Syahida Azahra N H - Lapak 3

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LA

APORAN MAKALA
M AH PENGA MIA MEDISINAL
ANTAR KIM
SEMEST
TER GANJJIL 2016-2
2017
Gugus Fu
ungsi

Hari / Jam Praktikkum : Kamis / 07.00-10.000 WIB


Tangggal Praktikum
m : 10 Noveember 2016
Kelom
mpok :5
Asisteen :1. Ayu Brilliany Firssty
2. Hazratii Ummi
3. Masayuu Puji Mahaarani

A AZAHRA
SYAHIDA A NURUL HAQ
2601101660080

LA ORIUM KIMIA MED


ABORATO DISINAL
FAK
KULTAS FARMASI
F
UNIVER
RSITAS PA
ADJADJAR
RAN
JATINAN
NGOR
20166

Gugus Fungsi
I. Tujuan
Mengetahui cara identifikasi alkena, alkohol, keton, aldehida, alkil halida.
II. Prinsip
1. Gugus Fungsi
Suatu atom atau kumpulan atom yang melekat pada suatu senyawa dan
kimia senyawa tersebut. (Prasojo, 2010)
2. Hidrokarbon
Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu ikatan
dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom
karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan
hidrokarbon tidak jenuh. (Fessenden, 1997).
3. Substitusi
Reaksi yang berlangsung karena pergantian (substitusi) satu atom atau
gugus atom dalam suatu senyawa oleh atom atau gugus atom lain disebut
reaksi substitusi. (Suja, 2005).
4. Ikatan Rangkap
Keadaan yang terjadi dalam senyawa tak jenuh yang di dalamnya dua
ikatan tunggal menggabungkan dua atom dan mudah dijenuhkan dengan
penambahan dua atom yang lain. (Pudjaatmaka, 2002).
III. Reaksi
3.1 Gugus Alkena

IV. KMnO4+ +MnO2


(Hoffman, 2004)
3.2. Gugus Alkohol

+H2CrO4 +Cr2O3
(Hoffman, 2004)

3.3. Gugus Keton

(Hoffman, 2004)

3.4. Gugus Aldehida


(Hoffman, 2004)

3.5. Gugus Alkil Halida


CH3Cl+AgNO3CH3++NO3+AgCl(Putih)
CH3Br+AgNO3CH3++NO3+AgBr(KuningPucat)
CH3I+AgNO3CH3++NO3+AgI(Kuning)
(Hoffman, 2004)

