Bab 1 2 3 Revisi 27 Juni
Bab 1 2 3 Revisi 27 Juni
Bab 1 2 3 Revisi 27 Juni
PENDAHULUAN
Modal merupakan variabel yang penting dalam menjaga eksistensi dan keberlangsungan
suatu perusahaan (Sarnowo dan Astuti, 2009). Modal sangat dibutuhkan dalam membangun dan
menjamin kelangsungan perusahaan, selain sumber daya mesin, material sebagai faktor
pendukung. Suatu usaha pasti membutuhkan modal apalagi perusahaan tersebut berniat untuk
melakukan ekspansi, oleh karena itu, perusahaan harus menentukan berapa besarnya modal yang
dibutuhkan untuk memenuhi atau membiayai usahanya (Kartini dan Ananto, 2008), adapun modal
dapat bersumber dari modal sendiri maupuan dan luar perusahaan (hutang). Penentuan struktur
modal perlu diperhatikan oleh manajer karena merupakan salah satu strategi keuangan perusahaan
yang penting, mengingat adanya perbedaan karakteristik jenis permodalan. Perbedaan karakteristik
Perusahaan akan memiliki sumber dana berdasarkan preferensi biaya yang harus
dikeluarkan atas sumber dana tersebut, dalam hal mi, perusahaan mempunyai pilihan untuk
memenuhi modalnya lebih dulu dari sumber internal, baru kemudian memenuhi kekurangannya
dari sumber ekstemal. Sumber manapun yang akan dipilih, prinsip yang harus dipegang oleh
perusahaan adalah bahwa tarnbahan dana tersebut harus memberikan tambahan finansial bagi para
pemegang saham, oleh karena itu, masalah struktur modal menjadikan suatu masalah pokok yang
Struktur modal yang optimal suatu perusahaan adalah kombinasi dari utang dan ekuitas
yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Pada saat tertentu, manajemen perusahaan
menetapkan struktur modal yang ditargetkan, yang mungkin merupakan struktur yang optimal,
meskipun target tersebut dapat berubah dari waktu ke waktu. Sejumlah faktor mempengaruhi
keputusan mengenai struktur modal perusahaan. Faktor-faktor ini meliputi: stabilitas penjualan,
struktur aktiva, leverage operasi, peluang pertumbuhan, tingkat profitabilitas, pajak pengendalian,
1
2
sikap manajemen dan sebagainya. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi struktur modal
perusahaan adalah ukuran perusahaan, perusahaan yang lebih besar pada umumnya lebih mudah
struktur modal melalui variabel kepemilikan institusional, struktur aktiva, likuiditas dan
terhadap struktur modal, namun variabel lainnya Struktur Aktiva, Likuiditas, dan Profitabilitas
luar) perusahaan dalam hal proporsi saham yang dimiliki institusional atau perusahaan lain
(Susanto, 2011). Kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang mengawasi
perusahaan. Peningkatan aktivitas pengawasan oleh investor didukung oleh usaha untuk
menempatkan para komite penasehat yang bekerja untuk melindungi kepentingan investor
(Susanto, 2011), semakin tinggi kepemilikan institusional terhadap saham perusahaan, maka akan
semakin kecil hutang yang digunakan untuk mendanai perusahaan. Hal ini karena timbulnya
pengawasan oleh lembaga institusi lain terhadap kinerja perusahaan, apabila perusahaan
menggunakan hutang dalam jumlah yang besar untuk mendanai proyek yang berisiko tinggi,
sehingga mempunyai peluang gagal, maka pemegang saham institusional tersebut dapat langsung
menjual saham yang dimilikinya (Yeniatie dan Destriana, 2010). Hasil penelitian Najar (2011)
Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar dan modalnya tertanam dalam
aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan modalnya dan modal permanen yaitu modal sendiri,
sedangkan modal asing (hutang) sifatnya sebagai pelengkap. Namun demikian, besarnya modal
sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap dan aktiva lain yang sifatnya
permanen, sedangkan pada perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva
Hasil penelitian Mai (2006), Sarnowo dan Astuti (2009) serta Seftianne dan Handayani
(2011) menyatakan bahwa struktur aktiva juga merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi sturktur modal, sedangkan hasil penelitian Tarigan dan Siregar (2010)
pendeknya, seperti melunasi hutangnya yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Perusahaan yang
mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang,
hal ini disebabkan perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang
besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu
(Seftianne dan Handayani, 2011). Perusahaan dengan aset likuid yang besar dapat menggunakan
aset ini untuk bennvestasi, hal ini menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap hutang.
