773 - Sni 8201.1-2015

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.

id dan tidak untuk di komersialkan


SNI 8201.1:2015

Tembakau krosok - Bagian 1 : Burley

Badan Standardisasi Nasional


Standar Nasional Indonesia

ICS 65.160
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
BSN 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan
dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN

BSN
Email: [email protected]
www.bsn.go.id

Diterbitkan di Jakarta
SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
Daftar isi

Daftar isi.....................................................................................................................................i
Prakata ..................................................................................................................................... ii
1 Ruang lingkup .................................................................................................................... 1
2 Acuan normatif................................................................................................................... 1
3 Istilah dan definisi .............................................................................................................. 1
4 Klasifikasi ........................................................................................................................... 3
5 Syarat mutu ....................................................................................................................... 4
6 Pengambilan contoh dan pengujian contoh....................................................................... 5
7 Penandaan ........................................................................................................................ 6
8 Pengebalan........................................................................................................................ 6
Lampiran A (normatif) Cara uji................................................................................................. 7
Lampiran B (informatif) Pengujian tambahan ........................................................................ 10
Lampiran C (informatif) Contoh non tobacco related material (NTRM) pada krosok tembakau
burley ..................................................................................................................................... 17
Bibliografi ............................................................................................................................... 18

Tabel 1 - Persyaratan umum ................................................................................................... 4


Tabel 2 - Persyaratan khusus .................................................................................................. 5

BSN 2015 i
SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) disusun berdasarkan usulan dari seluruh pemangku
kepentingan sesuai dengan kondisi di proses pengolahan, proses industri rokok dan kondisi
pasar untuk memberikan kepastian dan konsistensi mutu.

Tembakau krosok burley merupakan jenis tembakau introduksi yang ditanam di daerah
Lumajang, Jember dan sekitarnya.

Standar ini digunakan untuk mewujudkan perdagangan yang transparan antara pembeli dan
penjual untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Standar ini dirumuskan oleh Komite Teknis (Komtek) 65-03 Pertanian, telah dibahas dalam
rapat teknis dan terakhir disepakati dalam rapat konsensus di Bogor pada tanggal 17
Februari 2015.

Standar ini juga telah melalui jajak pendapat pada tanggal 20 Maret 2015 sampai dengan
19 Mei 2015 dengan hasil akhir RASNI.

BSN 2015 ii
SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
Tembakau krosok - Bagian 1 : Burley

1 Ruang lingkup

Standar ini menetapkan istilah dan definisi, klasifikasi/penggolongan, syarat mutu,


pengambilan contoh, cara uji, dan pengebalan tembakau burley.

2 Acuan normatif

Pedoman pengujian residu pestisida dalam hasil pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, Departemen Pertanian, 2006

Coresta Guide N5 2008 : Technical Guideline for Pesticide Residue Analysis on Tobacco
and Tobacco Products

3 Istilah dan definisi

Untuk penggunaan dalam dokumen ini istilah dan definisi berikut digunakan :

3.1
aroma
bau khas krosok tembakau burley

3.2
aroma menyimpang
bau yang menyimpang dibanding bau yang seharusnya pada krosok tembakau burley

3.3
bau duf
tembakau yang berbau tidak sehat karena terlalu kotor/berdebu dan atau berkapang dalam
kondisi kering

3.4
bau muf
tembakau yang berbau tidak sehat karena terlalu kotor, termasuk berdebu dan atau
berkapang dalam kondisi basah

3.5
bal tembakau
krosok tembakau burley dalam volume dan berat tertentu kemudian dipres dengan alat
pengepres selanjutnya diikat dengan tali dari bahan organik

3.6
benda asing (NTRM = Non Tobacco Related Material)
benda selain tembakau yang terdapat dalam kemasan tembakau

BSN 2015 1 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
3.7
cacat (injury)
kerusakan yang terjadi pada krosok baik yang berasal dari pertanaman maupun dari panen
dan proses pengolahan, tidak termasuk cacat yang terjadi selama dalam penyimpanan
setelah pengolahan

3.8
kelas mutu
tingkatan mutu tembakau paling rinci sesuai permintaan konsumen, di lapangan dikenal
dengan istilah grade

