Konsep Dasar Triage Instalasi Gawat Darurat

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

ONSEP DASAR TRIAGE INSTALASI GAWAT DARURAT

KONSEP DASAR GAWAT DARURAT


1. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya
dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).
2. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya di
lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.
3. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien Vulnus Lateratum
tanpa pendarahan.
4. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan dengan label
hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.
5. Pasien Meninggal
Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir. Adapun petugas triage di
lakukan oleh dokter atau perawat senior yang berpengalaman dan petugas triage juga
bertanggung jawab dalam operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.
Selain dari penjelasan di atas di butuhkan pemahaman dampak atau psikologis pada saat
keadaan gawat darurat.
6. Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat Darurat
Cemas
cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa
ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti
nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang
ditemui selama kecemasan cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak sama.
Histeris
Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses emosi yang tidak terkendali.
Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri karena ketakutan yang luar biasa karena
suatu kejadian atau suatu kondisi
Mudah marah
Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa yang harus di perbuat

I. Pendekatan Pelayanan keperawatan gawat Darurat


Tepat adalah melakukan tindakan dengan betul dan benar, Cermat adalah melakukan tindakan
dengan penuh minat, perhatian, sabar, tanggap terhadap keadaan pasient, penuh ketelitian dan
berhati-hati dalam bertindak serta hemat sesuai dengan kebutuhan sedangkan Cepat adalah
tindakan segera dalam waktu singkat dapat menerima dan menolong pasien, cekatan, tangkas
serta terampil.
Sementara itu urutan prioritas penanganan kegawatan berdasarkan pada 6-B yaitu :
B -1 = Breath system pernafasan
B -2 = Bleed system peredaran darah ( sirkulasi )
B -3 = Brain system saraf pusat
B -4 = Bladder system urogenitalis
B -5 = Bowl system pencernaan
B -6 = Bone system tulang dan persendian
Kegawatan pada system B-1, B-2, B-3, adalah prioritas utama karena kematian dapat terjadi
sangat cepat, rangkin pertolongan ini disebut Live Saving First Aid yang meliputi :
Membebaskan jalan napas dari sumbatan
Memberikan napas buatan
Pijat jantung jika jantung berhenti
Menghentikan pendarahan dengan menekan titik perdarahan dan menggunakan beban
Posisi koma dengan melakukan triple airway menuver, posisi shock dengan tubuh horizontal,
kedua tungkai dinaikan 200 untuk auto tranfusi
Bersikap tenang tapi cekatan dan berfikir sebelum bertindak, jangan panic
Lakukan pengkajian yang cepat terhadap masalah yang mengancam jiwa
Lakukan pengkajian yang siatematik sebelum melakukan tindakan secra menyeluruh.
Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan segera sesuai dengan standar dan fasilitas yang
tersedia karena faktor waktu dan infornasi terbatas untuk mencegah kematian dan mencegah
kecacatan.
II. PENGERTIAN
A. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
B. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker
stadium lanjut.
C. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datag tiba-tiba, tetapi tidak mngancam nyawa dan anggota
badannya, misanya luka sayat dangkal.
D. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropiurn, TBC kulit, dan sebagainya.
E. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik. mental, sosial)
F. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
G. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peritiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia. kerugian harta benda, kerusakan Iingkungan,
kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan
penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongar. dan bantuan.
III. PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT (PPGD)
1 Tujuan
a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat darurat, hingga
dapat hidup dan berfungs kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan
yang Iebih memadai.
c. Menanggulangi korban bencana.
2 Prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah satu
sistem/organ di bawah ini yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernapasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pankreas
Kegagalan (kerusakan) sistem/organ tersebut dapat disebabkan oleh:
1. Trauma/cedera
2. lnfeksi
3. Keracunan (poisoning)
4. Degenerasi (failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of wafer and electrolit)
7.Dan lain-lain.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernapasan dan hipoglikemia dapat
menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit). sedangkan kegagalan sistem/organ
yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Pendenta Gawat Darurat (PPGD) dalam
mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh:
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan ditempat kejadian, dalam perjalanan
kerumah sakit, dan pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas atau rumah sakit.
IV. SISTEM PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT
1. Tujuan
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota
masyarakat yang berada daam keadaan gawat darurat.
Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu
rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah
kematian atau cacat yang mungkin terjadi.
Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:
a. Penanggulangan penderita di tempat kejadian
b. Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana kesehatan yang lebih
memadai.
c. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan penanggulangan penderita
gawat darurat.
d. Upaya rujukan ilmu pengetahuan,pasien dan tenaga ahli
e. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat rujukan (Unit Gawat Darurat dan
ICU).
f. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.
2. Pengaturan Penyelenggaraan Pelayanan Gawat Darurat
Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam keadaan darurat telah tegas diatur dalam pasal
51 UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran, di mana seorang dokter wajib melakukan
pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan. Selanjutnya, walaupun dalam UU No.23/1992
tentang Kesehatan tidak disebutkan istilah pelayanan gawat darurat namun secara tersirat upaya
penyelenggaraan pelayanan tersebut sebenarnya merupakan hak setiap orang untuk memperoleh
derajat kesehatan yang optimal (pasal 4).Selanjutnya pasal 7 mengatur bahwa Pemerintah
bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat
termasuk fakir miskin, orang terlantar dan kurang mampu.6 Tentunya upaya ini menyangkut pula
pelayanan gawat darurat, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
(swasta). Rumah sakit di Indonesia memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan
gawat darurat 24 jam sehari sebagai salah satu persyaratan ijin rumah sakit. Dalam pelayanan
gawat darurat tidak diperkenankan untuk meminta uang muka sebagai persyaratan pemberian
pelayanan.Dalam penanggulangan pasien gawat darurat dikenal pelayanan fase pra-rumah sakit
dan fase rumah sakit. Pengaturan pelayanan gawat darurat untuk fase rumah sakit telah terdapat
dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/ 1988 tentang Rumah Sakit, di mana dalam pasal
23 telah disebutkan kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat
selama 24 jam per hari. Untuk fase pra-rumah sakit belum ada pengaturan yang spesifik. Secara
umum ketentuan yang dapat dipakai sebagai landasan hukum adalah pasal 7 UU No.23/1992
tentang Kesehatan, yang harus dilanjutkan dengan pengaturan yang spesifik untuk pelayanan
gawat darurat fase pra-rumah sakit. Bentuk peraturan tersebut seyogyanya adalah peraturan
pemerintah karena menyangkut berbagai instansi di luar sector kesehatan.
3. Masalah Lingkup Kewenangan Personil dalam Pelayanan Gawat Darurat
Hal yang perlu dikemukakan adalah pengertian tenaga kesehatan yang berkaitan dengan lingkup
kewenangan dalam penanganan keadaan gawat darurat. Pengertian tenaga kesehatan diatur
dalam pasal 1 butir 3 UU No.23/1992 tentang Kesehatan sebagai berikut:6 tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Melihat ketentuan tersebut
nampak bahwa profesi kesehatan memerlukan kompetensi tertentu dan kewenangan khusus
karena tindakan yang dilakukan mengandung risiko yang tidak kecil. Pengaturan tindakan medis
secara umum dalam UU No.23/1992 tentang Kesehatan dapat dilihat dalam pasal 32 ayat (4)
yang menyatakan bahwa pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenagakesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu. 6 Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk melindungi
masyarakat dari tindakan seseorang yang tidak mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
melakukan pengobatan/perawatan, sehingga akibat yang dapat merugikan atau membahayakan
terhadap kesehatan pasien dapat dihindari, khususnya tindakan medis yang mengandung risiko.
Pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan medik diatur dalam pasal
50 UU No.23/ 1992 tentang Kesehatan yang merumuskan bahwa tenaga kesehatan bertugas
menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau
kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan.6 Pengaturan di atas menyangkut pelayanan
gawat darurat pada fase di rumah sakit, di mana pada dasarnya setiap dokter memiliki
kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan medik termasuk tindakan spesifik dalam
keadaan gawat darurat. Dalam hal pertolongan tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan maka
yang bersangkutan harus menerapkan standar profesi sesuai dengan situasi (gawat darurat) saat
itu.6,10 Pelayanan gawat darurat fase pra-rumah sakit umumnya tindakan pertolongan pertama
dilakukan oleh masyarakat awam baik yang tidak terlatih maupu yang terlatih di bidang medis.
Dalam hal itu ketentuan perihal kewenangan untukmelakukan tindakan medis dalam undang-
