Manusia Purba Di Indonesia
Manusia Purba Di Indonesia
Manusia Purba Di Indonesia
DI INDONESIA
OLEH :
NAMA : RAHMAN SOLEH
NO. ABSEN : 23
KELAS : VII B
Manusia
No Penjelasan Gambar
Purba
Fosil Meganthropus Paleojavanicus di nyatakan sebagai Fosil manusia
purba paling Primitif. Meganthropus Paleojavanicus sendiri di artiken
sebagai Manusia Raksasa Dari Jawa. Untuk jenis mausia purba ini
Pertama kali di temukan oleh Orang yang bernama Van Koenigswald
antara tahun 1936 sampai 1941 di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah.
Daerah Sangiran termasuk dalam fauna Jetis yang digolongkan dalam
lapisan Pleistosen Bawah. Fosil yang ditemukan adalah bagian rahang
bawah dan rahang atas kiri dengan gigi geraham Manusia purba jenis
Meganthropus Paleojavanicus memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini.
Salah satu jenis dari manusia purba itu adalah pithecanthropus erectus.
Nama ini berasal dari bahasa Latin yang berarti manusia kera yang
berjalan tegak.
Fosil mereka pertama kali ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890
di sekitar desa Trinil, wilayah Ngawi, Jawa Timur di sekitar Lembah Sungai
Bengawan Solo. Manusia purba Pithecanthropus Erectus memiliki
kedudukan diantara manusia dan kera, dengan kata lain mereka mirip
seperti kera tetapi dapat berjalan seperti manusia.
Manusia purba pithecanthropus erectus hidup pada masa Pleistosen Awal,
Pleistosen Tengah, dan Pleistosen Akhir. Pada masa masa itu, daerah
tempat tinggal mereka diperkirakan masih berupa padang rumput dengan
pepohonan yang tidak terlalu padat.
4 Pithecanthr Pithecanthropus Soloensis atau biasa disebut dengan Manusia kera dari
opus Solo. Pithecanthropus soloensis merupakan jenis-jenis manusia purba
Soloensis
setelah meganthropus dimana jenis manusia purba dikelompokkan
menjadi meganthropus, pithecanthropus, dan homo, di ketiga kelompok
tersebut terdapat jenis-jenis termasuk pithecanthropus soloensis
merupakan kelompok dari pithecanthropis.
Pithecanthropus Soloensis yang bertahan hidup sampai akhir
Pleistosen Tengah adalah Pithecanthropus Soloensis, Fosil pertama
ditemukan di Ngandong, di tepi sungai Bengawan Solo pada sekitar tahun
1931-1934. Para peneliti Pithecanthropus Soloensis, antara lain von
Koenigswald, Oppennorth, dan Ter Haar. Hasil penemuan Pithecanthropus
di lapisan Pleistosen Tengah mempunyai arti penting karena menghasilkan
satu seri tengkorak berjumlah besar dalam waktu singkat pada satu
tempat. Hasil temua itu berupa bagian atap tengkorak, tulang dahi,
fragmen tulang pendinding, dan tulang kering. Dari temuan tersebut, jenis
kelamin, usia, bahkan kapasitas otaknya dapat diukur.