3.9
kapang
mikroorganisme yang termasuk dalam anggota Kingdom Fungi yang tumbuh pada sebagian
atau seluruh bagian tembakau

3.10
krosok
lembaran daun tembakau kering

3.11
Lasioderma serricorne F.
hama yang menyerang dan merusak krosok yang dapat menyebabkan penurunan mutu

3.12
limbah (waste)
tembakau cacat yang tidak bisa digunakan lagi sebagai bahan pembuatan rokok

3.13
nondescript (ND)
tembakau yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat memenuhi spesifikasi mutu paling
rendah

3.14
posisi daun
letak daun pada batang

3.14.1
daun pucuk (T=tips)
posisi daun yang terletak pada daun ke 21-24 dari bawah

3.14.2
daun atas (B=leafs)
posisi daun yang terletak pada daun ke 13-20 dari bawah

3.14.3
daun tengah (C=lugs atau cutters)
posisi daun yang terletak pada daun ke 7-12 dari bawah

3.14.4
daun koseran - kaki (X=flyings)
posisi daun yang terletak pada daun ke 1-6 dari bawah

BSN 2015 2 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
3.15
scrap
serpihan krosok yang terjadi akibat proses pengolahan, pengangkutan dan pengebalan

3.16
spikel/blontrok
bercak hijau, hitam dan/atau putih akibat serangan Cercospora nicotianae

3.17
tembakau burley
daun tembakau kering atau disebut krosok dari tanaman tembakau (Nicotiana tabacum
Linn.), jenis burley yang ditanam pada akhir musim penghujan dan dipanen pada musim
kemarau, serta diolah dengan udara suhu kamar (air-curing) dan hasilnya berupa lembaran
daun tembakau kering yang disebut krosok tembakau burley

3.18
toleransi cacat (injury tolerance)
maksimum cacat yang masih diperbolehkan pada tiap jenis mutu

3.19
warna
kenampakan visual tembakau yang menggambarkan kemasakan daun saat dipetik,
keoptimalan pemeraman dan tingkat intensitas sinar matahari saat penjemuran

3.20
warna hijau mati
penyimpangan warna tembakau sebagai akibat dari petik muda, terpapar sinar matahari dan
atau kerusakan fisik pada saat pengangkutan dan pengolahan

3.21
warna hitam busuk
penyimpangan warna tembakau sebagai akibat kesalahan dalam proses pemeraman,
pengeringan dan penyimpanan

3.22
kering pasar
kondisi tembakau kering yang ditentukan dengan cara dipegang dan digenggam

3.23
ikat
krosok pada kelas mutu yang sama terdiri atas 20 sampai dengan 30 lembar daun yang
diikat dengan 1 lembar krosok yang mutunya sama, di lapangan dikenal dengan istilah
unting

4 Klasifikasi

4.1 Berdasarkan warnanya dibedakan 5 (lima) warna dari yang terbaik sampai kurang baik :

F = coklat cerah (tan)


R = coklat kemerahan (red)
L = coklat kekuningan,cerah (buff)
K = campuran (varigated)
V= coklat kehijauan (greenish)

BSN 2015 3 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
4.2 Berdasarkan letak daun pada batang (group) dibedakan menjadi 4 (empat) jenis dari
yang terbaik sampai kurang baik :

a. daun atas (Leafs =B)


b. daun tengah (Lugs atau Cutters = C)
c. daun pucuk (Tips = T)
d. daun koseran-kaki (Flyings =X)

4.3 Berdasarkan toleransi cacat dibedakan menjadi 4 (empat) jenis :

a. Cacat 1 = luas cacat 0 % - 10% dari luas krosok (Fine = Sangat baik)
b. Cacat 2 = luas cacat 11% - 20 % dari luas krosok (Good = Baik)
c. Cacat 3 = luas cacat 21% - 40 % dari luas krosok (Fair = Cukup)
d. Cacat 4 = luas cacat > 40 % dari luas krosok (Low = Rendah)

5 Syarat mutu

5.1 Syarat umum

Berlaku untuk semua kelas mutu yang harus memenuhi persyaratan umum seperti pada
Tabel 1.

