Acara Vi Ekstraksi Pigmen Antosianin Kulit Manggis
Acara Vi Ekstraksi Pigmen Antosianin Kulit Manggis
Acara Vi Ekstraksi Pigmen Antosianin Kulit Manggis
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Acara VI Ekstraksi Pigmen Antosianin Kulit
Manggis adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis asam (asam
klorida dan asam asetat) yang ditambahkan dalam proses ekstraksi pigmen
antosianin kulit buah manggis dengan menggunakan pelarut etanol 96%
terhadap rendemen pekatan yang dihasilkan.
B. Tinjauan Pustaka
Antosianin tergolong pigmen yang disebut flavonoid yang pada
umumnya larut dalam air. Antosianin merupakan pigmen berwarna merah,
biru, violet, dan biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan, dan sayur-
sayuran. Sewaktu pemanasan dalam asam mineral pekat, antosianin pecah
menjadi antosianidin dan gula. Pada pH rendah (asam) pigmen ini berwarna
merah dan pada pH tinggi berubah menjadi warna violet lalu menjadi biru.
Konsentrasi pigmen berperan dalam penentuan warna. Pada konsentrasi
encer, antosianin berwarna biru, sebaliknya pada konsentrasi pekat berwarna
merah dan konsentrasi biasa berwarna ungu. Antosianin berperan dalam
bidang pangan, yakni penentuan warna produk makanan serta pengalengan
produk makanan. Pada pengolahan sayur-sayuran adanya antosianin dan
keasaman larutan banyak menentukan warna produk tersebut. Selain itu,
antosianin membentuk senyawa kompleks yang berwarna abu-abu violet
dalam ion logam. Oleh sebab itu, pada pengalengan bahan yang mengandun
antosianin sebaiknya kaleng perlu mendapat lapisan khusus (Winarno, 1984).
Perikarp buah dipisahkan menjadi perikarp luar dan dalam. Jumlah
antosianin diekstraksi dan kedua jaringan menggunakan metanol dan HCl. Isi
total antosianin dalam jaringan perikarp bagian dalam mengikat mengikuti
kecenderungan yang sama, meskipun isi disemua tahapan yang kurang dari
yang diluar perikarp. Warna nilai sudut dan kandungan total antosianin erat
kaitannya dengan pengembangan warna buah (Palapol et al., 2009).
Senyawa antosianin memiliki manfaat bagi kesehatan dalam mencegah
kerusakan akibat oksidasi, detoksifikasi, meningkatkan sistem imunitas
tubuh, menangkap radikal bebas dan mengikat logam berat seperti besi, seng
dan tembaga. Antosianin merupakan salah satu dari sekian banyak pigmen
yang terdapat di alam. Antosianin memberikan warna yang bervariasi dari
warna biru hingga merah. Kestabilan antosianin sangat dipengaruhi oleh pH,
suhu, enzim, oksigen, senyawa kopigmentasi, asam askorbat, protein dan
SO2. Peningkatan suhu pengeringan akan merusak antosianin walaupun
dilindungi dengan konsentrasi bahan pengisi yang sama (Permana, 2012).
Salah satu faktor yang memperngaruhi warna dari antosianin adalah pH.
Sifat asam akan menyebabkan warna antosianin menjadi merah, sedangkan
sifat basa akan menyebabkan warna antosianin menjadi biru. Selain faktor
pH, konsentrasi pigmen, adanya campuran dengan senyawa lain
(kompigmentasi), jumlah gugus hidroksi dan metoksi juga mempengaruhi
warna dari antosianin. Jumlah gugus hidroksi dan metoksi yang dominan
dibandingkan gugus hidroksi pada struktur antosianidi, menyebabkan warna
cenderung merah dan relatif stabil (Supiyanti, 2010).
Warna dan stabilitas pigmen antosianin tergantung pada struktur molekul
secara keseluruhan. Substitusi pada struktur antosianin A dan B akan
berpengaruh pada warna antosianin. Pada kondisi asam warna antosianin
ditentukan oleh banyaknya substitusi pada cincin B. Semakin banyak
substitusi OH akan menyebabkan warna semakin biru, sedangkan metoksilasi
menyebabkan warna semakin merah (Santoso, 2014).
Warna ungu pada kulit buah manggis disebabkan oleh senyawa
antosianin. Antosianin terbesar pada kulit buah manggis adalah cyanidin-3-
sophoroside (Chaovanalikit et al., 2012). Senyawa ini termasuk dalam
golongan flavonoid dan fenolik. Kandungan antosianin pada kulit buah
manggis dapat diperoleh dengan cara penyaringan hingga diperoleh ekstrak
cair. Penentuan rendemen antosianin pada kulit manggis didapatkan hasil
rendemen sebesar 12,61% (Pustiari, 2014).
