Porifera
Porifera
Porifera
Pengertian Porifera
Porifera, dalam bahasa latin disebut dengan porus yang berarti pori dan fer yang berarti
membawa.
Pengertian porifera adalah hewan invertebrata yang tidak memiliki jaringan sejati
(parazoa), tanpa organ dan jaringan yang tidak terspesialisasi dan tubuhya memiliki terdapat
banyak pori. Porifera merupakan anggota dari Animalia yang merupakan paling sederhana
atau primitif. Habitat dan Cara hidup porifera adalah sebagian besar hidupnya di laut dan
sebagin kecil lagi hidup di air tawar. Pada umumnya porifera hidupnya ada didaerah pada
perairan yang dangkal dan juga jernih, namun juga diperairan berpasir atau berlumpur.
Porifera dewasa hidupnya sesil atau melekat di suatu substrak. Profera hidup secara
heterotrof dengan jenis makanan bakteri dan plankton.
1. Ciri-Ciri Porifera
Dalam membedakan spesies dari filum porifera, maka perlunya anda mengetahui ciri-
ciri porifera secara umum. Ciri-ciri porifera adalah sebagai berikut...
Hewan yang bersel banyak (metazoa) yang paling sederhana atau primitif
Sebagian besar hidup di laut dangkal dengan kedalaman sekitar 3,5 meter
Bentuk tubuh porifera menyerupai vas bunga/piala dan melekat pada dasar perairan
Tubuhnya terdiri dua lapisan sel (diploblastik) dengan lapisan luarnya (epidermis)
yang tersusun atas sel-sel yang memiliki bentuk pipih, disebut dengan pinakosit.
Pada epidermis yang terdapat porus/lubang kecil yang disebut dengan ostia yang
dihubungkan oleh saluran ke rongga tubuh (spongocoel)
Lapisan dalamnya tersusun dari sel-sel yang berleher dan berflagel yang disebut
dengan koanosit yang berfungsi untuk mencernakan makanan
Di dalam mesoglea terdapat juga beberapa jenis sel, yaitu sel amubosit, sel skleroblas,
sel arkheosit.
Di antara epidermis dan koanosit memiliki lapisan tengah yang berupa bahan kental
yang disebut dengan mesoglea atau mesenkin
Sel amubosit atau amuboid yang berfungsi untuk mengambil makanan yang telah
dicerna di dalam koanosit. Sel skleroblasnya berfungsi dengan membentuk duri
(spikula) atau spongin. Spikula terbuat dari kalsium karbonat atau silikat
Makanan porifera berupa partikel zat organik atau makhluk hidup kecil yang masuk bersama
air melalui pori-pori tubuhnya. Makanan lalu ditangkap oleh flagel pada koanosit yang
kemudian makanan dicerna di dalam koanosit. Dengan demikian pencernaannya secara
intraselluler. Setelah dicerna, zat makanan tersebut diedarkan oleh sel-sel amubosit ke sel-sel
lainnya. Zat sisa makanan yang dikeluarkan melalui oskulum bersama sirkulasi air.
2. Reproduksi Porifera
Porifera berkembang biak secara aseksual dan seksual. Berikut penjelasan reproduksi
porifera secara seksual dan aseksual...
a. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual dengan pembentukan tunas (budding). Tunas yang dihasilkan
kemudian memisahkan diri dari induknya dan hidup sebagai individu baru, atau tetap
menempel pada induknya sehingga menambah jumlah bagian-bagian dari kelompok
Porifera
b. Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual berlangsung dengan persatuan antara sel telur dan spermatozoid,
yang akan menghasilkan zigot, selanjutnya berkembang menjadi larva yang berflagel.
Larva tersebut dapat berenang dan keluar melalui oskulum. Bila menemukan tempat
yang seksual, larva akan menempel kemudian tumbuh menjadi porifera baru.
Berdasarkan sistem saluran air yang terdapat pada Porifera, hewan ini dibedakan atas
tiga tipe tubuh, yaitu tipa Ascon, tipe Sycon, dan tipe Rhagon.
a. Tipe Ascon
Tipe ascon merupakan tipe Porifera yang mempunyai sistem saluran air sederhana. Air masuk
melalui pori yang pendek, lurus ke spongocoel (rongga tubuh) lalu keluar melalui oskulum.
