Pemeliharaan Lapis Resap Pengikat
a. Permukaan yang telah diberi Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat dipelihara.
Lapisan berikutnya dapat dihampar setelah bahan resap pengikat telah meresap
sepenuhnya ke dalam lapis pondasi dan telah mengeras.
b. Lalu lintas tidak diijinkan lewat sampai bahan aspal telah meresap dan mongering
serta tidak akan terkelupas akibat dilewati roda lalu-lintas. Dalam keadaan khusus, lalu
lintas dapat diijinkan lewat sebelum waktu tersebut, tetapi tidak boleh kurang dari
empat jam setelah penghamparan Lapis Resap Pengikat. Agregat penutup (bloter
material) dihampar sebelum lalu lintas diijinkan lewat.

SEKSI 6.3
LATASTON (HRS)
Lataston terdiri dari dua macam, Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) dan Lataston Lapis
Permukaan (HRS-Wearing Course) dan ukuran maximum aggregate masing-masing
campuran adalah 19 mm. Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) mempunyai proporsi fraksi
aggregate kasar lebih besar daripada Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course).
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran dirancang sampai memenuhi
semua ketentuan yang diberikan dalam spesifikasi. Dua kunci utama adalah :

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

15

RENCANA MUTU KONTRAK

Gradasi yang benar-benar senjang. Agar diperoleh gradasi senjang, maka


hampIr selalu dilakukan pencampuran pasir halus dan aggregate pecah mesin.
Bilamana pasir (alam) halus tidak tersedia untuk memperoleh gradasi senjang
maka campuran Laston digunakan.
Sisa rongga udara pada kepadatan membal (Resusal Density) harus memenuhi
ketentuan yang ditunjukan dalam Spesifikasi.

Jenis Campuran

Simbol

Tebal nominal
Minimum (Cm)

Toleransi Tebal
Tebal (mm)

Lataston : Lapis Aus


: Lapis Pondasi

HRS-WC
HRS-Base

3.0
4.0

3.0
3.0

1. Bahan
Agregat Kasar
a. Fraksi agregat kasar adalah yang tertahan ayana No. 8 (2.36 mm)
b. Terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah dan harus disiapkan dalam ukuran
nominal tunggal. Ukuran maksimum agregat adalah satu ayakan yang lebih besar
dari ukuran nominal maksimum. Ukuran nominal maksimum adalah satu ayakan
yang lebih kecil dari ayakan pertama (teratas) dan bahan tertahan kurang dari 10
%.
c. Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat agregat yang
lebih besar dari 4.75 mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih.
d. Agregat kasar yang kotor dan berdebu, yang mempunyai partikel lolos ayakan No.
200 (0.075 mm) lebih besar dari 1 % tidak boleh digunakan.
e. Fraksi individu agregat kasar ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi
pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin
feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan
dengan baik.
f. Batas-batas yang ditentukan untuk partikel kepipihan dan kelonjongan dapat
dinaikkan oleh Direksi Pekerjaan bilamana agregat tersebut memenuhi ketentuan
lainnya.
Tabel. Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian

Standart

Nilai

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium


dan magnesium sulfat
Abrasi dengan mesin Los Angelos
Kelekatan agregat terhadap aspal
Angularitas ( kedalaman
Lalu Lintas < 1 juta ESA
dari permukaan < 10 cm)
Lalu Lintas > 1 juta ESA
Angularitas ( kedalaman
Lalu Lintas < 1 juta ESA
dari permukaan > 10 cm)
Lalu Lintas > 1 juta ESA

SNI 03-3407-1994

Maks. 12 %

SNI 03-2417-1991
SNI 03-2437-1991
DoT's
Pennsylvania
Test Method,
PTM No.621

Mak. 40 %
Min. 95 %
85/80
95/90
60/50
80/75

ASTM D-4791

Maks. 10 %

Partikel Pipih dan Lonjong

Agregat Halus
a.

Agregat halus harus terdiri dari pasir atau pengayak batu pecah dan terdiri dari
bahan yang lolos ayakan No. 8 ( 2.36 mm).
b. Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari
agregat kasar.
c. Pasir boleh dapat digunakan dalam campuran aspal.
d. Agregat halus merupakan abahn yang bersih, keras, bebas dari lempung atau
bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Pasir yang kotor dan berdebu serta
mempunyai partikel lolos ayakan No. 200 (0.075 mm) lebih dari 8 % atau pasir
PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

16

RENCANA MUTU KONTRAK

e.

f.

yang mempunyai nilai setara pasir (sand ekivalent) kurang dari 40 sesuai Pd M03-1996-03, tidak boleh dipakai.
Agregat pecah halus dan pasir ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi
pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin
feeds) yang terpisah sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah halus dan pasir
dapat dikontrol dengan baik.
Agregat halus harus mempunyai angularitas sesuai ketentuan.
Tabel. Angularitas Agregat Halus
Pengujian

Lalu Lintas

Standart

Nilai

Angularitas (kedalaman

< 1 Juta ESA

Min. 40 %

dari permukaan < 10 cm )

> 1 Juta Esa

AASHTO

Min. 45 %

Angularitas (kedalaman

< 1 Juta ESA

TP - 33

Min. 40 %

dari permukaan < 10 cm )

> 1 Juta Esa

Min. 40 %

Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran Aspal


a.