V. Teori dasar
Suatu senyawa organik adalah senyawa yang utamanya terdiri dari
kombinasi atom C, H, O, dan N. Atom-atom tersebut berikatan dalam
suatu konformasi unik dan membentuk berbagai senyawa yang memiliki
sifat dan fungsi khusus. Sifat suatu zat merupakan suatu hal yangg sangat
penting dan berkaitan erat dengan penggunaannya. Sifat suatu zat biasanya
ditentukan oleh suatu struktur khusus pada molekul zat tersebut yang
dikenal dengan gugus fungsional. Suatu zat yang memiliki gugus
fungsional berbeda. (Elizabeth, 2010).
Beberapa gugus fungsional serit ditemui pada senyawa organik
adalah alkohol, aldehid, keton, asam karboksilat, seter, dan benzena.
Beberapa diantaranya dapat menghasilkan turunan senyawa seperti fenol,
amina dan amida. Setiap gugus yang memiliki sifat berbeda tentunya akan
mempunyai reaksi yang berbeda pada suatu indikator. Oleh karena itu, zat
tertentu dapat digunakan sebagai indikator yang menunjukkan adanya
gejala reaksi yang sama. Sesuai keasaman gejala reaksi tersebut, maka
dapat dikelompokkan pada pengelompokkan senyawa. (Fessenden, 1996).
Pada ahli menliti sifat-sifat kimia karbon dan mereka menemukan
keteraturan-keteraturan, tervukti dari eksperimen, bahwa dalam reaksi
hanya bagin tertentu saja dari molekul-molekul senyawa karbon yang
menjalani perubahan dan juga beberapa senyawa-senyawa memberikan
reaksi yang sama terhadap satu macam pereaksi. Sebagi contoh dapat kita
ambil molekul etanol, senyawa yang sehari-hari dikenal dengan nama
alkohol. Rumus etanol adalah C2H5OH. Bila etanol bereaksi, bagian yang
aktif adalah gugus-OH sedangkan bagian lainnya yaitu gugus etil, kerap
kali tinggal tetap saja. Jadi molekul etanol yang terdiri atas gugus etil (-
C2H5) yang tidak berubah selama reaksi dan gugus OH yang dapat
berubah. Bagian yang mengalami perubahn ini disebut gugus fungsional
dan dapat terdiri atas satu atom atau beberapa macam atom. Gugus
fungsional dalam molekul inilah yang terutama menentukan sifat senyawa
itu. Ada kalanya bahwa suatu senyawa mempunyai lebih dari pada 1 gugus
fungsional. Tentu saja dapat kita harapkan bahwa sifat senyawa itu
merupakan gabungan dari sifat berbagai macam gugus fungsional yang
dimiliki. ( Jahja, 1978).
Gugus fungsional adalah gugus atom yang menjaddi ciri khas suatu
golongan senyawa karbon dan menentukan sifat kimianya. Apabila suatu
senywa karbon mempunyai rumus molekul sama dapat menghasilkan
isomer fungsional. Senyawa-senyawa karbon yang saling berisomer
fungsional, yaitu : alkohol dengan eter, aldehid dengan keton, dan asam
karboksilat dengan ester. Isomer posisi terjadi jika gugus fungsi yang
diikat berpindah dari posisi semula. Sedangka isomer rangka atau rantai
terjadi karena gugus alikil yang diikat pada rantai induk berpindah dari
posisi semula. (Waldjinah, 2012).
Salah satu metode yang berkembang untuk meningkatkan
selektifitas zeolit alam adalah memodifikasi permukaan zeolit dnegna zara
impegnasi bahan organik tertentu. Bahan organik yang diimpregnasikan
berkarakter lebih menyukai ikatan dengan satu atau beberapa ion logam
tertentu saja daripada ion logam lain, sehingga terjadi adsorpsi yang lebih
selektif. Beberapa penelitian yang berhubungan telah cukup lama dirintis.
Secara umum disimpulkan bahwa bahan-bahan adsorben hasil modifikasi
dengan teknik impregnasi menilai kemampuan adsorpsi dan selektifitas
lebih baik untuk tujuan adsorpsi khusus yang tergantung pada jenis
adsorbat logam dan gugus fungsional pada zat organik. (Amri, 2004).
VI. Alat dan bahan
6.1 Alat
a. Batang pengaduk
b. Bunsen
c. Cawan pereaksi
d. Kawat
e. Pipet tetess
f. Rak tabunng reaksi
g. Tabung reeaksi
6.2 Baahan
a. 2,4-DNPH
H
b. Aseton
c. Etanol
d. KMnO4
e. Heksana p.a
p
f. Heksanal
g. Metilen kllorida