Contoh ; Leucoslenia.
b. Tipe Sycon
Tipe Sycon merupakan Porifera yang mempunyai dua tipe saluran air, tetapi hanya radialnya
yang mempunyai koanosit. Air masuk melalui pori-ke saluran radial yang berdinding
koanosit-spongocoel-keluar melalui oskulum. Contoh : Scypha
c. Tipe Rhagon (Leucon)
Tipe Rhagon merupakan Porifera yang bertipe saluran air yang kompleks atau rumit. Porifera
memiliki lapisan mesoglea yang tebal dengan sistem saluran air yang bercabang-cabang.
Koanosit dibatasi rongga bersilia berbentuk bulat. Air masuk melalui pori-saluran radial yang
bercabang-cabang-keluar melalui oskulum. Misalnya : Euspongia dan Spongila.
4. Klasifikasi Porifera
Berdasarkan atas kerangka tubuh atau spikulanya, Porifera dibagi menjadi tiga kelas.
a. Kelas Calcarea
Kerangka tubuh pada kelas Calcarea berupa spikula yang mirip dengan duri-duri kecil dari
kalsium karbonat. Misalnya Scypha, Leucosolenia, dan Grantia
Ciri-Ciri Calcarea
Hidup di laut
b. Kelas Hexatinellida
Kerangka tubuh kelas Hexatinellida berupa spikula bersilikat atau kersik (SiO2). Umumnya
berbentuk silinder atau corong. Misalnya Euplectella aspergillum.
Ciri-Ciri Hexatinellida
c. Kelas Demospongia
Kelas tubuh kelas Demospongia terbuat spongin saja, atau campuran dari spongin dan zat
kersik. Misalnya Euspongia sp. dan Spongilla sp.
Ciri-Ciri Demospongia
Tubuhnya berwarna merah cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada
amoebosit
5. Peranan Porifera - Adapun manfaat porifera dalam kehidupan manusia. Manfaat Porifera
adalah sebagai berikut..
Hewan Demospongia hidup dilaut dimanfaatkan sebagai spons untuk mandi dan
pembersih
Pengertian Porifera
Kata porifera berasal dari bahasa Latin porus (lubang kecil) dan ferre (membawa). Jadi
Porifera berarti hewan yang mempunyai tubuh berpori, dikenal juga sebagai hewan sponge
atau spons. Porifera ini hidup menetap (sessil) pada dasar perairan. Sebagian besar hewan
ini hidup di laut dan sebagian kecil yang hidup di air tawar. Bentuk tubuhnya beraneka
ragam, menyerupai tumbuhan, warnanya juga sangat bervariasi dan dapat berubah-ubah.
Porifera memiliki beberapa karakteristik. Tubuhnya bersel banyak, simetri radial, atau
asimetris. Sel-sel tersebut menyusun tubuh Porifera dalam dalam 2 lapis (dipoblastik),
membentuk jaringan yang belum sempurna dan di antaranya terdapat gelatin yang disebut
mesenkim. Tubuhnya mempunyai banyak pori, saluran-saluran, dan rongga sebagai tempat
air mengalir. Sebagian atau seluruh permukaan dalam tubuhnya tersusun dari sel-sel yang
berleher yang berflagelum, disebut koanosit.
Porifera melakukan pencernaan makanan di dalam sel atau secara intrasel. Umumnya
Porifera mempunyai rangka dalam. Hewan berkembangbiak secara kawin dan tak kawin.
Secara kawin dilakukan dengan sel telur dan sel spermatozoid. Larvanya berbulu getar
dan dapat berenang. Sedangkan secara tidak kawin dengan bertunas.
