Adib Masruhan Edit
Adib Masruhan Edit
Adib Masruhan Edit
Oleh
ADIB MASRUHAN
40313001
PROPOSAL SKRIPSI
UNIVERSITAS PERADABAN
BUMIAYU
2016
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan
seseorang. Karena itu pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat
berpengaruh terhadap pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas.
Pendidikan dapat mendorong individu dalam meraih potensi yang
berkualitas sebagai bekal untuk masa sekarang dan masa yang akan datang
dalam menghadapi permasalahan yang ada. Banyak sekali ilmu yang terdapat
dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas yang bermanfaat bagi
diri sendiri maupun orang lain salah satunya adalah matematika.
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting
bagi peserta didik yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
Sehingga matematika sudah dipelajari dari sejak SD sampai ke jenjang
selanjutnya. Matematika sangat berperan penting terhadap kualitas peserta
didik sehingga siswa mempunya potensi atau kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis kritis dan kreatif. Sebagaimana yang telah dirumuskan
dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika bahwa
tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah antara lain agar peserta didik sanggup menghadapi perubahan
keadaan di kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atau dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,
efektif dan efisien.
Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM,
2000) tujuan umum pembelajaran matematika yaitu: (1) belajar untuk
berkomunikasi (mathematical communication), (2) belajar untuk bernalar
(mathematical reasoning), (3) belajar untuk memecahkan masalah
(mathematical problem solving), (4) belajar untuk mengaitkan ide
(mathematical connections), dan (5) pembentukan sikap positif terhadap
matematika (positive attitudes toward mathematics). Tujuan tersebut
menunjukkan betapa pentingnya belajar matematika, karena dengan belajar
matematika sejumlah kemampuan dan keterampilan tertentu berguna tidak
hanya saat belajar matematika namun dapat diaplikasikan dalam memecahkan
berbagai masalah sehari-hari.
Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 (Permendiknas,
2006: 106) bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah agar peserta didik
mempunyai kemampuan untuk memahami konsep matematika, menggunakan
penalaran, memecahkan masalah, mengomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika, salah satu
kemampuan yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan komunikasi
matematis.
Kemampuan komunikasi matematis mempunyai hubungan yang
sangat kuat dengan proses-proses matematis yang lain, seperti pemecahan
masalah, representasi, refleksi, penalaran, pembuktian, dan koneksi (Izzati
dan Didi 2010: 721). Kemampuan komunikasi matematis merupakan
kemampuan menggunakan bahasa matematika baik secara lisan maupun
secara tulisan untuk mengekspresikan ide-ide matematis dan argumen dengan
tepat, singkat, dan logis.
Berdasarkan hasil survei Programme for International Student
Assesment (PISA) tahun 2012, Indonesia menduduki rangking 64 dari 65
peserta dengan skor 375 (OECD, 2012). Literasi matematika pada PISA
memfokuskan kemampuan siswa dalam menganalisa, memberikan alasan,
dan menyampaikan ide secara efektif, merumuskan, memecahkan, dan
menginterpretasi masalah-masalah matematika dalam berbagai bentuk dan
situasi. Kemampuan-kemampuan tersebut erat kaitannya dengan kemampuan
komunikasi matematis siswa. Dalam hal ini terlihat bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa Indonesia masih tergolong rendah.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematis tampak juga pada
siswa MTS N 03 Brebes. Setelah dilakukan wawancara dengan guru bidang
studi Matematika di MTS tersebut diperoleh informasi bahwa banyak siswa
yang kesulitan dalam menggabungkan pemikiran matematis melalui
komunikasi, menjelaskan materi pembelajaran secara matematis, dan
menggunakan bahasa matematika selama pembelajaran di sekolah. Guru mata
pelajaran matematika di MTS Negeri 03 Brebes mengungkapkan bahwa
siswa cenderung kesulitan untuk mempelajari dan memahami materi-materi
matematika karena mereka tidak memiliki kemampuan komunikasi matematis
yang baik.
Penyebab rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa
diduga karena pada umumnya pembelajaran matematika masih menggunakan
pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional yang dimaksud
dalam hal ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
centered) yang dilakukan dengan perpaduan metode ceramah, tanya jawab,
dan penugasan. Dalam pembelajaran konvensional guru hanya menjelaskan
materi, kemudian memberikan contoh soal dan memberikan latihan soal yang
penyelesaiannya mirip dengan contoh soal lalu memberikan tugas rumah di
akhir pembelajaran, sehingga siswa hanya dilatih untuk menyelesaikan soal-
soal rutin saja, kemampuan matematis mereka pun kurang terasah, terutama
kemampuan komunikasi matematisnya.
