Askep Hiperbilirubin

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI


DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

A.

Pengertian
Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan dimana kadar bilirubin serum total yang lebih
dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus pada kulit, sclera dan
organ lain. Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus yaitu keadaan
kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak.
(Ni Luh Gede, 1995)
Hiperbilirubin merupakan gejala fisiologis (terdapat pada 25 50% neonatus cukup bulan
dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan) (IKA II, 2002).
Hiperbilirubin adalah meningginya kadar bilirubin pada jaringan ekstravaskuler sehingga
kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
(Ngastiyah, 1997)
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih
dari normal (Suriadi, 2001).
Nilai normal : bilirubin indirek 0,3 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 0,4 mg/dl.

C. Penyebab
Penyebab ikterus pada neonatus dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Produksi bilirubin berlebihan dapat terjadi karena kelainan struktur dan enzim sel darah
merah, keracunan obat (hemolisis kimia: salisilat, kortikosteroid, klorampinekol),
chepalhematoma.
2. Gangguan dalam proses ambilan dan konjugasi hepar: obstruksi empedu, infeksi,
masalah metabolik, Joundice ASI, hypohyroidisme.
3. Gangguan transportasi dalam metabolisme bilirubin.
4. Gangguan dalam ekskresi bilirubin.
5. Komplikasi : asfiksia, hipoermi, hipoglikemi, menurunnya ikatan albumin; lahir
prematur, asidosis.
(Ni Luh Gede Y, 1995)( Suriadi, 2001)
Menurut IKA, 2002 penyebab ikterus terbagi atas :
1. Ikterus pra hepatik
Terjadi akibat produksi bilirubin yang mengikat yang terjadi pada hemolisis sel darah
merah.

2. Ikterus pasca hepatik (obstruktif)


Adanya bendungan dalam saluran empedu (kolistasis) yang mengakibatkan peninggian
konjugasi bilirubin yang larut dalam air yang terbagi menjadi :
a. Intrahepatik : bila penyumbatan terjadi antara hati dengan ductus koleductus.
b. Ekstrahepatik : bila penyumbatan terjadi pada ductus koleductus.
3. Ikterus hepatoseluler (hepatik)
Kerusakan sel hati yang menyebabkan konjugasi blirubin terganggu.
Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama dengan penyebab :

Inkomtabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain

Infeksi intra uterin (oleh virus, toksoplasma, lues dan kadang bakteri)

Kadang oleh defisiensi G-6-PO

Ikterus yang timbul 24 72 jam setelah lahir dengan penyebab:

Biasanya ikteruk fisiologis

Masih ada kemungkinan inkompatibitas darah ABO atau Rh atau golongan lain. Hal
ini diduga kalau peningkatan kadar bilirubin cepat, misalnya melebihi 5 mg%/24
jam

Polisitemia

Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan sub oiponeurosis, perdarahan hepar sub


kapsuler dan lain-lain)

Dehidrasis asidosis

Defisiensi enzim eritrosis lainnya

Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai minggu pertama dengan penyebab

Biasanya karena infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi enzim G-6-PD

Pengaruh obat

Sindrom gilber

Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya dengan penyebab :

biasanya karena obstruksi

hipotiroidime

hipo breast milk jaundice

infeksi

neonatal hepatitis

galaktosemia
(IKA II, 2002)

D. Tanda dan Gejala


1. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
2. Letargik (lemas)
3. Kejang
4. Tidak mau menghisap
5. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
6. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus, kejang,
stenosis yang disertai ketegangan otot
(Ngastiyah, 1997)
7. Perut membuncit
8. Pembesaran pada hati
9. Feses berwarna seperti dempul
(Ni Luh Gede Y, 1995)
10. Tampak ikterus; sklera, kuku, kulit dan membran mukosa. Joundice pada 24 jam
pertama yang disebabkan oleh penyakit hemolitik waktu lahir, sepsis, atau ibu dengan
diabetik/infeksi.
11. Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap, warna tinja gelap.
(Suriadi, 2001)
E. Etiologi
1. Peningkatan produksi :
Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah ibu dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang
terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) ,
diol (steroid).
Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek
meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion
yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi , Toksoplasmosis,
Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.

Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif


D. Patofisiologi Hiperbilirubinemia

E.

Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan .


Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin
pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan
kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang,
atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan
kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang
mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan
tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut
dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek
patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak.
Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa
kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek
lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya
tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah
otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah , Hipoksia, dan
Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).
Pemeriksaan Diagnostik
1. Test Coom pada tali pusat bayi baru lahir : hasil + tes ini, indirek menandakan adanya
anti body Rh-positif, anti A, atau anti_B dalam darah ibu. Direk menandakan adanya
sensitisasi (Rh-positif, anti-A, anti-B) SDM dari neonatus
2. Golongan darah bayi dan Ibu : mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
3. Biliribin total : kadar direk bermakna jika melebihi 1,0 1,5 mg/dl, yang mungkin
dihubungkan dengan sepsi .kadar indirek tidak boleh melebihi peningkatan 5 mg/dl
dalam 24 jam atau tidak boleh melebihi 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dl
pada bayi preterm. protein serum total : kadar kurang dari 3,0 g/dl menandakan
penurunan kapasitas ikatan terutama bayi preterm.
4. Hitung Darah Lengkap : Hb mungkin rendah (kurang dari 14 g/dl) karena hemolisis. Ht
mungkin meningkat (lebih besar 65%) pada polisitemia, penurunan (kurang dari 45%)
dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
5. Glukosa: glukosa darah lengkap kurang dari 30 mg/dl atau tes glukosa serum kurang
dari 40 mg/dl bila BBL hipoglikemi dan mulai menggunakan simpanan lemak dan
melepaskan asam lemak.
6. Daya ikat karbon dioksida : penurunan kadar menunjukkan hemolisis.
7. Smear darah Perifer : dapat menunjukkan SDM abnormal, eritoblastosis pada penyakit
Rh atau sferositis pada inkompatibilitas ABO.

ASUHAN KEPERAWATAN
Untuk memberikan keperawatan yang paripurna digunakan proses keperawatan yang
meliputi Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.

Pengkajian
1. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia, Infeksi,
Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
2. Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks menyusui yang
lemah, Iritabilitas.
3. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah,
masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
4. Pengetahuan Keluarga meliputi :
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal keluarga lain
yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari Hiperbilirubinemia
(Cindy Smith Greenberg. 1988)
2. Diagnosa, Tujuan , dan Intervensi
Berdasarkan pengkajian di atas dapat diidentifikasikan masalah yang memberi
gambaran keadaan kesehatan klien dan memungkinkan menyusun perencanaan asuhan
keperawatan. Masalah yang diidentifikasi ditetapkan sebagai diagnosa keperawatan melalui
analisa dan interpretasi data yang diperoleh.
1. Diagnosa Keperawatan : Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya
intake cairan, fototherapi, dan diare.
Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat
Intervensi : Catat jumlah dan kualitas feses, pantau turgor kulit, pantau intake output, beri air
diantara menyusui atau memberi botol.
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehubungan dengan efek
fototerapi
Tujuan : Kestabilan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Beri suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu antara 35,5 - 37 C, cek
tanda-tanda vital tiap 2 jam.
3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan integritas kulit sehubungan dengan hiperbilirubinemia
dan diare
Tujuan : Keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Kaji warna kulit tiap 8 jam, pantau bilirubin direk dan indirek , rubah posisi setiap
2 jam, masase daerah yang menonjol, jaga kebersihan kulit dan kelembabannya.
4. Diagnosa Keperawatan : Gangguan parenting sehubungan dengan pemisahan
Tujuan : Orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku Attachment , orang tua dapat
mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding.
Intervensi : Bawa bayi ke ibu untuk disusui, buka tutup mata saat disusui, untuk stimulasi
sosial dengan ibu, anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya, libatkan orang tua
dalam perawatan bila memungkinkan, dorong orang tua mengekspresikan perasaannya.
5. Diagnosa Keperawatan : Kecemasan meningkat sehubungan dengan therapi yang diberikan
pada bayi.

Tujuan : Orang tua mengerti tentang perawatan, dapat mengidentifikasi gejala-gejala untuk
menyampaikan pada tim kesehatan
Intervensi :
Kaji pengetahuan keluarga klien, beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi
dan perawatannya. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi dirumah.
6. Diagnosa Keperawatan : Potensial trauma sehubungan dengan efek fototherapi
Tujuan : Neonatus akan berkembang tanpa disertai tanda-tanda gangguan akibat fototherapi
Intervensi :
Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber cahaya, biarkan neonatus dalam keadaan
telanjang kecuali mata dan daerah genetal serta bokong ditutup dengan kain yang dapat
memantulkan cahaya; usahakan agar penutup mata tida menutupi hidung dan bibir; matikan
lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya konjungtivitis tiap 8 jam; buka penutup
mata setiap akan disusukan; ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan.
7. Diagnosa Keperawatan : Potensial trauma sehubungan dengan tranfusi tukar
Tujuan : Tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi
Intervensi :
Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan; basahi umbilikal dengan NaCl
selama 30 menit sebelum melakukan tindakan, neonatus puasa 4 jam sebelum tindakan,
pertahankan suhu tubuh bayi, catat jenis darah ibu dan Rhesus serta darah yang akan
ditranfusikan adalah darah segar; pantau tanda-tanda vital; selama dan sesudah tranfusi;
siapkan suction bila diperlukan; amati adanya ganguan cairan dan elektrolit; apnoe,
bradikardi, kejang; monitor pemeriksaan laboratorium sesuai program.