Bahan pengisi yang ditambahkan harus terdiri dari debu batu kapur (limestone
dust), semen porland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis lainnya.
b. Bahan pengisi harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji
dengan pengayakan secara basah sesuai SK SNI M-02-1994-03 harus
mengandung bahan yang lolos ayakan No. 200 (75 micron) tidak kurang dari 75 %
terhadap beratnya.
c. Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan sebagai bahan
pengisi yang ditambahkan maka proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1.0 %
dari berat total campuran.

Gradasi Aggregat Gabungan


Gradasi aggregate gabungan untuk campuran aspal ditunjukkan dalam persen terhadap
berat agregat, harus memenuhi batas-batas dan harus berada diluar Daerah Larangan
(Restiction Zone).
Tabel. Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal
% Berat Yang Lolos
Lataston (HRS)

Ukuran ayakan
ASTM
1 1/2 "
1"
3/4 "
1/2 "
3/8"
No. 8
No. 16
No. 30
No.200

(mm)
37.5
25
19
12.5
9.5
2.36
1.18
0.600
0.075

No.4
No.8
No.16
No.30
No.50

4.75
2.36
1.18
0.600
0.300

WC

Base

100
90 - 100
75 - 85
50 - 72

100
90 - 100
65 - 100
35 - 55

35 - 60
15 - 35
6 - 12
2-9
Daerah Larangan

Catatan :
1. Untuk HRS-WC dan HRS Base paling sedikit 80 % agregat lolos ayakan No. 8 (2.36 mm)
harus juga lolos ayakan No. 30 (0.600 mm).

Bahan Aspal Untuk Campuran Aspal


a. Bahan aspal harus dari jenis aspal semen Pen. 60/70. Bahan aspal harus memenuhi
AASTHO M20 dan mempunyai titik lembek minimal 48o C.

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

17

RENCANA MUTU KONTRAK

b. Bahan aspal yang diperoleh kembali dari benda uji pada rumus perbandingn
campuran harus mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 55 % nilai aspal
penetrasi sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm.
c. Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai SNI 03-3640-1994. Setelah
konsentrasi larutan aspal terektraksi mencapai 200 mm, partikel mineral yang
terkandung harus dipindahkan ke dalam suatu sentrifugal. Pemindahan dianggap
memenuhi bila kadar abu dalam bahan aspal yang diperoleh kembali tidak lebih
dari 1 % (dengan pengapian).

Bahan Aditif Untuk Aspal


Aditif kelekatan dan anti pengelupasan harus ditambahkan ke dalam bahan aspal
bilamana diperintahkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

2. Campuran
a. Komposisi Umum Campuran
Campuran aspal terdiri dari agregat dan aspal. Filler yang ditambahkan boleh
digunkan bilamana diperlukan untuk menjamin sifat-sifat campuran memenuhi
ketentuan yang disyaratkan.
b. Kadar Aspal dalam Campuran
Persentase aspal actual yang ditambahkan ke dalam campuran bergantung pada
penyerapan agregat yang digunakan.
c. Prosedur Rancangan Campuran :
Sebelum penghamparan setiap campuran aspal dilakukan pengujian percobaan
di laboratorium dan penghamparan campuran percobaan di instalasi pencampur
aspal.
Pengujian meliputi :
analisa saringan, berat jenis dan penyerapan air untuk semua agregat
yang digunakan.
Pengujian pada campuran aspal percobaan meliputi penentuan Berat
Jenis Maksimum Campuran Aspal (AASTHO T209-90), pengujian
Marshall (SNI 06-2489-1990) dan Kepadatan Marshall (Refusal
Density) campuran rancangan (BS 598 Part 104-1989).
Contoh agregat diambil dari Hot Bin untuk pencampur jenis takaran berat
maupun pencampur dengan pemasok menerus yang mempunyai penampung
panas. Untuk pencampur dengan pemasok menerus yang tidak mempunyai
ayakan di penampungan panas, contoh diambil dari corong pemasok dingin
(cold feed hopper). Rumus Perbandingan Campuran yang ditentukan dari
campuran laboratorium dianggap berlaku sampai diperkuat oleh hasil
percobaan pada instalasi pencampur aspal.
Pengujian percobaan laboratorium dilaksanakan dalam tiga langkah dasar :
Memperoleh Gradasi Agregat yang cocok.
Membuat Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula)
Memperoleh persetujuan Rumus Campuran Rancangan (DMF) sebagai
Rumus Perbandingan Campuran (JMF)
Petunjuk Untuk campuran khusus Lataston (HRS)
Semua campuran bergradasi senjang akan menggunakan campuran agregat
kasar dan halus. Biasanya dua ukuran untuk agregat kasar dan dua ukuran
untuk agregat halus. Perhatikan ketentuan batas-batas bahan bergradasi senjang
yaitu bahan yang lolos ayakan 2.36 mm tetapi tertahan ayakan 0.600 mm.
Tabel. Ketentuan Sifat-sifat Campuran
Sifat-sifat Campuran
Penyerapan kadar aspal
Jumlah tumbukan per-bidang
Lalu lintas (LL)
PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

