Askep Post Partum Blues
Askep Post Partum Blues
Askep Post Partum Blues
DISUSUN OLEH :
1. IKKA MEILITA SARI
2. LISTIANA RAHAYU
2015/2016
1
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan Inayahnya kepada
kami, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang IBU POST PARTUM
BLUES.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka
pembelajaran ilmu MATERNITAS mengenaiIBU POST PARTUM BLUES.. Selain itu
tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan
MATERNITAS secara luas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat
menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Akhirnya kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran agar penyusunan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Semoga laporan ini memberi manfaat bagi banyak
pihak. Aamiin.
Wassalamuallaikum Wr.Wb.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
3.3 Saran...................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai
ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik
maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi
sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan
psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut
post-partum blues.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi, etiologi, patogenesis, diagnosis,
penatalaksanaan dan Asuhan keperawatan pada Gangguan psikologis ibu postpartum.
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan asuhan keperawatan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN
GANGGUAN PSIKOLOGIS POSTPARTUM : POSTPARTUM BLUES
2
2.1 Pengertian post partum blues
Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Dewasa ini, post-partum blues (PPB)
atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma
gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada
saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung
dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan. Post-partum blues ini
dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak
dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya,
akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat
perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang
gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis
pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan
perkawinan dengan suami dan perkembangan anak, karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus
terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung
rewel, pencemas, pemurung dan mudah sakit. Keadaan ini sering disebut puerperium atau
trimester keempat kehamilan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan
hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada
saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen
dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
2.2 Etiologi
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.
Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:
1) Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh
pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas
enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2) Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
3
4) Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan
yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta
keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).
5) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Namun ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa Post partum blues tidak
berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia atau kekurangan gizi. Antara 8%
sampai 12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat
tertekan sehingga mencari bantuan dokter.
Ada juga yang berpendapat bahwa kemunculan dari postpartum blues ini disebabkan oleh
beberapa factor dari dalam dan luar individu. Penelitian dari Dirksen dan De Jonge
Andriaansen (1985) menunjukkan bahwa depresi tersebut membawa kondisi yang berbahaya
bagi perkembangan anak di kemudian hari. De Jonge Andriaansen juga meneliti beberapa
teknologi medis (penggunaan alat-alat obstetrical) dalam pertolongan melahirkan dapat
memicu depresi postpartum blues ini. Misalnya saja pada pembedahan caesar, penggunaan
tang, tusuk punggung, episiotomi dan sebagainya. Perubahan hormon dan perubahan hidup
ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap pemicu.
2.4 Pencegahan
Post partum blues dapat dicegah dengan cara :
4
1) Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu
memperhatikan si ibu.
2) Menu makanan yang seimbang.
3) Olah raga secara teratur.
4) Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.
5) Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami.
6) Rekreasi.
2.6 Penatalaksanaan
Post-partum blues atau gangguan mental pasca-salin seringkali terabaikan dan tidak
ditangani dengan baik. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah
melahirkan. Mereka merasakan ada suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar
mengetahui apa yang sedang terjadi. Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya
tidak berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang
mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya.
Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang
harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan
dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis.
Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata
5
kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan
dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat
diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang
berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk
kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan :
1) penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut.
2) bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan teman dekatnya.
6
karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua
tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi
orang tua.
7
Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) Adalah :
a. Aktivitas / istirahat Insomnia mungkin teramati.
b. Integritas Ego, Peka rangsang, takut/menangis (" Post partum blues " sering terlihat kira-kira
3 hari setelah kelahiran).
c. Makanan/cairan, Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari hari ke-3.
d. Nyeri/ketidaknyamanan, Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3
sampai ke-5 pascapartum.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues diantaranya Adalah :
1. Nyeri akut/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran
jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
2. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur/karakteristik fisik payudara ibu.
3. Risiko tinggi terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan pengaruh
komplikasi fisik dan emosional.
4. Resiko tinggi ketidakefektifan koping individu berkaitan perubahan emosional yang tidak
stabil pada ibu.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Respon hormonal dan
psikologis (sangat gembira, ansietas, kegirangan), nyeri/ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.
3. Rencana Keperawatan
a. Nyeri akut/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran
jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
Tujuan : Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi
ketidaknyamanan.
Intervensi Keperawatan :
1) Tentukan adanya, lokasi, dan sifat ketidaknyamanan.
Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
2) Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.
Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan terjadinya
komplikasi yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
3) Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah kelahiran.
8
Rasional : Memberi anestesia lokal, meningkatkan vasokonstriksi, dan mengurangi edema
dan vasodilatasi.
c. Risiko tinggi terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan pengaruh
komplikasi fisik dan emosional.
Tujuan : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi orang tua,
mendiskusikan peran menjadi orang tua secara realistis, secara aktif mulai melakukan tugas
perawatan bayi baru lahir dengan tepat, mengidentifikasi sumber-sumber.
Intervensi Keperawatan :
1) Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber pendukung dan
latar belakang budaya.
Rasional : Mengidentifikasi faktor faktor risiko potensial dan sumber-sumber
pendukung, yang mempengaruhi kemampuan klien/pasangan untuk menerima tantangan
peran menjadi orang tua.
2) Perhatikan respons klien/pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi orang tua.
9
Rasional : Kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua
mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat.
3) Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalinan, adanya komplikasi, dan
peran pasangan pada persalinan.
