Colon in Loop Dan IVP
Colon in Loop Dan IVP
Colon in Loop Dan IVP
Oleh :
Angel Florence Teng
16710006
Pembimbing :
dr. Tuty Sulistyowulan, Sp.Rad
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan
rahmat,
karunia,
serta taufik
dan hidayah-Nya
penulis
dapat
menyelesaikan referat radiologi tentang Ivp dan Colon In Loop Referat ini
diajukan untuk memenuhi tugas dalam rangka menjalani kepaniteraan klinik di
Kepaniteraan Klinik Radiologi RSUD Sidoarjo.
Atas penulisan referat ini, penulis ucapkan banyak terima kasih kepada :
1. dr. Ririn Poerwandari Sp. Rad selaku Dokter pembimbing yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
2. Beserta teman-teman sekelompok yang selalu memberi dukungan
Penulis sangat berharap referat ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai radiologi Ivp dan Colon In Loop
sebagai penunjang diagnostik dalam dunia kedokteran. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam referat ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Sidoarjo, November 2016
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan di bidang kedokteran semakin berkembang yaitu dengan
ditemukannya alat dan metode yang dapat digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosa. Salah satunya adalah pemeriksaan secara radiologi.
Pemeriksaan secara radiologi mampu memberikan informasi secara
radiografi yang optimal dan baik dalam keadaan anatomis maupun fisiologis dari
suatu organ di dalam tubuh yang tidak dapat diraba dan dilihat oleh mata secara
langsung, serta mampu memberikan informasi mengenai kelainan-kelainan yang
mungkin dijumpai pada organ-organ yang akan diperiksa.
Pada saat ini hampir semua organ dan sistem di dalam tubuh kita dapat
diperiksa secara radiologi, bahkan setelah ditemukan media kontras yang berguna
memberikan gambaran opak pada struktur yang normal termasuk sistem vaskular,
sistem kolektivus ginjal, dan lumen sistem gastrointestinal untuk mendapatkan
informasi diagnostik lebih lanjut mengenai lesi fokal dalam tubuh.
Pemeriksaan radiologi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu
pemeriksaan radiologi tanpa kontras dan pemeriksaan radiologi menggunakan
bahan kontras. Dalam penyusunan referat ini, penulis menyajikan dua macam
pemeriksaan radiologi menggunakan bahan kontras yaitu pemeriksaan colon in
loop dan intravena pyelografi (IVP).
Pemeriksaan colon in loop adalah pemeriksaan secara radiologi yang
menggunakan bahan kontras positif yaitu Barium sulfat dan bahan kontras negatif
yaitu udara yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui anus dengan tujuan untuk
mengvisualisasikan keadaan colon atau usus besar. Adapun teknik-teknik yang
rutin dilakukan pada pemeriksaan colon in loop yaitu dengan menggunakan
proyeksi antero-posterior, postero-anterior, lateral, obliq kanan dan kiri.
Sedangkan,
pemeriksaan
intravena
pyelografi
(IVP)
merupakan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MEDIA KONTRAS
A.
DEFINISI
Suatu bahan atau media yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien
untuk
membantu
pemeriksaan
radiografi,
sehingga media
yang
SYARAT-SYARAT BAHAN
1. Tidak merupakan racun dalam tubuh.
2. Dalam konsentrasi yang rendah telah dapat membuat perbedaan
densitas yang cukup.
3. Mudah cara pemakaiannnya.
4. Secara ekonomi tidak mahal dan mudah diperoleh.
5. Mudah
dikeluarkan
dari
dalam
tubuh/larut
sehingga
tidak
2.
terang (opaque).
Media kontras negative (lucent media)
FUNGSI
Media kontras digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan
yang tidak dapat terlihat dalam radiografi, serta melihat anatomi dan
fungsi dari organ atau bagian tubuh yang diperiksa.
E.
KLASIFIKASI
Media kontras dibedakan menjadi dua yakni media kontras positif
dan media kontras negatif. Bahan kontras yang dipakai pada pencitraan
dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X (bahan
kontras positif) yakni media kontras yang memberikan efek gambaran
opaque (putih) dalam citra radiografi, sedangkan media kontras yang
digunakan untuk menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras
negatif) memberikan efek gambaran lucent (hitam) dalam citra radiografi.
Ada dua jenis bahan baku dasar dari bahan kontras positif yang
digunakan dalam pemeriksaan dengan sinar-X yaitu barium dan iodium.
