Inisiasi - 1 Teori Kriminologi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Inisiasi 1

Inisiasi I ini disadur dari Modul 1 SOSI4302 Teori Krimonogi

Pengertian Kriminologi dan Objek Studi Kriminologi

Permasalahan kejahatan memang telah banyak menarik perhatian para


ilmuwan. Mereka tergerak untuk ikut serta mengamati dan menganalisis
masalah kejahatan melalui metode ilmiah. Kondisi kemajuan dalam bidang
ilmu pengetahuan lain seperti ilmu alam, kedokteran, dan biologi menambah
peluang bagi pelacakan dan pembahasan perilaku manusia yang menyimpang
dari norma-norma hukum (pidana).
Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang masih relatif muda
usianya, karena baru muncul pada permulaan abad ke-19. Hingga saat ini
batasan tentang arti dan ruang lingkupnya masih tetap diperdebatkan karena
masih adanya perbedaan atau silang pendapat yang menyangkut pengertian
dan lingkup Kriminologi. Namun demikian, merujuk kepada pengertian
bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan dan penjahat
maka tentunya tugas dari kriminologi tidaklah sederhana. Kriminologi, oleh
karenanya, harus dapat menjelaskan faktor-faktor atau aspek-aspek yang
terkait dengan kehadiran kejahatan dan menjawab sebab-sebab seseorang
melakukan perbuatan jahat.
Dalam upaya mempelajari kejahatan maka kita perlu mengetahui faktor-
faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perbuatan yang telah
didefinisikan sebagai jahat itu. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang
menyebabkan munculnya perbuatan jahat maka kita juga harus menggali
pengetahuan tentang sebab-sebab mengapa seorang pelaku kejahatan
(penjahat) melakukan perbuatan jahatnya. Dengan kata lain, dengan
mempelajari kriminologi seseorang tidak hanya dapat menjelaskan masalah-
masalah kejahatan tetapi juga diharapkan akan dapat mengetahui dan
menjelaskan sebab-sebab mengapa kejahatan itu timbul dan bagaimana
pemecahan masalahnya.
Menurut Sutherland (1960) yang termasuk dalam bidang kriminologi
adalah proses-proses dari pembuatan Undang-undang, pelanggaran
terhadap Undang-undang tersebut, dan reaksi-reaksi terhadap pelanggaran
Undang-undang tersebut.
Proses-proses tersebut sebenarnya meliputi tiga buah aspek yang terjalin
satu sama lain, yakni pembuatan undang-undang, pelanggaran terhadap
Merujuk pada tiga aspek tersebut maka Sutherland (1960) menganggap
bahwa apa yang dipelajari oleh kriminologi dapat dibagi dalam 3 (tiga)
bagian yang terkonsentrasi dalam 3 (tiga) bidang ilmu, yakni:
1. Sosiologi Hukum yang bertugas mencari penjelasan tentang kondisi-
kondisi terjadinya/terbentuknya hukum pidana melalui analisis ilmiah.
Bidang ilmu ini juga merupakan analisis sosiologis terhadap hukum.
2. Etiologi kriminal yaitu bertugas mencari penjelasan tentang sebab-
sebab terjadi kejahatan secara analisis ilmiah. Bidang ilmu ini,
sebenarnya, muncul karena berbagai dorongan ketidakpuasan para ahli
hukum pidana atas kenyataan bahwa pelanggaran hukum (pidana) masih
tetap saja terjadi walaupun hukum (pidana) tersebut telah sedemikian
rupa dikembangkan untuk menangkal kejahatan.
Dengan Etiologi Kriminal ini kemudian kita sadari bahwa dalam
mempelajari alasan mengapa seseorang melanggar hukum (pidana) atau
kejahatan kita harus mempertimbangkannya dari berbagai faktor
(multiple factors) tidak lagi hanya melihat faktor hukum atau legalnya
saja (single factor).
3. Penologi artinya berarti ilmu pengetahuan tentang terjadinya atau
berkembangnya hukuman, artinya dan manfaatnya berhubungan dengan
upaya control of crime (pengendalian kejahatan) yang meliputi upaya
preventif maupun represif. Penologi bertujuan untuk menjelaskan sejarah
perkembangan penghukuman, teori-teori dan masalah korelatif
penghukuman, konteks perkembangan penghukuman dan pelaksanaan
penghukuman.

sumber: http://www.sdsmt.edu/.../ is/soc100/criminal.gif.


objek studi kriminologi, menurut Mannheim, tidak saja perbuatan-
perbuatan yang oleh penguasa dinyatakan dilarang, tetapi juga tingkah laku
yang oleh masyarakat (kelompok-kelompok masyarakat) dianggap tidak
disukai, meskipun tingkah laku ini tidak dilarang atau belum dilarang oleh
hukum pidana. Perubahan ini, di satu sisi, menimbulkan suatu kekaburan
mengenai objek kriminologi, tetapi sekurang-kurangnya perubahan ini juga
memberikan kepastian bahwa bentuk-bentuk penting dari tingkah laku yang
bersifat anti sosial dapat memperoleh perhatian yang cukup seksama dalam
kriminologi. Secara visual ruang lingkup/objek studi kriminologi dapat kita
lihat pada gambar dibawah ini.

