Laporan TTR

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KULIAH LAPANGAN TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH

DI PANTAI STRES KAWAL KABUPATEN BINTAN

Dosen Pengampu :
ERDA MUHARTATI, S.SI, M.SI

Oleh:

1. FITRIANI 140384205072
2. UJI ROTONI 140384205054
3. ERA ESTARI 140384205380

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016

KATA PENGANTAR
Segala pui syukur hanya untuk ALLAH SWT. Karena dengan
pertolongan nya lah penulis mampu menyelesaikan makalah
laporan kuliah lapangan TAKSONOMI TINGKAT RENDAH. Kami
membuat makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
dan wawasan pembaca.

Semoga dengan selesainya makalah laporan ini dapat


mempermudah pembaca untuk memperoleh penambahan
pengetahuan dalam belajar , dan penulis berharap agar pembaca
dapat mudah memahami laporan tugas tumbuhan tingkat rendah
yang telah dibuat penulis.

Apabila terdapat kesalah dalam penulisan, penulis mohon


kritikan dan saran nya. Terima kasih.

Tanjung pinang ,10 januari 2016

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................i

BAB I PENDAHULUAN.....................................................4

1.1 Latar Belakang.....................................................................4

2.1 Tujuan..................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................6

2.1 Tumbuhan paku..................Error! Bookmark not defined.

2.2 Lumut kerak.......................Error! Bookmark not defined.

2.3 Ganggang atau algae.........Error! Bookmark not defined.

2.4Jamur atau fungi.......................Error! Bookmark not defined.

BAB III PELAKSANAAN KULIAH LAPANGAN.........................9

3.1Waktu dan tempat.........................................................................9

3.2 Alat dan Bahan.............................................................................. 9

3.2.1 Alat.......................................................................................... 9

3.2.2 Bahan.................................................................................... 10

3.3 Cara kerja..............................................................................10

3.3.1 Persiapan.............................................................................. 10

3.3.2 Pengambilan sampel...........................................................10

3.3.3 Pengidentifikasian................................................................10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................11

4.1 Sargassum sp..........................................................................11

4.2 Paku sarang burung................................................................12

4.3 Paku laut.................................................................................. 14

4.4 paku sayur


................................................................................................
16

3
4.5 Lumut kerak
....................................................................................................
18

4.6 Alga keemasan


....................................................................................................
22

4.7 Alga kehijauan


....................................................................................................
24

4.8 Paku resam


....................................................................................................
27

BAB V PENUTUP.......................................................3029

5.1 Kesimpulan.........................................................................29

Daftar Pustaka............................................................30

Lampiran
....................................................................................................
31

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup


banyak, baik

flora maupun fauna. Kita boleh berbangga dengan kekayaan


tumbuhan yang

tidak dimiliki negara lain. Akan tetapi lebih kurang 30.000 sampai
40.000 jenis tumbuhan yang tersebar dari Aceh sampai Papua,
dari daratan rendah hingga dataran tinggi dari daerah tropik
hingga daerah sejuk, jenis-jenis pohon di Indonesia sangat
banyak. Oleh Endert, seorang pakar tumbuh-tumbuhan Belanda
yang pernah bekerja di Indonesia ditaksir ada kira-kira 4.000
jenis pohon dan dari 4.000 jenis ini belumlah kita kenal semua
baik namanya maupun sifatnya. Beragamnya mahkluk hidup
yang ada di bumi ini yang ditunjukkan dengan adanya variasi
bentuk, penampilan serta ciri-ciri yang lainnya, maka mendorong
diperlukannya suatu cara untuk mengelompokkan mahkluk hidup
agar mudah dipelajari dan dipahami. Para ilmuwan dari bidang
biologi mengembangkan suatu sistem pengelompokan yang
memudahkan untuk memahami, mempelajari, dan mengenali
mahkluk hidup dengan suatu sistem klasifikasi. Cabang ilmu
biologi yang mempelajari klasifikasi suatu mahkluk hidup disebut
dengan taksonomi atau sistematik. Bergantung pada golongan
makhluk hidup yang dijadikan obyek studi, apabila yang
merupakan obyek studinya adalah tumbuhan maka istilah yang
digunakan adalah Taksonomi atau Sistematik Tumbuhan, begitu

4
juga berlaku pada obyek studi hewan. Unsur utama yang menjadi
ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah pengenalan
(identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau
klasifikasi. Kata taksonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani
Taxis yang artinya susunan (arrangement) dan nomos artinya
aturan (hukum), taksonomi merupakan susunan berdasarkan
aturan tertentu. Menurut Lawrence dalam bukunya Taxonomy of
Vascular Plants definisi dari taksonomi dengan perumusan yang
lebih sederhana, taksonomi adalah ilmu pengetahuan yang
mencakup identifikasi, tatanama, dan klasifikasi pada obyek
biologi yang bila dibatasi pada tumbuhan saja sering disebut
dengan taksonomi tumbuhan.
1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktukum lapangan ini yaitu :