Berdasarkan wawancara terhadap guru matematika bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa juga masih kurang dalam materi
bangun ruang.
Berdasarkan pengalaman salah satu guru matematika di suatu
sekolah MTS, menyatakan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan
dalam mengkomunikasikan soal matematika khususnya soal bangun ruang
yang hasilnya sangat kurang memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan Komunikasi Matematis siswa dalam menyelesaikan soal bangun
ruang sisi datar masih rendah.
Banyak faktor yang menyebabkan kemampuan komunikasi
matematis peserta didik rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan
kemampuan komunikasi matematis peserta didik rendah adalah model
pembelajaran yang diterapkan guru masih belum tepat. Banyak guru
matematika yang cara mengajarnya terlalu menekankan pada penguasaan
konsep belaka. Penumpukan konsep pada peserta didik dapat saja kurang
bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya
dikomunikasikan oleh guru kepada peserta didik melalui satu arah.
Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika peseta didik adalah model
PCL dan RME. Model pembelajaran PCL dapat membantu guru untuk
melibatkan peserta didiknya dalam proses belajar mengajar.
Problem Centered Learning (PCL) adalah salah satu model
pembelajaran matematika yang dalam kegiatan belajar mengajarnya dapat
merangsang siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
melalui serangkaian kegiatan eksplorasi dan diskusi. Pembelajaran
matematika realistik atau Realistic Mathematics Education (RME) adalah
sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang dikembangkan
Freudenthal di Belanda. Gravemeijer menjelaskan bahwa RME dapat
digolongkan sebagai aktivitas yang meliputi aktivitas pemecahan masalah,
mencari masalah dan mengorganisasi pokok persoalan. Matematika realistik
yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika sekolah yang
dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai
titik awal pembelajaran
Kedua model tersebut sama sama model yang sangat penting
apabila diterapkan dalam materi bangun ruang. Pertama model PCL, dalam
model ini PCL memusatkan siswa pada suatu masalah untuk dapat
dipecahkan bersama-sama melalui kegiatan kelompok kecil maupun diskusi
kelas besar sehingga melalui model pembelajaran PCL ini dapat dicapai dua
tujuan sekaligus yakni secara akademik berupa kegiatan pemecahan masalah
dan tujuan sosial karena dalam PCL siswa diharuskan untuk saling interaksi
dengan teman-temannya baik dalam diskusi kelompok kecil maupun dalam
diskusi kelas besar. Dalam PCL, siswa dituntut untuk bekerjasama dalam
melakukan kegiatan pemecahan masalah sehingga antar siswa harus
mempunyai hubungan sosial yang baik. Kedua adalah RME , pembelajaran
ini siswa akan dihadapkan dengan kondisi yang realistis terutama dalam
bangun ruang. Jadi siswa tidak hanya melihat gambar, tetapi siswa langsung
memegang bentuk bangun ruang tersebut sehingga kemampuan komunikasi
siswa bisa terasah.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Pengaruh Perbandingan Penggunaan Model RME
Dan PCL Berbatuan Media Power Point Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Pada Materi Bangun Ruang Kelas Viii.
B. Pembatasan Masalah
D. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui rata-rata kemampuan komunikasi matematis peserta
didik dengan menggunakan model CBL dan RME
b. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran PCL lebih baik dari
model RME terhadap kemampuan komunikasi matematis peserta didik
ataupun sebaliknya
c. Untuk mengetahui pengaruh positif dari keaktifan Model PCL
d. Untuk mengetahui pengaruh positif dari model RME
E. Manfaat
Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini menjadi suatu kajian ilmiah tentang pelaksanaan
pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran CBL dan
RME terhadap kemampuan komunikasi matematis pada materi bangun
ruang
b. Manfaat Praktis
1) Bagi peserta didik
a) Peserta didik dapat menguasai materi bangun ruang
b) Dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis peserta
didik
2) Bagi guru
a) Menambah pengetahuan bagi guru dalam menciptakan kegiatan
pembelajaran efektif yang mendorong partisipasi peserta didik pada
pembelajaran
b) Model pembelajaran CBL ataupun RME dapat dijadikan alternatif
model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar
c) Sebagai masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada
pembelajaran matematika
3) Bagi peneliti
a) Sebagai bahan untuk mengkaji model pembelajaran CBL dan RME
terhadap kemampuan komunikasi matematis
b) Menjadi pengalaman dalam proses pembelajaran menggunakan
model pembelajaran CBL dan RME pada materi bangun ruang
4) Bagi Sekolah
a) Sebagai referensi untuk mengembangkan proses pembelajaran
matematika yang lebih baik.