Hasil penelitian Tarigan dan Siregar (2010) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap
struktur modal. Tetapi, pada penelitian Seftianne dan Handayani (2011), likuiditas tidak
pinjaman untuk memperoleh manfaat pajak, hal ini karena pengurangan laba oleh bunga pinjaman
akan lebih kecil dibandingkan apabila perusahaan menggunakan modal yang tidak dikenai bunga,
namun penghasilan kena pajak akan lebih tinggi. Perusahaan-perusahaan lebih memilih
pembiayaan internal daripada menggunakan pinjaman untuk mendanai investasi barunya maupun
menggunakan lebih banyak laba ditahan dan lebih sedikit utang. Oleh karena itu, besarnya
komponen hutang akan berhubungan dengan tingkat profitabilitas (Mai, 2006: 234). Hasil
penelitian Suwarto dan Ediningsih (2002), Saidi (2004), Mai (2006), Sarnowo dan Astuti (2009)
serta Tarigan dan Siregar (2010) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap
struktur modal. Namun hasil penelitian Kartini dan Arianto (2008) serta Seftianne dan Handayani
(2011) menunjukkan temuan yang berbeda, dimana profitabilitas tidak mempunyai pengaruh
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Najjar (2011) yang meneliti
mengembangkan penelitian tersebut dengan menambah variabel peluang pertumbuhan sesuai teori
Brigham dan Houston (2011:188) serta hasil penelitian Suwarto dan Ediningsih (2002), Saidi
(2004), Mai (2006), Kartini dan Arianto (2008) dan Tarigan dan Siregar (2010). Hal ini karena
pada penelitian sebelumnya, pengaruh kepemilikan institusional, struktur aktiva, profitabilitas dan
likuiditas terhadap struktur modal relatif kecil (6,46%), sehingga masih ada variabel lain yang
menunjukkan hasil yang berbeda. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi akan
menghadapi kesenjangan informasi yang tinggi antara manajer dan investor luar tentang kualitas
proyek investasi perusahaan., adanya kesenjangan informasi tersebut menyebabkan biaya modal
ekuitas saham lebih besar dibanding biaya modal hutang karena dipandang dari sudut investor,
modal saham dipandang lebih berisiko dibanding hutang. Kesenjangan informasi tersebut akan
membuat para investor berisyarat negatif tentang prospek perusahaan di masa mendatang.
Implikasinya adalah perusahaan akan cenderung menggunakan hutang terlebih dahulu sebelum
menggunakan ekuitas saham baru. Hasil penelitian Suwarto dan Ediningsih (2002), Saidi (2004),
Kartini dan Arianto (2008), Tarigan dan Siregar (2010) serta Seftianne dan Handayani (2011)
menyatakan bahwa pertumbuhan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal, namun hasil
tersebut tidak didukung oleh temuan Mai (2006) serta Sarnowo dan Astuti (2009) yang
profitabilitas, likuiditas dan peluang pertumbuhan terhadap struktur modal, ternyata menunjukkan
hasil yang berbeda-beda, disatu sisi kepemilikan institusional, struktur aktiva, profitabilitas,
likuiditas dan peluang pertumbuhan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal, tetapi di sisi
lain kepemilikan institusional, struktur aktiva, profitabilitas, likuiditas dan peluang pertumbuhan
tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan dua pendapat yang berbeda
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada kekonsistenan dalam kedua pendapat tersebut
mengenai pengaruli kepemilikan institusional, struktur aktiva, profitabilitas, likuiditas dan peluang
pertumbuhan terhadap struktur modal, sehingga timbul research gap (perbedaan) penelitian yang
layak untuk dilakukan penelitian lagi. Dari berbagai hasil penelitian tersebut, maka dapat diringkas
Tabel 1.1
Inkonsistensi Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil
No Variabel Bebas
Berpengaruh Tidak berpengaruh
1 Kepemilikan Yeniati dan Destriana(2010) Najjar(20l1)
Institusional (Berpengaruh negatif)
2 Struktur Aktiva Mai (2006) Tarigan dan Siregar
(Berpengaruh positif) (2010)
Sarnowo dan Astuti (2009)
(Berpengaruh negatif)
Najjar(2011)
(Berpengaruh positif)
Seftianne dan Handayani (2011)
(Berpengaruh negatif)
3 Likuiditas Tarigan dan Siregar (2010) Seftianne dan
(Berpengaruh negatif) Handayani (2011)
Najjar(2011)
4 Profitabilitas Suwarto dan Ediningsih (2002) Kartini dan Arianto
(Berpengaruh negatif) (2008)
Mai (2006) Seftianne dan
(Berpengaruh negatif) Handayani (2011)
Sarnowo dan Astuti (2009)
(Berpengaruh negatif)
Tarigan dan Siregar (2010)
(Berpengaruh negatif)
Najjar(2011)
5 Peluang Suwarto dan Ediningsih (2002)
Pertumbuhan (Berpengaruh positif)
Saidi(2004)
(Berpengaruh positif)
Kartini dan Arianto (2008)
(Berpengaruh positif)
Tarigan dan Siregar (2010)
(Berpengaruh positif)
Sumber : Ringkasan Penelitian Terdahulu, 2016
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada variabel dan periode
struktur aktiva, profitabilitas, likuiditas dan struktur modal. Sedangkan penelitian ini sebanyak 6
pertumbuhan dan struktur modal. Penelitian sebelumnya pada periode tahun 1994-2003 dan
penelitian ini periode tahun 2010 - 2014 karena datanya lebih terkini. Persamaan penelitian
sekarang dengan penelitian sebelumnya adalah pada teknik analisis regresi berganda.