Maks.
Min.

Lataston
WC
Base
1.2 untuk Lalu-lintas > 1 juta ESA
1.7 untuk Lalu-lintas < 1 juta ESA
75
-

18

RENCANA MUTU KONTRAK

Rongga dalam
campuran (%)

> 1 juta ESA


(3)

> 0.5 juta Esa &


< 1 juta ESA
Lalu lintas (LL)
< 0.5 juta ESA
Rongga dalam agregat (VMA) (%)
Lalu lintas (LL)
Rongga terisi
> 1 juta ESA
aspal (%)
> 0.5 juta Esa &
< 1 juta ESA
Lalu lintas (LL)
< 0.5 juta ESA
Stabilitas Marshall (kg)
Kelelahan (mm)
Marshall Quotient (kg/mm)
Stabilitas Marshall Sisa setelah

Maks.

Min.
Maks.
Min.
Maks.
Min.

4.0
6.0
3.0
6.0
20

Min.

65

Min.

68

Min.

75

Min.
Maks.
Min.
Maks.
Min.

800
2
200
85 untuk Lalu-lintas > 1 juta ESA

Min.

perendaman selama 24 jam, 60 oC(4)


Rongga dalam
Lalu lintas (LL)
campuran (%)
> 1 juta ESA

Min.
Maks.

pada (1,2)
Kepadatan
membal
(refusal)

Min.
Maks.
Min.
Maks.

> 0.5 juta Esa &


< 1 juta ESA
Lalu lintas (LL)
< 0.5 juta ESA

80 untuk Lalu-lintas < 1 juta ESA


2
1

Catatan :
1) Untuk menentukan kepadatan membal (refusal), penumbuk bergerak
(vibratory hammer) disarankan digunkan untuk menghindari pecahnya
butiran agregat dalam campuran. Jika digunakan penumbukan manual
jumlah tumbukan per-bidang harus 600 untuk cetakan berdiameter 6 in
dan 400 untuk cetakn berdiameter 4 in.
2) Untuk lalu-lintas yang sangat lambat atau lajur padat, gunakan criteria
ESA yang lebih tinggi.
3) Berat Jenis efektif agregat akan dihitung berdasarkan pengujian Berat
Jenis Maksimum Agregat (Gmm, test, AASHTO T-129)
4) Direksi Pekerjaan dapat menyetujui prosedur pengujian AASTHO
T283 sebagai alternative pengujian kepekaan kadar air. Pengondisian
beku cair (freeze thaw conditioning) tidak diperlukan. Standart
minimum untuk diterimanya prosedur T283 harus 80 % Kuat Tarik
Sisa.
d. Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula)
Rumus yang diserahkan harus menentukan untuk campuran :
Ukuran nominal maksimum partikel
Sumber-sumber agregat
Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan pada
penampung dingin maupun penampung panas.
Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan.
Kadar aspal total dan efektif terhadap berat total campuran.
Suatu temperatur tunggal saat campuran dikeluarkan dari alat pengaduk.
e. Rumus Perbandingan Campuran (Job Mix Formula)
Percobaan campuran di instalasi pencampuran aspal dan penghamparan percobaan
yang memenuhi ketentuan akan dijadikan rancangan campuran dapat disetujui
sebagai Rumus Perbandingan Campuran (JMF)
f. Penerapan Rumus Perbandingan Campuran dan Toleransi yang diijinkan.
g.
Agregat Gabungan Lolos Ayakan
PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