1. Untuk mengidentifikasi tumbuhan tingkat rendah yang ada


disekitar pantai stres,

2. Untuk mengetahui habitat masing-masing tumbuhan tersebut,

3. Mengetahui cara mengawetkn tumbuhan tersebut untuk koleksi


dilaboratorium guna pendidikan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan paku

Tumbuhan paku, paku-pakuan, atau pakis-pakisan adalah


sekelompok tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati
(Tracheophyta) tetapi tidak pernah menghasilkan biji untuk
reproduksi seksualnya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini
melepaskan spora sebagai alat penyebarluasan dan
perbanyakannya, menyerupai kelompok organisme seperti lumut
dan fungi.

Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah


bersalju abadi dan lautan, dengan kecenderungan ditemukan
tumbuh di tempat-tempat yang tidak subur untuk pertanian.
Total spesies yang diketahui sekitar 12.000, dengan perkiraan
1.300 sampai 3000 lebih spesies di antaranya tumbuh di
kawasan Malesia (yang mencakup Indonesia).

Pengelompokan klasik anggota tumbuhan paku (Pteridophyta,


dalam arti luas, mis. menurut Haeckel (1866)) pada pengetahuan
terkini dianggap bersifat parafiletik. Dari kelompok-kelompok
cabang utama tumbuhan berpembuluh, satu kelompok yang
mencakup paku kawat, kumpai, serta rane, ternyata memisah
paling awal dari kelompok lainnya. Kelompok tersebut sekarang
dimasukkan dalam divisio Lycopodiophyta. Ini menyebabkan
"Pteridophyta" sekarang memiliki dua pengertian: arti luas
(sebagaimana arti klasik, mencakup Lycopodiophyta) dan arti
sempit (arti klasik minus Lycopodiophyta). Kelompok tumbuhan
paku arti sempit bersifat holofiletik atau monofiletik, dan
sekarang disebut Pteridophyta atau, untuk menghindari
kebingungan, disebut Polypodiophyta atau Monilophyta.

6
Fosil paku tertua berasal dari kala Devon, sekitar 360 juta tahun
yang lalu tetapi suku-suku dan jenis-jenis modern baru muncul
sekitar 145 juta tahun yang lalu, di awal kala Kapur, di saat
tumbuhan berbunga sudah mendominasi vegetasi bumi.

Pemanfaatan tumbuhan paku oleh manusia terbatas.


Kebanyakan menjadi tanaman hias, sebagian kecil dimakan,
sebagai tumbuhan obat, atau bahan baku untuk alat bantu
kegiatan sehari-hari.

2.2 Lumut kerak (lichenes)

Lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dari golongan


Ascomycotina

atau Basidiomycotina (mikobion) dengan Chlorophyta atau


Cyanobacteria bersel satu (fikobion). Tumbuhan ini tergolong
tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan
tanah. Lumut kerak bersifat endolitik karena dapat masuk pada
bagian pinggir batu. Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan
syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air
dalam jangka waktu yang lama.

2.3 Ganggang atau algae

Thallophyta merupakan kelompok tumbuhan yang


mempunyai ciri utama yaitu tubuh berbentuk talus. Tumbuhan
talus merupakan tumbuhan yang struktur tubuhnya masih belum
bisa dibedakan antara akar, batang dan daun. Sedangkan
tumbuhan yang sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan

7
daun disebut dengan tumbuhan kormus. Ciri - ciri dari tumbuhan
talus ini adalah tersusun oleh satu sel yang berbentuk bulat
hingga banyak sel yang kadang-kadang mirip dengan tumbuhan
tingkat tinggi (sudah mengalami diferensiasi). Perkembangbiakan
pada umumnya secara vegetatif (aseksual) dan generatif
(seksual) dengan spora sebagai alat perkembangbiakannya.
Perkembangbiakan secara generatif terjadi melalui peleburan
gamet yang terbentuk didalam organ yang disebut
gametangium. Cara hidup pada tumbuhan talus ada tiga cara
yaitu :
autotrof (asimilasi dengan fotosintesis), heterotrof dan simbiosis.

2.4 Jamur atau fungi

Jamur merupakan organisme uniseluler maupun multiseluler


(umumnya berbentuk benang disebut hifa, hifa bercabang-
cabang membentuk bangunan seperti anyaman disebut
miselium, dinding sel mengandung kitin, eukariotik, tidak
berklorofil. Hidup secara heterotrof dengan jalan saprofit
(menguraikan sampah organik), parasit (merugikan organisme
lain), dan simbiosis. Habitat jamur secara umum terdapat di
darat dan tempat yang lembab. Jamur uniseluler dapat
berkembangbiak dengan dua cara yaitu vegetatif dapat
dilakukan dengan cara membentuk spora, membelah diri, kuncup
(budding). Secara generatif dengan cara membentuk spora
askus. Sedang untuk jamur multiseluler reproduksi vegetatif
dengan cara fragmentasi, konidium, zoospora. Secara generatif
dapat dilakukan dengan cara konjugasi, hifa yang akan
menghasilkan zigospora, spora askus, spora basidium.