Gambar 1. Tipe saluran air pada Porifera
Berdasarkan tingkat kompleksitasnya, sistem saluran air pada Porifera dibedakan menjadi
tiga, yaitu tipe askon, tipe sikon, dan tipe leukon (rhagon). Perhatikan Gambar 1. Tipe askon
merupakan tipe saluran air paling sederhana. Saluran air dimulai dari ostia yang dihubungkan
langsung oleh saluran ke spongocoel. Dari spongocoel air keluar melalui oskulum. Tipe sikon
merupakan tipe saluran air yang terdiri atas dua saluran yaitu inkruen dan radial. Air masuk
melalui ostia menuju ke saluran inkruen. Melalui porosit, air dari saluran in kruen menuju ke
saluran radial, terus ke spongocoel dan akhirnya keluar melalui oskulum. Sedangkan tipe
leucon (rhagon), merupakan tipe saluran air yang paling kompleks. Air dari ostium masuk
melalui saluran menuju ke rongga-rongga yang dibatasi oleh koanosit. Dari rongga ini air
melalui saluran-saluran lagi menuju ke spongocoel dan akhirnya keluar melalui oskulum.
Porifera banyak menghasilkan spikula yang dihasilkan oleh scleroblast (bagian dari gelatin
mesenkim). Hasil sekresi yang berupa silika (zat kersik) atau karbonat (zat kapur) ini
memiliki bentuk yang bermacam-macam. Ada yang berbentuk monakson,
tetrakson, poliakson, heksakson, atau benang-benang spongin. Spikula merupakan struktur
tubuh yang berperan penting untuk membedakan jenis-jenis Porifera. Bentuk dan kandungan
spikula ini digunakan sebagai dasar klasifikasi Porifera. Berdasarkan sifat spikulanya, Filum
Porifera dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Kelas Calcarea, Hexatinellida, dan Demospongia.
1. Kelas Calcarea
Anggota kelas ini mempunyai rangka yang tersusun dari zat kapur (kalsium karbonat) dengan
tipe monoakson, triakson, atau tetrakson. Koanositnya besar dan biasa hidup di lautan
dangkal. Tipe saluran airnya bermacam-macam. Hidup soliter atau berkoloni.
Mereka memiliki ciri khusus berupa spikula yang terbuat dari kalsium karbonat dalam bentuk
kalsit atau aragonit. Beberapa spesies memiliki tiga ujung spikula, sedangkan pada beberapa
spesies lainnya memiliki 2 atau empat spikula. [1]
Sponge Calcarea pertama kali muncul pada masa Cambrian dan memiliki keanekaragaman
paling tinggi pada periode Cretaceous. Analisis molekuler terbaru menunjukkan bahwa, kelas
Calcarea seharusnya dimasukkan sebagai filum, khususnya untuk kelas calcacea yang
pertama kali menyimpang dari kingdom Animalia. Jenis sponge lainnya termasuk dalam
filum Silicarea. [1]
Sponge Calcarea dapat ditemukan di seluruh daerah lautan, khususnya pada daerah laut yang
memiliki suhu yang hangat. [2]
Habitat sponge Calcarea sebagian besar pada laut yang bersuhu hangat, sponge Calcarea
biasanya ditemukan di perairan dangkal yang terlindung dan memiliki kedalaman kurang dari
1000 m. Pada daerah tropis calcarea berasosisasi dengan terumbu karang. [2]
Kebanyakan sponge bereproduksi secara aseksual dengan regenerasi jaringan. Sponge juga
dapat bereproduksi secara seksual dengan menjadi hermaprodit, sperma dan telur dapat
direproduksi secara berurutan atau pada waktu yang sama. Sel sperma dan telur dilepaskan di
dalam air dan dibuahi antar spesies. Telur yang dibuahi akan berkembang menjadi larva yang
berenang bebas. [2, 3]
Sponge ini memiliki sel amoeboid yang berbeda di dalam mesohil (lapisan gelatin yang
tersusun atas sel-sel amoebosit yang dapat bergerak mengambil makanan dari sel koanosit
dan mendistribusikannya ke seluruh bagiann tubuh porifera.). Di dalam mesohil, sponge
memiliki bentuk sel sepeti amoeba yang berbeda-beda. Acheochytes adalah sel berukuran
besar dengan ukuran inti sel yang besar. Sel-sel ini bersifat totipoten, yang artinya sel ini
dapat berkembang menjadi berbagai macam jenis sel. Sklerosit, mampu mengakumulasi
kalsium di dalam mesohil untuk memproduksi spikula, tiga sklerosit akan melebur menjadi
satu untuk membentuk spikula pada ruang antar sel. [3, 4]. Sklerosit adalah sel khusus yang
mensekresi struktur termineralisasi pada dinding tubuh beberapa invertebrata. Pada sponge,
sklerosit mensekresikan spikula kalkareus atau silikeus yang terdapat pada lapisan mesohil.