Tabel 1 - Persyaratan umum

No Uraian Keterangan
1. Lasioderma serricorne F. hidup Tidak ada
2. Kapang Tidak ada
3. Warna hijau mati/hitam busuk Tidak ada
4. Bau duf dan atau muf Tidak ada
5. Benda asing Tidak ada
6. Kemurnian Murni
7. Kekeringan tembakau Kering pasar

5. 2 Syarat Khusus

Syarat khusus tembakau burley sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.

BSN 2015 4 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
Tabel 2 - Persyaratan khusus

Toleransi cacat (%) :1= 0-10%; 2= 11-20%; 3= 21-40% ; 4= >40%


Posisi daun
Warna krosok
pada batang ND Scrap
F R L K V
BF1, BR1,
BL1, A atau B
BF2, BR2, BK3,
Atas (B=leafs) BL2, BV BND atau AB
BF3, BR3, BK4
BL3
BF4 BR4
CF1,
Tengah CL1, A atau B
CF2, CK3,
(C=Lugs or - CL2, CV CND atau AB
CF3, CK4
Cutters) CL3
CF4
TF1, TR1, A atau B
Pucuk TK3,
TF2, TR2, - TV TND atau AB
(T=Tips) TK4
TF3 TR3
XF1, XL1,
A atau B
Koseran-kaki XF2, XL2,
- XK3 XV XND atau AB
(X=Flyings) XF3, XL3
XF4

CATATAN
A : lebar 5 cm, warna cerah, kecacatan rendah
B : lebar < 5 cm, warna gelap sampai kehitaman dan atau cacat
AB : campuran antara A dan B

6 Pengambilan contoh dan pengujian contoh

6.1 Pengambilan contoh

Jika tembakau krosok burley disajikan dalam kemasan, maka contoh diambil secara
proporsional sebanyak 2 ikat sampai dengan 3 ikat untuk setiap bal.

Contoh tembakau diambil oleh petugas pengambil contoh bersertifikat atau kompeten
dibidangnya.

6.2 Pengujian dan penetapan kelas mutu

Pengujian dan penetapan kelas mutu tembakau krosok burley dilakukan oleh petugas yang
kompeten dibidangnya atau grader.

Cara uji tembakau krosok burley sesuai dengan Lampiran A.

BSN 2015 5 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
7 Penandaan

Cara penandaan diletakkan pada bagian luar dari bal tembakau dengan menggunakan
bahan yang tidak luntur atau barcode, jelas terbaca dan minimal meliputi :
- jenis tembakau,
- tahun panen,
- berat produk,
- kelas mutu

8 Pengebalan

8.1 Cara pengebalan

Tembakau tidak dikemas tetapi dibal dengan cara krosok diunting kemudian disusun rapi,
diikat menggunakan tali dari bahan organik.

8.2 Berat bal

Berat setiap bal 40 kg sampai dengan 60 kg.

8.3 Cara penulisan kelas mutu tembakau burley

Penulisan kelas mutu tembakau burley :


huruf pertama menyatakan letak posisi daun contoh (B, C, T, X)
huruf kedua menyatakan warna contoh (F, R, L, K, V)
huruf ketiga adalah angka menyatakan toleransi cacat.
Sedangkan grade tertentu ditulis dengan dua huruf tanpa menyatakan angka atau mutu,
contoh BV, CV, TND

BSN 2015 6 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
Lampiran A
(normatif)
Cara uji

A.1. Penentuan hama Lasioderma serricorne F. hidup

A.1.1 Prinsip

Pengamatan secara visual adanya hama Lasioderma serricorne F. hidup

A.1.2 Cara kerja

Amati secara seksama contoh uji tembakau terhadap adanya hama Lasioderma serricorne
F. hidup.Jika ditemui adanya lubang pada bagian daun, maka telusuri lembaran daun
tembakau sampai ditemukan hama Lasioderma serricorne F. hidup.

A.1.3 Cara menyatakan hasil

- Apabila dari seluruh contoh uji tidak ditemukan hama Lasioderma serricorne F. hidup,
maka hasil uji dinyatakan tidak ada.
- Apabila ditemukan hama Lasioderma serricorne F. hidup dalam keadaan hidup, maka
hasil uji dinyatakan ada.