6.3 Gaambar

Batangpengaaduk Bunseen Cawanpereaksi

Kawatb
bellstein Pipetteetes R
Raktabungr
reaksi Tabungreaksi
T

VII. Proosedur
7.1 Uji gugus alkeena
Siapkan 2 tabung reaksi. Tabung reaksi pertama diteteskan 4 tetes heksana
dan tabung reaksi kedua diteteskan 4 tetes pentana. Kemudian kedua
tabung ditambahkan 2 tetes etanol dan 2 tetes KMnO4. Kemudian larutan
tersebut dikocok.
7.2 Uji gugus alkohol
Siapkan 2 tabung reaksi. Tabung reaksi pertama diteteskan 2 tetes heksana
dan tabung reaksi kedua diteteskan 2 tetes etanol. Kemudian kedua tabung
ditambahkan 1 tetes etanol, 1 ml aseton, dan 1 tetes asam kromat.
7.3 Uji gugus keton
Siapkan 2 tabung reaksi. Dimasukkan masing-masing 2 tetes heksana, 2
tetes aseton, 2 ml etanol, 3 ml pereaksi 2,4-DNPH. Kemudian larutan
dikocok. Dan diamkan larutan selama 15 menit. Amati perubahannya.
7.4 Uji gugus aldehid
Siapkan 2 tabung reaksi. Pada tabung pertama, masukkan 1 tetes heksanal,
1 ml aseton, 1 tetes asam kromat. Kemudian goyangkan tabungnya. Lalu
pada tabung kedua, masukkan 2 tetes heksanal, 2 ml etanol, 3 ml pereaksi
2,4-DNPH. Kemudian goyangkan tabungnya. Larutan didiamkan selama
15 menit. Kemudian bandingkan antara keduanya.
7.5 Uji gugus alkil halida
Bersihkan kawat bellstein menggunakan asam nitrat pekat. Lalu dibakar
selama 30 detik dan setelah dibakar didinginkan selama 30 detik.
Kemudian kawat dicelupkan dalam heksana. Lalu kawat dibakar lagi
selama 30 detik. Amati perubahan warna yang terjadi. Kemudian kawat
dibersihkan lagi menggunakan asam nitrat pekat dan kawat dibakar sampai
warna hijau pada nyala api hilang. Lalu setelah dingin, celupkan kawat ke
dalam metilen klorida dan kawat dibakar selama 30 detik. Catat perubahan
warna nyala yang terjadi.
VIII. Daata pengamaatan
8.1 Uji Gugus Alkkena
No. Senyyawa + Etanol + KMnO
O4 Ket. Gambaar
1 Hekksana Bening Ungu Negatiff

2 Ibupprofen Bening Cokelat Positif

8.2 Uji Gugus Alkkohol


No. Senyyawa + Aseton + H2CrO
O4 Ket. Gambaar
1 Hekksana Bening Kuning Negatiff

2 Etannol Bening Hijau Positif


8.3 Uji Gugus Keeton
No. Seenyawa + Etanol + 2,4 Ket. Gam
mbar
DNPH
H
1 Hekksana Bening Oranye Negatiff

2 Asetton Bening Merah Positif

8.4 Uji Gugus Alddehida


No. Seenyawa + Aseton + Etanool Ket. Gam
mbar
+H2CrO4 + 2,4
H
DNPH
1 Glukkosa Kuning - Negatif
2 Form
maldehida - Oranye Positiff
8.5 Uji Gugus Alkkil Halida

Noo Perlakuaan Hasil Gambar


1 Heksanaa Negatif
Kawat OSE
dicelupkkan ke
dalam HNO
H 3 lalu
dibakar
2 Kloroforrm Negatif
Kawat OSE
dicelupkkan ke
dalam HNO
H 3 lalu
dibakar

