Referat Hipertensi
Referat Hipertensi
Referat Hipertensi
HIPERTENSI
Disusun Oleh :
Muhammad Alfa Septiano Yunus
M. Ilyas Saputra
Lulu Zakiah
Pembimbing :
dr. Elizabeth Yasmin, SpPD
Penyusun
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
Bab II Tinjauan Pustaka
A Definisi Hepatitis B. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
B Epidemiologi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
C Faktor Predisposisi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
D Etiologi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
E Sumber dan Cara Penularan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
F Patogenesis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..9
G Manifestasi Klinis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
H Pemeriksaan Penunjang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .12
I Diagnosis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
J Pentalakasanaan Hepatitis B
a Evaluasi praterapi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .14
b Indikasi & algoritma. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
c Jenis terapi & pemilihan regimen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16
d Hasil terapi terkini. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
e Prediktor respon. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .22
f Kriteria kesembuhan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
g Terapi pada poupulasi khusus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..23
K Pencegahan
a Imunisasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .24
b Pencegahan umum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
c Pencegahan khusus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .26
d Konseling . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 26
Bab III Kesimpulan ..27
Daftar Pustaka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .28
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dewasa muda dan usia pertengahan, hipertensi lebih banyak terdapat
pada pria jika dibandingkan dengan wanita. Tetapi pada usia di atas 60 tahun lebih
banyak wanita dibandingkan denan pria.3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tekanan darah dalam suatu populasi memiliki distribusi nilai normal yang
berbeda. Maka dari itu, hampir tidak mungkin untuk mendefinisikan hipertensi.
Oleh Karena itu, dipilih nilai batasan yang jika melewati nilai tersebut akan terjadi
peningkatan risiko yang signifikan dan dapat diberikan tatalaksana yang tepat.4
Berdasarkan JNC VII, seseorang dikatakan hipertensi ketika tekanan sistolik
melebihi 140 mmHg atau tekanan diastolic melebihi 90 mmHg. Sedangkan
Prehipertensi ketika tekanan sistolik diantara 120 dan 139 mmHg atau diastolic
diantara 80 dan 89 mmHg.5
Hipertensi juga merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah yang dapat memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh
sehingga bisa menyebabkan kerusakan lebih berat pada organ target. Hal tersebut
antara lain, stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi),
penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta
penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit
tersebut dapat pula menyebabkan gagal ginjal, diabetes mellitus dan lain-lain. 6
2.2Etiologi
Penyebab hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu esensial dan sekunder.
Sebanyak 95 % hipertensi esensial dan 5% pada hipertensi sekunder. Hipertensi
sekunder adalah hipertensi yang diakibatkan oleh adanya penyakit lain yang
mendasari seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal, dan kelainan lainnya. 4,7
Hipertensi primer didefinisikan jika penyebab hipertensi tidak diketahui.
Mekanisme terjadinya hipertensi essensial masih belum jelas diketahui namun
dikatakan bahwa adanya hubungan dengan peningkatanan kerusakan
microvascular pada renal seiring berjalannya waktu disertai pengaruh hiperaktif
simpatetik. Disamping itu bertambahnya usia seseorang akan menurunkan
komplians dari arteri sehingga dapat juga menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan darah seseorang. Biasanya hipertensi esensial terjadi pada usia antara 25-
55 tahun.7
2
1.
Hipertensi primer (essensial)
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi
essensial (hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi
essensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa
mekanisme yang mungkin berperan untuk terjadinya hipertensi ini telah
diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan
patogenesis hipertensi esensial tersebut. Hipertensi sering turun temurun
dalam suatu keluarga, hal ini diduga bahwa faktor genetik memegang
peranan penting pada patogenesis hipertensi primer. Hipertensi primer ini
tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol.8
2. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari
penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Disfungsi renal yang diakibatkan penyakit ginjal kronis
atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.7
Obat-obat tertentu juga dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat
hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Apabila penyebab sekunder
dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang bersangkutan
atau mengobati / mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya sudah
merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder.9
3
2.3 Klasifikasi
Beberapa klasifikasi hipertensi:
a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Menurut The Seventh report of the joint national committee on
Tabel 2
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,
Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)5
hipertensi berat.10
Tabel 3
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO10
4
Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang
reversible dan irreversibel. Faktor risiko yang irreversibel adalah usia, ras Afrika-
Amerika, dan riwayat keluarga yang memiliki hipertensi. Sedangkan faktor risiko
yang bersifat reversible adalah prehipertensi, berat badan berlebih, kurang
aktivitas, konsumsi makanan yang mengandung natrium tinggi, merokok, dan
sindroma metabolik.3
2.4.1 Usia
Tekanan darah meningkat seiring dengan berjalanya usia. Tekanan sistolik
meningkat sesuai dengan usia, sedangkan tekanan diastolik tidak berubah mulai
dekade ke-5. Hipertensi sistolik isolasi merpakan jenis hipertensi yang paling
ditemukan pada orang tua.3
5
Konsumsi makanan yang mengandung banyak natrium dapat
menyebabkan tertahannya air di dalam pembuluh darah, sehingga meningkatkan
tekanan darah. Kalium membantu menyeimbangkan banyaknya natrium di dalam
sel. Jika kurang mengkonsumsi natrium, maka akan banyak terakumulasi natrium
di dalam darah.3
2.4.6 Merokok
Zat-zat kimia pada rokok dapat menyebaban kerusakan pada dinding arteri
yang menyebabkan penyempitan arteri sehingga dapat meningkatkan tekanan
darah.3
2.5 Patofisiologi
Sebuah tekanan dibutuhkan untuk mengalirkan darah seseorang dalam
pembuluh darah. Tekanan tersebut dinamakan sebagai tekanan darah yang
dipengaruhi oleh curah jantung (Cardiac output) dan tahanan perifer (peripheral
resistance). Hal tersebut sesuai dengan rumus dasar tekanan darah = curah jantung
x tahanan perifer. Selain itu, curah jantung dan tahanan perifer juga dipengaruhi
oleh banyak hal sehingga adanya perubahan dalam salah satu dari faktor tersebut
dapat mempengaruhi tekanan darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan
darah dapat dijelaskan melalui gambar berikut.11
6
Gambar 1 Patofisiologi Hipertensi12
2.5.1 Peran Garam
Konsumsi garam merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
terhadap pasien dengan hipertensi esensial. Dari semua orang yang menderita
hipertensi, hanya 60% yang berespon dan sensitive terhadap asupan garam.