A.2 Penentuan kapang

A.2.1 Prinsip

Pengamatan secara visual adanya kapang pada tembakau burley yang hidup atau
kemungkinan dapat tumbuh.

A.2.2 Cara kerja

Amati dengan seksama setiap contoh uji tembakau secara visual ada tidaknya kapang hidup
dan yang kemungkinan dapat tumbuh.

Amati kelembaban tembakau dengan cara memasukkan tangan ke dalam kemasan


tembakau. Bila dirasakan lembab, maka kapang yang diketemukan dianggap masih dapat
tumbuh.

A.2.3 Cara menyatakan hasil

- Apabila dari seluruh kemasan tembakau yang diuji tidak diketemukan kapang, maka hasil
uji dinyatakan tidak ada.
- Apabila dari seluruh kemasan tembakau yang diuji diketemukan kapang, maka hasil uji
dinyatakan ada.

A.3 Penentuan warna hijau mati dan hitam busuk

A.3.1 Prinsip

BSN 2015 7 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
Pengamatan secara visual adanya warna hijau mati dan hitam busuk pada krosok tembakau
burley.

A.3.2 Cara kerja

Amati dengan seksama setiap contoh uji tembakau terhadap ada tidaknya daun tembakau
warna hijau mati dan hitam busuk.

A.3.3 Cara menyatakan hasil

- Apabila tidak ditemukan tembakau warna hijau mati dan hitam busuk pada contoh uji,
maka hasil uji dinyatakan tidak ada.
- Apabila ditemukan tembakau warna hijau mati dan hitam busuk pada contoh uji, maka
hasil uji dinyatakan ada.

A.4 Penentuan bau duf dan bau muf

A.4.1 Prinsip

Pengamatan secara organoleptik bau tidak sehat yang tidak diinginkan dengan mencium
setiap contoh uji tembakau untuk melihat adanya bau duf dan bau muf.

A.4.2 Cara kerja

Amati secara organoleptik bau tidak sehat yang tidak diinginkan dengan mencium setiap
contoh uji tembakau untuk menilai adanya bau duf dan atau bau muf.

A.4.3 Cara menyatakan hasil

- Apabila dinilai tidak ada bau tidak sehat yang tidak diinginkan, maka hasil uji dinyatakan
tidak ada.
- Apabila dinilai adanya bau tidak sehat yang tidak diinginkan, maka hasil uji dinyatakan
ada.

A.5 Penentuan benda asing

A.5.1 Prinsip

Pengamatan secara visual adanya benda asing pada setiap contoh uji tembakau.

A.5.2 Cara kerja

Amati dengan seksama setiap contoh uji tembakau secara visual ada tidaknya benda asing.

A.5.3 Cara menyatakan hasil

- Ada, apabila ada benda asing selain tembakau kecuali yang diperkenankan.
- Tidak ada, apabila tidak ada benda asing selain tembakau kecuali yang diperkenankan.

A.6 Penentuan kemurnian

A.6.1 Prinsip
Pengamatan secara organoleptik terhadap kemurnian tembakau.

BSN 2015 8 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
A.6.2 Cara kerja

Amati dengan seksama secara organoleptik contoh uji tembakau terhadap ada tidaknya
tembakau jenis lain.

A.6.3 Cara menyatakan hasil

- Apabila tidak diketemukan tembakau jenis lain, maka hasil uji dinyatakan murni.
- Apabila diketemukan tembakau jenis lain, maka hasil uji dinyatakan tidak murni.

A.7 Penentuan tingkat kekeringan

A.7.1 Prinsip

Pengamatan secara visual tingkat kekeringan tembakau.

A.7.2 Cara kerja

Amati tingkat kekeringan tembakau dengan cara memegang dan menggengam contoh uji
tembakau.

A.7.3 Cara menyatakan hasil

Nyatakan hasil sesuai dengan tingkat kekeringan yang diamati .

A.8 Penentuan posisi daun

A.8.1 Prinsip
Pengamatan secara visual untuk menentukan posisi daun berdasarkan karakter masing-
masing tembakau.

A.8.2 Cara kerja

Amati secara seksama contoh uji tembakau terhadap sifat-sifat dan tanda-tanda yang
berkaitan dengan karakter masing-masing posisi daun pada batang.