8
BAB III

PELAKSANAAN KULIAH LAPANGAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT


Kuliah lapangan taksonomi tumbuhan tingkat rendah
dilakukan pada tanggal 9 januari 2016,bertempat di
PANTAI STRES KAWAL KABUPATEN BINTAN.
Waktu yang dilaksanakan kuliah lapangan sampai selesai
pada waktu jam 07.00 WIB-15.00 WIB.

3.2 ALAT DAN BAHAN


3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada kuliah lapangan :
1. Alat dokumentasi (kamera)
2. Termometer untuk mengukur suhu daratan dan suhu
lautan
3. Toples kaca/botol selai/botol nescaffe untuk
menyimpan obyek yang diamati
4. Kantong plastik untuk menyimpan obyek berbagai
ukuran
5. Koran
6. Sarung tangan karet
7. Masker
8. Jas hujan
9. Botol ampula/botol film
10. Alat tulis
11. Penggaris
12. Pinset
13. Karet gelang

3.2.2 Bahan
bahan yang digunakan pada praktikum lapangan kali ini
yaitu :

9
1. Formalin 4%
2. Alkohol 70%
3. Kertas label
4. Tisu

3.3 CARA KERJA

3.3.1 persiapan
a. menyiapkan alat yang diperlukan
b. mendengarkan instruksi dan arahan dari asiten atau
dosen pendamping
c. ukur suhu disekita lokasi pengambilan sampel

3.3.2 Pengambilan sampel


a. Berjalan kelokasi pengambilam sampel secara
berkelompok dengan didampingi oleh dosen
pembimbing
b. Memasukkan sampel yang ditemukan kedalam toples
atau kantong pastik

3.3.3 Pengidentifikasin
a. Dikumpulkan semua sampel yang ditemukan
b. Didokumentasikan setiap sampel yang ditemukan
c. Diamati ciri-ciri morfologi dari masing-masing spesies
d. Dicatat lokasi atau habitat sampel ditemukan
e. Diidentifikasi sampel yang didapat dan disusun
klasifikasinya.
f. Dibersihkan sampel yang ditemukan

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sargassum sp

Sargassum sp ditemukan didalam dasar pantai STRES KAWAL


KABUPATEN BINTAN.

Klasifikasi sargasum sp :

Kingdom : chloromalveolata

11
Divisio : heterkontophyta

Class : phaephyceae

Ordo : fucales

Family : sargassaceae

Genus : sargassum

Species : Sargassum sp

a. Morfologi

Rumput laut sargassum sp ini umumnya memiliki bentuk


thallus silindris atau gepeng. Cabangnya rimbun menyerupai
pohon didarat. Bentuk daun melebar lonjong atau seperti
pedang. Mempunyai gelembung udara (bladder) yang umumnya
soliter. Warna thallus umumnya coklat.

Ciri khusus yang dimiliki oleh sargassum sp. Antara lain


thallus pipih, licin, batang utama bulat agak kasar, dan holdfast
(bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk cakram.
Cabang pertama timbul pada bagian pangkal sekitar 1cm dari
holdfast.

Percabangan berselang seling secara teratur. Bentuk daun


oval dan memanjang berukuran (40x10mm). Pinggir daun

12
bergerigi jarang, berombak, dan ujung melengkung atau
meruncing. Vesicle (gelembung seperti buah) berbentuk lonjong,
ukuran meruncing berukuran (7x1,5)mm, dan agak pipih.

b. Reproduksi

Perkembangbiakan atau reproduksi marga Sargassum yang


termasuk bangsa Fucales, marga Sargassaceae dikenal dua cara
yaitu; Reproduksi asexual (vegetatif) dan sexual (generatif).
Reproduksi vegetatif dilakukan melalui fragmentasi yaitu
potongan thallus berkembang melakukan pertumbuhannya. Cara
ini banyak dilakukan untuk usaha budidaya. Reproduksi generatif
yaitu perkembangan individu melalui organ jantan (antheridia)
dan organ betina (oogenia).

c. Peranan

Sargassum dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman


Allium cepa L, Bawang Putih (Allium sativum L.), Merica
(Capsicum L.) and Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lamk).