b) dapat memberikan konstribusi yang baik dalam rangka perbaikan
proses pembelajaran
F. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan informasi dasar rujukan yang
digunakan penulis dalam penelitian ini. Hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadi plagiat dan pengulangan dalam penelitian. Berdasarkan survey yang
peneliti lakukan, ada beberapa penelitian yang memiliki relevansi dengan
penelitian ini. Adapun penelitian-penelitian tersebut antara lain
H. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori diatas, makan dapat dirumuskan hipotesis
sebagai jawaban dari permasalahan yang diajukan antara laian :
a Rata-rata kemampuan komunikasi peserta didik yang mendapatkan
pembelajaran PCL lebih baik dari RME terhadap kemampuan
komunikasi matematis
b Rata-rata kemampuan komunikasi peserta didik yang mendapatkan
pembelajaran RME lebih baik dari PCL terhadap kemampuan
komunikasi matematis
c model PCL dan RME berpengaruh positif terhadap kemampuan
komunikasi peserta didik
I. Kerangka Fikir
Berdasarkan kendala yang terdapat dalam proses belajar siswa
adalah kurangnya interaksi antar siswa maupun interaksi dengan guru. yang
menyebabkan kemampuan siswa tidak bisa berkembang secara efektif. Murid
yang tidak aktif atau pendiam apalagi faktor guru yang kurang peka terhadap
perkembangan kemampuan siswanya maka minat belajar siswa akan
menurun. Selain itu kemampuan dan cara belajar siswa yang berbeda-beda
mengakibatkan perlunya strategi pembelajaran yang aktif untuk
meningkatkan semangat siswa dan keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran matematika.
MASALAH
1. Kemampuan Komunikasi matematis rendah
4. Variabel Penelitian
Berdasarkan hipotesis maka terdapat beberapa
variabel penelitian yaitu sebagai berikut.
a. Hipotesis pertama
Variabel (X) dalam penelitian ini adalah model CBL
dan RME dan variabel terikatnya (Y) adalah
kemampuan komunikasi matematis
b. Hipotesis kedua
Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah
aktivitas siswa dan variabel terikatnya (Y) adalah
kemampuan komunikasi matematis matematika.
5. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTS Negeri 03 Brebes yang
beralamat di Jalan Raya Bantarkawung Kecamatan Bantarkawung
Kabupaten Brebes kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
Adapun alasan pemilihan lokasi adalah dengan
pertimbangan bahwa di MTS Negeri 03 Brebes ini
memungkinkan untuk mendapatkan subjek penelitian yang
memadai sesuai dengan kriteria penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan dengan menyelidiki benda-
benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, notulen rapat,
agenda, dan lain sebagainya (Arikunto, 2012: 201). Teknik
dokumentasi digunakan untuk memperoleh data awal berupa jumlah
siswa dan prestasi belajar matematika siswa. Selain itu, metode
dokumentasi juga berfungsi sebagai alat untuk mengambil gambar
pada saat proses pembelajaran dan penelitian berlangsung
2. Metode Observasi
Mengamati (observasi) adalah menatap kejadian, gerak atau
proses (Arikunto, 2013: 273). Dalam penelitian ini, observasi
dilakukan dengan mengamati pelaksanaan proses pembelajaran
matematika yang meliputi pengamatan aktivitas siswa dan aktivitas
guru baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pengisian
lembar observasi dilakukan dengan menggunakan check list.
3. Metode Tes
Metode tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan
Komunikasi matematis peserta didik setelah dilakukan eksperimen
atau perlakuan, yaitu proses pembelajaran dengan menggunakan
model RME maupun RME. Soal tes yang akan digunakan untuk
mengukur kemampuan Komunikasi matematis diuji cobakan terlebih
dahulu dan kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas,
realibilitas, daya beda, dan taraf kesukaran dari tiap butir soal pada
kelas uji coba.