BAB III
TINAJUAN KASUS
1. Pengkajian
A. Identitas
1. Nama Klien : By. Ny. X
2. Umur
: 3 hari
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Anak ke
: 1 (satu)

5. Diagnosa Medis : Hiperbilirubinemia


6. Tanggal Lahir Bayi : 19 - 10 - 1996, Jam : 22.20 WIB.
7. Apgar 1 menit : 9 dan 5 menit : 9.
8. Berat badan lahir : 2750 gram, Berat badan sekarang : 2550 gram.
9. Panjang badan : 47 cm, Lingkar kepala : 33 cm, lingkar dada : 36 cm.
10. Golongan Darah : B (+)
B. Riwayat Orang Tua
Orang tua (ibu) tidak pernah menderita penyakit yang berat, golongan darah B, Rh (+).
ASI keluar hari ketiga, menyusui mulai segera setelah lahir.
C.Ringkasan riwayat kehamilan dan persalinan
Masalah-masalah kehamilan : tidak ada
Persalinan Kala I : 10 jam 10 menit
Kala II : 10 menit
Pecah ketuban : 1 jam 20 menit
Jenis Persalinan : pervaginam
Obat-obat yang diberikan : Citosinon 5 unit IM.
D. Pengkajian Keluarga
Adaptasi Psikologi Ibu
Perasaan ibu setelah bayi lahir : merasa senang dan mulai tercipta hubungan
yang baru, tetapi bayi harus dipisah karena mengalami hiperbilirubinemia.
Adanya ikatan kasih : terjadi pada saat baru lahir.
Tanggapan terhadap penyakit anak : Ibu menanyakan penyebab penyakit dan
pengobatan. Ibu tampak cemas dengan keadaan anaknya
Adaptasi psikologi ayah
Respon ayah setelah bayi lahir: merasa bahagia dapat melahirkan dengan
selamat.
Keterlibatan dalam persalinan : mengantar, menunggu sampai bayi lahir.
Tanggapan tentang penyakit anak : ayah merasa cemas terhadap keadaan
anaknya
Adaptasi psikologi keluarga
Menimbulkan perubahan : ya, terutama perubahan peran karena bertambahnya
anggota keluarga.
Apakah ada anggota keluarga yang terlibat dalam perawatan bayi : semua
anggota keluarga terlibat dalam merawat bayinya.
Tanggapan terhadap penyakitnya : tidak tahu-menahu dan belum mempunyai
pengalaman dalam riwayat keluarga belum pernah terjadi penyakit tersebut.
D. Pemeriksaan Fisik
Kepala :
Molding, Caput Sucsadenium, Cephal hematom : tidak ada.
Ubun-ubun besar : ada, Bentuk : Jajaran genjang datar, Ubun-ubun kecil : ada, Bentuk :
segitiga datar. Sutura : ada.
Mata, Posisi : simetris, jarak : + 3 cm, Kotoran di mata sebelah kiri : ada, perdarahan :
tidak ada.
Telinga : simetris/ datar dengan kepala, perdarahan : tidak ada, Lubang : ada.
Mulut : simetris, Palatum mol/durum : ada, Gigi : tidak ada., mukosa kering
Hidung : lubang hidung ada, keluaran : tidak ada , pernafasan cuping hidung : tidak ada.
Pergerakan leher : positif, tanda lahir : tidak ada.
Tubuh :
Warna kulit : kuning pada seluruh tubuh,
Pergerakan : aktif.

Lanugo : ada pada punggung. Vernix : tidak ada.