selain sumber daya mesin, material sebagai faktor pendukung. Perusahaan akan memiliki sumber
dana berdasarkan preferensi biaya yang harus dikeluarkan atas sumber dana tersebut, dalam hal
ini, perusahaan mempunyai pilihan untuk memenuhi modalnya lebih dulu dari sumber internal,
baru kemudian memenuhi kekurangannya dari sumber eksternal, oleh karena itu, masalah struktur
penelitian mengenai pengaruh struktur institusional, struktur aktiva, profitabilitas, likuiditas dan
peluang pertumbuhan terhadap struktur modal, menunjukkan hasil yang berbeda-beda, di satu sisi
menunjukkan adanya pengaruh terhadap struktur modal, sedangkan di sisi lain menunjukkan tidak
menunjukkan adanya gap research terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.
sebagai benkut:
perbankan di BEI.
1) Bagi penulis.
Penelitian ini sebagai indikator untuk mengetahui dan menguasai materi kuliah yang
telah diberikan khususnya struktur modal, dan memperluas wawasan serta pengetahuan
2) Bagi Perusahaan.
Struktur modal dapat bermanfaat bagi kepala perusahaan atau calon investor sebagai
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan refrensi dan landasan bagi para penelitian
yang lain untuk meneliti struktur modal di masa yang akan datang.
ini dibatasi pada laporan keuangan untuk peride tahun 2010 2014, karena laporan keuangan
pada periode ini berpengaruhi pada kepemilikan institusional, struktur aktiva, likuiditas,
profitabilitas dan peluang pertumbuhan pada suatu perusahaan perbankan yang berubah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini menggunakan teori yang berkaitan dengan struktur modal yaitu pecking
order theory karena perusahaan yang ingin berkembang selalu membutuhkan modal yang salah
satunya diperoleh dari hutang, namun demikian, perusahaan tidak mudah untuk memperoleh
pinjaman, karena harus menganalisis lebih dahulu apakah memang sudah tepat untuk berhutang,
jika sumber-sumber dari internal, seperti modal sendiri atau laba ditahan masih kurang, maka
perusahaan dapat melakukan pinjaman. Untuk itu, perlu dianalisis untung ruginya bila melakukan
pinjaman.
Pecking order theory adalah urutan sumber pendaanan dari internal (laba ditahan) dan
eksternal (penerbitan ekuitas baru) (Husnan, 2008). Teori ini menjelaskan keputusan pendanaan
yang diambil oleh perusahaan. Secara ringkas, teori ini menyatakan bahwa :
perusahaan).
secara drastis.
3) Kebijakan dividen yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan fluktuasi
dana hasil operasi kurang dan kebutuhan investasi, maka perusahaan akan
sekuritas yang paling aman terlebih dulu, yaitu dimulai dengan penerbitan
diterbitkan.
Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt to equity ratio (DER), karena ada dua jenis
modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan
lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan.
meminjam dalam jumlah yang sedikit, hal tersebut bukan disebabkan karena mereka mempunyai
target debt ratio yang rendah, tetapi karena memerlukan pendanaan dari luar yang sedikit.
Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena
dua alasan, yaitu : 1) dana tidak cukup, dan 2) hutang merupakan sumber eksternal yang lebih
Dana internal lebih disukai daripada dana ekternal, karena dana internal memungkinkan
perusahaan untuk tidak perlu "membuka diri lagi", dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa
memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh "sorotan dan publistis publik"
Sumber dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang dari pada modal sendiri karena
dua alasan, (1) Pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi akan lebih murah dari biaya emisi
saham baru, hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama.