Rasional : Persalinan lama dan sulit, dapat secara sementara menurunkan energi fisik dan
emosional yang perlu untuk mempelajari peran menjadi ibu dan dapat secara negatif
mempengaruhi menyusui.
4) Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi pranatal, intranatal,
atau pascapartal.
Rasional : Kejadian seperti persalinan praterm, hemoragi, infeksi, atau adanya komplikasi
ibu dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien.
5) Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuai indikasi.
Rasional : Ibu sering mengalami kesedihan karena mendapati bayinya tidak seperti bayi
yang diharapkan.
6) Pantau dan dokumentasikan interaksi klien/pasangan dengan bayi.
Rasional : Beberapa ibu atau ayah mengalami kasih sayang bermakna pada pertama kali ;
selanjutnya, mereka dikenalkan pada bayi secara bertahap.
7) Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi terhadap
masalah menjadi orang tua atau bila ikatan positif diantara klien/pasangan dan bayi tidak
terjadi.
Rasional : Perilaku menjadi orang tua yang negatif dan ketidakefektifan koping
memerlukan perbaikan melalui konseling, pemeliharaan atau bahkan psikoterapi yang
lama.
10
Rasional : Terhadap hubungan langsung antara penerimaan yang positif akan peran
feminin dan keunikan fungsi feminin serta adaptasi yang positif terhadap kelahiran anak,
menjadi ibu, dan menyusui.
2) Anjurkan diskusi oleh klien / pasangan tentang persepsi pengalaman kelahiran.
Rasional : Membantu klien / pasangan bekerja melalui proses dan memperjelas realitas
dari pengalaman fantasi.
3) Kaji terhadap gejala depresi yang fana (" perasaan sedih " pascapartum) pada hari ke-2
sampai ke-3 pascapartum (misalnya ; ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi yang
buruk, dan depresi ringan atau berat).
Rasional : Sebanyak 80 % ibu ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi
kecewa setelah melahirkan.
4) Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien
mempelajari peran baru dan strategi untuk koping terhadap bayi baru lahir.
Rasional : Keterampilan menjadi ibu / orang tua bukan secara insting tetapi harus
dipelajari.
5) Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu raguan tentang
kemampuan menjadi orang tua
Rasional : Membantu pasangan mengevaluasi kekuatan dan area masalah secara realistis
dan mengenali kebutuhan terhadap bantuan profesional yang tepat.
6) Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok pendukungan menjadi orang
tua, pelayanan sosial, kelompok komunitas, atau pelayanan perawat berkunjung.
Rasional : Kira kira 40 % wanita dengan depresi pascapartum ringan mempunyai gejala
gejala yang menetap sampai 1 tahun dan dapat memerlukan evaluasi lanjut.
11
Rasional : Membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan
rangsang.
3) Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali ke rumah.
Rasional : Rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal
serta tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
4) Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI.
Rasional : Kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI, dan
penurunan refleks secara psikologis.
5) Kaji lingkungan rumah, bantuan dirumah, dan adanya sibling dan anggota keluarga lain.
Rasional : Multipara dengan anak di rumah memerlukan tidur lebih banyak dirumah sakit
untuk mengatasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya.
4. Implementasi
Menurut Doenges (2000) implementasi adalah perawat mengimplementasikan intervensi-
intervensi yang terdapat dalam rencana perawatan. Menurut Allen (1998) komponen dalam tahap
implementasi meliputi tindakan keperawatann mandiri, kolaboratif, dokumentasi, dan respon
pasien terhadap asuhan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi didasarkan pada kemajuan pasien dalam mencapai hasil akhir yang ditetapkan yaitu
meliputi ; kesejahteraan fisik ibu dan bayi akan dipertahankan. Ibu dan keluarga akan
mengembangkan koping yang efektif. Setiap anggota keluarga akan melanjutkan pertumbuhan
dan perkembangan yang sehat. Perawat dapat yakin bahwa perawatan berlangsung efektif jika
kesejahteraan fisik ibu dan bayi dapat dipertahankan, ibu dan keluarganya dapat mengatasi
masalahnya secara efektif, dan setiap anggota keluarga dapat meneruskan pola pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat.
12
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Dewasa ini, post-partum blues (PPB)
atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma
gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau
pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan
berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Penyebab postpartum blues belum diketahui secara pasti. Penderita postpartum dapat
dideteksi melalui skrinning yaitu dengan kuisioner yang berupa pertanyaan tentang rasa
cemas. Asuhan keperawatan pada pasien postpartum blues pada dasarnya harus holistik yaitu
menyeluruh dari bio-psiko-sosio-spiritual dan melibatkan orang tua si anak yaitu ayah dan
ibu si anak
3.3 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan
pelayanan Keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk para
tim medis agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan
sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan
depresi postpartum blues.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar: Keperawatan Maternitas edisi-4. Jakarta: EGC.
Diposting oleh Agus Sutiono dalam Postpartum Blues. 2008. Tags: Konsep Dasar dan Askep
Postpartum Blues. http://agussutionopathy.blogspot.com/2008/05/bab-i-tinjauan-pustaka-konsep-
dasar.html. diakses tanggal 09 januari 2011
Diposting Oleh zietraelmart dalam Postpartum Blues. 2008. Tags: Ilmu Jiwa
Kebidanan.http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/8/POST_PARTUM_BLUES. diakses
tanggal 09 januari 2011
14