IX. Pembahasan
Praktikkum kali ini
i dilakukkan identifikasi guguss fungsi allkena,
kohol, ketonn, aldehida,, dan alkil hhalida. Iden
alk ntifikasi ini dilakukan untuk
u
meengetahui gugus
g fungsi tertentu yang terdaapat dalam
m suatu sennyawa
meelalui reakssi kimia speesifik, reakksi kimia sppesifik adallah reaksi kimia
k
yan
ng hanya ddapat bereaaksi dengann senyawaa yang men
ngandung gugus
g
funngsi tertentuu dan tidak
k dapat berreaksi dengan gugus fungsi
f yangg lain.
Maasing-masinng senyawaa organik memiliki
m sifaat tertentu yang
y berganntung
padda gugus fuungsionil yaang dimilikiinya. Beberrapa senyaw
wa dengan gugus
g
funngsi berbedda dapat mem
miliki sifat yang
y sama.
Guguss fungsi addalah guguss atom yanng menjadi ciri khas suatu
on dan mennentukan siffat kimianya. Apabila suatu
golongan senyyawa karbo
sennyawa karbbon mempu
unyai rumuus molekul sama dapaat menghassilkan
isoomer fungssional. Sen
nyawa-senyawa karboon yang saaling berissomer
funngsional yaaitu : alkohol dengan eester, aldehhid dengan keton dan asam
karrboksilat dengan esterr. Isomer posisi
p terjadi jika guggus fungsi yang
diiikat berpinddah dari possisi semula.. Sedangkann isomer raangka atau rantai
r
terjadi jika gugus alkil yang diikat pada rantai induk berpindah dari posisi
semula.
Pada praktikum kali ini, terdapat beberapa perubahan pada bahan
yang digunakan. Hal ini terjadi karena tidak semua bahan yang diperlukan
tersedia di laboratorium. Bahan tersebut diganti dengan senyawa yang
mempunyai gugus fungsi sama dengan yang akan diidentifikasi. Yaitu
pentena dengan ibuprofen, heksanal dengan glukosa, dan metilen klorida
dengan kloroform. Namun, hal itu tidak membuat perubahan pada hasil
praktikum karena memang bahan-bahan tersebut masih memiliki kriteria
yang sama.
Ibuprofen adalah obat yang termasuk nonsteroidal anti-
inflammatory drug (NSAID). Dibandingkan dengan NSAID lainnya, obat
ini salah satu anti inflamasi yang paling lemah sekaligus mengakibatkan
efek samping yang paling ringan. Sama seperti NSAID lainnya, ibuprofen
bekerja dengan cara menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX).
Enzim ini berfungsi untuk membantu pembentukan prostaglandin saat
terjadinya luka dan menyebabkan rasa sakit dan peradangan. Dengan
menghalangi kerja enzim COX, prostaglandin lebih sedikit diproduksi,
yang berarti rasa sakit dan peradangan akan mereda. Ibuprofen biasa
dipasarkan dengan kadar 200 mg atau 400 mg / tablet, 100 mg/ 5 ml sirup
atau 200 mg/ 5 ml sirup forte dan dalam bentuk suppositoria 125 mg.
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus
kimia C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3).
Awalan heks merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada
heksana dan akhiran ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan
tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Seluruh isomer
heksana amat tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik
yang inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit
dan tekstil. Dalam keadaan standar, senyawa ini merupakan cairan tak
berwarna yang tidak larut dalam air. Heksana merupakan jenis pelarut non
polar.
Karakteristik nheksana:
1. Nama lain: caproyl hydride, hexyl hydride
2. Berat molekul: 86,17 kg/mol
3. Warna: berwarna
4. Melting point : 94 oC
5. Boiling point : 69 ( P = 1 atm)
6. Spesific gravity: 0,659
7. Kelarutan dalam 100 bagian air: 0,014 ( 15 oC )
Formaldehid merupakan gas berbau amat merangsang dan beracun,
mudah larut dalam air yang digunakan sebagai disinfektan atau pengawet
biologis dan juga digunakan untuk pembuatan resin sintetis. Titik leburnya
- 92C dan titik didihnya - 19C. Formalin merupakan larutan
formaldehida dalam air, dengan kadar 10% - 40%. Larutan ini juga sebagai