Keterangan Gambar: Lingkaran dengan angka 1 menunjukkan perbuatan-perbuatan


yang melanggar norma-norma perilaku masyarakat, termasuk pelanggaran norma-
norma perilaku yang telah diundangkan dalam hukum pidana, yakni perbuatan pada
lingkaran dengan angka 2. Dengan demikian, lingkaran dengan angka 2 dapat disebut
sebagai Kejahatan karena jelas melanggar hukum pidana. Lingkaran dengan angka 1 di
luar angka 2 adalah perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma perilaku
masyarakat dan dirasakan merugikan masyarakat namun tidak atau belum diatur
dalam hukum pidana. Perbuatan-perbuatan ini, secara kriminologis disebut juga
sebagai kejahatan. Sedangkan gambar kotak adalah norma-norma perilaku yang
disepakati masyarakat. Dengan demikian, gambar kotak di luar lingkaran dengan
angka 1 adalah perbuatan-perbuatan yang konformis. Artinya, perbuatan-perbuatan
tersebut sesuai dengan norma-norma yang disepakati oleh masyarakat.

Sekarang, dengan mencermati ilustrasi di atas, dapatkah Anda secara


detail memberikan contoh-contoh kasus yang termasuk pada bulatan-bulatan
dan kotak di atas, sebagai perbuatan-perbuatan yang konformis, perbuatan-
perbuatan yang melanggar norma-norma perilaku masyarakat, termasuk
pelanggaran norma-norma perilaku yang telah diundangkan dalam hukum
pidana, serta kejahatan, karena jelas melanggar hukum pidana?

Kejahatan diartikan oleh Bemmelen sebagai setiap kelakuan yang


menimbulkan kegoncangan sedemikian besar dalam suatu masyarakat
tertentu, sehingga masyarakat itu berhak mencela dan mengadakan
perlawanan terhadap kelakuan tersebut dengan jalan menjatuhkan dengan
sengaja suatu nestapa (penderitaan) terhadap pelaku perbuatan itu
(pembalasan).
Dalam pengertian yang diberikannya tentang kejahatan tersebut,
Bemmelen juga membahas tentang pemberian hukuman bagi pelaku
kejahatan, di mana pada gilirannya masalah penjatuhan hukuman ini juga
dicermati melalui bidang ilmu yang kemudian berkembang menjadi
Penologi. Pada inisiasi ini kita akan fokus pada pembahasan penologi
Kembali pada pentingnya mempelajari penologi dalam menjelaskan
kriminologi, berikut ini akan diberikan contoh uraian dari salah satu aspek
yang dipelajari dalam penologi, yakni alasan pembenaran pemberian
penghukuman. Penjelasan tentang alasan pembenaran pemberian hukuman
didasarkan pada teori tentang penghukuman yang terdiri dari 5 (lima) teori
besar yakni:
1. Retribution
2. Utilitarian prevention: deterrence.
3. Special deterrence: intimidation.
4. Behavioral prevention: incapacitation.
5. Behavioral prevention: rehabilitation (uraian lengkap
dapat dibaca dalam modul Teori Kriminologi)