undang kesehatan seperti di atas tidak akan diterapkan, karena masyarakat melakukan hal itu
dengan sukarela dan dengan itikad yang baik. Selain itu mereka tidak dapat disebut sebagai
tenaga kesehatan karena pekerjaan utamanya bukan di bidang kesehatan. Jika tindakan fase pra-
rumah sakit dilaksanakan oleh tenaga terampil yang telah mendapat pendidikan khusus di bidang
kedokteran gawat darurat dan yang memang tugasnya di bidang ini (misalnya petugas 118),
maka tanggungjawab hukumnya tidak berbeda dengan tenaga kesehatan di rumah sakit.
Penentuan ada tidaknya kelalaian dilakukan dengan membandingkan keterampilan tindakannya
dengan tenaga yang serupa.
4. Masalah Medikolegal pada Penanganan Pasien Gawat Darurat
Hal-hal yang disoroti hukum dalam pelayanan gawat darurat dapat meliputi hubungan hukum
dalam pelayanan gawat darurat dan pembiayaan pelayanan gawat darurat. Karena secara yuridis
keadaan gawat darurat cenderung menimbulkan privilege tertentu bagi tenaga kesehatan maka
perlu ditegaskan pengertian gawat darurat. Menurut The American Hospital Association (AHA)
pengertian gawat darurat adalah: An emergency is any condition that in the opinion of the
patient, his family, or whoever assumes the responsibility of bringing the patient to the hospital-
require immediate medical attention. This condition continuesuntil a determination has been
made by a health care professional that the patients life or well-being is not
threatened.Adakalanya pasien untuk menempatkan dirinya dalam keadaan gawat darurat
walaupun sebenarnya tidak demikian.Sehubungan dengan hal itu perlu dibedakan antara false
emergency dengan true emergency yang pengertiannya adalah: A true emergency is any
condition clinically determined to require immediate medical care. Such conditions range from
those requiring extensive immediate care and admission to the hospital to those that are
diagnostic problems and may or may not require admission after work-up and
observation.Untuk menilai dan menentukan tingkat urgensi masalah kesehatan yang dihadapi
pasien diselenggarakanlah triage. Tenaga yang menangani hal tersebut yang paling ideal adalah
dokter, namun jika tenaga terbatas, di beberapa tempat dikerjakan oleh perawat melalui standing
order yang disusun rumah sakit. Selain itu perlu pula dibedakan antara penanganan kasus gawat
darurat fase pra-rumah sakit dengan fase di rumah sakit.4 Pihak yang terkait pada kedua fase
tersebut dapat berbeda, di mana pada fase pra-rumah sakit selain tenaga kesehatan akan terlibat
pula orang awam, sedangkan pada fase rumah sakit umumnya yang terlibat adalah tenaga
kesehatan, khususnya tenaga medis dan perawat. Kewenangan dan tanggungjawab tenaga
kesehatan dan orang awam tersebut telah dibicarakan di atas. Kecepatan dan ketepatan tindakan
pada fase pra-rumah sakit sangat menentukan survivabilitas pasien.
5. Hubungan Hukum dalam Pelayanan Gawat Darurat
Di USA dikenal penerapan doktrin Good Samaritan dalam peraturan perundang-undangan pada
hampir seluruh negara bagian. Doktrin tersebut terutama diberlakukan dalam fase pra-rumah
sakit untuk melindungi pihak yang secara sukarela beritikad baik menolong seseorang dalam
keadaan gawat darurat.3,5 Dengan demikian seorang pasien dilarang menggugat dokter atau
tenaga kesehatan lain untuk kecederaan yang dialaminya. Dua syarat utama doktrin Good
Samaritan yang harus dipenuhi adalah :
1. Kesukarelaan pihak penolong. Kesukarelaan dibuktikan dengan tidak ada harapan atau
keinginan pihak penolong untuk memperoleh kompensasi dalam bentuk apapun. Bila pihak
penolong menarik biaya pada akhir pertolongannya, maka doktrin tersebut tidak berlaku.
2. Itikad baik pihak penolong. Itikad baik tersebut dapat dinilai dari tindakan yang dilakukan
penolong. Hal yang bertentangan dengan itikad baik misalnya melakukan trakeostomi yang tidak
perlu untuk menambah keterampilan penolong. Dalam hal pertanggungjawaban hukum, bila
pihak pasien menggugat tenaga kesehatan karena diduga terdapatkekeliruan dalam penegakan
diagnosis atau pemberian terapi maka pihak pasien harus membuktikan bahwa hanya kekeliruan
itulah yang menjadi penyebab kerugiannya/cacat (proximate cause).5 Bila tuduhan kelalaian
tersebut dilakukan dalam situasi gawat darurat maka perlu dipertimbangkan faktor kondisi dan
situasi saat peristiwa tersebut terjadi.2 Jadi, tepat atau tidaknya tindakan tenaga kesehatan perlu
dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang berkualifikasi sama, pada pada situasi dan kondisi
yang sama pula. Setiap tindakan medis harus mendapatkan persetujuan dari pasien (informed
consent). Hal itu telah diatur sebagai hak pasien dalam UU No.23/1992 tentang Kesehatan pasal
53 ayat 2 dan Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis.
Dalam keadaan gawat darurat di mana harus segera dilakukan tindakan medis pada pasien yang
tidak sadar dan tidak didampingi pasien, tidak perlu persetujuan dari siapapun (pasal 11
Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989). Dalam hal persetujuan tersbut dapat diperoleh
dalam bentuk tertulis, maka lembar persetujuan tersebut harus disimpan dalam berkas rekam
medis.