Konsumsi natrium yang berlebih dapat menyebabkan hipertensi dengan cara
meningkatankan volume cairan dalam pembuluh darah dan preload, sehingga
meningkatkan cardiac output. Penyebab sensitif garam pada seseorang beragam,
antara lain: aldosteronisme primer, stenosis arteri renal bilateral, penyakit
parenkim ginjal, dan hipertensi essensial rendah renin.12
7
Gambar 2 Patofisiologi Natrium dan Kalium pada Hipertensi13
2.5.2 Peran Renin
Renin merupakan enzim yang disekresikan oleh sel juxtaglomerular pada
ginjal. Enzim ini akan memiliki produk akhir berupa angiotensin II. Disamping
itu, angiotensin II tersebut akan merangsang korteks adrenal untuk menghasilkan
aldosterone. Aldosteron merupakan hormon yang memiliki peranan penting
pada ginjal yaitu ntuk mengatur volume cairan ekstraseluler. Aldosterone dapat
mengatur volume cairan ekstraseluler dengan cara mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
8
Disamping itu, angiotensin II juga memiliki efek kontraksi pada otot polos
dinding pembuluh darah sehingga akan meningkatan tahanan perifer yang
kemudian meningkatkan tekanan darah.14
Renin
Angiotensin I
Angiotensin II
Konsentrasi NaCl
di pembuluh darah
Menarik cairan intraseluler ekstraseluler
Tekanan darah
Volume darah
Tekanan darah
9
pasien dengan keadaan ini juga terjadi retensi natrium. Hal tersebutlah yang
dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi essensial pada orang dengan kadar
renin plasma yang rendah. Keadaan ini umumnya ditemukan pada keturunan
Afrika, penderita diabetes, dan pada orang tua. Pasien yang memiliki kondisi
ini memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang lebih rendah dibandingkan
pasien hipertensi dengan kadar renin yang normal ataupun yang tinggi.12
2.5.2.2 Nonmodulating Essential Hypertension
Terdapat 60% orang dengan hipertensi esensial yang memiliki aktivitas
renin plasma yang normal. Pada pasien dengan kondisi ini, asupan natrium
tidak mempengaruhi baik pada adrenal atau pembuluh renal untuk berespon
terhadap angiotensin II. Maka dari itu, pasien dengan kondisi ini dapat
terkena hipertensi esensial akibat kelainan pada kemampuan ginjal dalam
mengekskresikan natrium dengan baik.12
2.5.2.3 High-Renin Essential Hypertension
Terdapat 15% pasien dengan hipertensi esensial yang memiliki aktivitas
renin plasma diatas rentang normal. Seperti yang kita ketahui, renin memiliki
peran penting dalam pathogenesis peningkatan tekanan darah pada pasien
hipertensi. Maka dari itu, pasien dengan aktivitas renin plasma yang tinggi
cenderung akan memiliki hipertensi esensial.12
2.5.3 Kalsium
Disamping natrium, kalsium juga dikatakan memiliki peran dalam
pathogenesis pada beberapa pasien dengan hipertensi esensial. Asupan kalsium
yang rendah memiliki hubungan dengan meningkatnya tekanan darah berdasarkan
penelitian epidemiologis. Terdapat peningkatan pada leukocyte cytosolic calcium
yang dilaporkan pada beberapa orang dengan hipertensi. Maka dari itu,
penggunaan Calcium Channel Blocker merupakan obat antihipertensi yang efektif
pada pasien ini. 12
2.5.4 Defek Membran Sel
Hipotesis ini berasal dari data penelitian bahwa pada pasien dengan
hipertensi ditemukan kelainan pada transport natrium terutama pada sel darah
merah. Diperkirakan, kelainan dalam transport natrium menggambarkan adanya
perubahan membran sel yang terjadi pada hamper seluruh sel di tubuh seseorang
10
terutama pada sel otot polos pembuluh darah. Kelainan ini mengakibatkan
penumpukan abnormal dari kalsium pada otot polos pembuluh darah. Hal tersebut
mengakibatkan peningkatan respon pembuluh darah terhadap agen
vasokonstriktor.12
2.5.5 Resistensi Insulin
Resistensi insulin dan/atau hyperinsulinemia diduga memiliki peranan
dalam peningkatan tekanan darah pada beberapa orang dengan hipertensi. Secara
umum dapat dikenal sebagai sindrom metabolik, yaitu sebuah sindrom yang
ditandai dengan obesitas sentral, dyslipidemia, dan tekanan darah tinggi. Peran
hyperinsulinemia dalam meningkatkan tekanan darah yaitu melalui satu atau lebih
dari 4 mekanisme. Mekanisme yang pertama, hyperinsulinemia menghasilkan
terjadinya retensi natrium di ginjal dan meningkatkan aktivitas simpatis.
