Acara Vi Ekstraksi Pigmen Antosianin Kulit Manggis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

ACARA VI

EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN KULIT MANGGIS

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Acara VI Ekstraksi Pigmen Antosianin Kulit
Manggis adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis asam (asam
klorida dan asam asetat) yang ditambahkan dalam proses ekstraksi pigmen
antosianin kulit buah manggis dengan menggunakan pelarut etanol 96%
terhadap rendemen pekatan yang dihasilkan.

B. Tinjauan Pustaka
Antosianin tergolong pigmen yang disebut flavonoid yang pada
umumnya larut dalam air. Antosianin merupakan pigmen berwarna merah,
biru, violet, dan biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan, dan sayur-
sayuran. Sewaktu pemanasan dalam asam mineral pekat, antosianin pecah
menjadi antosianidin dan gula. Pada pH rendah (asam) pigmen ini berwarna
merah dan pada pH tinggi berubah menjadi warna violet lalu menjadi biru.
Konsentrasi pigmen berperan dalam penentuan warna. Pada konsentrasi
encer, antosianin berwarna biru, sebaliknya pada konsentrasi pekat berwarna
merah dan konsentrasi biasa berwarna ungu. Antosianin berperan dalam
bidang pangan, yakni penentuan warna produk makanan serta pengalengan
produk makanan. Pada pengolahan sayur-sayuran adanya antosianin dan
keasaman larutan banyak menentukan warna produk tersebut. Selain itu,
antosianin membentuk senyawa kompleks yang berwarna abu-abu violet
dalam ion logam. Oleh sebab itu, pada pengalengan bahan yang mengandun
antosianin sebaiknya kaleng perlu mendapat lapisan khusus (Winarno, 1984).
Perikarp buah dipisahkan menjadi perikarp luar dan dalam. Jumlah
antosianin diekstraksi dan kedua jaringan menggunakan metanol dan HCl. Isi
total antosianin dalam jaringan perikarp bagian dalam mengikat mengikuti
kecenderungan yang sama, meskipun isi disemua tahapan yang kurang dari
yang diluar perikarp. Warna nilai sudut dan kandungan total antosianin erat
kaitannya dengan pengembangan warna buah (Palapol et al., 2009).
Senyawa antosianin memiliki manfaat bagi kesehatan dalam mencegah
kerusakan akibat oksidasi, detoksifikasi, meningkatkan sistem imunitas
tubuh, menangkap radikal bebas dan mengikat logam berat seperti besi, seng
dan tembaga. Antosianin merupakan salah satu dari sekian banyak pigmen
yang terdapat di alam. Antosianin memberikan warna yang bervariasi dari
warna biru hingga merah. Kestabilan antosianin sangat dipengaruhi oleh pH,
suhu, enzim, oksigen, senyawa kopigmentasi, asam askorbat, protein dan
SO2. Peningkatan suhu pengeringan akan merusak antosianin walaupun
dilindungi dengan konsentrasi bahan pengisi yang sama (Permana, 2012).
Salah satu faktor yang memperngaruhi warna dari antosianin adalah pH.
Sifat asam akan menyebabkan warna antosianin menjadi merah, sedangkan
sifat basa akan menyebabkan warna antosianin menjadi biru. Selain faktor
pH, konsentrasi pigmen, adanya campuran dengan senyawa lain
(kompigmentasi), jumlah gugus hidroksi dan metoksi juga mempengaruhi
warna dari antosianin. Jumlah gugus hidroksi dan metoksi yang dominan
dibandingkan gugus hidroksi pada struktur antosianidi, menyebabkan warna
cenderung merah dan relatif stabil (Supiyanti, 2010).
Warna dan stabilitas pigmen antosianin tergantung pada struktur molekul
secara keseluruhan. Substitusi pada struktur antosianin A dan B akan
berpengaruh pada warna antosianin. Pada kondisi asam warna antosianin
ditentukan oleh banyaknya substitusi pada cincin B. Semakin banyak
substitusi OH akan menyebabkan warna semakin biru, sedangkan metoksilasi
menyebabkan warna semakin merah (Santoso, 2014).
Warna ungu pada kulit buah manggis disebabkan oleh senyawa
antosianin. Antosianin terbesar pada kulit buah manggis adalah cyanidin-3-
sophoroside (Chaovanalikit et al., 2012). Senyawa ini termasuk dalam
golongan flavonoid dan fenolik. Kandungan antosianin pada kulit buah
manggis dapat diperoleh dengan cara penyaringan hingga diperoleh ekstrak
cair. Penentuan rendemen antosianin pada kulit manggis didapatkan hasil
rendemen sebesar 12,61% (Pustiari, 2014).
Kulit buah manggis dapat dijadikan bahan baku untuk pewarna alami.
Jika diekstraksi dapat menghasilkan bahan pewarna alami berupa antosianin
yang menghasilkan warna merah, ungu, dan biru. Dari ekstraksi
menggunakan metode maserasi, didapatkan hasil rendemen pigmen
antosianin dengan asam asetat sebesar 34,22% (Farida, 2015).
Salah satu senyawa flavonoid yang terkandung dalam kulit buah manggis
adalah antosianin, untuk itu perlu diteliti kandungan antosianin total dalam
kulit buah manggis untuk memperoleh zat warna alami. Antosianin diketahui
dapat berfungsi sebagai antioksidan. Antosianin adalah pigmen yang bisa
larut dalam air. Zat tersebut berperan dalam pemberian warna terhadap bunga
atau bagian tanaman lain dari mlai merah, biru sampai ke ungu juga termasuk
kuning. Kadar antosianin pada kulit buah manggis adalah sebesar 59,3
mg/100 gram (Supiyanti, 2010).
Maserasi merupakan metode ekstraksi dingin, yaitu proses pengekstrakan
simplisia dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan, sehingga zat-zat yang terkandung di dalam simplisia relatif lebih
aman jika dibandingkan dengan penggunaan ekstraksi panas. Pemilihan
pelarut untuk metode maserasi berdasarkan pada tingkat keamanan dan
kemudahan saat menguapkan. Dalam hal ini etanol 70% lebih aman
dibandingkan dengan metanol dan mempunyai sifat dapat menarik metabolit
sekunder dalam simplisia (Sihombing, 2008).
