Pengkajian Sop Muskuloskeletal Indikasi Kontraindikasi Red Teks
Pengkajian Sop Muskuloskeletal Indikasi Kontraindikasi Red Teks
Pengkajian Sop Muskuloskeletal Indikasi Kontraindikasi Red Teks
PENDAHULUAN
1.4 MANFAAT
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.
Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan pengetahuan mengenai
pengkajian system musculoskeletal. Secara praktis makalah ini berguna bagi:
BAB II
PEMBAHASAN
e. Riwayat diet (nutrisi). Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini
dapat mengakibatkan stres pada sendi penyangga tubuh dan prdisposisi terjadinya
instabilitas legamen khususnya pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan
kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu
makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin A, D, kalsium serta protein yang
merupakan zat untuk menjaga kondisi muskuloskeletal.
f. Aktivas kegiatan sehari-hari. Identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitas sehari-hari.
Kebiasaan membewa benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan otot
2. Data obyektif
a. Inspeksi dan palpasi ROM dan kekuatan otot
b. Bandingakan dengan sisi lainnya.
c. Pengukuran kekuatan otot (0-5)
d. Duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontra indikasi.
e. Kyposis, scoliosis, lordosis.
1. Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada gangguan muskoloskeletal
sehingga perlu diketahui secara lengkap tentang sifat-sifat dari nyeri. Kebanyakan
pasien dengan penyakit atau kondisi traumatic, baik yang terjadi pada otot, tulang, dan
sendi biasanya mengalami nyeri. Nyeri tulang dapat dijelaskan secara khas sebagai
nyeri dalam dan tumpul yang bersifat menusuk, sementara nyeri otot dijelaskan sebagai
adanya rasa pegal. Nyeri fraktur tajam dan menusuk dan dapat dihilangkan dengan
imobilisasi. Nyeri tajam juga bisa ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot
atau penekanan pada saraf sensoris.
Kebanyakan nyeri muskoloskeletal dapat dikurangi dengan istirahat. Nyeri yang
bertambah karena aktivitas menunjukan memar sendi atau otot. Sementara nyeri pada
satu titik yang terus bertambah merupakan proses infeksi (Osteomielitis), tumor ganas,
atau komplikasi vascular. Nyeri menyebar terdapat pada keadaan yang mengakibatkan
tekanan pada serabut saraf.
Rasa nyeri berbeda dari satu individu ke individu yang lain berdasarkan atas ambang
nyeri dan toleransi nyeri masing-masing pasien. Pada setiap orang pengajian Maupun
penanganannya harus dibedakan pula untuk masing-masing pasien. Agar lebih
Quality of pain Pengkajian sifat keluhan Dalam hal ini perlu ditanyakan
(karakter), seperti apa rasa kepada pasien apa maksud dari
nyeri yang dirasakan atau keluhan-keluhannya. Apakah
digambarkan pasien. keluhan nyeri bersifat menusuk,
tajam, atau tumpul menusuk.
Ingat :
Bahwa kebanyakan deskripsi
sifat dari nyeri sulit ditafsirkan
oleh karena itu pengkaji harus
bisa menerangkan dalam bahasa
yang lebih mudah dimengerti
oleh pasien sehingga pasien
akan lebih mudah
mendeskripsikan ras nyeri
tersebut.
2. Deformitas
Deformitas atau kelainan bentuk merupakan suatu keluhan yang menyebabkan pasien
meminta pertolongan layanan kesehatan. Pengkaji perlu menanyakan berapa lama
keluhan dirasakan, kemana pasien pernah meminta pertolongan sebelum ke rumah
sakit, apakah pernah ke dukun urut atau patah tulang karena ada beberapa kasus
deformitas setelah pasien meminta pertolongan pada dukun patah, atau apakah tanpa
ada tindakan apa-apa setelah mengalami suatu trauma. Perlu diarahkan pada pasien
apakah keadaan/masalah kelainan bentuk pada dirinya menyebabkan perubahan pada
citra diri pasien.
3. Kekakuan/instabilitas pada sendi.
Kekakuan atau ketidakstabilan pada sendi merupakan suatu keluhan yang dirasakan
pasien mengganggu aktivitas pasien sehari-hari dan menyebabkan pasien meminta
pertolongan layanan kesehatan. Pengkaji perlu menanyakan berapa lama keluhan
dirasakan serta sejauh mana keluhan menyebabkan gangguan pada aktivitas pasien.
