SP Abses
SP Abses
SP Abses
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan student project ini. Kami menyadari bahwa
tanpa bantuan, bimbingan dan masukan dari berbagai pihak pada penyusunan student
project ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada drg. Nyoman Sidi Wisesa selaku dosen
pembimbing yang telah membantu pembuatan student project kami.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari student project ini.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan yang telah dilakukan baik disengaja
maupun tidak disengaja. Semoga student project ini dapat memberikaan manfaat bagi
setiap orang yang membacanya
SGD II
Daftar Isi
Halaman Sampul
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan...............................................................................................1
Bab II Laporan Kasus..........................................................................................2
Bab III Pembahasan Kasus..................................................................................4
Bab IV Kaitan dengan Teori..................................................................................
Bab V Simpulan dan Saran....................................................................................
Daftar Pustaka
Jurnal Laporan Kasus
BAB I
PENDAHULUAN
Masticator space merupakan ruangan dalam wajah yang dibatasi oleh lapisan
superfisial dari servical fascia, 4 otot-otot pengunyahan dan ramus, serta bagian
mandibular posterior. Masticator space terletak di anterolateral ruang parapharyngeal.
Sumber infeksi masticator space abscess dapat berasal dari gigi, sinus paranasal,
telinga tengah, leher, dan lainnya. Penyebab yang paling umum berasal dari gigi
molar ketiga. Hal ini disebabkan oleh karena dekat dengan otot-otot pengunyahan,
pasien dengan infeksi ini biasanya ditandai dengan trismus parah, nyeri, sampai
timbul bengkak di sepanjang mandibula. Rahang bengkak dan trismus setelah
prosedur gigi adalah tipe klinis manifestasi dari abses masticator space pada orang
dewasa.
Masticator space abscess merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa.
Lokasinya terletak di dasar mulut dan dapat menjadi ancaman yang sangat serius.
Etiologi infeksi dapat bermacam-macam. Kuman penyebab abses leher dalam
biasanya terdiri dari campuran kuman aerob, anaerob maupun fakultatif anaerob.
BAB II
LAPORAN KASUS
Wanita berusia 65 tahun dirujuk oleh seorang dokter gigi. Diagnosis dokter
gigi, pasien memiliki periodontitis parah pada molar ketiga bawah kiri dengan
keluhan bengkak di pipi kiri dan trismus sedang. Pasien demam dan terlihat lemas
sehingga tidak memungkinan untuk dilakukan tindakan pencabutan.
PEMBAHASAN KASUS
Terbentuknya abses pada daerah orofasial relatif jarang terjadi tetapi biasanya
berkembang dari lokasi odontogenik. Infeksi odontogenik umumnya disebabkan oleh
perikoronitis, karies gigi, periodontitis, atau komplikasi saat prosedur perawatan gigi.
Gigi molar kedua dan ketiga merupakan gigi yang paling sering gigi menjadi
penyebab infeksi odontogenik. Gigi yang mengalami karies dengan pulpa terbuka
menyebabkan pulpitis, jika tidak diobati, dapat berkembang menjadi periodontitis.
Perikoronitis atau periodontitis dapat berkembang menjadi alveolar ostitis atau
maxillare ostitis, yang menyebabkan pembentukan abses di daerah orofasial.
Masticatory space merupakan deep facial space yang dibatasi oleh lapisan
superfisial dari deep cervical fascia. Pada masticatory space terdapat ramus dan
bagian posterior corpus mandibula, serta empat otot pengunyahan, termasuk m.
pterygoideus medialis, m. pterygoideus lateralis, m. temporalis dan m. masseter.
Ruang ini dibedakan dari ruang lain oleh lapisan superfisial dari deep cervical fascia.
Pada masticatory space terdapat beberapa saraf penting cabang dari n. mandibularis
dari nervus trigeminus yaitu, nervus masticatory, yang menginervasi otot-otot
pengunyahan, serta n. buccalis, n. lingualis, dan n. alveolaris inferior. Beberapa
laporan klinis mengacu masticatory space sebagai fossa temporal dan fossa
infratemporal.
Masticatory space secara klinis penting sebagai rute potensial perkembangan
tumor dan peradangan. Hal ini umumnya diketahui dari kontraktur m. pterygoideus
medialis dan lateralis sebagai respon terhadap peradangan yang sering menyebabkan
trismus dan nyeri sendi temporomandibular. Kontraktur otot atau pembentukan abses
di masticatory space cenderung dikenali sebagai lesi tumor pada MRI, namun sangat
mudah untuk membedakan penyakit dari gambaran CT dan banyaknya cairan pus
dapat diamati selama pembedahan. Apabila terbentuk abses di dalam tulang maxillo-
mandibula, abses akan menyebabkan perforasi pada tulang rahang itu sendiri sebelum
abses berkembang ke jaringan lunak sekitarnya. Bagian rahang bawah yang paling
tipis dan lemah adalah sisi lingual dari daerah posterior dan sisi labial dari gigi
anterior. Sedangkan pada rahang atas, bagian tulang yang paling lemah adalah di sisi
labial atau bukal. Abses yang mengalami perforasi ke sisi bukal atau labial baik
mandibula atau maksila akan berkembang ke intraoral terhambat oleh adanya
perlekatan musculus buccinator, dan akan berkembang ke ekstraoral jika perforasi ke
perlekatan otot. Ketika abses mandibula perforasi ke sisi lingual dari daerah molar,
maka abses akan berkembang ke bagian sublingual atau ruang submandibular.