triase gawat darurat Lengkap PPGD


Triase gawat darurat - Pernahkah anda sakit dan harus masuk ruang IGD
(Instalasi gawat darurat), dan kemudian anda tidak langsung mendapatkan
penanganan? atau pernahkah anda merasa kenapa orang lain yang dilayani
duluan?. nah jika pernah Kemungkinan salah satu alasan anda tidak langsung
mendapatkan perawatan kesehatan karena mungkin ada pasien lain yang
mengalami penyakit yang lebih serius dan membutuhkan pertolongan segera selain
anda.

Ini merupakan salah satu prinsip Triase dan salah satu metode perawatan gawat
darurat (PPGD) yang mana mereka mendahulukan pelayanan untuk pasien yang
terancam jiwa atau beresiko kecacatan. Mari kita pelajari pembahasan Website
kesehatan selengkapnya tentang apa itu triase dibawah ini:
Pengertian dan definisi Triase

Triase Adalah Proses khusus Memilah dan memilih pasien berdasarkan beratnya
penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas transportasi.
artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman hidup.

Triase/Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi


korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian diberikan prioritas
untuk dirawat atau dievakuasi ke fasilitas kesehatan.

Tujuan Triase perawatan gawat darurat

1. Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera, Ini lebih ke


perawatan yang dilakukan di lapangan.

2. Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan

3. Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan. Inilah tiga alasan dan
tujuan dilakukannya triase gawat darurat PPGD

Prinsip-prinsip Triase dan Tata cara melakukan Triase

Triase dilakukan berdasarkan observasi Terhadap 3 hal, yaitu :


1. Pernafasan ( respiratory)

2. Sirkulasi (perfusion)

3. Status Mental (Mental State)

Dalam pelaksanaannya biasanya dilakukan Tag label Triase (Label Berwarna)


yang dipakai oleh petugas triase untuk mengidentifikasi dan mencatat kondisi untuk
tindakan medis terhadap korban.

Pengelompokan Triase berdasarkan Tag label

1. Prioritas Nol (Hitam)

Pasien meninggal atau cedera Parah yang jelas tidak mungkin untuk diselamatkan.
pengelompokan label Triase

2. Prioritas Pertama (Merah)

Penderita Cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan medik atau
transport segera untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya penderita gagal nafas,
henti jantung, Luka bakar berat, pendarahan parah dan cedera kepala berat.

3. Prioritas kedua (kuning)

Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan tingkat yang kurang berat
dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. misalnya
cedera abdomen tanpa shok, Luka bakar ringan, Fraktur atau patah tulang tanpa
Shok dan jenis-jenis penyakit lain.

4. Prioritas Ketiga (Hijau)


Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak membutuhkan
pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan
kecacatan. Nah mungkin anda masuk dalam kategori yang ini, jadi Jangan marah-
marah dan jangan heran kenapa anda tidak langsung mendapatkan perawatan di
Ruang UGD sementara mereka harus menolong pasien lain yang lebih parah.

Lihat juga artikel sebelumnya Kenali tanda dan gejala keracunan makanan.

Klasifikasi Triase

Triase di tempat

Dilakukan Di tempat korban di temukan atau pada tempat penampungan, triase ini
dilakukan oleh tim pertolongan pertama sebelum korban dirujuk ke tempat
pelayanan medik lanjutan.