insektisida serta bahan baku pabrik resin plastic dan bahan peledak.
Senyawa kimia formaldehida yang juga disebut metanal merupakan
aldehida yang berbentuk gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida
awalnya disintesa (dibuat) oleh kimiawan asal Rusia Aleksandar Butlerov
tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida
bisa dihasilkan dari membakar bahan yang mengandung karbon.
Terkandung dalam asap dari kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap
tembakau. Dalam atmosfir, formaldehida dihasilkan dari peta cahaya
matahari dan oksigen terhadap metana (CH4) dan hidrokarbon lainnya
yang ada di atmosfir. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga
dihasilkan seperti metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut,
atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah
terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol termasuk ke dalam alkohol
rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia
merupakan isomerkonstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat
menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).
Karakteristik etanol adalah:
1. Densitas : 0,7893 g/cm3
2. Titik lebur : 114,14
3. Titik didih : 78,29
4. Kelarutan dalam air : tercampur penuh
5. Tekanan uap : 58 kPa (20 C)
6. Keasaman (pKa) : 15,9
7. Viskositas : 1,200 cP (20 C)
8. Momen dipol : 1,69 D (gas)
Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa
monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan
aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya
membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil
untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada
gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang
terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus
CH2OH. Karakteristik dari glukosa sendiri adalah:
1. Densitas :1 .54 g/cm3
2. Titik lebur : 2.2-D-glukosa: 146 C
3. -D-glukosa: 150 C : (302-C; 423 K)
4. Kelarutan dalam air : 909 g/1 L (25 C (77 F))
Aseton dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-
propanon, propan-2-on, dimetilformaldehida, dan -ketopropana, adalah
senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Ia
merupakan keton yang paling sederhana. Aseton larut dalam berbagai
perbandingan dengan air, etanol, dietil eter,dll. Ia sendiri juga
merupakan pelarut yang penting. Adapun karakteristik aseton sebagai
berikut:
1. Densitas : 0,79 g/cm, cair
2. Titik lebur : 94,9 C (178,2 K)
3. Titik didih : 56,53 C (329,4 K)
4. Kelarutan dalam air : larut dalam berbagai perbandingan
5. Viskositas : 0,32 cP pada 20 C
Pada uji gugus alkena bahan-bahan yang digunakan untuk menguji
adanya gugus alkena adalah heksana, ibuprofen, etanol, dan KMnO4. Uji
ini bertujuan untuk melihat warna senyawa ibuprofen dan heksana bila
ditambahkan dengan etanol dan KMnO4. Mengapa digunakan etanol dan
KMnO4 ? Etanol berfungsi sebagai pemisah gugus fungsi aktif dan tidak
aktif sedangkan KMnO4 berfungsi sebgai pereaksi oksidasi karena KMnO4
merupakan oksidator yang kuat. Warna yang muncul jika ditambahkan
dengan preaksi tersebut berbeda-beda. Ibuprofen jika ditambahkan dengan
pereaksi tersebut akan menghasilkan warna coklat. Heksana jika
ditambahkan dengan pereaksi tersebut akan meghasilkan warna ungu.
Warna yang dihasilkan didapatkan dari pereaksi KMnO4 karena kalium
permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam
lemah , netral dan basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion
permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau.
Karena Kalium permanganat itu larutan baku sekunder maka harus
distandarisasikan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen(III)
oksida standar-standar primer. Kalium permanganat merupakan zat