Toleransi Komposisi Campuran

19

RENCANA MUTU KONTRAK

Sama atau lebih besar dari 2.36 mm


2.36 mm sampai No. 50
No. 100 dan tertahan No.200
No. 200
Kadar Aspal
Kadar Aspal

+ 5 % berat total agregat


+ 3 % berat total agregat
+ 2 % berat total agregat
+ 1 % berat total agregat
Toleransi
+ 0.3 % berat total campuran

Temperatur Campuran
Bahan meninggalkan AMP dan
dikirim
ke tempat penghamparan

Tolreansi
+ 10 oC

3. Pembuatan dan Produksi Campuran Aspal


a. Kemajuan Pekerjaan
Campuran diproduksi bila peraltan pengangkutan, penghamparan atau
pembentukan, atau pekerja dapat menjamin kemajuan pekerjaan dengan
tingkat kecepatan min. 60 % kapasitas instalasi pencampur.
b. Penyiapan Bahan Aspal.
Aspal harus dipanaskan antara 140 oC sampai 160 oC.
c. Penyiapan Agregat
Setiap fraksi agregat disalurkan melalui cold bin yang terpisah. Nyala
api pada proses pengeringan dan pemanasan diatur secara tepat agar
dapat mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat.
Agregat harus kering dan dipanaskan lebih dahulu sebelum dicampur
dengan bahan aspal., tetapi tidak melampaui 15 oC di atas temperature

bahan aspal.
Bila diperlukan bahan pengisi (filler) tambahan harus ditakar secara terpisah
dalam penampung kecil yang dipasang di atas alat pencampur.

d. Penyiapan Pencampuran.
Agregat kering dicampur di instalasi pencampur dengan proporsi tiap
fraksi agregat yang tepat sesuai rumus perbandingan campuran,
kemudian dilakukan penambahan sejumlah aspal ke dalam agregat
tersebut dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin.
Temperatur campuran aspal saat ini dikeluarkan dari alat pencampur
harus dalam rentang absolute yang telah ditetapkan.
e. Pengangkutan dan Penyerahan di Lapangan.
Campuran aspal harus diserahkan kea lat penghampar dengan temperature
dalam rentang absolute yang ditentukan.
Tabel. Ketentuan Viskositas Aspal dan Suhu Campuran Aspal
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Prosedur Pelaksanaan
Pencampuran benda uji Marshall
Pemadatan benda uji Marshall
Suhu pencampur maks. di AMP
Pencampuran, rentang temperatur sasaran
Menuangkan campuran aspal dari alat
pencampur ke dalam truck
Pemasok ke Alat Penghampar
Penggilasan Awal (roda baja)
Penggilasan Kedua (roda karet)
Penggilasan Akhir (roda baja)

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

Viskositas

Suhu Campuran

Aspal (PA.S)
0.2
0.4
tidak diperlukan
0.2 - 0.5

Aspal (oC)
Pen.60/70
155 + 1
145 + 1
165
145 - 155

0.5 - 1.0

135 - 150

0.5 - 1.0
1-2
2- 20
< 20

130 - 150
125 - 145
100 - 125
> 95

20

RENCANA MUTU KONTRAK

Catatan :
1.

2.

Direksi Pekerjaan akan menyetujui atau memerintahkan setiap perubahan yang


dianggap perlu terhadap rentang suhu yang diberikan dalam table diatas,
berdasarkan data pengujian viskositas aspal yang dipakai, untuk menjamin agar
rentang viskositas yang disyaratkan terpenuhi. Dengan demikian criteria batasbatas viskositas inilah yang diatur dalam Spesifikasi, bukan criteria suhu.
Bilamana campuran aspal sulit dipadatkan (retak atau sungkur) temperature
campuran harus diturunkan lebih rendah dari yang ditunjukkan dalam table ini.
Hal ini terjadi sehubungan dengan jenis campuran aspal yang berbeda (terlalu
halus, atau kadar pasir terlalu tinggi).

4. Penghamparan Campuran
a. Menyiapkan Permukaan yang akan dilapisi
Perbaikan permukaan yang akan dilapisi
Permukaan yang akan dihampar dibersihkan dari bahan yang lepas dan
yang tidak dikehendaki

b. Membuat acuan tepi


Dengan balok kayu atau acuan lain sesuai dengan garis dan ketinggian yang
ditentukan.