1. Media Kontras Non Iodinated (Barium sulfat)
Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih yang tidak
larut. Bubuk ini dicampur dengan air dan beberapa komponen
tambahan lainnya untuk membuat campuran bahan kontras. Bahan ini
umumnya hanya digunakan pada saluran pencernaan, biasanya ditelan
atau diberikan sebagai enema. Setelah pemeriksaan, bahan ini akan
keluar dari tubuh bersama dengan feces.
2. Media Kontras Iodinated (mengandung Iodium)
Bahan kontras iodium bisa terikat pada senyawa organik (nonionik) atau sebuah senyawa ionik. Bahan-bahan ionik memiliki profil
efek samping yang lebih buruk. Senyawa-senyawa organik memiliki
efek samping yang lebih sedikit karena tidak berdisosiasi dengan
molekul-molekul komponen. Banyak dari efek samping yang
diakibatkan oleh larutan hiperosmolar yang diinjeksikan, yaitu zat-zat
5
ini membawa lebih banyak atom iodine per molekul. Semakin banyak
iodine, maka daya attenuasi sinar-X bertambah.
Media kontras yang berbasis iodium dapat larut dalam air dan
tidak berbahaya bagi tubuh. Konsentrasinya biasanya dinyatakan
dalam mg I/ml. Bahan kontras teriodinasi modern bisa digunakan
hampir disemua bagian tubuh. Kebanyakan diantaranya digunakan
secara intravenous, tapi untuk berbagai tujuan juga bisa digunakan
secara intraarterial, intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominal.
2.2 COLON IN LOOP
A. ANATOMI COLON
Usus besar atau colon adalah sambungan dari usus halus yang
merupakan tabung berongga dengan panjang kira-kira 1,5 meter
terbentang dari caecum sampai canalis ani. Diameter usus besar lebih
besar daripada usus halus. Diameter rata-ratanya sekitar 2,5 inchi. Tetapi
makin mendekati ujungnya diameternya makin berkurang.
Usus besar dibagi menjadi caecum, appendiks vermivormis, colon
ascendens, colon transversal, colon descendens, colon sigmoideum (colon
pelvicum), rectum dan anus.
1. Caecum
Caecum merupakan kantong dengan ujung buntu yang menonjol ke
bawah pada regio iliaca kanan, di bawah junctura ileocaecalis. Appendiks
vermiformis berbentuk seperti cacing dan berasal dari sisi medial usus
besar. Panjang caecum sekitar 6 cm dan berjalan ke caudal.
2. Colon ascendens
Colon ascendens berjalan ke atas dari caecum ke permukaan inferior
lobus kanan hati, menduduki regio illiaca dan lumbalis kanan. Setelah
sampai ke hati, colon asenden membelok ke kiri, membentuk fleksura
coli dekstra (fleksura hepatika). Colon ascendens ini terletak pada regio
illiaca kanan dengan panjang sekitar 13 cm.
3. Colon transversum
Keterangan :
Appendiks
Caecum
Persambungan ileosekal
Apendiks epiploika
Colon ascendens
Fleksura hepatika
Colon transversal
Fleksura lienalis
Haustra
Colon descendens
Taenia koli
Colon sigmoid
Canalis Ani
Rectum
Anus
3. Menghasilkan bakteri
Bakteri usus besar melakukan banyak fungsi yaitu sintesis
vitamin K dan beberapa vitamin B. Penyiapan selulosa yang berupa
hidrat karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, sayuran
hijau dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan merupakan
kerja bakteri guna ekskresi.
Mikroorganisme yang terdapat di colon terdiri tidak saja dari
eschericia coli dan enterobacter aerogenes tetapi juga organismeorganisme pleomorfik seperti bacteriodes fragilis. Sejumlah besar
bakteri keluar melalui tinja. Pada saat lahir colon steril, tetapi flora
bakteri usus segera tumbuh pada awal masa kehidupan.
4. Defekasi (pembuangan air besar)
Defekasi terjadi karena kontraksi peristaltik rektum. Kontraksi
ini dihasilkan sebagai respon terhadap perangsangan otot polos
longitudinal
dan
sirkuler
oleh
pleksus
mienterikus.
Pleksus
sfingter
dan mengkontraksikan
otot-otot
abdomen.
C. DEFINISI
Pemeriksaan
radiografi
dari
usus
besar
(colon)
dengan
10
11
pemeriksaan
Colon
in
Loop
dengan
12
dilakukan
bila
seluruh
colon
telah
mengembang sempurna.