Mekansime kedua, terjadi hipertroi otot polos pembuluh darah akibat dari kerja
mitogenic insulin. Ketiga, insulin juga mengubah transport ion pada membrane sel
sehingga meningkatkan cytosolic calcium pada pembuluh darah yang sensitive
insulin atau jaringan renal. Mekanisme terakhir, resistensi insulin dapat menjadi
sebuah marker untuk proses patologis lainnya seperti nonmodulation, yang dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Perlu ditekankan bahwa peran insulin
dalam mempengaruhi tekanan darah masih belum dimengerti sepenuhnya, maka
dari itu, potensi resistensi insulin sebagai faktor patogenik masih belum jelas. 12
11
lengan, dan lebih baik dikukur pada posisi terlentang, duduk, dan berdiri untuk
mengevaluasi hipotensi postural. Dilakukan palpasi leher untuk mempalpasi dari
pembesaran tiroid dan penilaian terhadap tanda hipotiroid atau hipertiroid.
Pemeriksaan pada pembuluh darah dapat dilakukan dengan funduskopi, auskultasi
untuk mencari bruit pada arteri karotis. Retina merupakan jaringan yang arteri dan
arteriolnya dapat diperiksa dengan seksama. Seiring dengan peningkatan derajat
beratnya hipertensi dan penyakit aterosklerosis, pada pemeriksaan funduskopi
dapat ditemukan peningkatan reflex cahaya arteriol, hemoragik, eksudat, dan
papiledema. Pemeriksaan pada jantung dapat ditemukan pengerasan dari bunyi
jantung ke-2 karena penutuan dari katup aorta dan S4 gallop. Pembesaran jantung
kiri dapat dideteksi dengan iktus kordis yang bergeser ke arah lateral. 15
12
Tabel 4 Pemeriksaan penunjang untuk skrening etiologi hipertensi7
2.8 Diagnosis
13
Gambar 4 Algoritma Diagnosis Hipertensi16
2.9 Komplikasi
2.9.1 Jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering menyebabkan
kematian pada pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan hasil dari
perubahan struktur dan fungsi yang menyebabkan pembesaran jantung kiri
disfungsi diastolik, dan gagal jantung. 15
2.9.2 Otak
Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan
hemoragik otak. Sekitar 85% dari stroke karena infark dan sisanya karena
hemoragik. Insiden dari stroke meningkat secara progresif seiring dengan
peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia > 65 tahun. Pengobatan pada
hipertensi menurunkan insiden baik pada stroke iskemik ataupun stroke
hemoragik.15
2.9.3 Ginjal
2.10 Prognosis
WHO membuat tabel stratifikasi dan membuat tiga kategori risiko yang
berhubungan dengan timbulnya kejadian penyakit kardiovaskular selama 10 tahun
ke depan: (1) risiko rendah, kurang dari 15 %. (2) risiko menengah , sekitar 15-20
%. (3) risiko tinggi, lebih dari 20 %.10
14
Tabel 5 Faktor yang Mempengaruhi Prognosis10
Tabel 6 Prognosis10
15
Daftar Pustaka
11. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV, Jilid 2. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam. FKUI: Jakarta. 2006
12. Norman M. Kaplan. Kaplan's Clinical Hypertension 9th edition.
Philadelphia, USA: Lippincott Williams & Wilkins:2006
13. Horacio J, Nicolaos E. Sodium and Potassium in the Pathogenesis of
Hypertension.N Engl J Med 2007;356:1966-78
14. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology, Twelfth
Edition. Danvers: John Wiley & Sons, Inc. 2009
15. Kasper, Braunwald, Fauci, et al. Harrisons principles of internal medicine
17th edition. New York: McGrawHill:2008
16
16. Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). Hypertension
Diagnosis and Treatment. Bloomington (MN): Institue for Clinical
Systems Improvement (ICSI); 2008 October
17