Yang dimaksud dengan ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa
bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan
terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen
dalam campuran. Sebuah contoh ekstraksi yang dapat dilihat sehari-hari ialah
pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji
kopi yang telah dibakar atau digiling (Bernasconi, 1995).
Ekstraksi dengan pelarut dilakukan dengan mempertemukan bahan yang
akan diekstrak dengan pelarut selama waktu tertentu, diikuti pemisahan filtrat
terhadap residu bahan yang diekstrak. Ekstrak dengan menggunakan pelarut
seperti etanol, metanol, etil asetat, heksana, dan air mampu memisahkan
senyawa-senyawa yang penting dalam suatu bahan. Pemilihan pelarut yang
akan dipakai dalam proses ekstraksi harus memperhatikan sifat kandungan
senyawa yang akan diisolasi. Sifat yang penting adalah polaritas dan gugus
polar dari suatu senyawa. Suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang
sama polaritasnya sehingga akan menghasilkan sifat fisikokimia ekstrak yang
dihasilkan (Septiana, 2012).
Dalam proses ekstraksi digunakan bahan pelarut menguap (solvent) yang
berfungsi sebagai ekstraktor. Pada dasarnya bahan yang akan diekstraksi
dicampur dengan bahan pelarut menguap, sehingga cairan bahan akan
terdifusi ke luar dari dalam sel melalui dinding sel dan bercampur dengan
bahan pelarut menguap tersebut. Selanjutnya, cairan ekstraksi dipisahkan dari
bahan pelarut menguapnya. Bahan pelarut menguap tersebut dapat
dipergunakan kembali untuk proses ekstraksi selanjutnya (Darsam, 1980).
Umumnya cara mengekstrak antosianin menggunakan pelarut dan asam.
Fungsi pelarut untuk ekstrak antosianin merupakan faktor yang menentukan
suatu kualitas dari suatu ekstraksi, dan memiliki daya yang besar untuk
melarutkan. Sedangkan, penambahan asam berfungsi untuk lebih
mengoptimalkan ekstraksi antosianin. Perbedaan jenis asam yang
ditambahkan juga berpengaruh terhadap intensitas warna yang dihasilkan. Hal
ini diduga karena penambahan jenis asam dapat berpengaruh terhadap
lingkungan pH rendah yang dapat merubah pewarna semakin baik dan pH
yang tinggi akan membuat pewarna semakin tidak baik. Dalam penelitian
yang dilakukan Sari dan Saati (2003), diketahui pelarut dan asam yang
terbaik untuk proses ekstraksi adalah etanol 96% dengan asam asetat
(Moulana, 2012).
Antosianin merupakan pigmen alami yang aman digunakan karena tidak
mengandung logam berat. Ekstraksi menggunakan pelarut berdasarkan
kelarutan komponen terhadap komponen lain atau polaritasnya dalam
campuran. Etanol 95% umumnya digunakan dalam ekstraksi antosianin
karena kepolarannya hampir sama dengan polaritas antosianin. Faktor
kecocokan antara kepolaran pelarut dengan zat yang dilarutkan menyebabkan
antosianin mudah larut. Antosianin tidak stabil di dalam larutan netral atau
basa, sehingga ekstraksi dilakukan pada kondisi asam. Beberapa jenis
pengasaman yang digunakan pada ekstraksi antosianin adalah HCl dan asam
sitrat. Penambahan asam pada proses ekstraksi berfungsi mendenaturasi
membran sel dan melarutkan pigmen antosianin keluar dari sel. Hasil
rendemen antosianin dengan etanol 95% dan HCl 1% sebesar 29,68%
(Kristiana, 2012).
Proses pengeringan menyebabkan kandungan air selama proses
pengolahan berkurang sehingga mengakibatkan penurunan rendemen.
Penurunan rendemen disebabkan semakin tinggi suhu dan semakin lama
waktu pengeringan kandungan air yang teruapkan akan lebih banyak sehingga
mengakibatkan rendemen yang dihasikan menurun. Perbedaan rendemen
dipengaruhi oleh kandungan air suatu bahan pangan (Wijana, 2015).
Bahan tanaman kering dan bubuk menjalani prosedur ekstraksi
pengulangan dengan penyaringan dingin menggunakan 95% etanol dan air.
Bahan cair dan ekstrak organik disaring secara kimiawi menggunakan
prosedur yang sudah diketahui. Bagiannya disaring dan dipekatkan menjadi
kering dengan tekanan rendah menggunakan rotary evaporator
(Mpiana, 2010).
Vacuum Rotary Evaporator adalah alat yang berfungsi untuk
memisahkan suatu larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan
kandungan kimia tertentu sesuai yang diinginkan. Cairan yang ingin diuapkan
biasanya ditempatkan dalam suatu labu yang kemudian dipanaskan dengan
bantuan penangas, dan diputar. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan oleh
suatu pendingin (kondensor) dan ditampung pada suatu tempat (receiver
flask). Kecepatan alat ini dalam melakukan evaporasi sangat cepat, terutama
bila dibantu oleh vakum. Terjadinya bumping dan pembentukan busa juga
dapat dihindari. Kelebihan lainnya dari alat ini adalah diperolehnya
kembali pelarut yang diuapkan (Senjaya, 2005).
Rotari evaporator adalah pengembangan dari teknik penguapan secara
distilasi vakum. Dengan rotari evaporator pengusiran pelarut berlangsung
dengan sempurna. Rotari evaporator terdiri dari tiga komponen utama, yaitu
pompa vakum, pendingin dan pemanas. Vakum berperan untuk menurunkan
titik didih, pendingin untuk mencairkan kembali pelarut dan pemanas adalah
untuk menguapkan pelarut. Labu putar tempat sampel dan untuk menampung
pelarut yang telah mencair (Ibrahim, 2013).
C. Metodologi
a. Alat
1. Timbangan analitik
2. Pipet
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
5. Labu takar
6. Kain saring
7. Pemarut
8. pH meter
9. Rotary evaporator vacuum
b. Bahan
1. Kulit buah manggis (Garciniamagostana)
2. Etanol 96%
3. Asam klorida
4. Asam asetat
5. Aquades
c. Cara Kerja
100 gram buah manggis