Kelainan ini bisa bersifat umum misalnya pada atritis rematoid, ankilosing spondilitis,
atau bersifat local pada sendi-sendi tertentu. Locking merupakan suatu kekakuan sendi
PENGKAJIAN SISTEM MUSKOLOSKELETAL 8
oleh tulang rawan atau meniscus. Perlu diketahui apakah kelainan yang ada
menyebabkan ketidakstabilan sendi dan ditelusuri pula penyebabnya apakah karena
kelemahan otot atau kelemahan/robekan ada ligament dan selaput sendi.
4. Pembengkakan/benjolan.
Keluhan karena adanya pembengkakan pada ekstremitas merupakan suatu tanda adanya
bekas trauma yang terjadi pada pasien. Pembengkakan dapat terjadi pada jaringan
lunak, sendi atau tulang. Hal yang perlu ditanyakan adalah lokasi spesifik
pembengkakan, sudah berapa lama proses terjadinya trauma, apakah sudah meminta
tolong untuk mengatasi keluhan, dan apakah yang terjadi secara perlahan-lahan,
misalnya pada hematoma progresif dalam beberapa waktu. Pembengkakan juga bisa
disebabkan oleh infeksi, tumor jinak atau ganas.
5. Kelemahan otot.
Keluhan adanya kelemahan otot biasanya dapat bersifat umum misalnya pada penyakit
distrofi muscular atau bersifat local karena gangguan neurologis pada otot, misalnya
pada lobus Hansen, adanya perineal paralisis, atau pada penyakit poliomyelitis.
6. Gangguan atau hilangnya fungsi.
Keluhan gangguan dan hilangnya fungsi dari organ muskoloskeletal ini merupakan
gejala yang sering menjadi keluhan utama pada masalah gangguan system
muskoloskeletal. Gangguan atau hilangnya fungsi pada sendi dan anggota gerak dapat
disebabkan oleh berbagai hal, seperti gangguan fungsi karena nyeri yang terjadi setelah
trauma, adanya kekakuan sendi, atau kelemahan otot. Anamnesis yang dilakukan
pengkaji untuk menggali keluhan utama dari pasien adalah berapa lama keluhan
muncul, lokasi, atau organ yang mengalami gangguan atau hilangnya fungsi dan apakah
ada keluhan lain yang menyertai.
7. Gangguan sensibilitas.
Keluhan adanya gangguan sensibilitas terjadi apabila melibatkan kerusakan saraf pada
upper/lower motor neuron, baik bersifat local maupun menyeluruh. Gangguan
sensibilitas dapat pula terjadi apabila terdapat trauma atau penekanan pada saraf.
Gangguan sensoris sering berhubungan dengan masalah muskoloskeletal. Pasien
mungkin menyatakan mengalami parestesia (perasaan terbakar atau kesemutan) dan
kebas. Perasaan tersebut mungkin akibat penekanan pada serabut saraf ataupun
gangguan peredaran darah.
Pembengkakan jaringan lunak atau trauma langsung terhadap struktur tersebut dapat
mengganggu fungsinya. Kehilangan fungsi dapat terjadi akibat gangguan struktur saraf
b. Palpasi
1) Palpasi tulang, sendi, dan otot mengenai pembengkaan, nyeri tekan, perubahan
suhu lokal dan krepitasi.
2) Normal : tidak ada pembengkaan dan nyeri tekan tergantung riwayat. Suhu
secara umum sama keseluruhan tidak ada krepitasi.
3) Penyimpangan : sangat menonjol, bengkak, atau nyeri takan.
4) Catatan : Bila bengkak fluktuan, ini karena cairan, bila padat ini karena
penebalan atau pembesaran.
3.1 KESIMPULAN
Pengkajian muskuloskeletal meliputi pemeriksaan pada tulang, persendian, dan
otot-otot.Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang
dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan.
Pengkajian keperawatan merupakan evaluasi fungsional. Teknik inspeksi dan palpasi
dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh, fungsi sendi, kekuatan otot,
cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
3.2 SARAN
1. Saat melakukan pengkajian musculoskeletal harus secara sistematis teliti dan terarah
2. Saat akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu harus mengetahui tentang
anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal dan integrasinya dengan sistem neurologi
dan intergumen
PENGKAJIAN SISTEM MUSKOLOSKELETAL 17
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unand.ac.id/14267/2/MANUAL_SKILLS_LAB_ORTHO.pdf
Zairin Noor Helmi. (2013). Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal. PT Salemba Medika.
Jakarta.