c. Penghamparan dan pembentukan


Sepatu (screed) alat penghampar dipanaskan sebelum memulai
penghamparan.
Penghamparan dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur
yang lebih tinggi bila pekerjaan dilaksanakan lebih dari satu lajur.
Mesin vibrasi alat penghampar dijalankan selama penghamparan dan
pembentukan.
Penampung alat penghampar tidak boleh sampai kosong, tetapi
temperature sisa campuran harus tetap terjaga sesuai persyaratan.
Pengoperasian alat penghampar dengan suatu kecepatan yang tidak
menyebabkan retak permukaan, koyakan atau bentuk ketidakrataan
laiannya pada permukaan.
Bila terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, alat
penghampar dihentikan sementara, sampai ditemukan penyebabnya
dan diperbaiki. Penambalan tempat-tempat yang mengalami
segregasi, koyakan atau alur dengan menaburkan bahan halus dari
campuran aspal dan diratakan kembali sebelum penggilasan sedapat
mungkin dihindari. Butiran kasar tidak boleh ditaburkan di atas
permukaan yang dihampar dengan rapi.
Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin
pad tepi-tepi penampang alat penghampar atau tempat lainnya.
Bila jalan yang dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu

lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan


harus dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara
panjang penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan
pada setiap hari produksi dibuat seminimal mungkin.
d. Pemadatan
Setelah campuran aspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus
diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki.
Penggilasan campuran aspal terdiri dari 3 operasi yang terpisah.
Penggilasan awal dilaksanakan baik dengan alat pemadat roda baja
maupun dengan alat pemadat roda karet min. 2 lintasan. Pengilasan utama
PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

21

RENCANA MUTU KONTRAK

dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang


penggilasan awal. Pengilasan akhir dilaksanakan dengan alat pemadat roda
baja tapa penggetar.
Penggilasan pertama-tama dilakukan pada sambungan melintang yang
telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan
pergerakan campuran aspal.
Penggilasan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan
kemudian dari tepi luar, selanjutnay penggilasan dilakukan sejajar dengan
sumbu jalan menuju kearah sumbu jalan, pada superelevasi di tikungan
dimulai dari tempat terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi.
Lintasan yang berurutan harus overlapping minimum setengah lebar roda
dan lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada titik yang kurang
dari satu meter dari lintasan sebelumnya.
Untuk sambungan memanjang, penggilasan awal terlebih dahulu
menggilas lajur yang telah dihampar sebelumnya dengan tidak lebih dari
15 cm dari lebar roda penggilas yang menggilas tepi sambungan yang
belum dipadatkan.
Kecepatan alat pemadat tidak boleh lebih 4 km/jam untuk roda baja dan 10
km/jam untuk roda karet. Kecepatan tidak boleh dirubah tiba-tiba.
Semua jenis operasi penggilasan dilaksanakan secara menerus untuk
memperoleh kepadatan yang merata saat campuran aspal masih dalam
kondisi mudah dikerjakan.
Roda alat pemadat harus dibasahi secara menerus untuk mencegah
pelekatan campuran aspal pada roda alat pemadat. Roda karet boleh sedikit
diminyaki untuk menghindari lengketnya campuran pada roda.
Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan
yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
Dihindari tumpah atau ceceran minyak dari kendaraan atau perlengkapan
yang digunakan.
Permukaan yang dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng
melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan.
Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, tepi perkerasan
dipangkas agar bergaris rapi.

e. Sambungan
Sambungan memanjang maupun melintang harus diatur agar sambungan
pada lapis satu tidak terletak segaris dengan yang lainnya. Sambungan
memanjang harus diatur agar sambungan terletak pada lapisan teratas
berada di pemisah jalur. Sambungan melintang harus lurus dan dihampar
secara bertangga dengan pergeseran jarak min. 25 cm.
Campuran aspal tidak boleh dihampar di samping campuran aspal yang
telah dipadatkan sebelumnya kecuali bila tepinya telah tegak lurus atau
telah dipotong tegak lurus. Sapuan aspal sebagai lapis perekat diberikan
sesaat sebelum campuran aspal dihampar di sebelahnya.

5. Pengendalian Mutu dan pemeriksanaan di lapangan


a. Pengujian permukaan perkerasan
Permukaan perkerasan diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 meter
atau mistar lurus beroda sepanjang 3 meter.
Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan dilaksanakan sesegera
mungkin setelah pemadatan awal,.
b. Ketentuan Kepadatan
Sesuai dengan ketentuan AASHTO T 166 kepadatan untuk Lataston (HRS)
tidak boleh kurang dari 97 % Kepadatan Standar Kerja (Job Standart
Density).