H.PROYEKSI RADIOGRAF
1. Proyeksi Antero posterior (AP)/postero inferior (PA)
13
14
15
18
1. Kolitis Ulseratif
Suatu penyakit inflamasi pada usus besar, ditandai oleh
kerusakan mukosa difus yang disertai ulserasi. Reaksi inflamasi
terbatas pada mukosa dan submukosa. Keadaan autoimun tampaknya
merupakan faktor penyebab, namun etiologi pasti dari penyakit ini
tetap belum diketahui.
Pemeriksaan Penunjang Radiologis
Suatu film polos abdomen kadang-kadang menunjukkan
segmen yang abnormal pada usus besar, terutama jika terdapat
komplikasi megakolon toksik. Kolonoskopi lebih akurat untuk
19
Kolon :
Megakolon
toksik
suatu
film
polos
abdomen
dapat
2.
Sakroilitis
Arteritis
Uveitis
Kolangitis sklerosa
Crohns Disease
Suatu penyakit inflamasi kronik di saluran cerna yang sering relaps
dan penyebabnya tidak jelas, dapat mengenai seluruh bagian saluran
pencernaan, namun yang paling sering adalah usus halus dan kolon.
Pemeriksaan Penunjang dan Gambaran Radiologis
Peranan x-foto polos dalam mengevaluasi Crohns disease adalah
terbatas. Dua keunggulan utama x-foto polos adalah memastikan adanya
obstruksi usus dan mengevaluasi adanya pneumoperitoneum sebelum
dilakukannya pemeriksaan radiologis lanjutan. Melalui x-foto polos
dapat pula diketahui adanya sacroiliitis atau batu ginjal oksalat yang
mungkin terjadi pada penderita Crohns disease.
Pemeriksaan barium enema kontras ganda bermanfaat dalam
mendiagnosis penyakit inflamasi usus dan untuk membedakan antara
Crohns disease dengan kolitis ulseratif, khususnya pada tahap dini
penyakit. Pada pemeriksaan kontras ganda, Crohns disease tahap dini
ditandai dengan adanya ulkus aptosa yang tersebar, yang terlihat sebagai
bintik-bintik barium yang dikelilingi oleh edema yang radiolusen. Ulkusulkus aptosa seringkali terpisah oleh jaringan usus yang normal dan
terlihat sebagai skip lesions.
Sejalan dengan makin parahnya penyakit, ulkus-ulkus yang kecil
akan membesar, lebih dalam, dan saling berhubungan menjadi ulkusulkus yang berbentuk seperti bintang, berpinggiran tajam, atau linear.
Ulkus-ulkus ini paling sering terlihat di daerah ileum terminal
disepanjang perbatasan mesenterium. Gambaran ini patognomonik dari
Crohns disease. Sebagaimana inflamasi menembus lapisan submukosa
dan muskularis, ulkus-ulkus tersebut terpisah satu sama lain oleh edema
pada dinding usus dan pada pemeriksaan dengan kontras terlihat
gambaran pola-pola cobblestone atau nodular, yaitu pengisian kontras
21
22
23
dengan
barium
enema
kontras
ganda
dapat
24
Lesi yang datar dengan dasar yang lebih luas dibandingkan tingginya
25
Gambaran Radiologis
Barium enema dapat memperlihatkan polip yang bersifat ganas.
Gambaran untuk tumor lanjut adalah :
5.
27
Barium enema
Ultrasonografi, CT, dan angiografi mesentrika untuk mengetahui
komplikasi
Gambaran Radiologis
Pemeriksaan barium enema akan memperlihatkan kantung
yang keluar seperti penonjolan bulat yang rata dari dinding usus.
Divertikular memiliki ukuran yang bervariasi, dari mulai hanya
terlihat hingga berupa kantung oval atau bulat berdiameter beberapa
sentimeter. Barium dapat menetap pada divertikular untuk beberapa
minggu karena tidak adanya mekanisme pengosongan. Kolon sigmoid
dapat sempit dan irregular, dan kadang-kadang penampakannya
sangat sulit dibedakan dari karsinoma.
28
29
30
reseksi
pembedahan
pada
lingkar
usus
yang
berlebihan.
31
Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ retroperitoneum yang terletak
sepanjang batas musculus psoas dibawah diafragma dan dekat dengan
columna vertebralis. Ren dextra letaknya lebih rendah daripada ren sinistra
karena besarnya lobus hepatis dextra. Masing masing ren mempunyai
facies anterior dan posterior, margo medialis dan lateralis, extremitas
superior dan posterior. Bentuknya seperti kacang dengan sisi cekung ke
arah medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat strukturstruktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf dan ureter.