A.8.3 Cara menyatakan hasil

Nyatakan hasil sesuai pengamatan.

A.9 Penentuan warna

A.9.1 Prinsip

Pengamatan secara visual warna pada tembakau yang telah dikemas.

A.9.2 Cara kerja

Amati dengan seksama secara visual setiap bagian tembakau didalam kemasan.

A.9.3 Cara menyatakan hasil

Nyatakan hasil sesuai pengamatan

BSN 2015 9 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
Lampiran B
(informatif)
Pengujian tambahan

B.1 Jenis pengujian


Jenis pengujian tambahan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Kadar air
2. Kadar Nikotin
3. Kadar klor
4. Kadar gula
5. Kadar abu
6. Kadar abu silikat
7. Residu pestisida

B.2 Penentuan kadar air

B.2.1 Prinsip

Pemisahan aseotropik air dengan pelarut organik.

B.2.2 Peralatan

- neraca analitik;
- labu didih;
- alat aufhauser;
- penangas air.

B.2.3 Pereaksi

Xilol.

B.2.4 Cara kerja

- Timbang dengan teliti contoh uji sebanyak 5 g dan masukkan ke dalam labu didih
berkapasitas 500 ml kemudian tambahkan 300 ml xilol serta batu didih.
- Sambungkan dengan alat aufhauser dan panaskan di atas penangas listrik selama 1 jam.
Setelah 1 jam matikan penangas dan biarkan alat aufhauser mendingin kemudian bilas
alat pendingin dengan xilol murni, lalu angkat aufhauser beserta labunya.
- Setelah dingin turunkan air yang melekat di bagian atau alat aufhauser dengan
membilasnya dengan xilol murni kemudian baca isi air dalam tabung aufhauser.

B.2.5 Cara menyatakan hasil

B.3 Penentuan kadar nikotin

BSN 2015 10 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
B.3.1 Peralatan

a. Neraca analitik,
b. Erlenmeyer,
c. Pipet,
d. Tabung kimia,
e. Pengaduk kaca,
f. Penangas air.

B.3.2 Pereaksi

a. Larutan Natrium Hidroksida,


b. Alkohol 96 %,
c. Indikator merah metil (petunjuk MM),
d. Larutan asam klorida (HCl 0,01 N),
e. Petrolium eter/eter minyak tanah ( 1 : 1 ).

B.3.3 Cara kerja

a. Timbang dengan teliti 1 gram contoh uji yang sudah digiling halus ke dalam tabung
kimia. Tambahkan 1 ml larutan NaOH dalam alkohol ( 3 bagian larutan NaOH 33 % dan
1 bagian alkohol 96 %), lalu aduk sampai rata dengan pengaduk yang telah dibersihkan
dengan kapas terlebih dahulu.
b. Kemudian tambahkan 20 ml larutan campuran petroleum eter (1 : 1), tutup dengan
sumbat dan kocok. Setelah dikocok. Biarkan 1 2 jam hingga endapan turun.
c. Pipet 10 ml cairan jernih pad lapisan atas ke dalam erlenmeyer 100 ml dan uapkan di
atas penangas air sampai kira-kira 1 ml.
d. Tambahkan 10 ml air suling dan 2 tetes petunjuk MM, lalu titar dengan larutan 0,01 N
1 ml HCl 0,01 N = 1,6223 mg nikotin.

B.3.4 Cara menyatakan hasil

Keterangan:
V = ml larutan HCl 0,01 N yang diperlukan untuk menitar contoh uji ( ml )
2 = faktor pengenceran
W = berat contoh uji (gram)

B.4 Penentuan kadar klorida (Cl) dengan cara mohr

B.4.1 Peralatan

a. Erlenmeyer,
b. Pipet volumetrik,
c. Burret.