(2). Manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar jelek oleh pasar
modal, dan membuat harga saham akan turun, hal ini disebabkan antara lain oleh kemungkinan
adanya asimetri informasi antara pihak manajemen (pihak dalam) dengan pihak pemodal (pihak
Asimeteri informasi terjadi karena pihak manajamen mempunyai informasi yang lebih
banyak daripada para pemodal, dengan demikian, pihak manajemen mungkin berpikir bahwa
harga saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal), karena hal ini yang diperkirakan terjadi,
maka manajemen tentu akan berpikir untuk lebih baik menawarkan saham baru (sehingga dapat
dijual dengan harga yang lebih mahal dari yang seharusnya), akan tetapi, pemodal cukup jeli,
karena kalau perusahaan menawarkan saham baru, salah satu kemungkinannya adalah harga
saham saat ini sedang terlalu mahal (sesuai dengan persepsi pihak manajemen), akibatnya, para
pemodal akan menawar saham baru tersebut dengan harga yang lebih rendah, karena itu emisi
Struktur modal adalah perimbangan antara total hutang dengan modal sendiri
mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,2001).
Halim (2007) mendefinisikan struktur modal adalah perimbangan jumlah hutang jangka pendek
yang bersifat tetap, hutang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa.
Dalam teori struktur modal dinyatakan mengenai apakah perubahan struktur modal
berpengaruh atau tidak terhadap nilai perusahaan, dengan asumsi keputusan investasi dan
kebijakan dividen tidak berubah, apabila ada pengaruhnya, berarti struktur modal yang terbaik,
tetapi jika tidak ada pengaruhnya, berarti tidak ada struktur modal yang terbaik (Halim, 2007).
Salah satu masalah penting yang dihadapi oleh para manajer keuangan adalah hubungan
antara struktur modal dan nilai perusahaan. Beberapa teori struktur modal telah dikembangkan
khususnya untuk menganalisis pengaruh penggunaan hutang terhadap nilai perusahaan dan biaya
modal, hal ini karena suatu perusahaan belum tentu dapat meningkatkan kemakmuran pemegang
saham dengan cara menggantikan sebagian modal sendiri dengan hutang dan bila membutuhkan
hutang, berapa besar hutang yang harus digunakan oleh perusahaan (Sartono,2001), apabila suatu
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan pemenuhan dana dengan sumber
dari dalam perusahaan (baik dari penyusutan ataupun laba tidak dibagi), maka hal ini akan sangat
mengurangi ketergantungan kepada pihak Iuar, apabila kebutuhan dana sudah demikian
meningkatnya untuk pertumbuhan perusahaan, dan dana dari sumber intern sudah digunakan
semua, maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dan Iuar perusahaan,
baik dari hutang maupun dengan mengeluarkan saham bam dalam memenuhi kebutuhan dana
perusahaan (Riyanto, 2001), jika dalam pemenuhan kebutuhan dana dari sumber ekstern tersebut
lebih diutamakan pada hutang saja, maka ketergantungan pada pihak Iuar akan semakin besar dan
risiko finansialnya juga semakin besar, sebaliknya, jika hanya mendasarkan pada saham saja,
biayanya akan sangat mahal. Hal ini dikarenakan biaya penggunaan dana yang berasal dari saham
baru adalah yang paling mahal dibandingkan dengan sumber-sumber dana lainnya, oleh karena itu,
perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara kedua sumber dana tersebut (Riyanto,
2001), agar dalam menyusun struktur modal berdasarkan prinsip hati-hati, maka harus berdasarkan
pada aturan struktur finansiil konservatif (Riyanto, 2001). Struktur finansiil adalah bagaimana
keseluruhan pasiva dalam neraca. Struktur finansiil mencerminkan pula perimbangan baik dalam
artian absolute maupun relatif antara keseluruhan modal asing (baik jangka pendek maupun
bagaimanapun juga tidak mempunyai jumlah hutang yang lebih besar daripada jumlah modal
sendiri, hal ini berarti, Debt Ratio jangan lebih besar dari 50%, sehingga modal yang dijamin
(hutang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri) (Riyanto, 2001),
apabila mendasarkan pada konsep Cost of Capital, maka akan mengusahakan dimilikinya struktur
modal yang optimum, dalam artian struktur modal yang dapat meminimumkan biaya pengeluaran
modal rata-rata. Besar kecilnya cost of capital adalah tergantung pada proporsi masing-masing
sumber dana beserta biaya dari masing-masing komponen sumber dana tersebut (Riyanto, 2001).