Triase Medic

Dilakukan pada saat Korban memasuki Pos pelayanan medik lanjutan yang
bertujuan Untuk menentukan tingkat perawatan dan tindakan pertolongan yang di
butuhkan oleh korban. atau triase ini sering disebut dengan Triase Unit gawat
darurat

Triase Evakuasi

Triase ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan pada rumah sakit yang
telah siap menerima korban. seperti Bencana massal contohnya Saat Tsunami,
Gempa bumi, atau bencana besar lain. Next artikel Bantuan Hidup Dasar

Cukup sekian pembahasan kita tentang Triase Gawat darurat lengkap (PPGD)
semoga bermanfaat dan memudahkan anda dalam pembuatan Askep Triase PPGD.
BAB 1. TRIASE & KONDISI GAWAT DARURAT (PEDIATRI
GAWAT DARURAT)

Kata triase (triage) berarti memilih. Jadi triase adalah proses skrining secara cepat terhadap
semua anak sakit segera setelah tiba di rumah sakit untuk mengidentifikasi ke dalam salah satu
kategori berikut:

Dengan tanda kegawatdaruratan (EMERGENCY SIGNS): memerlukan


penanganan kegawatdaruratan segera.
Dengan tanda prioritas (PRIORITY SIGNS): harus diberikan prioritas dalam
antrean untuk segera mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan tanpa ada
keterlambatan.

Tanpa tanda kegawatdaruratan maupun prioritas: merupakan kasus NON-


URGENT sehingga dapat menunggu sesuai gilirannya untuk mendapatkan
pemeriksaan dan pengobatan.

Tanda kegawatdaruratan, konsep ABCD:

Airway. Apakah jalan napas bebas? Sumbatan jalan napas (stridor) Breathing.
Apakah ada kesulitan bernapas? Sesak napas berat (retraksi dinding dada,
merintih, sianosis)?
Circulation. Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 3 detik, nadi cepat

dan lemah).

Consciousness. Apakah anak dalam keadaan tidak sadar (Coma)? Apakah


kejang (Convulsion) atau gelisah (Confusion)?
Dehydration. Tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare (lemah, mata
cekung, turgor menurun).

Anak dengan tanda gawat-darurat memerlukan tindakan kegawatdaruratan segera untuk


menghindari terjadinya kematian.

Tanda prioritas (lihat bagian selanjutnya) digunakan untuk mengidentifikasi anak dengan risiko
kematian tinggi. Anak ini harus dilakukan penilaian segera.

BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI

Ringkasan langkah penilaian triase gawat darurat dan


penanganannya

Periksa tanda kegawatdaruratan dalam 2 tahap:

Tahap 1: Periksa jalan napas dan pernapasan, bila terdapat masalah segera
berikan tindakan untuk memperbaiki jalan napas dan berikan napas bantuan.
Tahap 2: Segera tentukan apakah anak dalam keadaan syok, tidak sadar,
kejang, atau diare dengan dehidrasi berat.

Bila didapatkan tanda kegawatdaruratan:

Panggil tenaga kesehatan profesional terlatih bila memungkinkan, tetapi


jangan menunda penanganan. Tetap tenang dan kerjakan dengan tenaga
kesehatan lain yang mungkin diperlukan untuk membantu memberikan
pertolongan, karena pada anak yang sakit berat seringkali memerlukan
beberapa tindakan pada waktu yang bersamaan. Tenaga kesehatan
profesional yang berpengalaman harus melanjutkan penilaian untuk
menentukan masalah yang mendasarinya dan membuat rencana
penatalaksanaannya.
Lakukan pemeriksaan laboratorium kegawatdaruratan (darah lengkap, gula
darah, malaria). Kirimkan sampel darah untuk pemeriksaan golongan darah
dan cross-match bila anak mengalami syok, anemia berat, atau perdarahan
yang cukup banyak.

Setelah memberikan pertolongan kegawatdaruratan, lanjutkan segera


dengan penilaian, diagnosis dan penatalaksanaan terhadap masalah yang
mendasarinya.

Tabel diagnosis banding untuk kasus dengan tanda kegawatdaruratan


dapat dilihat di bagian 1.4.

Bila tidak didapatkan tanda kegawatdaruratan, periksa tanda prioritas (konsep 4T3PR MOB):

Tiny baby (bayi kecil < 2 bulan)


Temperature (anak sangat panas)
Trauma (trauma atau kondisi yang perlu tindakan bedah segera)

Trismus

Pallor (sangat pucat)

Poisoning (keracunan)

Pain (nyeri hebat)

Respiratory distress (distres pernapasan)

Restless, irritable, or lethargic (gelisah, mudah marah, lemah)

Referral (rujukan segera)

Malnutrition (gizi buruk)

Oedema (edema kedua punggung kaki)

Burns (luka bakar luas)

Anak dengan tanda prioritas harus didahulukan untuk mendapatkan pemeriksaan dan
penanganan lebih lanjut dengan segera (tanpa menunggu giliran). Pindahkan anak ke depan
antrean. Bila ada trauma atau masalah bedah yang lain, segera cari pertolongan bedah.