Kulit buah manggis dapat dijadikan bahan baku untuk pewarna alami.
Jika diekstraksi dapat menghasilkan bahan pewarna alami berupa antosianin
yang menghasilkan warna merah, ungu, dan biru. Dari ekstraksi
menggunakan metode maserasi, didapatkan hasil rendemen pigmen
antosianin dengan asam asetat sebesar 34,22% (Farida, 2015).
Salah satu senyawa flavonoid yang terkandung dalam kulit buah manggis
adalah antosianin, untuk itu perlu diteliti kandungan antosianin total dalam
kulit buah manggis untuk memperoleh zat warna alami. Antosianin diketahui
dapat berfungsi sebagai antioksidan. Antosianin adalah pigmen yang bisa
larut dalam air. Zat tersebut berperan dalam pemberian warna terhadap bunga
atau bagian tanaman lain dari mlai merah, biru sampai ke ungu juga termasuk
kuning. Kadar antosianin pada kulit buah manggis adalah sebesar 59,3
mg/100 gram (Supiyanti, 2010).
Maserasi merupakan metode ekstraksi dingin, yaitu proses pengekstrakan
simplisia dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan, sehingga zat-zat yang terkandung di dalam simplisia relatif lebih
aman jika dibandingkan dengan penggunaan ekstraksi panas. Pemilihan
pelarut untuk metode maserasi berdasarkan pada tingkat keamanan dan
kemudahan saat menguapkan. Dalam hal ini etanol 70% lebih aman
dibandingkan dengan metanol dan mempunyai sifat dapat menarik metabolit
sekunder dalam simplisia (Sihombing, 2008).
Yang dimaksud dengan ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa
bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan
terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen
dalam campuran. Sebuah contoh ekstraksi yang dapat dilihat sehari-hari ialah
pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji
kopi yang telah dibakar atau digiling (Bernasconi, 1995).
Ekstraksi dengan pelarut dilakukan dengan mempertemukan bahan yang
akan diekstrak dengan pelarut selama waktu tertentu, diikuti pemisahan filtrat
terhadap residu bahan yang diekstrak. Ekstrak dengan menggunakan pelarut
seperti etanol, metanol, etil asetat, heksana, dan air mampu memisahkan
senyawa-senyawa yang penting dalam suatu bahan. Pemilihan pelarut yang
akan dipakai dalam proses ekstraksi harus memperhatikan sifat kandungan
senyawa yang akan diisolasi. Sifat yang penting adalah polaritas dan gugus
polar dari suatu senyawa. Suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang
sama polaritasnya sehingga akan menghasilkan sifat fisikokimia ekstrak yang
dihasilkan (Septiana, 2012).
Dalam proses ekstraksi digunakan bahan pelarut menguap (solvent) yang
berfungsi sebagai ekstraktor. Pada dasarnya bahan yang akan diekstraksi
dicampur dengan bahan pelarut menguap, sehingga cairan bahan akan
terdifusi ke luar dari dalam sel melalui dinding sel dan bercampur dengan
bahan pelarut menguap tersebut. Selanjutnya, cairan ekstraksi dipisahkan dari
bahan pelarut menguapnya. Bahan pelarut menguap tersebut dapat
dipergunakan kembali untuk proses ekstraksi selanjutnya (Darsam, 1980).
Umumnya cara mengekstrak antosianin menggunakan pelarut dan asam.
Fungsi pelarut untuk ekstrak antosianin merupakan faktor yang menentukan
suatu kualitas dari suatu ekstraksi, dan memiliki daya yang besar untuk
melarutkan. Sedangkan, penambahan asam berfungsi untuk lebih
mengoptimalkan ekstraksi antosianin. Perbedaan jenis asam yang
ditambahkan juga berpengaruh terhadap intensitas warna yang dihasilkan. Hal
ini diduga karena penambahan jenis asam dapat berpengaruh terhadap
lingkungan pH rendah yang dapat merubah pewarna semakin baik dan pH
yang tinggi akan membuat pewarna semakin tidak baik. Dalam penelitian
yang dilakukan Sari dan Saati (2003), diketahui pelarut dan asam yang
terbaik untuk proses ekstraksi adalah etanol 96% dengan asam asetat
(Moulana, 2012).
Antosianin merupakan pigmen alami yang aman digunakan karena tidak
mengandung logam berat. Ekstraksi menggunakan pelarut berdasarkan
kelarutan komponen terhadap komponen lain atau polaritasnya dalam
campuran. Etanol 95% umumnya digunakan dalam ekstraksi antosianin
karena kepolarannya hampir sama dengan polaritas antosianin. Faktor
kecocokan antara kepolaran pelarut dengan zat yang dilarutkan menyebabkan
antosianin mudah larut. Antosianin tidak stabil di dalam larutan netral atau
basa, sehingga ekstraksi dilakukan pada kondisi asam. Beberapa jenis
pengasaman yang digunakan pada ekstraksi antosianin adalah HCl dan asam
sitrat. Penambahan asam pada proses ekstraksi berfungsi mendenaturasi
membran sel dan melarutkan pigmen antosianin keluar dari sel. Hasil
rendemen antosianin dengan etanol 95% dan HCl 1% sebesar 29,68%
(Kristiana, 2012).