Modal yang dipergunakan perusahaan selalu mempunyai biaya. Biaya tersebut bersifat
eksplisit (nampak, dan dibayar oleh perusahaan). tetapi bisa juga bersifat implisit (tidak nampak,
atau disyaratkan oleh pemodal). Bagi dana yang berbentuk hutang, maka biaya dana mudah
diidentifikasikan, yaitu biaya bunganya. Pada struktur modal, hutang yang dipergunakan adalah
hutang dalam bentuk obligasi yang diperoleh dari pasar modal yang kompetitif dan efisien, dengan
demikian, maka pertimbangan risk and return trade-off akan mendasari pemilihan sumber dana
tersebut, karena bagi para pemodal membeli obligasi ditafsirkan mempunyai risiko yang lebih
rendah (tingkat keuntungan yang diperoleh lebih pasti sifatnya daripada membeli saham), maka
biaya modal yang berasal dari hutang akan lebih kecil dari biaya modal yang berasal dan modal
sendiri (Husnan, 2008), sedangkan bagi dana yang berbentuk modal sendiri, biaya dananya tidak
Nampak, meskipun demikian, tidak berarti bahwa biaya dananya lebih murah dari dana dalam
bentuk hutang. Biaya dana (cost of capital) untuk dana dalam bentuk modal sendiri merupakan
tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik dana tersebut sebelum mereka menyerahkan
dananya ke perusahaan. Tingkat keuntungan ini belum tentu lebih kecil apabila dibandingkan
Masalah struktur modal merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan, karena
baik buruknya struktur modal perusahaan akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi
finansiil perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana
mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat kepada perusahaan yang
bersangkutan. Struktur modal merupakan cermin dari kebijakan perusahaan dalam menentukan
jenis sekuritas yang dikeluarkan. Struktur modal berhubungan erat dengan masalah kapitalisasi, di
mana susunan dari jenis-jenis dana yang membentuk kapitalisasi adalah merupakan struktur
dalam empat variabel yaitu: kepemilikan institusional, struktur aktiva, profitabilitas dan likuiditas.
Hal ini sesuai dengan teori Brigham dan Houston (2011) yang menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi struktur modal adalah kepemilikan institusional, struktur aktiva, profitabilitas
dan likuiditas, disamping itu, peluang pertumbuhan juga dapat mempengaruhi struktur modal
sesuai dengan teori dari Brigham dan Houston (2011) serta hasil penelitian Suwarto dan
Ediningsih (2002), Saidi (2004), Mai (2006), Kartini dan Arianto (2008), Tarigan dan Siregar
(2010).
1) Kepemilikan Institusional
institusional (lembaga) pada akhir tahun yang diukur dalam persentase saham yang dimiliki
oleh investor institusional dalam suatu perusahaan (Indahningrum dan Handayani, 2009).
Definisi lain kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh pihak
institusional pada akhir tahun (Yeniatie dan Destnana, 2010). Menurut Susanto (2011),
kepemilikan institusional adalah tingkat kepemilikan saham oleh outsider (pihak luar)
perusahaan dalam hal proporsi saham yang dimiliki institusional atau perusahaan lain.
Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan
kepemilikan oleh blokcholder, yaitu kepemilikan individu atau atas nama perseorangan di atas
5%, tetapi tidak termasuk kedalam golongan kepemilikan insider (orang dalam).
institusi dan kepemilikan oleh blokcholder, yaitu kepemilikan individu atau atas nama
perseorangan di atas 5%, tetapi tidak termasuk kedalam golongan kepemilikan insider.
Kepemilikan saham oleh pihak luar atau oleh institutional investor sebagai monitoring
manajemen memiliki arti yang sangat penting. Adanya kepemilikan institusional seperti
perusahaan asuransi, bank, peusahaan investasi, dan kepemilikan oleh institusi lain dalam
mereka yang cukup besar dalam pasar modal, bila kepemilikan institusional tidak puas kinerja
adanya kepemilikan saham yang signifikan oleh institusional yang telah meningkatkan
pengawasan dapat dilakukan dengan meningkatkan para komite penasehat yang bekerja untuk
tidak dibiayai perusahaan, sehingga tidak berada dalam pengawasan manajer. Dewan ahli
merupakan para pemegang saham (stockholder) yang tidak termasuk dalam struktur
manajerial perusahaan, dengan demikian, dewan ahli dapat menjalankan fungsinya secara
bahan pertimbangan bagi manajer dalam menjalankan usaha dan melalui rapat umum
pemegang saham. Pada akhirnya, semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh institusi
akan menyebabkan pengawasan menjadi lebih efektif, karena dapat mengendalikan perilaku
yang oportunistik manajer dan tindakan pengawasan tersebut akan mengurangi agency cost.