1.2. Catatan untuk penilaian tanda kegawatdaruratan dan


prioritas

Menilai jalan napas (airway = A) dan pernapasan (breathing = B)


Apakah pernapasan anak kelihatan tersumbat? Lihat dan dengar apakah ada aliran udara napas
yang tidak adekuat selama bernapas.
Apakah ada gangguan pernapasan yang berat? Pernapasan anak sangat berat, anak
menggunakan otot bantu pernapasan (kepala yang menganggukangguk), apakah pernapasan
terlihat cepat, dan anak kelihatan mudah lelah? Anak tidak bisa makan karena gangguan
pernapasan.
Apakah ada sianosis sentral? Terdapat perubahan warna kebiruan/keunguanpada lidah dan
mukosa mulut.

Menilai sirkulasi (circulation = C) (untuk syok)


Periksa apakah tangan anak teraba dingin? Jika ya:
Periksa apakah capillary refill lebih dari 3 detik. Tekan pada kuku ibu jari tangan atau ibu jari
kaki selama 3 detik sehingga nampak berwarna putih. Tentukan waktu dari saat pelepasan
tekanan hingga kembali ke warna
semula (warna merah jambu).
Jika capillary refill lebih dari 3 detik, periksa denyut nadi anak. Apakah denyut nadi anak
tersebut lemah dan cepat? Jika denyut nadi pergelangan tangan (radius) kuat dan tidak terlalu
cepat, anak tidak mengalami syok. Jika tidak dapat dirasakan adanya denyut nadi radius pada
bayi (kurang dari 1 tahun), rasakan denyut nadi leher, atau jika bayi berbaring rasakan denyut
nadi
femoral. Jika tidak dapat dirasakan denyut nadi radius, cari karotis. Jika ruangan terlalu dingin,
gunakan denyut nadi untuk menentukan apakah anak dalam keadaan syok.

Menilai koma (coma = C) atau kejang (convulsion = C) atau kelainan status mental lainnya
Apakah anak koma? Periksa tingkat kesadaran dengan skala AVPU:

A: sadar (alert)
V: memberikan reaksi pada suara (voice)

P: memberikan reaksi pada rasa sakit (pain)

U: tidak sadar (unconscious)

Jika anak tidak sadar, coba untuk membangunkan anak dengan berbicara atau mengguncangkan
lengan anak. Jika anak tidak sadar, tetapi memberikan reaksi terhadap suara, anak mengalami
letargis. Jika tidak ada reaksi, tanyakan kepada ibunya apakah anak mempunyai kelainan tidur
atau susah untuk dibangunkan. Lihat apakah anak memberikan reaksi terhadap rasa sakit atau
tidak. Jika demikian keadaannya berarti anak berada dalam keadaan koma (tidak sadar) dan
memerlukan pengobatan gawat darurat.
Apakah anak kejang? Apakah ada kejang berulang pada anak yang tidak memberikan reaksi?

Menilai dehidrasi (dehydration = D) berat pada anak diare


Apakah mata anak cekung? Tanyakan kepada ibunya apakah mata anak terlihat lebih cekung
daripada biasanya.
Apakah cubitan kulit perut (turgor) kembali sangat lambat (lebih lama dari 2 detik)? Cubit kulit
dinding perut anak pertengahan antara umbilikus dan dinding perut lateral selama 1 detik,
kemudian lepaskan dan amati.

Menilai tanda Prioritas


Pada saat melakukan penilaian tanda kegawatdaruratan, catat beberapa tanda prioritas yang ada:

Apakah ada gangguan pernapasan (tidak berat)?


Apakah anak tampak lemah(letargi) atau rewel atau gelisah?

1.4. Beberapa pertimbangan dalam menentukan diagnosis


pada anak dengan kondisi gawat darurat

Wacana berikut memberikan panduan dalam menentukan diagnosis dan diagnosis banding
terhadap kondisi gawat-darurat. Setelah penanganan gawat-darurat diberikan dan anak stabil,
tentukan penyebab/masalah yang mendasarinya agar dapat memberikan tatalaksana yang tepat.
Daftar dan tabel berikut memberikan panduan yang dapat membantu diagnosis banding
dan dilengkapi dengan daftar gejala spesifik.
1.4.1 Anak dengan masalah jalan napas atau masalah pernapasan yang berat
1.4.2 Anak dengan syok
1.4.3 Anak yang lemah/letargis, tidak sadar atau kejang

1.4.1 Anak dengan masalah jalan napas atau masalah


pernapasan yang berat

Anamnesis:

Riwayat demam
Terjadinya gejala: timbul secara perlahan/bertahap atau tiba-tiba

Merupakan episode yang pernah terjadi sebelumnya

Infeksi saluran pernapasan bagian atas

Batuk: lamanya dalam hitungan hari

Pernah mengalami tersedak sebelumnya

Sudah ada sejak lahir atau didapat/tertular

Riwayat Imunisasi: DPT, Campak

Infeksi HIV yang diketahui

Riwayat keluarga menderita asma.