[35]
Contoh jenis yang menjadi anggota kelas ini adalah Leucosolenia sp., Scypha sp., Cerantia
sp., dan Sycon gelatinosum. Perhatikan Gambar 2.
Gambar 2. Sycon gelatinosum (museum.wa.gov.au)
1.6. Subkelas dari Kelas Calcarea
Memiliki larva yang disebut parenchymella (padat, kompak, dengan lapisan luar berupa sel
berflagela; flagela koanosit (collar cells) muncul secara independen di inti, sebagian besar
spesies memiliki 3 spikula; sistem penecernaannya bertipe ascon, sycon, atau jenis leucon;
sponge pharetronid dengan kerangka kaku yang terdiri dari spikula yang menyatu atau
jaringan berkapur; genus yang termasuk dalam subklas ini adalah Clathrina, Leucetta,
Petrobiona (pharetronid). [5]
Clathrinida merupakan ordo dari Calcinea. Anggota ordo ini memiliki kerangka berkapur, dan
merupakan organisme laut laut. Sponge ini memiliki struktur asconoid dan tidak memiliki
membran kulit dermal atau korteks. Spongocoel ini dilapisi dengan koanosit (collar cell). [6]
Leucettida merupakan ordo dari subklas Calcinea. Sponge pada ordo ini memiliki susunan
ruang berflagella atau struktur leukonoid yang memutar. Leukonoid adalah saluran air dari
ostium dihubungkan ke spongocoel melalui banyak percabangan. Ordo ini juga memiliki
membran kulit atau korteks. pongocoel ini tidak dilapisi dengan koanosit, sel-sel koanosit
hanya ada pada ruang berflagella. Leucascidae dan Leucaltidae adalah dua famili dari ordo
ini. [7]
Murrayonida adalah jenis sponge laut yang merupakan ordo dari Calcinea. Murrayonida
berbeda dari Calcinea lainnya, dimana sponge ini dengan memiliki kerangka yang lebih kuat,
sponge Murrayonida juga memiliki korteks yang melindungi cormus dan sistem aquiferous
leukonoid [8]. Ordo ini terdiri dari tiga spesies yang sudah dikenal, masing-masing berada
dalam famili sendiri: Murrayona phanolepis pada famili Murrayonidae, Lelapiella incrustans
pada famili Lelapiellidae, dan Paramurrayona corticata pada famili Paramurrayonidae.
Murrayona phanolepis ditemukan oleh CW Andrews di Pulau Christmas, kemudian
dideskripsikan dan dinamai oleh Kirkpatrick (1910); [10] Kirkpatrick mengusulkan nama
spesies itu untuk menghormati Sir John Murray, yang membiayai ekspedisi ke Pulau Natal.
[10]
Calcaronea adalah subclass di Calcarea. Subkelas ini adalah Calcarea dengan triactines dan
sistem basal tetractines sagital (yaitu sinar spicula membuat sudut yang tidak sama satu sama
lain), sangat teratur. Pada masa ontogenesis atau morfogenesisnya, spikula pertama yang
disekresikan adalah diactina. Choanositanya memiliki apinucleata. Calcaronea memiliki larva
amphiblastula. [11]
Baerida merupakan ordo dari kelas Calcaronea. Berida merupakan Calcaronea Leukonoid
dengan kerangka yang tersusun dari microdiactines, di mana microdiactines berada pada
bagian ter tentu dari kerangkanya, seperti pada bagian choanoskeleton atau kerangka atrium.
Pada umumnya memiliki spikula yang besar di dalam kerangka kortikal, di mana spikula
tersebut menginvasi sebagian atau seluruh bagian choanoderm. Pada sponge dengan korteks
yang diperkuat, pori-pori inhalansia dapat dibatasi dengan saringan yang berbentuk seperti
bagian pada bantalan ostia. Tetractines kecil berbentuk seperti belati (pugioles) pada
umumnya merupakan satu-satunya kerangka yang berfungsi sebagai sistem aquiferous
exhalant. Meskipun kerangkanya dapat sangat diperkuat oleh adanya lapisan padat
microdiactines di wilayah tertentu, kerangka berkapur aspicular tidak ada pada ordo ini. [12]
Leucosolenida merupakan ordo dari sponge berkapur pada kelas Calcarea di dalam filum
Porifera. Leucolenida adalah Calcronea yang pada kerangkanya tidak memiliki spikula. [13]
Lithonida adalah ordo dari sponge berkapur pada kelas Calcarea di dalam filum Porifera.