Pengeluaran : mekonium.
Keadaan kulit : pada kedua pergelangan kaki dan tangan, serta di tubuh tampak
terkelupas, turgor jelek, kelembaban kurang (kering),
Dada : simetris, retraksi, ngorok dan see saw : tidak ada., respirasi : 40x/menit
Perut : lembek, Bising usus : 9x/mt.
Tungkai :
Jari tangan : Kanan : jumlah 5 , Kiri : jumlah 5
Jari kaki : Kanan : Jumlah 5, Kiri : jumlah 5
Pergerakan : aktif
Nadi branchial : teraba, 130 x/menit
Nadi femoral : teraba, 130 x/menit
Tremor : tidak ada
Rotasi paha : normal
Garis telapak tangan : jelas, telapak kaki : jelas
Posisi kaki : fleksi
Punggung
Fleksibelitas tulang punggung : normal
Simetris, pretudal dumple
Lobang anus : ada
Genitalia
Lubang penis : normal
B.a.b. : pertama : tanggal 19 Oktober 1996, jam 23.00 WIB, warna : hijau kehitaman,
Dfrekuensi 5-6x/hari
B.a.k : pertama : tanggal : 19 Oktober 1996,warna kuning,frekuensi 6-8x/hari
Jenis makanan : ASI ditambah susu formula
Refleks
Mengisap : baik, rooting : baik, menggenggam : baik.
Moro : baik, berjalan menapak, tonus leher : baik.
Menangis : kuat
Keadaan umum : agak lemah
Hasil Laboratorium :
Tanggal 22 Oktober 1996
Hb : 18,2 gr. %
Bilirubin : 17,8 gr %
Tanggal 23 Oktober 1996
Bilirubin Indirek : 10,84 gr %
Bilirubin Direk : 0,99 gr %
Bilirubin total : 11, 83 gr %
Terapi yang diberikan
Tanggal 19 Oktober 1996
Vitamin K 1 mg peroral
Tanggal 20 Oktober 1996
Vitamin K 1 mg peroral
Tanggal 22 Oktober 1996
Infus N-4 dilengan sebelah kiri, dengan tetesan microdrip 10 tetes / menit
Sinar ultra violet (jam 12.00 Wib)

Parficillin 4 x 75 mg
Luminal 2 x 5 ml
FFP 50 cc, belum diberikan, masih dalam proses untuk mendapatkannya.

Nama Klien

ASUHAN KEPERAWATAN

Bayi Ny. X
RSB. Budi Kemuliaan
Mata Ajaran : Maternitas
Tanggal 22 Oktober 1996
Dx. Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Potensial
Cairan
tubuh Berikan Asi/Pasi segera Pemberian
makan
kurangnya volume
neonatus
dalam waktu 4 - 6 jam
sedini mungkin (waktu
cairan sehu-bungan
adekuat
setelah pindah ke ruang
4 - 6 jam) cenderung
dengan
tidak Turgor
kulit
post partum
untuk mengurangi /
adekuatnya intake
baik
menekan hasil bilirubin
cairan, fototherapi Intake
yang
tinggi.
dan
dan diare.
Menstimulasi aktivitas
output seimbang
Data Obyektif :
usus dan pem-buangan
Ubun-ubun
Bayi
di
pigmen
mekonium
besar
tidak
fototherapi.sejak
yang
mengandung
cekung
tanggal 22-10-96 Mrmbran
bilirubin
sehingga
pk. 12.00
dapat
mencegah

Berikan
Asi\Pasi
setiap
mukosa lembab
reabsorpsi
dari
Bayi
diare, Bibir
3 - 4 jam dan diselingi
tidak
intestinum.
frekuensi bab > 6x
pemberian air minum
kering
sehari.
tambahan .
.
Hidrasi yang adekuat
Intake cairan <
mem-permudah
60cc/3jam.
pengeluaran / eliminasi
Berikan
makanan
dan ekskresi bilirubin.
sesuai dengan petunjuk
Mengganti cairan yang
hilang melalui feses
jika difototherapi.
Berikan cairan per
Meningkatkan
infus
peristaltik dan ekskresi
empedu sebelum terjadi
resirkulasi
enterohepatik.
Kaji pola menelan,
intravena
bising usus, eliminasi Cairan
diberikan
bila
bayi
urin, pola tidur dan
Bangsal/Tanggal :

Implementasi
Menkaji pengeluaran ASI
pada ibu.
Membantu
ibu
untuk
menyususui bayi secara
optimal pada saat ibu
mengunjungi bayi.

Menganjurkan ibu untuk


memompa ASI dan segera
mengirim ke RS sesuai
dengan cara penyimpanan.

Memberikan
tambahan
makanan (pasi) 60-120cc/34jam.