2) Struktur Aktiva
Struktur aktiva adalah komposisi relatif aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan
(Brigham dan Houston, 2006). Definisi lain struktur aktiva adalah perbandingan antara jumlah
saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider ownership) dengan jumlah saham yang
dimiliki oleh investor (Kartini dan Arianto, 2008). Tangibilitas merupakan faktor yang penting
bertindak sebagai jaminan dan memberikan jaminan bagi para pemberi pinjaman dalam hal
mengandung lebih sedikit informasi asimetris, yakni informasi yang tidak seimbang antara
perusahaan dengan pihak di luar perusahaan mengenai nilai aktiva. Lebih mudah bagi para
pemberi pinjaman untuk menentukan nilai aktiva berwujud dibandingkan aset tidak berwujud,
disamping itu, dalam hal terjadinya gejalan kebangkrutan, aktiva-aktiva tak berwujud akan
menjadi tidak bernilai lagi, sehingga menurunkan kekayaan bersih perusahaan dan selanjutnya
Aktiva perusahaan disajikan sebagai jaminan atas utang merupakan cara untuk
mengurangi resiko kreditur dan memberi jaminan bagi kreditur dalam hal terjadinya kesulitan
keuangan. Jaminan juga melindungi pemberi pinjaman dari rnasalah niat jelek yang
disebabkan oleh konflik peminjam dan pemberi pinjaman, dengan demikian, perusahaan-
perusahaan yang memiliki lebih banyak aktiva berwujud lebih mungkin untuk memperoleh
lebih banyak pinjaman, maka besarnya komponen utang akan berhubungan positif dengan
tingkat struktur aktiva (Mai, 2006), apabila struktur aktiva (kepemilikan) semakin tersebar,
para pemegang saham akan semakin kehilangan kekuatan untuk melakukan kontrol terhadap
manajer (Kartini dan Arianto, 2008), karena kepentingan pemilik (principal) dan manajer
(agent) tidak selalu sejalan, sumber daya perusahaan akan dipergunakan secara tidak efisien
oleh manajer, semakin besar kepemilikan oleh manajemen, maka semakin berkurang
kecenderungan manajemen untuk tidak mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dapat
meningkatkan nilai perusahaan, dimana tindakan manajer yang merupakan bagian dari
tersebut meningkatkan nilai perusahaan dengan mengambil dana dari luar perusahaan atau
dana dari dalam perusahaan, dengan kata lain keputusan pendanaan (struktur modal)
melibatkan para pemilik saham perusahaan atau pemilik perusahaan yang merupakan bagian-
3) Likuiditas
pendeknya, seperti melunasi hutangnya yang jatuh tempo dalam jangka pendek (Astuti, 2004).
Definisi lain rasio likuiditas adalah menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk
segera dikonservasikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai serta tingkat
kepastian tentang jumlah kas yang dapat diperoleh (Tampubolon, 2005). Menurut Halim
(2007), rasio likuiditas adalah mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya bila jatuh tempo. Analisa likuiditas yang lengkap membutuhkan
penggunaan anggaran kas, tetapi dengan menghubungkan jumlah kas dan aktiva lancar
lainnya terhadap kewajiban lancarnya, analisis rasio memberikan pengukuran likuiditas yang
cepat dan mudah (Astuti, 2004), semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin mampu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang segera haras dibayar, namun bila terlampau
tinggi akan berpengaruh jelek terhadap kemampuan labaan perusahaan, karena ada sebagian
dana yang tidak produktif yang diinvestasikan dalam aktiva lancar, akhirnya profitabilitas
pendeknya yang segera harus dipenuhi (Halim, 2007). Dikatakan bahwa bagi perusahaan-
perusahaan yang selain perusahaan kredit, rasio lancar yang kurang dari 2 : 1 dianggap kurang
baik, semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, maka semakin tinggi
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dibuat dalam
bentuk berapa kali atau bentuk persentasi. Apabila rasio lancar ini 1 : 1 atau 100%, berarti
aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika
berada di atas 1 atau di atas 100%, artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang
4) Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil akhir dan sejumlah kebijakan dan keputusan yang
dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston, 2006). Definisi lain profitabilitas adalah
hasil operasi yang memiliki peran penting dalam menentukan nilai, solvabilitas, dan likuiditas
perusahaan (Wild, 2005). Menurut Halim (2007), rasio profitabilitas adalah untuk mengukur
sampai seberapa besar efektivitas manajemen dalam mengelola aset dan modal yang dimiliki
adalah mengukur pendapatan menurut laporan rugi laba dengan nilai buku investasi. Juga
Satu-satunya ukuraii profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih. Para
menghasilkan laba saat ini maupun di masa mendatang (Astuti, 2004). Tinggi rendahnya rasio
ini sering kali merefleksikan kemampulabaan dan efektivitas penggunaan asset, semakin
tinggi rasio ini, semakin baik pula efektivitas penggunaan aset, dan diharapkan rasio ini dapat
diperoleh melebihi tingkat bunga (interest rate) atau biaya modal (cost of capital) dari dana
return on investment (ROI) yang diharapkan dengan tingkat return yang diminta para investor
dalam pasar modal, jika return yang diharapkan lebih besar daripada return yang diminta,
Nilai pasar suatu saham sangat tergantung kepada perkiraan dari expected return dan
resiko dari arus kas di masa yang akan datang. Penilaian arus kas ini merupakan proses dasar,
mendatang, dengan demikian terdapat beberapa macam analisis profitabilitas yang didasarkan
kepada laporan keuangan dan sangat diperlukan oleh para manajer keuangan sebagai
Seluruh laporan keuangan dapat digunakan untuk analisis profitabilitas, namun yang paling
penting adalah laporan laba rugi. Laporan laba rugi melaporkan hasil operasi perusahaan
selaina satu periode. Tujuan utama perusahaan adalah hasil operasi, yang memiliki peran
penting dalam menentukan nilai, solvabilitas, dan likuiditas perusahaan (Wild, 2005).