Lithonida merupakan Calcaronea dengan kerangka yang diperkuat, yang tersusun dari basal
actines yang terdiri dari tetractines atau basal kaku yang terdiri dari kalsit. Spikula diapason
umumnya ada pada ordo ini dan memiliki sistem saluran leukonoid. [14]
Sycettida merupakan ordo dari Calcaronea pada kelas Calcarea. Sycettida terdiri dari
kelompok sponge berkapur yang agak beragam, yang termasuk pada famili Sycettidae,
Heteropiidae, Grantiidae, Amphoriscidae, dan Lelapiidae. Koanosit dengan inti apikal
terbatas pada ruang flagella dan secara umum tidak pernah melapisi spongocoel. Famili dari
Sycettidae menyerupai ordo Leucosoleniida dalam hal hampir tidak memiliki membran
dermal atau korteks yang dimiliki oleh lima famili lainnya. Kerangka yang paling besar
(spikula triradiate) ditemukan pada famili Lelapiidae. [15]
2. Kelas Hexatinellida
Pada anggota Kelas Hexatinellida, spikula tubuh yang tersusun dari zat kersik dengan 6
cabang. Kelas ini sering disebut sponge gelas atau porifera kaca (Hyalospongiae), karena
bentuknya yang seperti tabung atau gelas piala. Tubuh berbentuk silinder atau corong,
tidak memiliki permukaan epitel. Contoh anggota kelas ini adalah Hyalonema sp.,
Pheronema sp., dan Euplectella suberea. Perhatikan Gambar 3.
Hexactinellida atau sering disebut sponge kaca tersebar di seluruh dunia, terutama pada
kedalaman antara 200 dan 1000 m. Kelompok sponge ini jumlahnya sangat melimpah di
Antartika.
Semua sponge kaca berdiri tegak, dan memiliki struktur khusus di pangkalnya untuk melekat
kuat pada dasar laut. Secara morfologi bentuknya radial simetris, biasanya silinder, tetapi ada
juga yang berbentuk cangkir, guci, atau bercabang. Ketinggian rata-rata hexactinellida adalah
antara 10 dan 30 cm, tetapi beberapa dapat tumbuh menjadi cukup besar. Hexactinellida
memiliki rongga sentral yang luas (atrium) dimana air melewati rongga tersebut, spikula yang
berbentuk seperti anyaman topi yang rapat melapisi osculum pada beberapa spesies.
Hexactinellida kebanyakan memiliki warna yang pucat. Sponge kaca paling mirip dengan
sponge syconoid, tetapi sponge kaca terlalu banyak berbeda secara internal dibandingkan
dengan syconoid.
Sponge kaca dapat dengan mudah dibedakan dengan sponge lainnya dengan pemeriksaan
secara internal. Kerangka hexactinellida seluruhnya terbuat dari silika. Spikula yang
mengandung silika ini umumnya terdiri dari tiga duri perpendicular (oleh karena itu mereka
memiliki enam titik, sehingga mereka disebut sebagai hexactine), yang pada umumnya
menyatu, sehingga membuat hexactinellids memiliki kekakuan struktural yang berbeda dari
sponge lainnya. Bagian yang tegang di antara spikula jaringan syncytial yang besar dari sel-
sel tubuh yang lembut. Air memasuki tubuh melalui ruang di dalam untaian syncytial. Di
dalam syncytia terdapat unit fungsional mirip dengan koanosit yang ditemukan pada sponge
lainnya, tetapi unit-unit ini sangatlah kekurangan inti sel, sehingga lebih sering disebut
sebagai collar bodies daripada collar cells. Hexactinellida berflagella, pergerakan dari flagela
merekalah yang menyebabkan aliran air melewati sponge ini. Di dalam syncytia ada sel
fungsional sebanding dengan archaeocytes yang ada pada sponge lainnya, tetapi sel-sel ini
tampaknya memiliiki mobilitas yang terbatas. Hexactinellida kekurangan miosit, sehingga
tidak mampu berkontraksi. Sementara Hexactinellid tidak memiliki struktur saraf, mereka
mengirimkan sinyal-sinyal listrik di seluruh tubuh melalui jaringan lunak syncytial.