Berat dan besar ginjal sangat bervariasi, hal ini tergantung dari
jenis kelamin, umur, dan ada tidaknya ginjal di sisi yang lain. Ginjal
dibungkus oleh jaringan fibrous tipis. Di sebelah kranial terdapat kelenjar
anak ginjal atau adrenal/suprarenal yang berwarna kuning.
Ginjal dibatasi oleh otot-otot punggung serta tulang rusuk ke
XI dan XII pada bagian posterior. Bagian anterior oleh organ-organ
intraperitoneal. Ginjal kanan dibatasi oleh hepar, kolon, dan duodenum.
Sedangkan yang kiri oleh lien, lambung, pankreas, jejunum dan kolon.
32
proksimal.
34
Ureter
Ureter merupakan saluran retroperitoneum yang menghubungkan ginjal
35
Vesika Urinaria
Vesika urinaria atau buli-buli merupakan organ otot yang berfungsi
sebagai resevoir utama traktus urinarius dan mempunyai kapasitas 350-450 ml.
Terdiri dari tiga lapis otot destrusor yang saling beranyaman. Di sebelah dalam
adalah otot longitudinal, di tengah adalah otot sirkuler dan di luar juga
merupakan otot longitudinal. Pada dasar bulu-buli kedua muara ureter dan
meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang trigonum buli-buli.
Secara anatomi bentuk buli-buli teridiri dari 3 permukaan, yaitu
permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, dua
permukaan inferolateral, dan permukaan posterior.
Pada saat kosong, buli-buli terletak dibelakang simfisis pubis dan pada
saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Bulibuli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan
menyebabkan aktivasi pusat miksi di medulla spinalis segmen sakral S2-4. Hal
ini menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli, dan
relaksasi sfingter uretra sehingga terjadi proses miksi.
36
Urethra
Urethra merupakan saluran urine dan produk sistem genitalia pria.
37
IDDM dengan insufisiensi renal (SK > 1,5 mg/ 100 mL).
E. PERSIAPAN PEMERIKSAAN
1. Persiapan Pasien:
Sehari sebelum pemeriksaan, pasien diminta untuk makan
makanan lunak tanpa serat (contoh : bubur), agar makanan tersebut
mudah dicerna oleh usus sehingga feses tidak keras
Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan) supaya
tidak ada lagi sisa makanan di usus, selanjutnya puasa sampai
pemeriksaan berakhir
Malam hari pukul 21.00 pasien diminta minum garam inggris
(Magnesium Sulfat) (1 bungkus + gelas air putih)
8 jam sebelum pemeriksaan, pasien disarankan tidak minum untuk
menjaga kadar cairan
Selama persiapan pasien diminta tidak banyak berbicara dan tidak
merokok supaya tidak ada gas intestinal
Tujuan dilakukan hal-hal tersebut untuk membersihkan usus dari
udara dan feses yang dapat mengganggu visualisasi dari foto IVP
atau menutupi gambaran ginjal dan saluran-salurannya.
Namun banyak pula variasi pendekatan yang berguna, terutama
pada pasien-pasien dengan kebutuhan hidrasi yang cukup. Contohnya
pada pasien gagal ginjal, diabetes mellitus, serta pada pasien dengan
keadaan
kritis
(termasuk
neonatus),
persiapan
dilakukan
39
Gambar 2.33 Foto IVP dengan persiapan pasien yang baik (tidak
tampak visualisasi udara dan sisa makanan/faeces)
Gambar 2.34 Foto IVP dengan persiapan pasien yang kurang baik
(tampak visualisasi udara dan sisa makanan/faeces)
2. Persiapan Alat:
Spuit 1 cc (untuk skin test)
Spuit 3 cc (untuk persiapan obat emergency)
Spuit 50 cc (untuk bahan kontras)
Wings needle
Kapas alkohol
Tourniquet
Plester
Marker R/L dan marker waktu
Media kontras
Obat-obatan emergency (antisipasi alergi media kontras)
Baju pasien
40
dirasa pasien
Lakukan foto 5 menit post injeksi (posisi supine)
Lakukan foto 15 menit post injeksi (posisi supine)
Lakukan foto 30 menit post injeksi (posisi supine)
Pasien diminta untuk turun dari meja pemeriksaan untuk buang air
kecil (mengosongkan vesika urinaria dari media kontras), kemudian
difoto lagi post miksi (posisi supine)
41
8. Foto kontras IVP bisa saja dibuat sampai interval waktu berjam-jam
jika kontras belum turun
G.TUJUAN PEMBUATAN FOTO PLAIN BNO
1. Untuk menilai persiapan yang dilakukan pasien
2. Untuk melihat keadaan rongga abdomen khususnya traktus urinarius
secara umum
3. Untuk menentukan faktor eksposisi yang tepat untuk pemotretan
berikutnya sehingga tidak terjadi pengulangan foto
H.ALUR PERJALANAN BAHAN KONTRAS
Bahan kontras yang disuntikkan melalui vena fossa cubiti akan
mengalir ke vena kapiler, vena subklavia, kemudian ke vena cava
superior. Selanjutnya, akan masuk ke atrium kanan jantung, kemudian ke
ventrikel kanan dan mengalir ke arteri pulmonalis. Kemudian mengalir ke
vena pulmonalis menuju atrium kiri kemudian ke ventrikel kiri dan
mengalir ke aorta, terus menuju aorta desendens kemudian kedalam aorta
abdominalis dan masuk ke arteri renalis dan mulai memasuki korteks
ginjal.