ekuitas dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba merupakan satu-satunya ukuran penentu
perubahan nilai efek. Pengukuran dan peramalan laba merupakan pekerjaan paling penting
bagi investor ekuitas. Bagi kreditor, laba dan arus kas operasi umumnya merupakan sumber
5) Peluang Pertumbuhan
perusahaan dari tahun ke tahun. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik (Harahap, 2002).
Definisi lain pertumbuhan perusahaan adalah gambaran tolok ukur keberhasilan perusahaan
(Damayanti dan Achyani, 2006), semakin cepat pertumbuhan perusahaan, maka semakin
besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi, semakin besar kebutuhan untuk
pembiayaan mendatang, maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba, jadi
perusahaan yang sedang tumbuh sebaliknya tidak membagikan laba sebagai dividen,
tetapi lebih baik digunakan untuk pembiayaan investasi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur
dari besarnya penelitian dan pengembangan, semakin besar biaya penelitian dan
tinggi di masa mendatang akan lebih memilih menggunakan saham untuk mendanai
berharap akan menikmati pertumbuhan tersebut bagi para pemegang saham, sebaliknya,
apabila perusahaan memperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang rendah, mereka akan
berupaya membagi risiko pertumbuhan rendah dengan para kreditur melalui penggunaan
utang, dengan demikian perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan yang rendah akan
Perusahaan yang memiliki pertumbuhan lebih cepat harus lebih mengandalkan dana
dan modal eksternal, selain itu, biaya emisi yang berkaitan dengan penjualan saham biasa
akan melebihi biaya emisi yang terjadi ketika perusahaan menjual hutang, mendorong
perusahaan yang mengalami pertumbuhan pesat untuk lebih mengandalkan diri pada hutang,
namun, pada waktu yang bersamaan, perusahaan tersebut sering kali menghadapi
ketidakapastian yang lebih tinggi, cenderung akan menurunkan keinginan mereka untuk
Penelitian ini dibuat berdasarkan pada hasil-hasil penelitian sebelumnya yaitu : Suwarto
dan Ediningsih (2002), Saidi (2004), Mai (2006), Kartini dan Arianto (2008), Sarnowo dan Astuti
(2009), Tarigan dan Siregar (2010), Seflianne dan Handayani (2011) dan Najjar (2011) yang dapat
Perusahaan perbankan yang berada dalam situasi semacam itu dapat memperoleh tambahan dana
dari sumber pinjaman (kreditur), maupun dari setoran modal sendiri serta laba ditahan. Keputusan
mengenai sumber pendanaan tersebut merupakan keputusan yang sangat penting bagi perusahaan
terutama berkaitan dengan dua hal, pertama kemudahan mendapatkan sumber pinjaman akan
memberi dorongan kepada manajemen untuk melakukan pinjaman, posisi keuangan perusahaan
perbankan juga akan berpengaruh terhadap kesediaan kreditur untuk memberikan dana kepada
perusahaan perbankan, keputusan manajemen akan penggunaan utang merupakan upaya untuk
mendapatkan keuntungan yang setinggi-tingginya dari penggunaan utang yaitu yang diperoleh dari
penghematan biaya pajak di satu pihak dan pembayaran bunga dipihak lain.
manajemen akan penggunaan utang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan perbankan,
bagaimana perusahaan perbankan menyeimbangkan kedua komponen utang tersebut akan nampak
dalam struktur modal sebagaimana nampak dalam neraca, maupun dalam komponen biaya bunga
di dalam laporan laba rugi, dengan demikian, informasi di dalam laporan keuangan yang sifatnya
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan perbankan. Dalam
penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan perbankan diukur
profotabilitas.
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Kepemilikan Instutusional
(X1)
Struktur Aktiva
(X2)
Profitabilitas
(X4)
Peluang Pertumbuhan
(X5)
2.4 Hipotesis
Dari tujuan penelitian, landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Struktur Modal
pendek yang bersifat tetap, hutang jangka panjang, saham preferen, dam saham
biasa. Struktur modal dalam penelitian diproksikan dalam Debt to Equity Ratio
(Halim, 2007)
DER =
Total Hitung
2) Variable independen, yaitu variable
Modal yang bebas dan tidak terpengaruh
a. Kepemilikan Institusional
luar) perusahaan dalam hal proporsi Sahara yang dimiliki institusional atau
INS =
Jumlah Saham Institusi
Jumlah Saham Beredar
b. Stuktur Aktiva
Stuktur aktiva adalah komposisi jumlah aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.
c. Likuiditas
pendeknya, seperti melunasi hutangnya yang jatuh tempo dalam jangka pendek.