Sponge kaca murni filter feeder. Sponge hidup pada material detritus makroskopik,
mengkonsumsi bahan selular, bakteri, dan partikel abiotik yang sangat kecil. Partikel kecil
diambil ke dalam melalui arus yang diciptakan oleh collar bodies, partikel tersebut diserap
pada saat melalui saluran di dalam sponge. Collar bodies dilapisi dengan microvili yang
menjebak makanan, dan kemudian melewati vakuola melalui collar bodies menuju ke dalam
syncytia. Archaeocytes di antara helai syncytial bertanggung jawab untuk distribusi dan
penyimpanan makanan. Archaeocytes kemungkinan juga bertanggung jawab pada beberapa
hal untuk menangkap makanan. Hexactinellida tampaknya kurang selektif terhadap makanan
yang mereka telan (setiap makanan yang cukup kecil untuk menembus syncytium dicerna
oleh mereka). Karena mereka meiliki sedikit membaran luar dan kurangya ostia,
hexactinellida tidak dapat mengkontrol seberapa banyak air yang melewati tubuh mereka.
Diyakini bahwa stabilitas lingkungan perairan dalam memungkinkan hexactinellids untuk
bertahan meskipun kekurangan dalam hal ini.
Hexactinellida hidup secara sessile / menetap. Bahkan larvanya pun tampaknya tidak
menunjukkan gerakan, tidak seperti spons lainnya, hexactinellida tidak berkontraksi ketika
dirangsang.
Seperti sponge lainnya, hexactinellida bisa menjadi sumber obat-obatan, meskipun potensi
mereka sebagian besar belum dieksploitasi. Sebagian besar sponge kaca belum terpegaruh
oleh kegiatan manusia. Di Jepang, sponge ini diberikan sebagai hadiah pernikahan.
Hexactinellida dari spesies tertentu terlibat dalam hubungan simbiosis dengan udang. Pada
saat kecil, dua udang dengan jenis kelamin berbeda memasuki atrium sponge, dan setelah
tumbuh dengan ukuran tertentu kedua udang tersebut tidak bisa pergi. Mereka makan dari
materi yang dibawa oleh arus yang dihasilkan oleh sponge, dan kemudian akhirnya udang
tersebut bereproduksi. Sebuah kerangka sponge kaca yang di dalamnya terdapat dua udang
diberikan sebagai hadiah pernikahan di Jepang.
Saat ini hanya sedikit usaha yang sedang dilakukan untuk melestarikan spesies hexactinellida.
Ada nilai yang besar untuk tetap menjaga populasi sponge kaca yang sehat, karena dapat
memegang rahasia ratusan juta tahun evolusi, dan mungkin telah menghasilkan evolusi bahan
kimia potensial yang berguna bagi kemanusiaan. Hexactinellida dianggap berkerabat dekat
dengan Demospongiae.
Amphidiscosa adalah ordo dari hexactinellida, ditandai dengan adanya amphidisc spikula,
yaitu, spikula yang memiliki disk stellata di setiap akhir bagiannya. Mereka berada di kelas
Hexactinellida dan subclass Amphidiscophora. Organisme ini telah ada sejak periode
Ordovisium, dan masih berkembang hingga saat ini. [18]
Lyssacinosida adalah ordo dari sponge kaca subkelas Hexasterophora. Sponge ini dapat
dikenali dengan adanya parenkim spikula yang biasanya tidak berhubungan, dimana hal ini
tidak seperti pada sponge lainnya pada subkelas yang sama, di mana spikula saling
berhubungan bak secara kuat maupun lemah untuk membentuk kerangka. [22]
3. Kelas Demospongia
Kelas ini memiliki tubuh yang terdiri atas serabut atau benangbenang spongin tanpa skeleton.