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

22

RENCANA MUTU KONTRAK

Tabel Ketentuan Kepadatan


Kepadatan yg
disyaratkan
( % JSD )

Jumlah benda
uji per-pengujian

Kepadatan Min.
Rata-rata

3-4
5
6

97.1
97.3
97.5

97

Nilai minimum setiap pengujian tunggal


( % JSD )
94
93.9
93.8

c. Jumlah Pengambilan Benda Uji Campuran Aspal


Umumnya dilakukan di instalasi pencampuran aspal, tetapi Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan pengambilan benda uji di lokasi
penghamparan bilamana terjadi segregasi yang berlebihan selama
pengangkutan dan penghamparan campuran aspal.
Tabel. Pengendalian Mutu Pengambilan Campuran.
Pengujian
Agregat :
- Abrasi dengan mesin Los Angelos
- Gradasi agregat yang ditambahkan ke tumpukan
- Gradasi agregat dari penampungan panas (hot bin)
- Nilai setara pasir (sand equivalent)
Campuran
- Suhu di AMP dan suhu saat sampai di lapangan
- Gradasi dan kadar aspal
- Kepadatan, stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, rongga dalam campuran pd. 75 tumbukan
- Rongga dalam campuran pd. Kepadatan Membal
- Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall
Lapisan yang dihampar
- Benda uji ini (core) berdiameter 4" untuk partikel
ukuran maks. 1" dan 5 " untuk partikel ukuran
di atas 1", baik untuk pemeriksaan pemadatan
maupun tebal lapisan : paling sedikit 2 benda uji
inti per-lajur dan 6 benda uji inti per-200 meter
panjang
Toleransi Pelaksanaan :
- Elevasi permukaan, untuk penampang melintang
dari setiap jalur lalu lintas

Frekwensi pengujian ( satu


pengambilan contoh per )
5.000 m3
1.000 m3
250 m3 (min.2 pengujian per-hari)
250 m3
jam
200 ton (min. 2 pengujian per-hari)
200 ton (min. 2 pengujian per-hari)
3.000 ton
Setiap perubahan agregat/rancangan

200 meter panjang

Paling sedikit 3 titik yang diukur


melintang pada paling sedikit setiap
12.5 meter memanjang sepanjang
jalan tersebut

d. Pengujian Pengendalian Mutu Campuran Aspal.


Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh agregat dari setiap
penampung panas
Temperatur cam[puran saat pengambilan contoh di instalasi pencampur
aspal (AMP) maupun di lokasi penghamparan (satu per-jam)
Kepadatan Marshall Harian dengan detil dari semua benda uji yang
dipriksa.
PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

23

RENCANA MUTU KONTRAK

Kepadatan hasil pemadatan di lapangan dan persentase kepadatan lapangan


relative terhadap Kepadatan Campuran Kerja (Job Mix Density)
Stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, paling sedikit 2 contoh.
Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi kadar
aspal paling sedikit 2 contoh. Bilamana cara ekstraksi sentrifugal
digunakan maka koreksi abu harus dilaksanakan seperti disyaratkan
AASTHO T164.
Rongga dalam campuran pada kepadatan membal (refusal), yang dihitung
berdasarkan Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan aspal (AASTHO
T209)
Kadar aspal yang terserap oleh agregat, yang dihitung berdasarkan Berat
Jenis Maksimum campuran perkerasan aspal (AASTHO T209)

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

24

RENCANA MUTU KONTRAK

BAB 6
KRITERIA PENERIMAAN,
RENCANA INSPEKSI DAN PENGUJIAN
6.1

Kriteria Penerimaan, Rencana Inspeksi dan Pengujian ( Terlampir )

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

25

RENCANA MUTU KONTRAK

BAB 7
DAFTAR PERALATAN KERJA
Program

: Pembangunan Jalan dan Jembatan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Nama Paket

: Peningkatan Jalan Atambua - Weluli

KUAN-

URAIAN

TITAS

MERK

TAHUN

UKURAN

MILIK
SENDIRI,

DAN

PEMB.