(Astuti, 2004)
CR = Aktiva Lancar
Hutang Lancar
d. Profitabilitas
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
dari tahun 2010-2014. Pemilihan populasi perusahaan perbankan karena masih cukup sedikit
penelitian mengenai stuktur modal perbankan dan alasan lain mengambil periode tiga tahun
terakhir dari tahun 2010-2014 karena datanya lebih terkini, sehingga hasilnya dapat dianggap
mewakili kondisi kinerja perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI saat in.
Metode pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Adapun
2) Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya tahun 2010 2014 secara berturut-
turut.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dapat dibuat ke dalam suatu tabel berikut ini:
Berdasarkan data tersebut, maka dari 26 sampel yang digunakan dari 5 tahun diperoleh
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data sekunder diperoleh
dari: laporan keuangan tahun 2010-2014 yang diperoleh dari Pojok BEI dan Indonesian Stock
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu
dengan jalan mencatat atau mengkopi data-data sekunder dalam Bursa Efek Indonesia yang
relevan dengan penelitian ini. Data dokumentasi tersebut berupa : laporan keuangan akhir tahun
2010-2014.
signifikan terhadap Debt to Equity Ratio pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia
Pertumbuhan digunakan persamaan umum regresi linier berganda atas lima variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas umum regresi berganda. Model matematis dalam penelitian ini
Y a b1 X 1 b2 X 2 b3 X 3 b4 X 4 b5 X 5
Dimana:
a = konstanta
B = koefisiensi regresi
X1 = Kepemilikan Institusional
X2 = Struktur Aktiva
X3 = Likuiditas
X4 = Profotabilitas
X5 = Peluang Pertumbuhan
Statisik deskriptif dalam penelitian ini menjelaskan data dari variabel Kepemilikan
Institusional, Struktur Aktiva, Likuiditas, Profitabilitas, Peluang Pertumbuhan dan Struktur Modal
yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi.
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji data bila dalam suatu penelitian
menggunakan teknik analisis regresi berganda. Uji asumsi, yang terdiri dari:
1) Uji Normalitas
Untuk mengetahui data yang digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak
2) Heteroskedastisitas
Untuk mengetahui data yang digunakan tidak terjadi penyimpangan heteroskedastisitas dapat
diuji dengan menggunakan uji Glejser. Jika variabel independen signifikan secara statistik
3) Multikolinearitas
Untuk mengetahui data yang digunakan tidak terjadi penyimpangan multikolinearitas, maka
dapat diuji dengan uji Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai Tolerance di atas
a. Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
model regresi.
b. Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10, maka dapat
disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi.
4) Uji Autokorelasi
Untuk mengetahui data yang digunakan tidak terjadi penyimpangan autokorelasi, dapat diuji
dengan Durbin Watson (DW). Jika angka Durbin Watson (DW) berkisar antara du < dw < 4
Analisa Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yaitu
teknik analisis yang digunakan untuk meramaikan pengaruh dua atau lebih variabel prediktor
(variabel bebas) terhadap satu variabel kriterium (variabel terikat) atau untuk membuktikan ada
atau tidaknya hubungan fungsional antara dua buah variabel bebas (X) atau lebih dengan sebuah
Y a b1 X 1 b2 X 2 b3 X 3 b4 X 4 b5 X 5
Dimana:
Y = Struktur Modal
a = konstanta
b = koefisien regresi
X1 = Kepemilikan Institusional
X2 = Struktur Aktiva
X3 = Likuiditas
X4 = Profitabilitas
X5 = Peluang Pertumbuhan
Untuk menguji apakah model yang digunakan baik, maka dapat dilihat dari signifikansi
pengaruh vanabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan dengan a = 0,05 dan juga
1) Merumuskan hipotesis
simultan.
2) Kesimpulan
Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini apakah variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat, maka digunakan uji - t. Untuk menguji apakah masing-masing variabel
1) Merumuskan hipotesis
parsial.
2) Kesimpulan
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen (tidak bebas) (Struktur Modal). Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen (bebas) dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien
determinasi untuk data silang (crosssection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara
masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya
variabel independen yang dimaksudkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel
independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen, oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted R2 (Adjusted R Square) pada saat mengevaluasi mana model regresi
terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2009). Dalam penelitian ini, untuk mengolah data