Pemeriksaan fisis :

Batuk: kualitas batuk


Sianosis

Distres pernapasan (respiratory distress)

Merintih (grunting)

Stridor, suara napas yang tidak normal

Pernapasan cuping hidung (nasal flaring)

Pembengkakan pada leher

Ronki (crackles)

Mengi (wheezing): menyeluruh atau fokal

Suara napas menurun: menyeluruh (generalized) atau setempat (focal)


Tabel 1. Diagnosis banding anak dengan masalah jalan napas atau masalah pernapasan yang
berat

DIAGNOSIS ATAU GEJALA DAN TANDA KLINIS


PENYEBAB YANG MENDASARI

Batuk dengan napas cepat dan


demam

Pneumonia Terjadi dalam beberapa hari dan


semakin berat

Pada auskultasi terdengar ronki


(crackles)
Riwayat mengi (wheezing) berulang

Ekspirasi memanjang
Asma Terdengar mengi atau suara napas
menurun

Membaik dengan pemberian


bronkodilator
Riwayat tersedak mendadak

Stridor atau kesulitan bernapas yang


Aspirasi benda asing tiba-tiba.

Suara napas menurun


(sebagian/menyeluruh) atau
terdengar mengi
Timbul perlahan beberapa hari dan
bertambah berat
Abses retrofaringeal
Kesulitan menelan

Demam tinggi
Batuk menggonggong

Croup Suara parau/serak

Berhubungan dengan infeksi saluran


napas atas
Difteri Pembengkakan leher oleh karena
pembesaran kelenjar limfe

Farings hiperemi
Terdapat membran putih keabu-abuan
pada tonsil dan atau dinding farings

Belum mendapat vaksinasi DPT

1.4.2 Anak dengan syok

Anamnesis:

Kejadian akut atau tiba-tiba


Trauma

Perdarahan

Riwayat penyakit jantung bawaan atau penyakit jantung rematik

Riwayat diare

Beberapa penyakit yang disertai demam

KLB Demam Berdarah Dengue

Demam

Apakah bisa makan/minum

Pemeriksaan:

Kesadaran
Kemungkinan perdarahan

Vena leher (vena jugularis)

Pembesaran hati

Petekie

Purpura

Tabel 2. Diagnosis banding pada anak dengan syok

DIAGNOSIS ATAU GEJALA DAN TANDA KLINIS


PENYEBAB YANG MENDASARI

Riwayat trauma
Syok karena perdarahan
Terdapat sumber perdarahan
KLB atau musim Demam Berdarah
Dengue

Dengue Shock Syndrome (DSS)

Riwayat demam tinggi

Purpura
Riwayat penyakit jantung
Syok Kardiogenik
Peningkatan tekanan vena jugularis
dan pembesaran hati
Riwayat penyakit yang disertai
Syok Septik demam

Anak tampak sakit berat


Syok yang berhubungan Riwayat diare yang profus
dengan dehidrasi berat
KLB kolera

1.4.3 Anak yang lemah/letargis, tidak sadar atau kejang

Anamnesis:

Tentukan apakah anak memiliki riwayat:

Demam
Cedera kepala

Over dosis obat atau keracunan

Kejang: Berapa lama? Apakah pernah kejang demam sebelumnya? Epilepsi?

Bila terjadi pada bayi kurang dari 1 minggu, pertimbangkan:

Asfiksia pada waktu lahir


Trauma lahir

Pemeriksaan:

Umum:

Ikterus
Telapak tangan sangat pucat
Edema perifer

Tingkat kesadaran

Bercak merah/petekie

Kepala/Leher:

Kuduk kaku
Tanda trauma kepala atau cedera lainnya

Ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya

Ubun-ubun besar tegang atau cembung

Postur yang tidak normal

Pemeriksaan Laboratorium:

Jika dicurigai meningitis dan anak tidak menunjukkan gejala peningkatan tekanan intrakranial
(pupil anisokor, spastik, paralisis ekstremitas atau tubuh, pernapasan yang tidak teratur), lakukan
pungsi lumbal.

Pada daerah malaria, siapkan apusan darah.

Jika anak tidak sadar, periksa kadar gula darah. Periksa tekanan darah dan lakukan pemeriksaan
urin mikroskopis jika memungkinkan.

