Kontrol Sel

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

KONTROL SEL

Pada siklus sel ada titik penting yang disebut checkpoint. Checkpoint
diperlukan untuk menentukan sel memasuki tahap berikutnya atau
menghentikan siklus sel jika kondisinya tidak memungkinkan. Checkpoint adalah
mekanisme yang menghambat siklus sel jika terjadi (1) Proses krisis tertentu,
seperti replikasi DNA yang tidak terselesaikan secara sempurna , atau (2) Ada
kromosom DNA yang rusak (Karp, 1999). Untuk melakukan fungsinya, Checkpoint
memerlukan setidaknya tiga komponen, yaitu,

1. Komponen sesnsor atau pemantau yang mendeteksi abnormalitas;


2. Komponen pensinyal yang menyampaikan info;
3. Suatu efektor yang menginhibisi mesin-mesin siklus sel (Karp, 1999).

Jika komponen checkpoint gagal mendeteksi adanya kelainan, maka sel


berlanjut ke tahap selanjutnya dari siklus sel. Kegagalan ini akan menyebabkan
sel dengan kerusakan DNA menuju ke tahap M. Sel yang mutasi ini akan
menimbulkan berbagai macam kelainan antara lain kanker (Schoelch et al, 1999).
Namun jika komponen mampu mendeteksi adanya kerusakan DNA atau
kerusakan lain, seperti replikasi kromosom yang tidak lengkap, maka checkpoint
akan memicu respon dengan cara menghentikan siklus sel untuk sementara,
sebelum menuju ke tahap selanjutnya. Sel kemudian memperbaiki kerusakan
atau menyempurnakan replikasi DNA atau bila tidak dapat diperbaiki maka sel
akan mengalami apoptosis (Alberts et al, 1994).
Pada siklus sel, khususnya interfase, diduga ada dua checkpoint (Karp, 1999).
Pada tahap ini mekanisme kontrol siklus sel difokuskan, yaitu:
1. Inisiasi replikasi DNA yang terjadi pada transisi G 1 ke tahap S
2. Inisiasi dari mitosis yang terjadi pada transisi G 2 ke tahap M
Kedua transisi tersebut adalah tahap krisis karena kromatin sel yang
mereplikasi sangat sensitif terhadap kerusakan (Karp, 1999).
Checkpoint utama ditemukan pada fase G1, G2, dan M. Untuk banyak sel ,
checkpoint G1 (disebut titik restriksi pada mamalia) tampaknya merupakan yang
paling penting. Jiia sel menerima sinyal maju-terus pada checkpoint G1 , sel
biasanya akan menyelesaikan fase G1, S, G2, dan M dan akan membelah. Jika
tidak menerima sel maju-terus pada titik ini, sel akan keluar dari siklus, beralih ke
kondisi tak membelah yang disebut fase G0. Sebagian besar sel dalam tubuh
manusia sebenarnya pada fase G0. Sel saraf dan sel otot dewasa tidak pernah
membelah. Sel-sel lain misalnya sel hati, dapat dipanggil kembali dari fase g0
ke siklus sel oleh petunjuk eksternal misalnya faktor pertumbuhan yang
dilepaskan saat terjadi cedera (Campbell et al, 2008).
Sumber :Campbell et al
Gambar : Analogi mekanis bagi sistem kontrol sel

Sumber :Campbell et al

(a) Jika sel menerima (b) Jika sel tidak


sinyal maju-terus menerima sinyal maju-
pada titik terus pada titik
pemeriksaan G1 , pemeriksaan G1, sel
akan keluar dari siklus
Gambar : titik pemeriksaan G1
sel dan masuk ke G0 ,
tahap non pembelahan
Mekanisme pengontrol siklus sel merupakan mekanisme yang sangat
kompleks. Mekanisme ini terdiri dari bermacam-macam protein yang kerjanya
saling mengindikasi tau menginhibisi (Hutchison, 1995). Kelompok utama protein
yang terlibat dalam pengontrolan siklus sel , yaitu:
Cyclins (cyclin D, E & A);
Cyclin dependent kinase (khususnya p16, p21, & p27);
Gen supresor tumor (khususnya pRb dan p53) (Istindiah, 2001).
Beberapa protein ini melakukan fungsinya, ada yang berikatan dan
membentuk kompleks dengan protein lainnya. Ada pula yang yang menghambat
protein lain untuk membentuk kompleks (Alberts, 1994). Kompleksitas dari jalur
ini akan dijelaskan pada jalur retinoblastoma.