42
43
44
45
46
kemih
dan
menyumbat
aliran
keluar
urine
dapat
testosteron
dan
estrogen
oleh
karena
ketidakseimbangan endokrin.
Faktor umur / usia lanjut.
Unknown / tidak diketahui secara pasti.
Prostat terletak disebelah inferior buli-buli membungkus uretra
posterior. Bentuk seperti biji kenari dan berat normalnya sekitar 20
gram. McNeal (1978) membagi prostat dalam beberapa zona, antara
lain zona perifer, zona central, zona transisional, zona fibromusculer
anterior, dan zona periuretra. Bila mengalami pembesaran maka akan
membuat buntu uretra pars prostatika dan menghambat keluarnya
urine. Sebagian besar hyperplasia prostat terdapat pada zona
transisional, sedangkan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.
ureteropelvik.
Selain
itu,
hidronefrosis
juga
bisa
Penekanan pada ureter oleh tumor, jaringan fibrosa, arteri atau vena
yang letaknya abnormal.
Hidronefrosis
selama
kehamilan
terkadang
disebabkan
oleh
49
50
51
52
BAB 3
KESIMPULAN
Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan bahan kontras ada beberapa
macam, dua diantaranya yaitu pemeriksaan colon in loop dan intravena pyelografi
(IVP).
Syarat bahan kontras yang dapat digunakan yaitu tidak merupakan racun
dalam tubuh, dalam konsentrasi yang rendah telah dapat membuat perbedaan
densitas yang cukup, dan mudah dikeluarkan dari dalam tubuh/larut sehingga
tidak mengganggu organ tubuh yang lain.
Pemeriksaan colon in loop adalah pemeriksaan secara radiologi yang
menggunakan bahan kontras positif (Barium sulfat) dan negatif (udara) yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui anus untuk dapat mengvisualisasikan
keadaan colon atau usus besar. Adapun teknik-teknik yang rutin dilakukan yaitu
menggunakan proyeksi AP, PA, lateral, obliq kanan dan kiri.
Pemeriksaan colon in loop diperlukan pada kasus-kasus yang secara klinis
diduga terdapat kelainan pada kolon yang disebabkan kongenital, infeksi, trauma,
neoplasia, maupun metabolik, dengan gejala diare kronis, hematochezia, obstipasi
kronis, dan perubahan pola defekasi. Namun, tidak boleh dilakukan saat
didapatkan perforasi, kolitis berat dimana dinding kolon menjadi sangat tipis, dan
ileus paralitik.
Sedangkan,
pemeriksaan
intravena
pyelografi
(IVP)
merupakan
53
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Bagian ke-2,
Edisi ke-3. 1998. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
2. Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi. 2004. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran
3. Patel, PradipR. Lecture Notes Radiologi. 2005. Jakarta: Penerbit Erlangga
4. Malueka, Rusdy G. Radiologi Diagnostik. 2007. Yogyakarta: Pustaka
Cendekia Press Yogyakarta
5. Peter Corr. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik. 2004. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran
6. Sjahriar R, SukontoK, Iwan E. Radiologi Diagnostik. 1992. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI
7. Bontrager. Text Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy,
Edisi ke-5. 2001. Amerika: Mosby Inc, St. Louis
8. Lee Jr FT, Thornbury JR. The Urinary Tract. Dalam: Juhl JH, Crummy
AB, Kuhlman JE.Essentials of Radiologic imaging,7th Ed. LippincottRaven Publishers; 24
9. Mark HS. Buku Ajar Diagnostik Fisik. 1995. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran
54