Kadang-kadang dengan spikula dari bahan zat kersik. Tipe aliran airnya adalah leukon.
Demospongia merupakan kelas dari Porifera yang memiliki jumlah anggota terbesar.
Sebagian besar anggota Desmospongia berwarna cerah, karena mengandung banyak pigmen
granula dibagian sel amoebositnya. Contoh kelas ini antara lain Suberit sp., Cliona sp.,
Microciona sp., Spongilla lacustris, Chondrilla sp., dan Callyspongia sp. Perhatikan Gambar
Kelas Demospongiae memiliki sekitar 4.750 spesies yang berada di dalam 10 ordo. Distribusi
geografis mereka berada di lingkungan laut dari daerah intertidal ke zona abyssal, dan
beberapa spesies menghuni air tawar.
Pada demospongia, di dalam mesohil kemungkinan terdapat dua jenis spikula; megascleres
dan microscleres dengan 1-4 duri, serat kolagen (spongin). Anggota Demospongiae mudah
dibedakan dari Hexactinellida karena tidak memiliki enam duri spikula. Mereka memiliki
struktur leukonoid, dengan choanoderm yang terlipat. Lapisan pinacoderm ada pada seluruh
bagian tubu, dan menebal pada bagian mesohil. Semakin tebal mesohil, semakin beragam
bentuk Demospongiae.
Demospongiae dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Pada reproduksi seksual,
spermatosit berkembang dari transformasi koanosit, dan oosit timbul dari archeocytes.
Pembelahan sel telur zigot terjadi di mesohil dan membentuk larva parenchymula dengan
massa sel internal berukuran besar yang dikelilingi oleh sel flagella eksternal yang lebih
kecil. Larva yang dihasilkan berenang memasuki kanal rongga pusat dan dikeluarkan dengan
arus exhalant.
Demospongiae bersifat sessile (menetap) dan merupakan organisme bentik. Namun, larvanya
memiliki flagela dan mampu berenang bebas. Semua sponge dari kelas ini adalah filter
feeder, hidup dari bakteri dan organisme kecil lainnya. Air mengantarkan partikel-partikel
makanan masuk melalui pori-pori luar. Koanosit menangkap sebagian besar makanan yang
masuk, namun pinocytes dan amoebocytes juga dapat mencerna makanan. Partikel makanan
juga dapat dicerna langsung oleh sel-sel mesohil. Sponge dari kelas ini sangat jarang dimakan
oleh hewan lain karena rasanya yang tidak enak. Namun, beberapa organisme dapat hidup
pada sponge, dan tinggal bersama mereka sebagai simbion. Beberapa sponge pada kelas ini
merupakan pelabuhan bagi bakteri fotosintetik, sementara beberapa jenis lainnya berfungsi
sebagai perlindungan bagi organisme lain.
Kelompok yang paling penting dan ekonomis dari demospongians untuk manusia adalah
sponge yang digunakan untuk mandi. Sponge jenis ini dipanen oleh penyelam dan juga dapat
ditanam secara komersial. Sponge ini di bleaching kemudian dipasarkan, sponge jenis ini
memiliki spongin sehingga mampu memberikan kelembutan dan daya serap.
Meskipun tidak demospongian kurang dilestarikan dengan, masih ada catatan fosil untuk
sponge pada kelas ini. Beberapa Demospongiae ada pada periode Paleozoic awal. Pada awal
Cretaceous, semua ordo dari Demospongiae sudah ada.
Lithistida adalah ordo dari kelas Demospongia yang memiliki kerangka retikular yang
tersusun atas spikula bersilika yang bentuknya teratur dan menonjol. [24]
Sponge pada ordo Lithistida dikenal menghasilkan beragam senyawa mulai dari poliketida,
peptida siklik dan linier, alkaloid, pigmen, lipid, dan sterol. Sebagian besar senyawa ini
memiliki struktur yang kompleks serta memiliki aktivitas biologis yang sangat kuat dan
menarik. Sudah ada satu dekade sejak review menyeluruh yang merangkum tentang produk
alami yang dihasilkan ordo sponge yang menakjubkan ini. [25]
Agelasida adalah ordo dari Demospongiae dengan acanthostyles tegak berduri (Agelas
spicule), kadang-kadang disebut juga acanthoxeas. Serat spongin (serat Agelas) berintikan
dan tersusun oleh acanthostyles lebih dominan hadir dalam satu famili (Agelasidae). Famili
lain (Ceratoporellidae dan Astroscleridae: Astrosclera willeyana) yang disebut sclerosponges
memiliki lapisan tipis jaringan hidup diatas kerangka berkapur basal. Di daerah Mediterania
ada satu spesies Agelasida yang masih ada, yaitu Agelas oroides. [26, 27]
Keterangan: Gamet dari Astrporidha hanya dikenal pada beberapa marga, dan tahap larva
masih belum diketahui.