7. Instrumen pengumpulan data
a. Lembar Validasi
Lembar validasi merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam
penelitian. Lembar validasi digunakan untuk
mendapatkan data mengenai pendapat para ahli
terhadap perangkat pembelajaran yang menggunakan
RME dan PCL berbantuan media power point. lembar
validasi dalam penelitian ini yaitu lembar validasi RPP
dan lembar validasi media power point
b. Lembar Wawancara
Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara bebas
sehingga lembar wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara
dilakukan terhadap guru mata pelajaran matematika dan siswa untuk
mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran
matematika dan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kelas.
c. Lembar Dokumentasi
Lembar dokumentasi merupakan salah satu instrumen
pengumpulan data yang berupa data daftar nama siswa kelas VIII A
sampai kelas VIII B, data hasil ujian tengah semester ganjil kelas
VIII A sampai kelas VIII B, dan foto-foto selama kegiatan penelitian
berlangsung. Lembar dokumentasi juga digunakan sebagai bukti
telah melakukan penelitian di MTS Negeri 03 Brebes
d. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan alat yang digunakan untuk
mengetahui aktivitas belajar matematika siswa tanpa mengganggu
kegiatan siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi digunakan
pada saat proses pembelajaran di kelas eksperimen berlangsung.
Lembar observasi ini juga digunakan untuk
menganalisa dan merefleksi setiap proses
pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh
guru di dalam kelas.
e. Lembar Tes
Lembar tes digunakan untuk mengukur aspek kognitif yang
dimiliki siswa. Lembar tes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar posttest. lembar tes posttest digunakan untuk
mengetahui kemampuan komunikasis matematika siswa setelah
dilakukan proses pembelajaran.
2
dikonsultasikan ke tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k 1
2010:126).
c. Uji Kesamaan Rata-Rata
Uji kesamaan rata-rata data awal digunakan untuk
mengetahui apakah kedua sampel mempunyai kondisi awal yang
sama atau tidak. Hipotesis stasistiknya adalah sebagai berikut.
H o : 1=2
Ha : 1 2
Dengan
2 ( n11 ) s12 +( n21) s22
s= (Sukestiyarno, 2010: 111)
n1+ n22
Dimana
x 1 = rata-rata data awal peserta didik kelas eksperimen
x 2 = rata-rata data awal peserta didik kelas kontrol
n1 = banyak peserta didik kelas eksperimen
n2 = banyak peserta didik kelas kontrol
s 2 = varians gabungan
dengan =0.05 .
2. Analisis Data Akhir
Setelah diketahui bahwa kedua kelompok sampel
berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama (homogen),
kemudian dilaksanakan eksperimen. Kedua sampel diberi perlakuan
dengan model pembelajaran yang berbeda kemudian dilakukan tes
evaluasi. Hasil tes evaluasi merupakan data akhir yang digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah
kemampuan komunikasi matematis peserta didik pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis yang digunakan dalam uji normalitas adalah sebagai
berikut.
H 0 : data nilai kemampuan pemecahan masalah berdistribusi
normal
Ha : data nilai kemampuan pemecahan masalah tidak
berdistribusi normal
Rumus yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat yaitu sebagai
berikut.
k
(O i Ei ) 2
=
2
Ei (Sudjana 2005: 273)
i1
2 2
Kriteria pengujiannya adalah H 0 diterima jika ( 1 ) (k3)
dengan =0.05 .
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan
bahwa data nilai kemampuan komunikasi matematis peserta didik
kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama
atau tidak. Jika data nilai tersebut empunyai varians yang sama
maka kelompok tersebut dikatakan homogen. Pengujian
homogenitas k buah ( k 2 ) dengan banyaknya tiap kelas
H a : 12 22
dengan =0.05 .
c. Uji Hipotesis I
(Uji Ketuntasan Belajar)
1) Uji Ketuntasan Individual (Uji t)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata
hasil tes kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang
diberi perlakuan model pembelajaran RME dan CBL telah
mencapai ketuntasan belajar, yaitu telah lulus batas minimal
atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan MTS
Negeri Bantarkawung untuk pelajaran matematika. KKM
individual yang ditentukan yaitu 70. Jika peserta didik
(n 1) dan = 5%.
2) Uji Ketuntasan Klasikal (Uji Proporsi)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang diajar
dengan model pembelajaran CBL dan RME secara klasikal
mencapai KKM. Peserta didik dikatakan tuntas secara klasikal
eksperimen
n = ukuran sampel kelas eksperimen
Kriteria pengujian:
Terima H0 jika z hitung z 0,5 dimana z 0,5
Derajat
Source Jumlah Kuadrat Rataan F
Keb.
Regresi JKR = 1 RKR = JKR/1 RKR
F=
RKE
( ^y i y )2
JKE = n2 RKE = JKE/(n-2)
Error
( y i ^y i )2
JKT =
Total
( y i y )2
dengan =5 .
Koefisien korelasi dapat pula dianalisis
menggunakan program SPSS dengan uji Bivariate
2
determinsi dapat diperoleh dari r 100 dimana r adalah