B.4.2 Pereaksi

a. Asam Nitrat (HNO3)


b. Indikator merah metil ( petunjuk MM )
c. Natrium Bikarbonat
d. Kalium kromat

BSN 2015 11 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
e. Larutan perak nitrat 0,1 N
B.4.3 Cara kerja

a. Pipet 10 ml saringan sisa abu silikat (larutan A) ke dalam Erlenmeyer 250 ml, asamkan
dengan beberapa tetes HNO3 ( 1 : 1 ) sampai larutan bereaksi asam terhadap indikator
merah metal.
b. Netralkan dengan natrium bikarbonat, lalu encerkan dengan air suling hingga lebih
kurang 100 ml, dan tambahkan 1 ml larutan Kalium khromat 5 %.
c. Titar dengan larutan AgNO3 0,1 N sampai berwarna merah kecoklatan.

B.4.4 Cara menyatakan hasil

Koefisiensi nyala menurut Coolhas adalah:

B.5 Penentuan kadar gula

B.5.1 Peralatan

a. Neraca Analitik,
b. Labu ukur 250 ml dan 100 ml,
c. Corong penyaring,
d. Pipet,
e. Gelas ukur,
f. Buret,
g. Jam henti / Stopwatch,
h. Thermometer,
i. Erlenmeyer,
j. Pendingin udara tegak/refluks,
k. Penangas air.

B.5.2 Pereaksi

a. Timbal asetat setengah basa,


b. Larutan 430 gram Pb asetat dengan 800 ml air suling, panaskan sampai mendidik,
kemudian tambahkan 130 gram Pb dan masak sambil diaduk, didihkan selama 1 jam,
setelah dingin BJ nya dijadikan 1,25,
c. Amonium hidrogen fosfat 10 %,
d. Larutan 10 gram (NH4) 2HPO4 dengan 100 ml air suling,
e. Larutan Asam Sulfat (H2SO4) 25 %,
f. Larutan Asam Klorida (HCl) 25 %,
g. Larutan Kalium Iodida ( Kl ) 20 %,
h. Larutkan 20 gram Kl dengan 100 ml air suling,
i. Larutan Luff,
j. Larutkan 25 gram terusi ( CuSO4) 5H2O dengan 100 ml air suling,

BSN 2015 12 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
k. Larutkan 50 gram asam sitrat dengan 50 ml air suling dan larutkan 288 gram soda
(Na2CO3. 10H2O) dengan kurang lebih 400 ml air suling,
l. Tambahkan larutan asam sitrat sedikit demi sedikit ke dalam larutan soda, lalu
tambahkan campuran larutan tersebut dengan larutan terusi dan encerkan sampai 1 000
ml air suling.
m. Larutan kanji 0,5 %,
n. Basahkan 5 gram kanji dengan sedikit air dan aduk hingga rata, lalu campur dengan 1
liter air suling dan masak sampai mendidih. Tambah sedikit HgO sebagai pengawet.
o. Kalsium Karbonat (CaCO3),
p. Larutan Tio 0,1 N,
q. Larutan 25 gram Natrium Tio Sulfat dengan air mendidih yang baru saja didinginkan,
diencerkan dalam abu ukur 1 liter sampai tanda garis, tambahkan 0.2 g natrium
karbonat (Na2CO3. 10H2O).