pangoksida kuat yang bersifat berlainan menurut pH medium, kalium
permanganat merupakan zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan
ungu bila dilarutkan dalam air, ini merupakan ciri khas dari ion
permanganat. Menurut literatur, gugus alkena jika ditambahkan dengan
KMnO4 akan berubah menjadi warna coklat karena adanya reaksi redoks
yang dapat memutuskan ikatan rangkap. Oleh karena itu, uji gugus alkena
ialah reaksi adisi. Etanol pada heksana tidak akan bereaksi karena heksana
merupakan alkana. Hibridisasi alkana adalah Sp3 sehingga
keelektronegatifannya kecil dan tidak mempunyai ikatan hidrogen
walaupun karbon mengikat hidrogen maka ketika alkana direaksikan
dengan etanol, alkana dan etanol tidak akan bereaksi dan tidak akan
mempengaruhi warna dari larutan tersebut dan juga alkana merupakan
senyawa nonpolar sedangkan etanol merupakan senyawa polar.
Uji Gugus Alkohol dilakukan dengan menggunakan reagen aseton
dan oksidator berupa H2CrO4. Untuk percobaan ini digunakan dua senyawa
yaitu heksana dan etanol. Menurut literatur, alkohol primer dapat
teroksidasi menjadi asam karboksilat dengan adanya asam kromat.
+6
Bilangan oksidasi Cr pada asam kromat, yang berwarna merah
+3
kecoklatan, tereduksi menjadi Cr , yang berwarna hijau. Alkohol
sekunder teroksidasi menjadi keton oleh asam kromat. Alkohol tersier
tidak dapat teroksidasi oleh asam kromat. Oleh karena itu reaksi ini di satu
sisi dapat membedakan alkohol primer dan sekunder, dan di sisi lain
membedakan alkohol primer dan sekunder dengan alkohol tersier. Pada
praktikum ini berubahnya warna larutan etanol menjadi hijau setelah
ditambahkan asam kromat, berarti etanol memiliki gugus fungsi hidroksil
dan termasuk alkohol primer. Sedangkan heksana berubah menjadi warna
kuning yang menandakan bahwa heksana tidak memiliki gugus fungsi
hidroksil.
Uji Gugus Keton dan Aldehida dilakukan dengan reagen etanol dan
2,4-dinitrofelinhydrazin (2,4-DNPH). Selain itu pada aldehida juga diuji
menggunakan reagen aseton dan H2Cr2O4. Uji 2,4-DNPH menunjukkan
hasil positif untuk aldehid dan keton, tapi tidak untuk alkena, ester, amida
ataupun asam. Mengapa 2,4-DNPH dapat mengidentifikasi gugus fungsi
aldehid dan keton? Karena 2,4-DNPH berfungsi untuk menentukan adanya
ikatan rangkap antara O dan C. Warna dari endapan yang terbentuk dapat
memberi informasi tertentu. Senyawa karbonil jenuh cenderung
memberikan warna kuning, sedangkan aldehid atau keton yang tidak jenuh
(C=O) memberikan warna merah atau oranye. Dalam pengujian gugus
keton, setelah ditambahkan dengan etanol dan 2,4-DNPH, terlihat bahwa
larutan aseton menunjukkan warna oranye yang lebih tua dibandingkan
dengan warna oranye yang terbentuk di larutan heksana. Ini menandakan
bahwa aseton positif memiliki gugus fungsi keton sedangkan heksana
tidak. Dalam pengujian gugus aldehida, glukosa diuji dengan reagen
aseton dan asam kromat dan formaldehida diuji dengan reagen etanol dan
2,4-DNPH. Dalam uji asam kromat, prinsip percobaan yang dilakukan
adalah menambahkan asam kromat yang akan menyebabkan aldehid
teroksidasi menjadi asam karboksilat. Mengapa uji gugus fungsi aldehid
dibedakan dengan 2 tabung dan volume berbeda? Tujuan dari
membedakan itu adalah untuk membuktikan bahwa sampel terbukti
merupakan gugus fungsi aldehid. Aldehid dapat dioksidasi oleh asam,
sedangkan keton tidak dapat dioksidasi oleh asam. Kemudian karena pada
volume yang sedikit cenderung dapat bereaksi dengan cepat maka
volumreagen dibedakan sesuai kebutuhan suatu perekai apakah cenderung
cepat atau lambat melakukan reaksi. Sedangkan pada keton, tidak akan
terjadi reaksi oksidasi. Dalam pengujian asam kromat, aldehid akan
berubah menjadi warna hijau. Pada percobaan ini, aldehid akan dioksidasi