Penting untuk mengetahui berapa lama anak tidak sadar dan nilai AVPU-nya (lihat bagian 1.2).
Parameter keadaan koma ini harus dipantau terus-menerus. Pada bayi muda (kurang dari 1
minggu), catat waktu antara lahir dan ketika terjadi ketidaksadaran.
Penyebab lain yang dapat menyebabkan keadaan lemah/letargis, tidak sadar atau kejang di
beberapa daerah adalah Japanese Encephalitis, Demam Berdarah Dengue dan Demam Tifoid.

Tabel 3. Diagnosis banding pada anak dengan kondisi lemah/letargis, tidak sadar atau kejang

DIAGNOSIS ATAU
PENYEBAB YANG GEJALA DAN TANDA KLINIS
MENDASARI

a, b
Sangat gelisah/iritabel
Meningitis
Kuduk kaku atau ubun-ubun cembung
Malaria Serebral (hanya pada Pemeriksaan apusan darah positif
anak yang terpajan parasit malaria
Plasmodium Falsiparum;
Ikterus
Anemia
sering terjadi musiman) Kejang

Hipoglikemi
Hipoglikemi (cari penyebab
misalnya malaria berat, dan
Glukosa darah rendah; memberikan
obati penyebabnya untuk perbaikan dengan terapi glukosa. c
mencegah kejadian ulang)

Cedera kepala Ada gejala dan riwayat trauma kepala

Keracunan Riwayat terpajan bahan beracun atau


overdosis obat
Syok (dapat menyebabkan
letargis atau hilangnya Perfusi yang jelek
kesadaran, namun jarang
menyebabkan kejang) Denyut nadi cepat dan lemah

Tekanan darah meningkat

Glomerulonefritis akut Edema perifer atau wajah


dengan ensefalopati
Hematuri

Produksi urin menurun atau anuri


Kadar gula darah tinggi
Ketoasidosis Diabetikum Riwayat polidipsi dan poliuri

Pernapasan Kussmaul
a Diagnosis banding untuk meningitis adalah ensefalitis, abses serebri atau
meningitis TB. Jika penyakit ini umum terjadi di wilayah saudara, lihat
buku pedoman standar pediatri untuk panduan lebih lanjut.

Pungsi lumbal jangan dilakukan jika terdapat tanda peningkatan tekanan


intrakranial (lihat bagian 6.5 dan lampiran 1.4). Pungsi lumbal positif bila
CSF tampak keruh. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya
b leukosit (>100 sel polimorfonuklear per ml). Jika mungkin, lakukan uji

penghitungan sel. Jika ini tidak memungkinkan, keadaan CSF yang keruh
sudah dianggap positif. Konfirmasi keadaan ini dapat dilihat dari glukosa
CSF yang rendah (> 1.5 mmol/liter), protein CSF tinggi (> 0.4 g/liter),
ditemukan adanya kuman dari pengecatan Gram atau kultur jika tersedia
fasilitas.
c
Glukosa darah yang rendah adalah < 2.5 mmol/liter (< 45 mg/dl), atau <
3.0 mmol/liter (< 54 mg/dl)
pada anak dengan gizi buruk.

Tabel 4. Diagnosis banding pada bayi muda (kurang dari 2 bulan) yang mengalami
lemah/letargis, tidak sadar atau kejang

DIAGNOSIS ATAU
PENYEBAB YANG GEJALA DAN TANDA KLINIS
MENDASARI

Asfiksia pada waktu lahir


Terjadi dalam 3 hari pertama
Ensefalopati hipoksi iskemik kehidupan
(HIE)
Trauma lahir Riwayat persalinan sulit

Terjadi dalam 3 hari pertama


Perdarahan intrakranial kehidupan pada BBLR atau bayi
kurang bulan
Terjadi dalam 3 hari pertama
kehidupan
Penyakit hemolitik pada bayi Ikterus
baru lahir, kern-ikterus
Pucat

Infeksi bakterial yang berat


Terjadi pada usia 3 14 hari

Bayi rewel

Kesulitan menyusu
Tetanus neonatorum
Mulut mencucu/trismus

Otot-otot mengalami kekakuan

Kejang
Lemah/letargis

Episode apnu
Meningitis Kejang

Tangisan melengking

Ubun-ubun besar tegang/cembung


Sepsis Demam atau hipotermi
Syok

Sakit berat tanpa sebab yang jelas

1.4.2 Anak dengan syok 1.5. Keracunan

Anda mungkin juga menyukai