4.2 Paku sarang burung (Asplenium nidus Linn)

13
Paku sarang burung ditemukan diatas daratan tidak jauh dari
pantai STRES KAWAL KABUPATEN BINTAN.

klasifikasi paku sarang burung asplenium nidus Lin :

Kingdom : Plantae

Divisio : Pteridophyta

Class : Polypodiopsida

Ordo : Polypodiales

Family : Aspleniaceae

Genus : Asplenium

14
Species : Asplenium nidus

a. Morfologi

Paku sarang burung (Asplenium nidus LIN) merupakan jenis


tumbuhan paku populer sebagai tanaman hias halaman. Orang
Sunda menyebutnya kadaka, sementara dalam bahasa Jawa
dikenal dengan kedakah. Penyebaran alaminya adalah di sabuk
tropis Dunia Lama (Afrika Timur, India tropis, Indocina, Malesia,
hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik. Walaupun dalam artikel
ini paku sarang burung disamakan dengan A. nidus hasil
penelitian terakhir menunjukkan kemungkinan revisi, bahwa
paku sarang burung mencakup beberapa jenis berkerabat dekat
namun berbeda. A. australasiaticum juga sering dianggap
sebagai paku sarang burung.

Paku ini mudah dikenal karena tajuknya yang besar,


entalnya dapat mencapai panjang 150 cm dan lebar 20 cm,
menyerupai daun pisang. Peruratan daun menyirip tunggal.
Warna helai daun hijau cerah, dan menguning bila terkena
cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi bawah helai,
pada urat-urat daun, dengan sori tertutup semacam kantung
memanjang (biasa pada Aspleniaceae). Ental-ental yang
mengering akan membentuk semacam "sarang" yang
menumpang pada cabang-cabang pohon. "Sarang" ini bersifat
menyimpan air dan dapat ditumbuhi tumbuhan epifit lainnya.

b. Reproduksi

Tumbuhan paku sarang burung berkembang biak secara


vegetatif generatif. Perkembangbiakan secara vegetatif dengan
menghasilkan tunas dan spora. Spora pada tumbuhan paku

15
dibentuk di dalam kotak spora (sporangium). Pada berbagai jenis
tumbuhan paku, sporangium memiliki susunan, bentuk, dan
ukuran, yang berbeda pula. Di dalam sporofil, sporangium
terletak dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk menjaga agar
spora yang terdapat di dalam sporangium tidak rusak, sorus
muda dilindungi oleh selaput tipis yang disebut indusium. Secara
generatif, perkembangbiakan tumbuhan paku berlangsung
dengan melibatkan sel kelamin jantan dan betina. Sel kelamin
jantan (sel spermatozoid) dihasilkan oleh anteridium dan sel
kelamin betina (ovum atau sel telur) dihasilkan oleh arkegonium.

c. Peranan

Paku sarang burung (Asplenium nidus LIN) merupakan jenis


tumbuhan paku populer sebagai tanaman hias halaman.

4.3 Paku laut Acrostichum aureum

16
Paku laut ditemukan didekat daerah PANTAI STRES KAWAL daerah
ditemukan nya paku laut seperti didaerah rawa berair.

Klasifikasi paku sarang burung :

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Class : Pteridopsida

Ordo : Pteridales

Family : Pteridaceae

Genus : Acrostichum

Species : A. aureum

a. Morfologi

Paku laut adalah sejenis paku-pakuan berukuran besar, yang


biasa tumbuh di tanah di bawah naungan hutan bakau atau
lahan basah lainnya. Paku atau pakis ini juga dikenal dengan
banyak nama lain seperti paku larat, papah.Paku dalam rumpun
yang besar, dapat mencapai tinggi 4 m, dan lebar rumpun yang
kurang lebih sama. Batang pendek dan kekar, tegak, tertutupi
oleh sisik-sisik besar kecoklatan.

17
Tumbuh menahun, paku laut hidup di lingkungan hutan
bakau (mangrove), rawa pantai, tambak, serta di sepanjang
sungai, parit dan kanal dekat laut. Meski demikian, Acrostichum
aureum tak seberapa tahan oleh penggenangan pasang air laut
dan tak menyukai tanah-tanah dengan salinitas tinggi; tak
sebagaimana kerabat dekatnya, A. speciosum.

Meski bersifat halofit (halophytic), paku laut membutuhkan


pasokan air tawar yang cukup agar dapat tumbuh optimal. Di
tempat-tempat di mana frekuensi penggenangan pasang laut
cukup tinggi (10-28 kali perbulan), pakis ini tumbuh kerdil atau
bahkan sama sekali tak mau tumbuh. Terhadap penyinaran
matahari, paku ini dapat mentolerir pelbagai kondisi seperti
tumbuh di bawah naungan hingga ke tempat-tempat terbuka
yang terik. Bahkan, paku ini dapat menginvasi lahan-lahan bekas
tebangan dan membentuk padang paku laut yang cukup luas.