Evaluasi
S:O: ASI ibu sudah
keluar setalah hari
ke dua
Ibu menyusui bayi
saat
mengunjungi
bayi secara optimal
Intake dan output
seimbang
Tidak tampak tandatanda dehidrasi
Turgor kulit baik
Ubun-ubun
besar
tidak cekung
Membran mukosa
mulut lembab
Bibir tidak kering
Bising usus dalam
batas
normal
(10x/mt)
Eliminasi urin 8x/24
jam
BAB 6x/24 jam)

Observasi
daerah
pemasangan infus dan A.
Potensial
ketepatan pemberian cairan kekurangan cairan
perinfus: N4 10 tetes/mt masih ada
dengan mikrodrip.
Mengkaji

pola

menelan,

P. Lanjutkan rencana

iritabilitas setiap hari

2.
Potensial
gangguan
suhu
tubuh (hipertermi)
sehu-bungan
dengan
efek
fototherapi
Mendapat fototerapi
sejak tanggal 22 10 - 96

Kesetabilan suhu
tubuh bayi dapat
dipertahankan.
Kriteria:
Suhu kulit dan
ketiak 36,5C37C.
Suhu
rektal
36,7C-37,2C.
Tidak ada tandatanda
hipertermia

mengalami
dehidrasi
atau
jika
ada
komplikasi lain.

Catat adanya tandatanda dehidrasi seperti :


mengetahui
ubun-ubun
cekung, Untuk
suhu meningkat, turgor
sedini mungkin adanya
kulit
jelek
atau
tanda-tanda
bahaya.
membran
mukosa
Bayi
mungkin
kering.
mengalami pengeluaran
feses yang hijau dan
cair.
Untuk
mengetahui
tanda-tanda dehidrasi
secara dini dan dapat
pencegahanya terjadinya dehidrasi.
Monitor suhu axila Metabolisme
kulit dan suhu rektal
meningkat bila suhu
setiap 30-60 menit
meningkat.
selama penyinaran.
Pertahankan suhu Box Mencegah
ketidak
dengan
mengatur
seimbang-an
panas
fentilasi /pintu box
secara bertahap pada
perta-hankan
suhu bayi.
37C
adanya
Observasi tanda-tanda Respon
peningkatan
vital, catat adanya :
metabolisme
tachipnoe.
menyebabkan
peningkatan kebutuhan
O2
(Asidosis
Catat adanya tandaRespiratorik)
tanda stress: gelisah,
akan
kulit kering dan warna Hipertermi
mempenga-ruhi
sistim
kemerahan
sirkulasi
sehingga
terjadi
fasodilatasi
untuk
mengeluarkan
keringat
dalam
Pertahankan modalitas

bising usus, pola eliminasi keperawatan


dan pola istirahat bayi.
Observasi
dehidrasi.

tanda-tanda

Mengukur suhu
setiap 30-60 menit

aksila S. -

Mengatur ventilasi ruangan

Mengkaji tanda-tanda vital

O.
Suhu tubuh, 36,5
C
Suhu lingjkungan
25 C
Kulit kering
Bayi gelisah
Pernafasan 40 x/mt

Mengkaji tanda-tanda stres


A. Masalah teratasi
se-bagian
Mengobservasi ketepatan P. Intervensi dipertapemberian fototerapi
hankan

Mengkaji

adanya

tanda-

foto-therapi

mempertahankan suhu
tubuh

tanda dehidrasi

Modalitas
pemngobatan
tergantung pada tingkat
kadar bilirubin, waktu
serangan dan adanya
penyakit lain

Catat adanya tandatanda dehidrasi seperti :


ubun-ubun
cekung,
suhu meningkat, turgor
kulit
jelek
atau
membran
mukosa
kering.
Suhu axila lebih dari
37,5C
dianggap
hipertermia
dan
dianggap pengeluaran
panas yang berlebihan
pada bayi

3.
Gangguan
Integritas
kulit
sehubungan dengan
hiperbilirubinimea
dan diare.
Data Obyektif :
Kulit pada kedua
pergelangan
tangan serta tubuh
terkelupas.
Warna kulit bayi
kuning (Ikterus)
bab. 6-8 x/hari

Keutuhan
kulit Kaji
tanda-tanda Jaundice
merupakan Mengkaji tanda ikterus S. bayi
dapat
ikterus
/
jaundice
tanda-tanda
awal
pada :
dipertahankan.
O. Sklera dan kulit
selengkap-lengkap-nya
adanya
hiper- - Sklera mulut dan kulit
kreteria:
kuning
dgn menggunakan sinar
bilirubinemia. Karena
kulit utuh
matahari bila mungkin.,
lampu buatan akan
observasi
skelra,
mengaburkan
tidak
ada
observasi warna kulit,
pengkajian. Jaundice
perubahan
dan
kaji
dengan
perta-ma kali terlihat
warna
menekan kulit pada
pada
sklera
yang
(kemerahan)
bagian
yang
keras,
cek
menguning.
Dengan
tidak ada ikterus
mukosa mulut, bagian
menekan akan muncul
belakang dari palatum
warna kuning setelah
keras dan kantung
tekanan
dilepaskan.
kojungtiva (untuk bayi
Pigmen pada
yang berkulit hitam).
orang
kulit
hitam
normal akan terlihat
Bersihkan
dan
kuning.
mengganti popok setiap
b.a.b.
Seringnya
b.a.b.
merupakan
faktor
resiko kerusakan kulit.