Jalur Retinoblastoma

Rb (atau RB) adalah gen supresor tumor yang meregulasi siklus sel. Pertama
kali ditemukan, gen ini bertanggung jawab terhadap kanker retina mata pada
anak-anak sehingga dinamakan retinoblastoma. Pemeriksaan sel pada anak-anak
penderita retinoblastoma menunjukkan hilangnya sebagian kecil satu anggota
kromosom homolog ke 13 (Hutchison, 1995).

Protein yang dikode oleh gen RB yaitu pRB (Rb) berperan penting untuk
meregulasi siklus sel dari G1ke tahap S, yaitu saat terjadinya transkripsi dan
sintesis protein. Mekanisme kontrol dari RB adalah melalui pelekatannya dengan
kelompok faktor transkripsi yaitu E2F. Kelangsungan siklus sel dipengaruhi oleh
lepasnya supresor yang bergantung pada kelompok Rb- E 2F, bukan transkripsi
yang bergantung pada E2F.

Komplek HDAC-Rb- E2F berperan untuk menghambat transkripsi

Rb menarik HDAC (histon deasetilase) membentuk kompleks Rb-HDAC.


Kompleks ini menghambat transkripsi, karena saat Rb menarik HDAC , terjadi
pelepasan grup asetil dari histon, sehingga ikatan DNA dilonggarkan oleh HAT
(histone acetyltransferases, seperti CBP/p300), sebagai prasyarat untuk
terjadinya transkripsi menjadi kuat kembaliikatan yang kuat ini mencegah akses
mesin-mesin transkripsi ke gen-gen yang responsif terhadap E 2F, sehingga
transkripsi akan dihambat (Istindiah, 2001).

Selain melekat pada HDAC, Rb yang melekat pada akan membentuk


kompleks Rb- E2F. Kompleks ini menghambat transkripsi dari gen-gen yang
responsif terhadap E2F seperti DHFR (dehydrofolate redutase) dan TK (thymidine
kinase) yang keduanya penting dalam replikasi DNA, termasuk pula cyclin E dan
cyclin A, yang penting untuk kelangsungan siklus sel (Brugarolas, 1998). Jadi
untuk menghambat transkripsi, Rb membentuk kompleks HDAC-Rb- E 2F.

Rb berperan penting dalam membentuk kompleks ini supaya transkripsi


tidak terjadi terus menerus. Sebaliknya, jika transkripsi terus-menerus dihambat
oleh kompleks ini maka siklus sel akan terhambat. Supaya siklus sel dapat
berlanjut ke tahap selanjutnya maka kompleks ini harus dipecah dengan cara
memfosforilasi Rb (Karp, 1999).
Gambar 1 : Pada baris atas, komplek HDAC-Rb-E 2F menghambat transkripsi.
Setelah kompleks dipecah, maka transkripsi dapat terjadi (Sherr,
1996).

Mekanisme yang berperan pada proses fosforilasi Rb

Rb disosforilasi pada restriction point (R) yang berada di bagian akhir G1


dab beberapa saat sebelum memasuki tahap S. Saat ini, sel memerlukan sinyal
ekstraseluler seperti faktor pertumbuhan, untuk menentukan, untuk menentukan
apakah harus melewati R dan meneruskan siklus sel. Setelah melalui R, siklus
tidak berpengaruh oleh sinyal ekstraseluler lagi . sel dapat mengenali faktor
pertumbuhan jika ada reseptor yang spesifik terhadap faktor pertumbuhan,
misalnya reseptor tirosin kinase (RTK) (Karp, 1999).

RTK berupa protein transmembran tunggal dengan tirosin kinase di bagian


sitoplasmik dari reseptor. Ketika reseptor mengikat faktor pertumbuhan, RTK
akan mendimerkan dan mentransfosforilasi residu tirosin pada sitoplasmik
reseptor. Reseptor yang diaktifkan akan menarik protein. Protein yang ditarik,
biasanya sitoplasmik, harus menempel ke membran untuk melakukan fungsinya.
Dalam hal ini, phosphorylated tyrosine (Y-P) berfungsi sebagai tempat
merapatnya protein yang mengandung domain SH2 (src-homology 2). Domain
SH2 melekat ke Y-P, yang membawa protein ke membran. Contok protein
sitoplasmik yang ditarik yaitu Grb2. Grb 2 (komplek Grb2 SOS) adalah adaptor
protein yang mengandung 1 domainj SH2 (yang melekat pada residu Y-P) dan 2
domain SH3 (src-homology 3). Domain SH3 ini melekat ke regio yang kaya
proline dari protein lainnya, misalnya SOS. SOS ialah guanine mucleotide
exchange factor (GEF) untuk G-protein Ras yang kecil (Istindiah, 2001).