oleh asam kromat, sedangkan keton tidak. Ketika aldehid dioksidasi oleh
asam kromat yang berwarna merah-jingga menjadi asam karboksilat, asam
kromat akan tereduksi menjadi Cr+3 yang berwarna hijau. Dalam
percobaan kali ini, didapatkan glukosa membentuk warna kuning setelah
ditambah etanol dan asam kromat, warna kuning ini disebabkan oleh
warna asam kromat yang memang berwarna kuning, jadi glukosa dapat
dipastikan bukan merupakan gugus fungsi aldehid, sedangkan
formaldehida melakukan reaksi substitusi dengan 2,4-DNPH membentuk
warna oranye dan membuktikan bahwa formaldehida merupakan gugus
fungsi aldehida. Sebelum mendapat warna yang diinginkan dalam
percobaan ini, larutan yang sudah dicampurkan tersebut harus didiamkan
selama 15 menit. Mengapa? Agar aseton yang direaksikan dapat
menghasilkan warna kuning kemerah-merahan/oranye dibandingkan
dengan reaksi dengan heksana.
Uji gugus alkil halida menggunakan kawat khusus yaitu kawat
beillstein karena kawat beillstein dapat mendeteksi kandungan halogen
dalam senyawa organik. Kawat beillstein dibersihkan dengan
menggunakan asam nitrat karena asam nitrat dapat menghilangkan atau
membersihkan peralatan laboratorium dari kerak kalsium dan magnesium
yang menempel didalamnya. Jika disuatu senyawa terdapat kandungan
halogen maka nyala yang terjadi pada kawat adalah warna hijau. Warna
hijau diperoleh dari kawat Cu yang mengalami oksidasi panas sehingga
menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini harus ditunggu sampai
menghilang agar warna yang ditambahkan dari reaksi Cu dan alkil
halidanya tidak terpengaruh dari oksidasi logam Cu nya sendiri.Uji alkil
halida heksana berfungsi untuk reduksi alkil halida karena warna hijau itu
berasal dari kawat beillstein jadi warna hijau yang muncul bukan karena
adanya heksana melainkan karena adanya kawat Cu yang mengalami
oksidasi. Penambahan metil klorida dapat digantikan dengan kloroform
karena sama-sama memiliki halida yang nantinya dapat bereaksi dengan
Cu untuk membentuk warna nyala hijau. Karena di laboratorium tidak ada
kawat beillstein, maka kawat digantikan dengan kawat Ni-Cr. Kawat Ni-
Cr yang digunakan saat uji nyala api tidak menunjukkan warna nyala
karena kandungan halogen hanya dapat di identifikasi menggunakan kawat
khusus yaitu kawat beillstein.
X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat di
identifikasi gugus fungsi alkena, alkohol, keton dan aldehida dengan uji
warnanya masing-masing dan hasil akhir alkena berwarna coklat, alkohol
berwarna hijau, aldehida berwarna oranye dan aseton berwarna merah.
Untuk alkil halida, setelah dilakukan uji nyala tidak menunjukkan warna
tertentu karena yang digunakan adalah kawat Ni-Krom bukan kawat
beillstein.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Amun. 2004. Jurnal Kesetimbangan Adsorpsi Optionar Campuran Biner
Cd (II) dan Cr (III) dengan Zeolit Terimpregnasi 2-merkaptobenzoattiozol. Lab
Pemisahan dan Pencampuran. Jurusan Teknik Kimia. FT Universitas Riau
Pekanbaru 28293.
Elizabeth, Kristiani. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia. Salatiga : UKSW
Fessenden dan Joan. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga
Hoffman, Jay R., et al. 2004. Protein-Which Is Best?. Journal of Sports Science
and Medicine. 3; 118-130. Las Vegas.
Jahja, Ranawidjaja, dkk. 1978. Ilmu Kimia untuk SMA Jilid I. Jakarta : PN Balai
Pustaka
Pudjaatmaka, A Handayana. 2002. Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka
Prasojo. 2010. Kimia Organik 1. Yogyakarta : Gajah Mada Press
Suja F wayan dan Muderawan. 2003. Buku Ajar Kimia Organik Lanjut
(Stereokimia, Struktur, dan Reaktivitas, Mekanisme Reaksi). Singaraja : IKIP
Negeri Singaraja
Waldjinah. 2012. Detik-detik Ujian Nasional Kimia. Klaten : Intan Pariwara

Anda mungkin juga menyukai