KAPASITAS

AKAN BELI

ATAU DAYA

ATAU SEWA

MODEL

KONDISI

1 unit

Stone crusher

Nakayama / NSP 70 m3A

1992

40

TPH

milik sendiri

Baik

1 unit

A. M. P

Tanaka / TSAP - 800 SAV

1992

40

TPH

milik sendiri

Baik

1 unit

Aspal Finisher

Mitsubishi / MF 40 OW

1991

40

Ton

milik sendiri

Baik

1 unit

Tyre Roller

Sakai TS 200

1991

Ton

milik sendiri

Baik

2 unit

Vibrator Roller

Dynapac CA 25

1997

10

Ton

milik sendiri

Baik

1 unit

Tandem Roller

Sakai 7708

1990

Ton

milik sendiri

Baik

1 unit

Motor Grader

Komatsu / GD. 510 R-1

1997

125

HP

milik sendiri

Baik

2 unit

Wheel Loader

Komatsu WA 180

1997

150

HP

milik sendiri

Baik

1 unit

Excavator

Komatsu PC 200-5

1999

123

HP

milik sendiri

Baik

1 unit

Alat Laboratorium

2001

milik sendiri

Baik

12 unit

Dump Truck

1 unit

Generator Set

1 unit

1 unit

Generator Set
Survey
equipment
Survey
equipment

1 unit
1 unit

1993

m3

milik sendiri

Baik

1997

150

KVA

milik sendiri

Baik

Stampord

1991

250

KW

milik sendiri

Baik

Wild T2

1998

milik sendiri

Baik

Topcon TL 20 DF

1998

milik sendiri

Baik

Water Tanker

Mitsubishi PS 120

1997

4000

Liter

milik sendiri

Baik

Air Compressor

Ingersol Rand/Portable

1997

375

CFM

milik sendiri

Baik

1 unit

Aspal Sprayer

Sakai

1993

300

Liter

milik sendiri

Baik

2 unit

Concrete Mixer

Kurimoto

1998

0.35

m3

milik sendiri

Baik

1 unit

Pedestrian

Yanmar

1996

Ton

milik sendiri

Baik

1 unit

Toyota Dina BY43R


Perkins

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

26

RENCANA MUTU KONTRAK

BAB 8
JADWAL INSPEKSI DAN PENGUJIAN
8.1

JADWAL INSPEKSI DAN TEST ( I & T )


Mobilisasi personil, peralatan dan material/bahan ( setelah pekerjaan tersebut
selesai dilaksanakan )
Pelaksanaan Pekerjaan Fisik dilapangan.
-

Pekerjaan Saluran Pasangan dan Struktur Pasangan Batu ( Inspeksi dilakukan


sesudah pekerjaan tersebut dilaksanakan ).

Pekerjaan Urugan Pilihan dan Agregat A ( Inspeksi dilakukan sebelum dan


sesudah pekerjaan tersebut dilaksanakan ).

Pekerjaan Utama / Hotmix ( Inspeksi dilakukan sebelum, selama dan sesudah


pekerjaan tersebut dilaksanakan )

Penyusunan Paporan Harian, Mingguan dan Bulanan, MC ( Inspeksi dilakukan


sesudah pelaporan tersebut selesai dibuat )
Penyusunan Gambar Terbangun As Built Drawing ( Inspeksi dilakukan setelah
pekerjaan tersebut selesai dilaksanakan / dibuat )
Demobilisasi.

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

27

RENCANA MUTU KONTRAK

BAB 9
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
9.1

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ( Terlampir )

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

28

RENCANA MUTU KONTRAK

BAB 10
BAGAN ALIR PELAKSANAAN PEKERJAAN
Mulai
Pembuatan
Bangunan sementara

Tidak

Base Camp, Kantor


Proyek, Lab. dll

Tidak

Mobilisasi

Survey
Lapangan

Personil, Alat Berat,


Bahan & Alat Lab.

Gambar dan
perhitungan

Chek

Tidak

Check

Chek

Mutual
Chek 0 %

Ya

Perubaha
n
BOQ
awal Ya

Ya

Usulan Perubahan
BOQ

Tidak

Addendum

Pek.Drainase

Pek. Struktur

Galian
Pas. Mortar

Pas Batu

Cek

Cek

Tidak

Ya

Ya
Pek. Tanah
Tidak

Tidak

Pek. Perk.Berbutir

Gal. Aspal,Tim.Pil,
Timb. Biasa,Peny.Bdn Jalan

Agg. A

Cek

Cek

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

Pemel. Rutin

Tidak

29

RENCANA MUTU KONTRAK

Perkerasan Aspal
HRS BASE
Tidak

Cek

Pemel.Rutin
Ya

Pek. Bahu Jalan


Tidak

Urugan Pilihan
Pemotongan Rumput
Cek
Ya
MC 100

PHO

PEMELIHARAAN

NN
FHO

Selesai
PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

30

RENCANA MUTU KONTRAK

BAB 11
LEMBAR KERJA / DAFTAR SIMAK

DAFTAR SIMAK
II. PELAKSANAAN PEKERJAAN
No.
1

URAIAN

PEMENUHAN PERSYARATAN
SUDAH

BELUM

Keselamatan Kerja :
a. Sesuai dengan Ketentuan Dokumen
Kontrak
b. Asuransi Pihak Ketiga akibat Kecelakaan

ACUAN
Standart Dokumen Pelelangan

.
.