Penjelasan yang menyangkut peran dari salah satu bidang ilmu yang
dipelajari dalam kriminologi, yakni Penologi yang menjelaskan alasan
pembenaran pemberian hukuman sebagai salah satu aspek yang dikaji
olehnya, maka kita kembali pada peran kriminologi itu sendiri.
Merujuk pada ruang lingkup kriminologi maka jelaslah bahwa selain
luasnya ruang lingkup perhatian para kriminolog, kita juga harus menyadari
begitu penting dan mulianya tugas para kriminolog yang antara lain ikut
berperan serta secara aktif dalam penyusunan rencana-rencana pembangunan
nasional. Dibandingkan dengan para dokter, ekonom ataupun para teknokrat,
maka peranan kriminolog tidaklah kalah pentingnya dalam rangka
pelaksanaan dan keberhasilan pembangunan. Peran kriminolog tentunya
memberikan suatu analisis, penjelasan dan prediksi tentang kehadiran sosok
kejahatan yang apabila dibiarkan dan terjadi berlarut-larut dan dapat
menggerogoti hasil pembangunan yang telah dicapai.
Sebagai contoh, salah satu indikasi keberhasilan pembangunan adalah
banyaknya sarana kepentingan umum/fasilitas umum (fasos) yang berhasil
dibangun, seperti jaringan komunikasi (misalnya telepon umum), sarana
transportasi umum, penerangan (listrik masuk desa) dan sebagainya. Sarana
kepentingan umum atau fasos itu tentunya difungsikan guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Namun apa yang dapat kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari? Begitu banyak sarana umum umum yang dirusak oleh warga
masyarakat yang tidak bertanggung jawab, bahkan baru-baru ini sudah ada
yang berani merusak pos polisi. Perusakan itu pun didasari oleh motivasi
yang bervariasi. Ada yang berusaha mengambil keuntungan dari
perbuatannya tersebut, ada yang bermotifkan dendam kepada sesuatu hingga
pada motif yang tidak jelas, hanya iseng belaka. Apa yang dapat kita kaji dari
kejadian tersebut? Tentunya adalah pengrusakan dan penggerogotan hasil
pembangunan yang telah dicapai dengan susah payah oleh perbuatan-
perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Bagaimana mungkin kita dapat
menyelesaikan persoalan ini jika tidak terlebih dahulu mengerti dan
mempelajari perbuatan destruktif tersebut dengan segala aspek yang terkait
padanya. Disinilah peran kriminolog, yang setelah mempelajari sebab-sebab
dilakukannya perbuatan jahat (kejahatan). Kriminolog dapat memberi
sumbangan pemikiran, alternatif, dan solusi sehingga perbuatan tersebut
dapat dicegah. Kontribusi itu bukan saja mencegah agar sarana umum yang
telah ada tidak dirusak kembali, tetapi secara lebih luas dapat memberikan
sumbangan pemikiran tentang aspek-aspek apa saja yang harus
dipertimbangkan apabila pemerintah akan membangun sarana umum yang
baru agar terhindar dari kemungkinan perusakan.
Setelah kita membahas tentang ruang lingkup dari kriminologi maka
perlu kiranya kita secara lebih rinci membahas pula apa yang menjadi objek
studi dari kriminologi itu sendiri. Kriminologi, sebenarnya, mengacu pada
penggunaan metode ilmiah di dalam studi dan analisa tentang keteraturan,
keseragaman, pola teladan, dan faktor penyebab yang berhubungan dengan
kejahatan dan penjahat dan reaksi sosial terhadap kejahatan maupun penjahat
(Sellin, 1998). Dalam pengertian ini, kriminologi tidak lagi dipahami sebagai
ilmu pengetahuan tentang kejahatan atau penjahat saja tetapi sudah
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari the world of crime (dunia
kejahatan), atau the whole aspects of crime (keseluruhan aspek yang terkait
dengan kejahatan). Dalam mempelajari dunia kejahatan maka kriminologi
memiliki asumsi dasar yang nmenyatakan: tidak mungkin kejahatan dapat
dipelajari tanpa mempelajari aspek-aspek yang terkait dengannya, yakni
penjahat dan reaksi sosial terhadap keduanya, baik terhadap kejahatan
maupun terhadap penjahat.
Kriminologi tidak lagi dipahami sebagai ilmu pengetahuan tentang
kejahatan atau penjahat saja tetapi sudah merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari the world of crime (dunia kejahatan), atau the whole aspects of
crime (keseluruhan aspek yang terkait dengan kejahatan). Secara definitif,
Kriminologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
kejatan, penjahat, reaksi sosial terhadap kejahatan dan penjahat, serta
kedudukan korban kejahatan.
Mempelajari kejahatan berarti mempelajari hal-hal yang terkait dengan
perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang tertentu di mana perbuatan
tersebut adalah perbuatan yang melanggar hukum (atau melanggar norma-
norma tingkah laku sosial lainnya). Mengapa orang-orang tertentu melakukan
perbuatan yang dikategorikan sebagai kejahatan sementara orang-orang
lainnya tidak melakukan perbuatan tersebut, adalah suatu hal yang juga harus
dijelaskan oleh kriminologi yang tidak terlepas dari penjelasan tentang
kejahatan itu sendiri. Reaksi sosial terhadap kejahatan dan penjahat juga
merupakan faktor penting dalam penjelasan mengapa kejahatan dapat terjadi
di masyarakat dan dilakukan oleh orang-orang tertentu.
Kita ambil contoh, pencurian misalnya. Secara sederhana kita tahu
bahwa pencurian adalah suatu perbuatan melanggar hukum (pidana dan
norma-norma tingkah laku sosial) yakni mengambil barang milik orang lain
tanpa seijin atau sepengetahuan pemiliknya. Terhadap perbuatan tersebut
masyarakat akan memberikan sanksi negatif. Lalu bagaimana dengan
pencurian oleh seorang anak terhadap uang milik ibunya? Anak yang
bersangkutan bisa saja merasa bahwa dia tidak bersalah pada waktu
mengambil uang milik ibunya yang tergeletak di atas meja di mana uang itu
digunakan untuk membayar taksi ataupun untuk bekal dia pergi dengan
pacarnya. Ia mungkin menganggap bahwa perbuatannya adalah sesuatu hal
yang wajar dan akan dia ceritakan kepada ibunya esok harinya.
Namun apapun alasannya, anak tadi telah melakukan suatu perbuatan
yang dilarang oleh undang-undang (hukum pidana). Lalu bagaimana reaksi
ibunya pada waktu dia mengetahui bahwa uangnya telah diambil oleh
anaknya tanpa meminta ijin terlebih dahulu? Apakah ibu tersebut tahu bahwa
perbuatan anaknya adalah mencuri? Bagaimanakah reaksi ibu tersebut
terhadap pencurian? Katakanlah ibu tersebut sangat membenci perbuatan
mencuri, tetapi bagaimana reaksi ibu tersebut pada waktu mengetahui bahwa
yang mencuri uangnya adalah anaknya sendiri? Ibu tersebut memang benci
dengan pencurian tetapi dia tidak melakukan reaksi apa-apa terhadap
pencurinya yang dalam hal ini adalah anak kandungnya sendiri.
Apa yang bisa anda simpulkan dari contoh kasus atau ilustrasi tersebut?
Reaksi sosial terhadap kejahatan dan penjahat ternyata seringkali tidak
konsisten. Sebenarnya, reaksi terhadap kejahatan akan senada dengan reaksi
terhadap penjahat. Kondisi reaksi sosial terhadap kejahatan dan penjahat juga
dapat mempengaruhi kejahatan dan penjahat itu sendiri. Karena tidak
diberikan reaksi yang negatif, besar kemungkinan si anak akan mengulang
kembali perbuatannya dan kejahatan akan dengan mudah terjadi.