Daun-daun majemuk menyirip, liat serupa kulit (jangat),


panjangnya dapat mencapai 3 m, namun dengan tak lebih dari
30 pasang anak daun yang terletak tak beraturan dan, kadang-
kadang, renggang. Beberapa pasang (5 pasang atau lebih) anak
daun di ujung kerap fertil dan berwarna karat atau kecoklatan,
dengan sisi bawah yang tertutupi oleh banyak sporangia yang
besar-besar. Anak-anak daun yang steril (mandul) berada di
bagian bawah, lebih panjang dan berujung tumpul atau
membulat, serta dengan tonjolan ujung kecil yang pendek.

b. Manfaat

Daun-daun paku laut yang dikeringkan dipergunakan


sebagai atap rumah. Pucuknya yang muda juga dimanfaatkan

18
sebagai sayuran di beberapa daerah. Daun-daun yang tua dan
juga akarnya digunakan sebagai bahan obat tradisional.

4.4 Paku sayur Diplazium esculentum

Paku laut ditemukan didekat daerah PANTAI STRES KAWAL daerah


ditemukan nya paku laut seperti didaerah rawa berair.

Klasifikasi paku sayur:

Kingdom :Plantae

Divisio : Peridophyta

Class : Pteridopsida

Ordo : Athyriales

Family : Athyriaceae

Genus : Diplazium

19
Spesies : D. Esculentum

a. Morfologi

Paku sayur (Diplazium esculentum) merupakan sejenis


paku/pakis yang biasa dimakan ental mudanya sebagai sayuran
oleh penduduk Asia Tenggara dan kepulauan di Samudera Pasifik.
Paku ini biasanya tumbuh di tepi sungai atau di tebing-tebing
yang lembap dan teduh. Pemanfaatanya biasanya digulai atau
dijadikan lalap setelah direbus terlebih dahulu. Konsumsi mentah
tidak dianjurkan karena mengandung asam sikimat yang
mengganggu pencernaan manusia.Paku sayur biasanya tidak
dibudidayakan. Pedagang mencari di hutan atau kebun lalu
dijual.

Struktur tubuh tumbuhan paku :

1. Akar bersifat seperti akar serabut, ujungnya dilindungi


kaliptra yang terdiri atas sel-sel yang dapat dibedakan
dengan sel-sel akarnya sendiri.

2. Batang pada sebagian besar jenis tumbuhan paku tidak


tampak karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang,
mungkin menjalar atau sedikit tegak.

3. Daun selalu melingkar dan menggulung pada usia muda.


Berdasarkan bentuk ukuran dan susunannya, daun paku
dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

Mikrofil, daun ini berbentuk kecil seperti rambut atau


sisik, tidak bertangkai dan tidak bertulang daun,
belum memperlihatkan diferensiasi sel, dan tidak
dapat dibedakan antara epidermis, daging daun dan
tulang daun.

20
Makrofil, daun yang bentuknya besar, bertangkai dan
bertulang daun, serta bercabang-cabang. Sel-sel
penyusunnya telah memperlihatkan diferensiasi.

b. Reproduksi Paku
Reproduksi secara aseksual (vegetatif), yakni dengan
stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Secara seksual
(generatif), melalui pembentukan sel kelamin jantan dan betina
oleh gametogonium. Gametangium jantan (anteridium)
menghasilkan spermatozoid dan gametangium betina
(arkegonium) menghasilkan sel telur (ovum).

4.5 Lumut kerak

a. Morfologi

Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan karena merupakan


gabungan dari alga dan fungi serta sejarah perkembangan yang

21
berbeda. Para ahli klasifikasi taksonomi seperti Bessey (1950),
Martin (1950) dan Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa
lichenes dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam kelompok
jamur sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam ordo
Leocanorales dari Ascomycetes. Smith (1955) menganjurkan
agar lichenes dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah
yang berbeda dari alga dan fungi.

Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar


klasifikasinya secara umum adalah sebagai berikut :

a). Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya :

1) Ascolichens

1. Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka


tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh :
Dermatocarpon dan Verrucaria.

2. Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes


membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur
panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.

Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen alga


dari famili: Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya
berupa gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema,
Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae
adalah : Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dll.

22
2) Basidiolichenes

Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae.


Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan tiga
genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa
filamen yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu
Chrococcus.

3) Lichen Imperfect

Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus, Lepraria,


Leprocanlon, Normandia, dll.

b) Berdasarkan alga yang menyusun thalus :

1) Homoimerus

Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus.


Komponen alga mendominasi dengan bentuk seperti gelatin,
termasuk dalam Mycophyceae.

2) Heteromerous

23
Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan
komponen jamur menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak
berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia

Secara umum Taksonomi lichenes menurut Misra dan


Agrawal (1978) adalah sebagai berikut :

Kelas : Ascolichens

Ordo : Lecanorales

Famili : Lichinaceae, Collemataceae, Coccocarpiaceae,


Perltigeraceae, Heppiaceae, Pannariaceae, Stictaceae,
Graphidaceae, Thelotremataceae, Asterothyriaceae,
Gyalectaceae, Lecidaeceae, Stereocaulaceae, Cladoniaceae,
Umbilicariaceae, Lecanoraceae, Parmeliaceae, Usneaceae,
Physciaceae, Theloshistaceae.