4.
Gangguan
parenting
sehubungan dengan
pemisahan

Orang tua dan Buka tutup mata bayi Mengoptimalisasikan


bayi
saat disusui.
intraksi ibu-bayi
menunjukkan
tingkah
laku Anjurkan
orangtua
Attachment,
untuk mengajak bicara
orang tua dapat
anaknya.
mengekspresikan
proses Bonding.
Libatkan orang tua
dalam perawatan bila
memungkin-kan.
Anjurkan orang
meng-ekspresikan
perasaannya

5.
Kecemasan
meningkat
sehubungan dengan
ketidaktahuan
tentang perjalanan
penyakit
dan
therapi
yang
diberikan
pada
bayi.
Data Subyektif:
Klien/keluarga
selalu menanyakan
tindakan yang akan
diberikan.
Data Obyektif :
Program
therapi
yang
harus

Orang
tua
menegerti tentang
perawatan,
keluarga
dapat
berpartisipasi
meng- identifikasi
gejala-gejala
untuk
menyampaikan pada
tim kesehatan

tua

Membuka tutup mata bayi S.- Ortu merasa lega


setelah
melihat
saat menyusui
kondisi anaknya
Menganjutkan orang tua
Ortu
untuk mengajak bicara pada O.
berpartisipasi dalam
bayi
perawatan bayi
Melibatkan orang tuauntuk
merawat bayi
Menganjutkan orang
mengekspresikan
perrasaannya

tua

Kaji
pengetahuan Memberikan
bahan Melakukan
pengkajian
keluarga
tentang
masukan bagi perawat
tentang
pengetahuan
perawatan bayi ikterus
sebelum me- lakukan
keluarga dimana keluarga
pendidikan kesehat- an
belum mengerti sama sekali
kepada keluarga
tentang bayi ikterus dan
cara merawatnya.
Berikan
penjelasan
Dengan
mengerti Memberikan
penjelasan
tentang:
Penyebab ikterus, proses
penyebab
ikterus,
tentang penyebab bayi
terapi, dan perawatanya.
program terapi yang
ikterus,
tindakan
diberikan
keluarga
keparawatan yang diberikan
dapat menerima segala
selama di rumah sakit dan
tindakan
yang
di rumah, jika pulang.
diberikan
kepada
Seperti
:
cara
Berikan
penjelasan
bayinya.
mempertahankan
suhu
setiap akan melakukan
tubuh normal, memberikan
Informasi yang jelas
tindakan .
ASI, memandikan bayi,
sangat penting dalam
merawat
tali
pusat,
membantu mengurangi

A.
Gangguan
Parenting
teratasi
sebagian
P.
Memberikan
Penkes
tentang
perawatan
bayi
dirumah

S.
Keluarga
mengatakan :
musah-mudahan
cepat sembuh dan
cepat pulang
O. Keluarga tampak
lebih tenang
Keluarga
kurang
banyak bertanya
A>
Pengetahuan
keluarga meningkat
P.
Intervensi
diteruskan

dilakukan
Ibu tampak takut
saat
melihat
keadaan bayinya.

6.
Potensial
gannguan
proses
respon
keluarga
keluarga
sehubungan dengan
yang
kurang
terhadap
kondisi
bayi.

kecemasan keluarga
mengganti pakaian, dan
Diskusikan
tentang
pemberian imunisasi.
secara
keadaan
bayi
dan Komunikasi
penjelasan
program-program yang
terbuka
dalam Memberikan
akan dilakukan selama
memecahkan satu per- sebelum
melakukan
di rumah sakit
masalahan
dapat tindakan,
seperti;
mengurangi kecemasan
memasang
infus,
Ciptakan
hubungan
keluarga.
memberikan fototerapi dan
yang akrab dengan
obat-obat injeksi atau obat