Ras sangat penting untuk melalui R. Jadi, untuk mengaktifkan Ras, SOS
harus sampai ke membran. Ketika SOS mengaktifkan Ras, SOS mengubah GDP
yang melekat menjadi GTP. Ras yang nmelekat pada GDP menjadi non-aktif. Saat
Ras melekat pada GTP, Ras menjadi aktif dan mengubah konformasinya sehingga
dapat berinteraksi dengan efektor hilir, seperti Raf. Jadi Ras, seperti G-0protein
lainnya, beroperasi sperti switch molekuler: GDP=GTP dan GTP=on (Karp, 1999).

Sekarang , Raf merupakan serine/ theorine kinase yang ditarik ke


membran denagn melekat pada Ras aktif. Begitu sampai ke membran, Raf
diaktifkan. Raf yang aktif kemudiaan memfosforilasi dan mengaktifkan ERK
(Extracelluler Regulated Protein Kinase atau MAPK Mitogen Activated Kinase)
adalh serine /theorine kinase yang kemudian memfosforilasi protein sitoplasmik,
seperti p90RSK, atau translokasi ke nukleus untuk memfosforilasi faktor
transkripsi.

Jadi urutan aktifasi ERK (Ras Raf MEK ERK ) merupakan jalur kritis
pada transisi G1 ke tahap S yang distimulasi oleh faktor pertumbuhan. Aktifasi
darin faktor-faktor pertumbuhan. Aktivasi oleh faktor-faktor transkripsi ini, secara
langsung oleh ERK atau tidak langsung oleh pprotein sitiplasmik seperti P90 RSK ,
akan mengaktifkan transkripsi gen cyclin D yang penting uuntuk melewati R.

Cyclin, seperti namanya, fungsinya adalah berputar . jadi, tergantung di


bagian mana suatu sel di dalam siklus selnya, makan cyclin yang berbeda akan
diekspresikan (Meijer, 1997). Cyclin tersebut antara lain: cyclin D, cyclin A dan
cyclin B (Depinho, 1998). Supaya aktif cyclin hharus melekat ke CDK (cyclin-
dependent kinase). CDK ialah kinase yang berperan untuk menfosforilasi
beragam komponen dari mesin-mesin siklus sel. CDK difosforilasi oleh CAK (CDK-
activating kinase) dan didefosforilasi oleh cdc25 (suatu tirosin fosfatase)
(Brungarolas et al, 1998). Untuk cyclin diatas ada 3 CDK yaitu: CDK2 dan CDK1
(cdc2) (Istindiah, 2001).

Cyclin D melekat pada CDK4 dan CDK6 (CDK 4/6) membentuk komplek
cyclin D-CDK4/6. Begitu cyclin D melekat, CDK 4/6 menjadi aktif dan
memfosforilasi substratnya yaitu Rb (Hutchison, 1995).

Kompleks cyclin CDK dan CKI berperan pada mekanisme kontrol Rb

Jika transkripsi terus dihambat oleh komplesks HDAC-Rb-E 2F, maka


kelangsungan siklus sel akan terhambat. Supaya siklus sel bisa berlanjut,
disinilah cyclin D berperan. Kompleks cyclin D-CDK4/6 memfosforilasi C terminus
dari Rb. Residu yang telah difosforilasi ini kemudian berlipat ke Rb, yang
berasosiasi dengan potongan lisin yang bermuatan positif. Potongan lisin ini
ternyata ada pada empat melekatnay HDAC pada Rb. Jadi ketika fosforilasi, C
terminus yang melipat kembali ke Rb akan melepaskan HDAC dan melepaskan
transcriptional suppression (DePinho, 1998).

Saat ini Rb tidak lagi berikatan dengan HDAC, tetapi Rb masih melekat
pada E2F. Disinilah cyclin E berperan, cyclin E yang berikatan dengan CDK2
(kompleks cyclin E-Cdk2) bertugas untuk melepaskan E 2F dari Rb. Untuk tugas ini
Rb perlu difosforilasi secara berurutan oleh cyclin D-Cdk4/6 dan cyclin E-Cdk2.
Hal ini terjadi karena kompleks cyclin E-Cdk2 melekat di C terminus dari Rb,
padahaluntuk memfosforilasi harus berda di tengah protein (disebut pocket
domain, pada Rb ada 2 yaitu A dan B domain). Jadi untuk berada di pocket
domain, cyclin D-Cdk4/86 memfosforilasi C-terminus untuk melipat ke Rb, yang
memposisikan cyclin-Cdk2 dengan tepat pada pocket domain Rb. Begitu pocket
domain ini difosforilasi oleh cyclin E-Cdk2, E2F lepas dari Rb. Lepasnya E2F ini
kemudian memulai aktifasi transkripsi dari E 2F- dependent-genes (Harbor et al,
1999).