Ordo : Sphariales

Famili : Pyrenulaceae, Strigulaceae, Verrucariaceae

24
Ordo : Caliciales

Famili : Caliciaceae, Cypheliaceae, Sphaephoraceae

Ordo : Myrangiales

Famili : Arthoniaceae, Myrangiaceae

Ordo : Pleosporales

Famili : Arthopyreniaceae

Ordo : Hysteriales

Famili : Lecanactidaceae, Opegraphaceae, Rocellaceae

Kelas : Basidiolichens

Famili : Herpothallaceae, Coraceae, Dictyonamataceae,


Thelolomataceae.

25
Klas : Lichens Imperfect

Genus : Cystocoleus, Lepraria, Lichenothrix, Racodium.


b. Reproduksi lumut kerak

a. Secara Vegetatif

1. Fragmentasi : Fragmentasi adalah perkembangbiakan


dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari
induknya dan kemudian berkembang menjadi individu
baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut
dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose, bagian
tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu
dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru. Reproduksi
vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling
produktif untuk peningkatan jumlah individu.

2. Isidia : Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya


yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium akan
tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai.

3. Soredia : Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang


yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang
miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari
induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium
tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh
lichenes baru. Lichenes yang baru memiliki karakteristik
yang sama dengan induknya.

b. Secara Seksual

26
Perkembangan seksual pada lichenes hanya terbatas pada
pembiakan jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan
secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun tubuh
lichenes.

c. manfaat

Manfaat lumut kerak bagi kehidupan manusia diantaranya:

1. Dapat dibuat obat contoh : Usnea filipendula (antibiotik)

2. Digunakan sebagai penambah rasa dan aroma (masakan


jepang)

3. Pigmen yang dihasilkan dapat dibuat kertas lakmus celup


indikator pH

4. Pada daerah bebatuan, lumut kerak dapat melapukan


bebatuan dan menambah kandungan zat-zat yang
dimilikinya

5. Dapat digunakan sebagai indikator pencemaran

4.6 Alga keemasan

27
Ditemukan didasar dalam pantai STRES KAWAL KABUPATEN
BINTAN.

Klasifikasi : crysophyta sp

Kingdom : chloromalveolata

Divisio : heterkontophyta

Class : Chrysophyceae

Ordo : Chrysamoebales

Spesies : crysophyta sp

a. Morfologi

28
Chrysophyta atau ganggang keemasan (yunani, chrysos =
emas) memiliki pigmen dominan karoten berupa xantofil yang
memberikan warna keemasan. Pigmen lainnya adalah
fukoxantin, klorofil a dan klorofil c. Bentuk tubuh ganggang
keemasan ada yang uniseluler soliter (misal ochromonas) atau
ada juga yang berkoloni tidak berflagellum, dan ada juga yang
multiseluler (missalvaucheria). Dinding sel chrysophyta
mengandung hemiselulose, silica yang berperan sebagai
cadangan minyak bumi dan pectin. Inti sel pada chrysophyta
sebagian besar adalah besifat eukariota dan sebagian lagi
bersifat prokariota. Pada diatom (contohnya navicula) dinding
selnya berbentuk seperti cangkang yang tediri atas bagian dasar
atau hipoteca dan bagian penutup atau epiteca. Cadangan
makanan pada hrysophyta berupa lemak dan karbohidrat.

Ganggang keemasan sebagian besar hidup di air tawar


tetapi ada juga yang hidup di air laut dan ada yang hidup di
tanah. Meskipun ada anggota chrysophyta yang hidup di laut,
reproduksinya dilakukan secara aseksual dengan pembelahan
biner. Pada ganggang uniseluler reproduksi atau
perkembangbiakan dilakukan dengan pembentukan spora.
Sedangkan pada ganggang yang multiseluler reproduksi
seksualnya dilakukan melalui penyatuan dari jenis gamet. Ontoh
dari ganggang keemasan atau ganggang pirang adalah navicula,
synura, dan nishoous.