Hubungan
yang
akrab
keluarga
selama
lainnya.
melakukan perawatan
dapat
meningkatkan
partisipasi
keluarga Melakukan diskusi bersama
dalam merawat bayi
keluarga tentang prinsipikterus
prinsip yang bisa dilakukan
oleh
keluarga
dalam
merawat
bayi
ikterus
selama di rumah sakit dan
di rumah
Mengajak keluarga untuk
bersama-sama
merawat
bayinya, seperti
Keluarga
dapat Hentikan
Fototerapi
menerima kondisi
selama
keluarga
bayi
berkunjung
Mengerti tentang Jelaskan
dengan
terapi
yang
bijaksana
tentang
diberikan
dan
fisiologi
terjadinya
prognosisnya
joundice
Yakinkan
bahwa
pigmentasi
akan
kembali normal
Jelaskan
pentingnya
pemberian ASI untuk
mencegah
joundice
yang berke;lanjutan

Untuk meningkatkan
interaksi keluarga-bayi
Untuk
mencegah
kecemasan
orang
tua
yang
berlehihan
dan overprotektib
Meningkatkan
penerimaan
kondisi
bayi dan mengurangi
kecemasan
Untuk
memotivasi
pemberian ASI dan
mencegah penghentian
ASI sejak dini

Menghentikan
fototerapi
saat ibu berkunjung dan
menyusui bayi
Menjelaskan pada keluarga
tentang
kondisi
bayi,
penyebab dan prognosisnya
Menjelaskan
bahwa
keadaan kulit bayi akan
kembali normal setelah
keadaan membaik
Menjelaskan
tentang
pentingnya
ASI
untuk
mencegah joundice yang
berkepanjangan

S.
Keluarga
menyatakan
mengerti
tentang
kondisi bayinya dan
pengobatan
yang
dilakukan.
Ibu mengerti tentang
pentingnya
pemberian ASI
O.
Interaksi
keluarga-bayi
nampak optimal saat
kunjungan
Ibu menyusui bayi
dan mengeksplorasi
perasaannya melalui
sentuhan
dan

komunikasi dengan
bayi
A. Masalah teratasi
sebagian
P.
Lanjutkan
intervensi

Nama Klien

Bangsal/Tanggal :
No
1.

Diagnosa Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN
Mata Ajaran : Maternitas
Tujuan

Intervensi

Rasionalisasi

Kaji tanda-tanda ikterus / jaundice


selengkap-lengkapnya
dengan
meng-gunakan sinar matahari bila
mungkin.,
observasi
skelra,
observasi warna kulit, dan kaji

Jaundice merupakan tanda-tanda


awal adanya hiperbilirubinemia.
Karena lampu buatan akan
mengaburkan pengkajian.
Jaundice pertama kali terlihat pada
sklera yang menguning. Dengan
menekan akan muncul warna

dengan menekan kulit pada bagian


yang keras, cek mukosa mulut,
bagian belakang dari palatum keras
dan kantung kojungtiva (untuk
bayi yang berkulit hitam)

kuning setelah tekanan dilepaskan.


Pigmen pada orang kulit hitam
normal akan terlihat kuning.
Menjaga agar
hipotermia.

tidak

terjadi

Jaga bayi untuk tetap hangat.


2.

Potensial
injuri
sehubungan Tidak mengalami kerusakan mata,
dengan kojungtivitis, hipotermia, dehidrasi dan hipertermi selama
dan dehidrasi karena penggunaan fototerapi.
fototerapi.
Data Obyektif :
Mendapat fototerapi
Tidak menggunakan pakaian
dengan mata dan genitalia
tidak
tertutup
selama
fototerapi.

Mempertahankan
pengobatan

modalitas Modalitas pemngobatan tergantung


pada tingkat kadar bilirubin, waktu
serangan dan adanya penyakit lain

Berikan fototerapi

Menurunkan
serum
dengan memperlancar
bilirubin tak terkojugasi

bilirubin
ekskresi

Tutup mata selama penyinaran

Melindungi retina dari kerusakan


akibat cahaya dengan intensitas
tinggi

Pindahkan bayi dari cahaya Memungkinkan stimulasi visual


fototerapi dan lepas penutup mata
selama pemberian makan.
Kaji mata terhadap konjungtivitis Mungkin disebabkan oleh iritasi
dan abrasi kornea
dari penutup mata
Gunakan penutup yang minimal

Memungkinkan penyinaran yang


merata

Rubah posisi tiap 2 jam


Mengefektifkan penyinaran dan
mencegah penekanan pada satu
Monitor suhu kulit dan suhu inti tempat
tiap 1 jam sampai suhu tubuh stabil
Hipotermi
dan
hipertermi
Berikan ekstra cairan
merupakan komplikasi yang umum
dari fototerapi
Kaji tanda-tanda dehidrasi, yakni :
turgor
kulit
jelek,
depresi Untuk menjamin hidrasi yang

fontanela, mata cekung, penurunan adekuat.


berat badan, perubahan elektrolit,
penurunan output urin.
Fototerapi dapat menyebabkan
peningkatan IWL. Bayi kadar
Observasi adanya kemerahan pada bilirubin yang tinggi dapat menjadi
kulit
letargi dan sulit untuk makan.