Sumber: http://www.villasemana.com/ events/biking/cockfight2.jpg

Sabung Ayam di Bali. Bagian dari budaya masyarakat Bali. Inti dari budaya sabung
ayam di Bali. adalah pengorbanan pada kekuatan jahat Bhuta dan Kala untuk
menghindari kemarahannya. Jika dihadapkan dengan Hukum Nasional maka perilaku
budaya ini menjadi suatu pelanggaran hukum.

Kini kita ambil contoh yang lain. Di suatu desa di salah satu pulau di
Indonesia, sebut saja desa Murbai, marak terjadi judi sabung ayam. Orang
tidak segan-segan untuk melakukan judi sabung ayam tersebut. Anehnya, di
desa sebelahnya segala perbuatan judi sangat dibenci oleh penduduknya.
Sebenarnya pula orang desa Murbai juga tidak mendukung segala perjudian,
namun judi ini tetap berlangsung karena judi sabung ayam tersebut
dikoordinir oleh aparat desa di mana sebagian pendapatan pemilik arena
sabung ayam tadi diserahkan ke kas desa untuk biaya pembangunan desa
secara swadana.
Dalam ilustrasi ini tampak bahwa penduduk desa tadi tidak konsisten
dalam melakukan reaksi terhadap kejahatan dan penjahat. Mereka tidak suka
judi tetapi judi sabung ayam tetap didukung karena dianggap bermanfaat bagi
pembangunan desa. Mereka juga tidak memberikan sanksi negatif bagi
pelakunya yang pada umumnya adalah orang desa tersebut. Sekali lagi,
bahwa reaksi sosial, baik terhadap kejahatan maupun penjahat, dapat
berpengaruh bagi eksistensi kejahatan itu sendiri.

DISKUSI 1

Menurut saudara pribadi, bagaimana kejahatan bisa terjadi secara umumnya?,


menurut saudara apakah kejahatan sebagai gejala sosial ataukah timbul
dikarenakan faktor faktor tertentu terutama pada pemahaman pengantar teori
kriminologi 1 ini?

Anda mungkin juga menyukai