B.5.3 Cara kerja

a. Timbang dengan teliti 2 gram contoh uji yang sudah digiling halus, masukkan ke dalam
labu ukur 100 ml.
b. Tambahkan 75 liter air panas dan sedikit CaCO3.
c. Panaskan selama 30 menit di atas penangas air dan dinginkan, kemudian tepatkan
hingga tanda garis dengan dengan air suling dan saring.
d. Pipet saringan sebanyak 50 ml ke dalam labu ukur 250 ml, tambahkan 5 ml Pb asetat
setengah basa dan goyangkan. Untuk menguji bahwa penambahan Pb asetat setengah
basa sudah cukup, tetesi larutan dengan 1 tetes (NH4)2HPO4 10 % bila timbul endapan
putih berarti penambahan Pb asetat setengah basa sudah cukup.
e. Tambahkan 20 ml larutan (NH4)2HPO4 10 % berlebihan, goyangkan dan biarkan
sebentar. Kemudian tambahkan lagi 15 ml larutan (NH4)2HP4 10 % berlebihan, lalu
goyangkan dan tepatkan hingga tanda garis dengan air suling.
f. Kocok 12 kali dan biarkan 30 menit. Kemudian saring.
g. Pipet 50 ml saringan ke dalam labu ukur 100 ml tambahkan 5 ml HCl 25 % dan pasang
termometer dalam labu ukur tersebut ke dalam penangas air.
h. Bila suhu di dalam labu ukur telah mencapai 69 oC 70 oC pertahankan suhu tersebut
selama 10 menit tepat dengan memakai jam/stopwatch.
i. Angkat labu dari dalam penangas air, bilas termometer dengan air suling dan dinginkan
labu ukur tersebut.
j. Netralkan isi labu dengan NaOH 30 % (pakai lakmus sebagai petunjuk). Tepatkan isi
labu dengan air suling hingga tanda garis, kocok 12 kali.
k. Pipet 10 ml larutan tersebut kedalam erlenmeyer 500 ml, tambahkan 15 ml air dan 25 ml
larutan luff (dengan volumetrik pipet) serta beberapa batu didih. Panaskan diatas
penangas listrik. Usahakan dalam waktu 3 menit sudah harus mendidih. Panaskan terus
sampai 10 menit mendidih dengan menggunakan jam/stopwatch.
l. Angkat dan segera dinginkan di dalam es, setelah dingin tambahkan 10 ml larutan
Kl 20 % dan 25 ml H2SO4 25 % (hati-hati terbentuk gas).
m. Titar dengan larutan Tio 0,1 N dan larutan kanji 0,5 % sebagai penunjuk 25 ml air suling
dan 25 larutan luff. Kerjakan seperti diatas (b - m).

BSN 2015 13 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
B.5.4 Cara menyatakan hasil

(b-a) ml larutan tio yang dipergunakan oleh contoh dijadikan ml larutan tio 0,1. Kemudian
dalam daftar dicari berapa mg sakar yang setara dengan ml tio yang dipergunakan :

Keterangan:
p = faktor pengenceran,
c = sakar setelah dicari dalam daftar (mg),
W= berat contoh uji (mg).

Jumlah bahan reduksi dihitung sebagai berikut :

menggunakan daftar Luff Schoorl dicari banyaknya mg glukosa (pereduksi


dihitung sebagai glukosa) yang setara dengan p ml tio 0,1000 N, misalkan n mg, maka :

menggunakan daftar

B.6 Penentuan kadar abu

B.6.1 Peralatan

- Neraca Analitik
- Cawan platina/silika cap. 30 ml
- Eksikator
- Penangas Listrik/pembakar bunsen
- Tanur listrik
- Gegep Penjepit

B.6.2 Cara kerja

- Pijarkan cawan platina/silika selama 15 menit dalam tanur, dinginkan dalam eksikator
sampai suhu kamar, kemudian timbang dengan teliti. Lakukan sampai bobot tetap

- Timbang dengan teliti 5 gram contoh uji ke dalam cawan tersebut dan letakkan di atas
penangas listrik, perlahan-lahan suhunya dinaikkan sampai tidak berasap lagi dan
contoh dengan seksama diarangkan.

- Masukkan cawan ke dalam tanur dan abukan pada suhu 550oC, angkat cawan dan
didinginkan dalam eksikator (abu harus putih bersih)

- Bila masih terdapat karbon, cawan didinginkan dan bubuhi beberapa ml air, lalu aduk
dengan pengaduk kaca dan keringkan diatas penangas air, selanjutnya abukan kembali
dalam tanur, sampai berwarna putih atau sedikit keabu-abuan. Dinginkan dalam
eksikator sampai suhu kamar dan timbang hingga bobot tetap

BSN 2015 14 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
B.6.3 Cara menyatakan hasil

Keterangan:
a = berat cawan + abu (gram)
b = berat cawan kosong
c = berat contoh (gram)

B.7 Penentuan kadar abu silikat

B.7.1 Peralatan

- Neraca Analitik
- Kaca Arloji
- Eksikator
- Penangas Listrik/pembakar bunsen
- Tanur listrik
- Lemari pengering listrik (Oven)
- Gegep Penjepit
- Neraca Analitik
- Labu ukur 250 ml dan 100 ml
- Corong penyaring
- Pipet
- Gelas ukur
- Buret
- Jam henti / Stopwatch
- Thermometer
- Erlenmeyer
- Pendingin udara tegak / refluk
- Penangas air