Cek suhu inkubator

Kemerahan dihubungkan dengan


fototerapi yang meningkatkan
kadar
bilirubin
direk
atau
kerusakan hati dapat hilang 2 - 4
mg/dl

Matikan waktu saat mengambil Penambahan panas dari fototerapi


darah untuk pemeriksaan bilirubin. sering meningkatkan suhu badan
dan suhu cove.
Karena pemaparan darah pada
fototerapi akan mempengaruhi
kadar bilirubin
4.

Potensial terjadinya gangguan Keseimbangan


volume cairan sehubungan dengan terpenuhi/terpelihara
tidak adekuatnya intake cairan,
fototherapi dan diare.

4.

Kecemasan orang tua sehubungan


dengan
punya
anak
yang
mengalami jaundice.
Data obyektif :
Orang tua tampak cemas
Data subyektif :

cairan Observasi intake dan out put,


turgor kulit,
Observasi tanda-tanda vital :
Nadi,
Suhu
,
Respirasi,Kesadaran, refleks,tiap
30 - 60 menit.
Berikan minum air diantara
pemberian ASI.

Orang tua mendapatkan informasi


mengenai
proses
penyakit,
penyebab, dan hasi yang dicapai.
Orang tua memahami alasan untuk
mengaktifkan pemberian ASI
sesaat dan cara memompa susu.

Berikan penjelasan mengenai :


Kondisi
bayi,
modalitas
pengobatan, alasan mengapa ibu
harus menghentikan pemberian
ASI.

Orang tua tidak memahami


mengapa dan apa terjadi keadaan
tersebut.
Pengobatan bermacam-macam ;
orang tua tidak memahami
pengobatan yang diberikan
Jelaskan pemberian ASI dihentikan ASI merupakan penyebab jaundice

Menanyakan tentang keadaan


anak dan proses penyakit.

sementara :
Kaji pengetahuan ibu mengenai
pemompaan ASI dan memberikan
informasi serta dukungan sesuai
yang dibutuhkan.

yang belum jelas. Kadar bilirubin


serum menurun dalam waktu 48
jam setelah pemberian ASI dan
dihentikan. Pendapat dari dokter,
para ahli yang lain tentang hal ini
masih berbeda-beda.

Bantu ibu dalam menyusui ulang


ASI merupakan penyebab jaundice
yang belum jelas. Kadar bilirubin
serum menurun dalam waktu 48
jam setelah pemberian ASI dan
dihentikan. Pendapat dari dokter,
para ahli yang lain tentang hal ini
Berikan rangsang taktil selama masih berbeda-beda.
memberi makan dan mengganti
popok.
Ibu mungkin perlu dukungan dan
informasi untuk memulai kembali
Melakukan sentuhan dan kontak memberikan ASI
mata ibu dan bayi selama
pemberian ASI, bayi diajak bicara. Neonatus perlu stimulasi taktil
Dukung orang tua untuk masuk ke
dalam ruang perawatan dalam
memberi makan dan menyentuh Memberikan rasa nyaman dan
bayi.
menurunkan gangguan sensorik
Adanya alat di ruang perawatan
menyebabkan orang tua tidak mau
atau segan untuk masuk ke dalam
ruang perawatan

DAFTAR PUSTAKA

1. H. Markum : Ilmu Kesehatan Anak. Buku I, Jakarta, FKUI, 1991.


2. Bobak, J. : Materity and Gynecologic Care, Precenton, 1985.
3. Cloherty, P. John : Manual of Neonatal Care, USA, 1981.
4. Sally B. Olds, et all : Maternal New Born Nursing, Edisi ke III, USA, 1994.
5. Jack A. Pritchard dkk : Obstetri Williams, Edisi XVII, Surabaya, Airlangga
University Press, 1991
6. Marlene Mayers, et. al. : Clinical Care Planes Pediatric Nursing, New York,
Mc.Graw-Hill. Inc, 1995.
7. Mary Fran Hazinki : Nursing Care of Critically Ill Child, Toronto, The Mosby
Compani CV, 1984.
8. Susan R. J. et. al. : Child Health Nursing, California, 1988.
9. Donna L. Wong: Nursing Care of Infants and Children, Edisi V, Toronto, The
Mosby Compani CV, 1995
10. Prawirohadjo Sarwono : Ilmu Kebidanan, Edisi ke III, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992

Anda mungkin juga menyukai