Proses pengeringan menyebabkan kandungan air selama proses
pengolahan berkurang sehingga mengakibatkan penurunan rendemen.
Penurunan rendemen disebabkan semakin tinggi suhu dan semakin lama
waktu pengeringan kandungan air yang teruapkan akan lebih banyak sehingga
mengakibatkan rendemen yang dihasikan menurun. Perbedaan rendemen
dipengaruhi oleh kandungan air suatu bahan pangan (Wijana, 2015).
Bahan tanaman kering dan bubuk menjalani prosedur ekstraksi
pengulangan dengan penyaringan dingin menggunakan 95% etanol dan air.
Bahan cair dan ekstrak organik disaring secara kimiawi menggunakan
prosedur yang sudah diketahui. Bagiannya disaring dan dipekatkan menjadi
kering dengan tekanan rendah menggunakan rotary evaporator
(Mpiana, 2010).
Vacuum Rotary Evaporator adalah alat yang berfungsi untuk
memisahkan suatu larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan
kandungan kimia tertentu sesuai yang diinginkan. Cairan yang ingin diuapkan
biasanya ditempatkan dalam suatu labu yang kemudian dipanaskan dengan
bantuan penangas, dan diputar. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan oleh
suatu pendingin (kondensor) dan ditampung pada suatu tempat (receiver
flask). Kecepatan alat ini dalam melakukan evaporasi sangat cepat, terutama
bila dibantu oleh vakum. Terjadinya bumping dan pembentukan busa juga
dapat dihindari. Kelebihan lainnya dari alat ini adalah diperolehnya
kembali pelarut yang diuapkan (Senjaya, 2005).
Rotari evaporator adalah pengembangan dari teknik penguapan secara
distilasi vakum. Dengan rotari evaporator pengusiran pelarut berlangsung
dengan sempurna. Rotari evaporator terdiri dari tiga komponen utama, yaitu
pompa vakum, pendingin dan pemanas. Vakum berperan untuk menurunkan
titik didih, pendingin untuk mencairkan kembali pelarut dan pemanas adalah
untuk menguapkan pelarut. Labu putar tempat sampel dan untuk menampung
pelarut yang telah mencair (Ibrahim, 2013).
C. Metodologi
a. Alat
1. Timbangan analitik
2. Pipet
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
5. Labu takar
6. Kain saring
7. Pemarut
8. pH meter
9. Rotary evaporator vacuum
b. Bahan
1. Kulit buah manggis (Garciniamagostana)
2. Etanol 96%
3. Asam klorida
4. Asam asetat
5. Aquades
c. Cara Kerja
100 gram buah manggis
Penyortasi
Pemasukkan ke erlenmeyer
Pemasukkan ke erlenmeyer,
Pemasukan
Penambahan
ke erlenmeyer,
HCl Penambahan CH3COOH
Penambahan
Penambahan sedikit demi sedikit hingga pHsedikit
menjadidemi
3 sedikit hingga pH menjadi 3
Penguapan
Penguapan pelarut dengan rotary pelarut
evaporator dengan rotary evaporator vacuum
vacuum
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum acara VI Ekstraksi Pigmen Antosianin Kulit
Manggis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil rendemen dari sampel awal 100 gram dengan penambahan asam
asetat sebesar 57,670%.
2. Hasil rendemen dari sampel awal 100 gram dengan penambahan asam
klorida sebesar 47,808%.
3. Hasil rendemen yang lebih tinggi ialah dengan penambahan asam asetat
namun warna dan viskositas rendemen dengan penambahan asam
klorida lebih baik.
4. Warna rendemen dengan penambahan asam asetat ialah merah
keunguan.
5. Warna rendemen dengan penambahan asam klorida ialah merah bata.
6. Faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi antosianin adalah
temperatur, waktu ekstraksi dan pH.
7. Pigmen antosianin dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami makanan.
DAFTAR PUSTAKA
= 47,808%
2. Diketahui: Massa beaker glass = 63,730 gram (a)
Massa beaker glass + ekstrak = 121,4 gram (b)
Maka gram ekstrak = b-a
= 121,4 63,730
= 57,670 gram (berat akhir)
Ditanyakan: % rendemen
57,670
% Rendemen pada CH3COOH = 100 x 100%
= 57,670%