Berdasarkan pada persediaan karbohidrat, struktur kloroplas


dan heterokontous flagellanya maka divisi hrysophyta dibagi
menjadi 3 klas. Dalam chrysophyta, prinsip fotosintesis pigmen
biasanya terdiri dari klorofil a dan klorofil c dan karatenoid
fukosantin. Pengelompokan chrysophyta menunjukkan
perbedaan struktur kloroplas dan sering kali tedapat tiga

29
thylakoids di sekitar periphery kloropla (girdle lamena).
Kloroplast dan retikulum endoplasma sempit dan kurang adanya
perbedaan struktur : Ribosom terdapat pada permukaan luar
CER. Tingkat flagenta yang paling tinggi yaitu heterokontoun. Sel
heterokontous mempunyai dua flagel, yaitu age licin dan flagel
dengan bulu kaku seperti pipa atau mastigonema dalam dua
baris.

b.Reproduksi

Aseksualnya dengan cara membelah, yaitu sel diatomae


membelah diikuti pembelahan plasmanya menjadi dua, yaitu
satu tutup dan yang lain berupa kotaknya. Selanjutnya masing
masing untuk tutup akan membentuk kotak baru dan kotaknya
membentuk tutup baru juga. Pembelahan seperti ini berlangsung
berulang-ulang sampai didapatkan diatom yang ukurannya kecil
sekali kemudian mati. Jika sel mencapai bentuk minimum,
protoplas akan keluar menjadi badan yang disebut auksospora.
Auksospora tumbuh dan mencapai ukuran normal sehingga
terbentuklah kotak dan tutup seperti semula. Reproduksi
generatifnya secara oogami, yaitu sel diatom mengalami reduksi
sehingga terbentuklah gamet-gamet yang haploid, berupa sel
telur dan sperma. Sel telur dan sperma akan bertemu dan
melakukan pembuahan. Dengan demikian akan dihasilkan zigot,
yang akan tumbuh menjadi individu dewasa.

c.Manfaat

Dalam kehidupan manusia, ganggang keemasan mempunyai


manfaat. Khusus diatom (Navicula) yang telah mati dan
mengendap di dasar laut membentuk endapan tanah yang
bermanfaat sebagai bahan penggosok, penyekat dinamit, bahan
pembuatan cat, pernis, bahan dasar industri kaca, penyaring dan

30
piringan hitam. Ganggang yang termasuk Chryzopyta: Diatom
(Navicula), Ochromonas, Vaucheria. Navicula sebagai pembentuk
tanah diatom.

4.7 Alga kehijauan

Ditemukan didasar dalam pantai STRES KAWAL KECAMATAN


BINTAN.

Klasifikasi alga kehijauan:

Kingdom :Plantae

Divisio : Chlorophyta

Class : Chlorophyceae

Ordo : Halimedales

Genus : Caulerpa

31
Spesies : Caulepra racesmosa

a. Morfologi

Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok


tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel
dan berbentuk koloni. Di dilam alga terkandung bahan-bahan
organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral, dan juga
senyawa bioaktif. Sejauh ini pemanfaatan alga sebagai
komoditiperdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil
jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada
di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam
alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan,
kosmetik, farmasi dan lain-lain.

Ganggang hijau / Chlorohyta adalah salah satu klas dari


ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang
hijau ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel banyak
berupa benang, lembaran atau membentuk koloni spesies
ganggang hijau yang bersel tunggal ada yang dapat berpindah
tempat, tetapi ada pula yang menetap.

Algae hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi


algae. Algae hijau berbeda dengan devisi lainnya karena memiliki
warna hijau yang jelas seperti tumbuhan tingkat tnggi karena
mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan
dibandingkan karoten dan xantofit. Alga ini merupakan kelompok
alga terbesar dan yang paling beragam karena ada yang bersel
tunggal, koloni dan bersel banyak. warna hijau dari klorofil a dan
b yang sama dalam proporsi sebagai tinggi tanaman serta c
klorofil tetapi dilaporkan terdapat di beberapa prasinophyceae;
U-karoten, dan berbagai karakteristik xanthophylls. Hasil
asimilasi berupa amilum yang tersusun dalam kloroplas,

32
kloroplasnya beraneka bentuk dan ukurannya, ada yang seperti
mangkok, seperti busa, seperti jala, dan seperti bintang,
penyusunnya sama seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu
amilase dan amilopektin

b. Reproduksi

Reproduksi Chlorophyta dapat dilakukan dengan dua cara,


yaitu secara seksual dan secara aseksual. Reproduksi seksual
dilakukan dengan cara peleburan sel kelamin jantan dan betina
serta ada juga yang secara konjugasi. Reproduksi secara
aseksual dilakukan tanpa adanya peleburan sel jantan dan
betina, tetapi dilakukan dengan pembelahan biner (ganggang
bersel satu), fragmentasi (ganggang berbentuk benang dan
berkoloni), serta pembentukan zoospora (spora kembara).

c. Manfaat

Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem.


Berbagai jenis alga yang hidup bebas di air terutama yang
tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan
penyusun pitoplankton. Sebagian fitolankton adalah alga hijau,
pigmen klorofil yang dimilikinya aktif melakukan fotosintesis
sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam
ekosistem perairan.