B.7.2 Pereaksi

- Asam nitrat pekat (HNO3)


- Asam Flourida (HF)
- Asam sulfat pekat (H2SO4)
- Asam Klorida (HCl)

B.7.3 Cara kerja

- Abu sisa pengabuan kering dilarutkan dengan 5 ml air dan 2 tetes HNO3, tutup dengan
kaca arloji (terbentuk CO2). Tambahkan kembali 5 ml HNO3 dua kali lagi, dan uapkan
sampai kering di atas penangas air. Kemudian keringkan dalam lemari pengering pada
suhu 120oC selama 1 jam

- Tambahkan HNO3 dan panaskan sebentar, lalu tambahkan air panas dan saring dengan
kertas saring tak berabu. Hasil saringan ditampung ke dalam labu ukur 250 ml (A). Cuci
dengan air panas, lalu lembabkan dengan HCl panas, kemudian cuci kembali dengan air
panas hingga netral

- Selanjutnya pindahkan abu silikat ke dalam cawan pijar yang telah diketahui bobotnya,
lalu abukan dalam tanur, dinginkan dan timbang hingga bobot tetap
BSN 2015 15 dari 18
SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
- Bila banyak uap terdapat SiO2 maka perlu diuapkan dengan HF dan setetes H2SO4 pekat,
lalu pijarkan dan hasilnya larutkan dalam HCl. Tambahkan larutan tersebut kedalam hasil
saringan pertama (A). Hasil saringan ini ditampung ke dalam labu ukur 250 ml lalu
ditetapkan isinya sampai tanda garis dan gunakan larutan ini untuk penentuan kadar
chlor

B.7.4 Cara menyatakan hasil

B.8 Penentuan kadar residu pestisida

Pengujian residu pestisida dalam ketentuan ini harus sesuai dengan pedoman pengujian
residu pestisida dalam hasil pertanian dan/atau Coresta guide Nomor 5 Tahun 2008.

BSN 2015 16 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
Lampiran C
(informatif)
Contoh non tobacco related material (NTRM) pada krosok tembakau burley

Non Tobacco Related Material (NTRM) dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok antara
lain sebagai berikut :

a. Kelompok NTRM Sintetik :


Gabus (stereofoam)
Rokok (cigarette butt)
Busa, spon (foam)
Plastik/bungkus permen (plastic)
Serat gelas (fiberglass/polysterine)
Tali senar (netting)
Tali rafia (nylon)

b. Kelompok NTRM Non Sintetik:


Batu/tanah (rocks roks)
Kaca (glass)
Kayu (wood)
Kain (cloth)
Tali/rambut/benang
Kertas (paper)
Besi/logam (metal)
Kapas (cotton)

c. Kelompok NTRM Organik :


Batang tanaman (stalks)
Daun ( weed)
Jerami (straw)
Bulu binatang (fur)
Makanan (food)
Serangga (insect)
Rumput (grass)

BSN 2015 17 dari 18


SNI 8201.1:2015

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan
Bibliografi

Campbell, J. S. 1995. Trends in tobacco leaf usability. Beitrage zur Tabakforchung


International. Beitrge zur Tabakforchung. 16(4):185-195.
Coresta. 2007. Task force harvest to market sanitation practices. Included Non Tobacco
Related Material. Final Report-September 2007.
Horwitz, W. 2000. Official methods of analysis of the Association Official Analytical Methods.
Vol. I and II, Food Composition Additives, Natural Contaminants. 17th ed. Association
Official Analytical Methods International Publisher. Maryland, USA
Official standard grades for burley tobacco (U.S. type 31 and foreign type 93) effective
November 5, 1990 (SuDoc A 88.6/2:T 551/990)
Suyanto, A., dan S. Tirtosastro. 2006. Permasalahan tembakau rakyat dan dampaknya
terhadap industri rokok. Prosiding Diskusi Panel Revitalisasi Sistem Agribisnis
Tembakau Bahan Baku Rokok. Diskusi Panel di Malang, Tanggal 12 Oktober 2004.
Voges, E. 2000. Tobacco Encyclopedia. Tabac Journal International, Mainz, Germany. 279p.

BSN 2015 18 dari 18

Anda mungkin juga menyukai