Pemberitahuan rencana oleh Penyedia Jasa


Kepada Direksi Pekerjaan

Tata cara pengaturan pekerjaan :


a. Gambar Kerja
b. Pelaksanaan pekerjaan.
c. Pekerjaan di luar jam kerja
d. Pekerjaan pada hari Libur
e. Pengukuran hasil Pekerjaan

.
.
.
.
.

Nasional Pekerjaan Jasa


Pemborongan :
a. Bab IV.A.8
b. Bab IV.A.7.b
Standart Dokumen Pelelangan
Nasional Pekerjaan Jasa
Pemborongan Bab. IV.A.4
Pedoman Penyelenggaraan
Kontrak Jasa Pemborongan :
a. Bab. VI.R.4
b. Bab. VI.R.6
c. Bab. VI.R.7
d. Bab. VI.R.7
e. Bab. VI.M.3
Pedoman Penyelenggaraan
Kontrak Jasa Pemborongan :
Bab. VI.R.15.a

Tata cara pengendalian mutu :


a. Pengendalian mutu bahan baku ( tanah,
pasir, batu, semen, aspal dll )
b. Pengendalian mutu bahan olahan
( campuran beton, campuran aspal dll )
c. Pengedalian mutu pekerjaan terpasang
(timbunan tanah, pondasi beton, lapisan
hotmix dll.)
Laporan hasil pekerjaan :
a. Pembuatan bentuk buku harian oleh
Penyedia Jasa
b. Persetujuan bentuk buku harian oleh
Direksi Pekejaan
c. Pembuatan bentuk laporan harian oleh
Penyedia Jasa
d. Persetujuan bentuk laporan mingguan oleh
Penyedia Jasa
e. Pembuatan bentuk laporan mingguan oleh
Direksi Pekejaan
f. Persetujuan bentuk laporan mingguan oleh
Direksi Pekerjaan
g. Pembuatan bentuk laporan bulanan oleh
Penyedia Jasa
h. Persetujuan bentuk laporan bulanan oleh
Direksi Pekerjaan

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

Standart Dokumen Pelelangan


Nasional Pekerjaan Jasa
Pemborongan Bab. IV.A.26

31

RENCANA MUTU KONTRAK

i. Pembuatan bentuk laporan bulanan oleh


Direksi Teknis
j. Persetujuan bentuk laporan bulanan oleh
Direksi Pekerjaan

No.
6

URAIAN
Kontrak Kritis
a. Periode I (rencana fisik 0 % - 70 %)
realisasi fisik terlambat > 15 % dari rencana
b. Periode II (rencana fisik 70 % -100 %)
realisasi fisik terlambat > 15 % dari rencana
c. Penerbitan surat peringatan oleh Direksi
Pekerjaan kepada Penyedia Jasa
d. SCM tingkat Proyek
e. Uji Coba Pertama
f. Penerbitan surat peringatan I oleh Direksi
Pekerjaan kepada Penyedia Jasa
g. SCM tingkat Atasan Langsung
h. Uji coba kedua
i. Penerbitan surat peringatan II oleh Direksi
Pekerjaan kepada Penyedia Jasa
j. SCM tingkat Atasan
k Uji coba ketiga
i Penerbitan surat peringatan III oleh Direksi
Pekerjaan kepada Penyedia Jasa
m. Kesepakatan tiga pihak :
1. Penetapan pihak ketiga sebagai
Penyedia Jasa oleh Pengguna Jasa
2. Menggunakan harga satuan kontrak
3. Menggunakan harga satuan yang lebih
4. Pembayaran kepada pihak ketiga dilakukan secara langsung.
5. Kesepakatan tiga pihak dituangkan dalam
Berita Acara.
6. Pembuatan Amandemen Kontrak
n. Pemutusan Kontrak

PEMENUHAN PERSYARATAN
SUDAH

BELUM

.
.
.

.
.
.

.
.
.

.
.

ACUAN
Standart Dokumen Pelelangan
Nasional Pekerjaan Jasa
Pemborongan :
Bab IV.A.33

., .. 2008
Pengawas Utama Lapangan,

( )
NIP

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

32

RENCANA MUTU KONTRAK

BAB 12
KESIMPULAN
Demikian Rencana Mutu Kontrak ini dibuat sebagai dokumen pengendalian proses
pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Jalan Atambua- Weluli. Dan apabila terdapat perubahan
dalam penerapannya akan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pihak Pengguna Jasa untuk
mendapat persetujuan.

Kupang, 27 Oktober 2009


Dibuat Oleh
PT. HUTAMA MITRA NUSANTARA

JAN P. A. LATUNUSSA, ST
Kepala Proyek

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

33

RENCANA MUTU KONTRAK

PEMBANGUNAN JALAN OEKABITI - OEMORO

34

Anda mungkin juga menyukai