Aktifasi cyclin sendiri diregulasi oleh CKI (cyclin-dependent kinase


inhibitors). CKI merupakan regulator negatif yang berfungsi pada proliferasi,
kontrol checkpoint dan supresor tumor.CKI terdiri dari dua famili yaitu : INK4 dan
Cip/KipINK4 (Inhibitor of Cdk4) terdiri dari p15INK4b, p16INK4A, p18INK4c dan
p19INK4d. Pada dasarnya, INK4 melekat dan menginhibisi Cdk4/6. INK4 yang
melekat paad Cdk4/6 menyebabkan cyclin D tidak dapat melekat pada Cdk4/6
sehingga mencegah aktifasi dari Cdk4/6. Pada kondisi stres atau pada saat sel
tidak boleh bersiklus, INK4 diekspresikan dan mencegah fosforilasi Rb
(Castellanos, 1997).

Famili CKI lainnya yaitu Cip/Kip terdiri dari p21Waf/Cip1, p27Kip1 dan
p57Kip2. Cip/Kip melekat dan menginhibisi cyclin E-Cdk2 dan cyclin A-Cdk2
(Alberts, 1994). Pelekatan Cip/Kip ini memandu inhibisi aktifitas Cdk sehingga
mencegah kemampuan untuk menstimulasi kelanjutan siklus sel. p27 meregulasi
komplekscyclin E-Cdk2 dengan melekat dan menekan pada komplek ini. Saat
stimulasi matogen, level cyclin D bertambah dan level p27 diturunkan (Gambar
#). Dengan mengingat bahwa p27 dan p21 ialah assembly factor untuk kompleks
cyclin D-Cdk4/6, maka level cyclin D dapat dihubungakan dengan inhibisi p27
pada cyclin E-Cdk2. Dengan tiadanya p27 dari kompleks cyclin D-Cdk4/6 untuk
melekat pada kompleks cyclin D-Cdk4/6, maka kompleks cyclin E-Cdk2 menjadi
aktif dan dapat memfosforilasi Rb (dapat terjadi setelah levelcyclin D bertambah)
(Castellanos, 1997).

G2 Checkpoint

Selain checkpoint di antara fase G1 dan S, ada juga checkpoint antara G2 dan M.Salah
satu syarat untuk masuk ke fase M adalah semua DNA telah tereplikasi. Jika tidak? ya tidak
bisa melanjutkan perjalanannya. Untuk itu dibentuklah mitotic CDK complex. Selain itu ada
juga maturation Promoting Factor (MPF).

MPF merupakan faktor pendorong kedewasaan, namun kita bisa menganggap MPF
sebagai M-phase promoting factor karena memicu lewatnya sel melalui checkpoint G2 untuk
memasuki fase M. Ketika siklin yang terakumulasi selama G2 berasosiasi dengan molekul
Cdk, kompleks MPF yang dihasilkan akan memfosforilasi berbagain protein, dan mitosis pun
terinisiasi. MPF bertindak secara langsung sebagai kinase sekaligus bertindak secara tak
langsung dengan cara menginaktivasi kinase lain. Misalnya , MPF menyebabkan fosforilasi
berbagai protein pada lamina nukleus, yang mendorong fragmentasi selaput nukleus selama
prometafase mitosis. Ada pula bukti bahwa MPF berkontribusi dalam peristiwa molekular
yang dibutuhkan untuk kondensasi kromosom dan pembentukan gelendong selama profase.

Selama anafase MPF membantu memadamkan dirinya sendiri dengan cara


menginisiasi proses yang menyebabkan nkehancuran siklinnya sendiri. Bagian nonsiklin dari
MPF, Cdk, bertahan di sel dalam bentuk inaktif hingga berasosiasi dengan molekul siklin baru
yang disintesis selama fase S dan G2 pada putaran siklus sel berikutnya (Campbell et al,
2008).

Sumber :Campbell et al
Gambar : kontrol molekuler siklus sel pada checkpoint G2

Anda mungkin juga menyukai