Masticatory abcess biasanya disebabkan oleh berkembangnya abses submandibular.
Flora normal dalam rongga mulut dengan potensi patogen rendah dapat
mudah berproliferasi dan menyebabkan pembentukan abses ketika dalam kondisi
under imunosupresive atau kondisi iskemik ataupun hipoksia. Produk bakteri seperti
endotoksin, kolagenase, fibrinolysin, elastase atau hyaluronidase memfasilitasi
terjadinya peradangan. Terapi antibiotik penting untuk mencegah penyebaran infeksi
lokal dan bacteremia. Perawatan awal untuk penyakit odontogenik adalah ekstraksi
atau perawatan saluran akar dari gigi penyebab. Jika abses sudah parah perlu
dilakukan drainase bedah dan debridement jaringan nekrotik dengan segera. Sebelum
melakukan tindakan bedah, perlu pemberian informasi mengenai ruang struktur
anatomi yang berkaitan dengan pembentukan abses kepada pasien.
Radiografi CT-scan dan MRI dapat memberikan informasi terpercaya
mengenai apakah diindikasikan atau tidak melakukan tindakan bedah, dan jenis
pendekatan bedah yang tepat. Pencitraan yang dihasilkan dari CT dan MRI ini
berguna ketika abses terlokalisir dalam ruang anatomi yang dalam seperti masticatory
space. Insisi pada abses prematur mengganggu barrier fisiologis normal dan dapat
menyebabkan perluasan infeksi, sedangkan ruptur abses spontan menyebabkan
kerusakan kulit jaringan subkutan dan menyebabkan bekas luka hipertrofik. Dalam
kasus abses pada vestibular, bukal, pterygomandibular dan canine space abscess,
insisi intraoral pada waktu yang tepat dapat mencegah pembentukan bekas luka pada
kulit. Abses submental atau submandibula memerlukan insisi ekstraoral dan drainase.
Masticatory space dapat dijangkau baik intraoral atau ekstraoral. Parapharyngeal
space harus dijangkau dengan tindakanbedah ekstraoral untuk menghindari cedera
apapun pada pembuluh darah besar.
Dalam kasus ini, abses tersebut diinsisi secara intraoral dan adanya pus
didrainase dari abses tanpa ada komplikasi. Pada kasus pasien memiliki TMJD karena
penyakit sebelumnya dan berkembangnya masticator space abcess disebabkan oleh
pencabutan gigi, yang dikelirukan oleh temuan klinis dan diagnosis. Kasus-kasus ini
dapat didiagnosa melalui jumlah WBC tinggi dan CRP dalam analisis darah. Pada
kasus abses pada deep masticator space, pembengkakan wajah atau fervescence
cenderung kecil, namun analisis darah tidak selalu dilakukan pada kunjungan pertama
dalam kasus trismus dengan nyeri spontan pada TMJ. Sehingga, ketika kita
menangani TMJD, kita harus ingat adanya peradangan yang tidak terlihat dan tanpa
gejala terutama pembentukan masticatory space abcess.
BAB IV
Seperti halnya suplai darah, gingiva dan jaringan lunak pada mulut kaya
dengan aliran limfatik, sehingga infeksi pada rongga mulut dapat dengan mudah
menjalar ke kelenjar limfe regional. Pada rahang bawah, terdapat anastomosis
pembuluh darah dari kedua sisi melalui pembuluh limfe bibir. Akan tetapi
anastomosis tersebut tidak ditemukan pada rahang bawah. Banyaknya hubungan
antara berbagai kelenjar getah bening memfasilitasi penyebaran infeksi
sepanjang rute ini dan infeksi dapat mengenai kepala atau leher atau melalui
duktus torasikus dan vena subklavia ke bagian tubuh lainnya.
Laporan kasus yang dibahas dalam student project ini jika dikaitkan dengan
teori akan didapatkan beberapa poin dibawah ini :
1. Pada kasus pasien memiliki TMJD karena penyakit sebelumnya dan
berkembangnya masticator space abcess disebabkan oleh pencabutan
gigi, yang dikelirukan oleh temuan klinis dan diagnosis
2. Pembedahan drainase pada abses dilakukan secara intraoral dibawah
zygoma menggunakan jarum ukuran No. 18 dengan bantuan gambaran
hasil CT
BAB V
SIMPULAN
V.1 Simpulan
Gustav O Kruger .Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery Fifth Edition . The C
V Mosby Company, St Louis, Toronto, London, 1979)