Chlorella, salah satu anggota dari chlorophyceae memiliki


nilai gizi sangat tinggi dibandingkan dengan jenis jasad lainnya.
Ukuran tubuhnya mikroskopis, bentuk bulat, serta
berkembangbiak dengan pembelahan sel, di dalam sel chlorella
masih memiliki chlorelin yaitu semacam antibiotik yang dapat

33
menghambat pertumbuhan bakteri. Organisme ini banyak
ditemukan sebagai plankton air tawar.

Peranannya bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan


dalam penyelidikan metabolisme di laboratorium. Juga
dimanfaatkan sebagai bahan untuk obat-obatan, bahan kosmetik
dan bahan makanan. Serbuk Chlorella dalam industri obat-
obatan dimasukkan dalam kapsul dan dijual sebagai suplemen
makanan dikenal dengan Sun Chlorella. Pengembangannya
saat ini di kolam-kolam (contohnya di Pasuruan). Beberapa
anggota atau bagian yang bergabung dalam devisi chlorophyta
mempunyai persamaan pigmen, tempat penyimpanan dan
susunan kloroplas. Menurut Levavaseur (1989), menyatakan
bahwa pigmen-pigmen fotosintesis alga hijau berklarofil a dan b
dan mengandung siphonaxanthin atau lutein. Dan tempat
penyimpanan cadangan makanan biasanya berupa pati.

4.8 Paku resam

34
Paku resam ditemukan didaratan pantai STRES KAWAL
KABUPATEN BINTAN.

Klasifikasi Gleichenia linearis:

Kingdom : plantae

Divisio : Pteridophyta

Class : Gleicheniopsida

Ordo : Gleicheniales

Family : Gleicheniaceae

Genus : Gleichenia

Species : Gleichenia linearis

a. Morfologi

Setiap pelepah mempunyai daun hijau berbentuk bujur


sepanjang 3-7 cm. Dimana panjangpelepah diantara 10-20 cm
bergantung kepada umur pokok dan habitat. Beberapa
rujukkanmenyatakan ada pokok resam yang tinggi hingga 70
m (20 kaki) dengan tumbuh menumpangdengan pokok lain.
Kemampuan batang an daun resam yang berilang dan

35
padat menyebabkan iamenghalang pertumbuhan pokok lain di
kawasan dimana ia tumbuh sangat padat.

b.Peranan

Tumbuhan ini sangat bermanfaat karena


dapat menyuburkan tanah. Tumbuhan ini mampu menyerap
racun disekitar tempat tumbuhnya.

Resam dikenal sebagai tumbuhan invasif di beberapa tempat


karena mendominasi permukaan tanah menyebabkan tumbuhan
lain terhambat pertumbuhannya.

c.Manfaat

Digunakan sebagai tanaman hias di rumah-rumah. Dapat


pula digunakan untuk tiang bangunan, ekor merak, , bahkan ada
yang digunakan untuk pupuk hijau,untuk obat-obatan, Ada pula
yang dimanfaatkan untuk sayuran, Ada yang memanfaatkan
untuk alat penggosok dan pembersih, Bahkan pada zaman
dahulu fosil tumbuhan paku ini membentuk batu bara yang dapat
digunakan untuk bahan bakar.

36
BAB V
PENUTUP

5.1 kesimpulan

Kesimpulan yang kami dapatakan dari kegiatan peraktikum pada


tanggal 19 januari adalah, ternyata di pantai stress banyak ditemukan
berbagai spesies, seperti alga, lumut, rumput laut dan paku laut. Serta
dapat mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan yang kami temui pada
saat kegiatan berlangsung

Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati


yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Istilah "rumput laut"
adalah rancu secara botani karena dipakai untuk dua kelompok
"tumbuhan" yang berbeda. Dalam bahasa indonesia istilah
rumput laut dipakai untuk menyebut baik gulma laut dan lamun

Tumbuhan paku, paku-pakuan, atau pakis-pakisan adalah


sekelompok tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati tetapi
tidak pernah menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya Alih-
alih biji, kelompok tumbuhan ini melepaskan spora sebagai alat
penyebarluasan dan perbanyakannya, menyerupai kelompok
organisme seperti lumut dan fungi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Biodiversitywarriors2016 http://www. org/isi-katalog.php?


idk=3772&judul=Paku-Resam

echaatina 2016http://echaatina.blogspot.co.id/2013/12/makalah-
crysophyta-alga-keemasan.html

wawasanfadhitya2016http://wawasanfadhitya.blogspot.co.id/201
2/04/ganggang-hijau-chlorophyta.html

wikipedia2016https://id. org/wiki/Lumut_kerak

38
LAMPIRAN

39
Sargassum sp Paku sarang burung
(Asplenium nidus Linn)

Paku laut acrostichum Paku diplazium esculentum


aureum

40
Lumut kerak (lichenes) Alga keemasan (crysophyta
sp)

Alga kehijauan (clorophyta Paku resam


sp)

41
42

Anda mungkin juga menyukai