Nomenklatur: nama Astrophorida sering digunakan sebagai sinonim dari Choristida. Pada
takson ini, selain Astrophorida juga terdapat Spirophorida, yang memiliki megascleres seperti
Astrophorida tetapi memiliki sigmaspires yang berfungsi sebagai microscleres. [30]
Definisi: Sponge tanpa megascleres, tetapi dengan bagian perifer yang sangat berkolagen,
encrusting, berukuran massive hingga kecil. Tidak ada megasklera, tapi satu genus
(Chondrilla) mempertahankan euaster microscleres (spheraster), yang lain (Chondrosia) tidak
memiliki spikula. Contoh: Chondrilla nucula dan Chondrosia reniformis Ates.
Keterangan: Hanya satu famili yang diakui, yaitu famili Chondrillidae, dengan 3 genera yang
valid (total 5 genera). Biasanya, kelompok ini dimasukkan ke dalam ordo Hadromerida, tapi
hanya ada bukti yang sangat sedikit mengenai hubungan kekerabatan di antara keduanya.
[31]
Dendroceratida (Demospongiae) terdiri dari dua famili dan delapan genera. Sponge ini
biasanya lembut dan rapuh, kerangkanya berserat, tetapi seratnya berkurang akibat
sehubungan dengan volume jaringan lunak, dan mengandung sedikit kolagen pada matriks
endosomal. Seratnya bersifat dendritik atau anastomosing, di mana dalam kasus terakhir tidak
ada perbedaan yang jelas antara serat primer dan serat lainnya. Serat selalu berisi empulur,
tebal dan berlapis. Beberapa genera memiliki elemen seluler (degenerate spongocyte) yang
ada pada kulit dan empulur (dengan jumlah yang lenih rendah). Spikula berserat bebas ada
pada satu genus. [33]
Definisi : Dendroceratida memiliki kerangka berupa serat, serat tersebut biasanya berkurang
sehubungan dengan volume jaringan lunak dan hampir tidak ada pada beberapa genera.
Kerangka terbentuk dari piringan basal yang menyebar secara terus menerus, dan berbentuk
kerangka dendritik maupun anastomosing atau retikular. Serat banyak dilapisi, biasanya
cukup kuat, dan sering memasukkan unsur-unsur seluler. Spikula berserat bebas (spikuloid)
dapat muncul sebagai tambahan pada kerangka utama. Choanocyte chambers berukuran
besar, berbentuk seperti kantung atau tubular-memanjang. Jumlah mesohyl rendah karena
berkaitan dengan volume ruang dan kanal, dan hanya terdapat sedikit kolagen. Hal ini,
membuat sponge pada ordo ini lembut dan rapuh. Empulur di fibresis sangat berbeda dari
unsur-unsur pada kulit, dan strukturnya hampir sama dengan Verongida. Sangatlah umum
untuk menemukan serat dengan pigmentasi gelap yang kontras dengan pigmentasi dari
mesohil, hal ini seragam pada sponge di ordo ini. (Dictyodendrilla sp.) (Aplysilla rosea)
(Aplysilla cross section)
Keterangan : Memiliki larva yang besar, berupa larva parenchymella dengan stuktur dan
histologi kompleks. Memiliki kumpulan cilia yang panjang baik banyak maupun sedikit.
Anggota dari ordo ini sangat beranekaragam, dengan pola pada tiap-tiap famili yang berbeda.
Dua famili yang dikenali dari ordo ini adalah Famili Darwinellidae (Aplysilidae), Famili
Dictyodendrilidae (kerangka retikular sekunder). [34]