Penyortasi

Penghalusan Kulit Manggis

Pemasukkan ke erlenmeyer

400 ml etanol 96% 400 ml etanol 96%

Pemasukkan ke erlenmeyer,
Pemasukan
Penambahan
ke erlenmeyer,
HCl Penambahan CH3COOH

Penambahan
Penambahan sedikit demi sedikit hingga pHsedikit
menjadidemi
3 sedikit hingga pH menjadi 3

Pendiaman pada suhu ruang


Pendiaman pada suhu ruang 24 jam 24 jam

Penyaringan ekstrak Penyaringan ekstrak

Penguapan
Penguapan pelarut dengan rotary pelarut
evaporator dengan rotary evaporator vacuum
vacuum

Perhitungan rendemen pekatan


Perhitungan rendemen pekatan
D. Pembahasan
Tabel 6.1 Hasil Ekstraksi Pigmen Antosianin Kulit Manggis

Kelompo Penambahan pH Bera Berat Rendeme Warna


k Asam t akhir n
awal (g)
(g)
1-9 HCl 3,01 100 47,808 47,808% Merah
Bata
10-18 CH3COOH 3,70 100 57,670 57,670% Merah
Keunguan
Sumber : Laporan Sementara
Pada praktikum Acara IV Ekstraksi Pigmen Antosianin Kulit Manggis,
dilakukan ekstraksi pigmen antosianin dengan penambahan asam yang berbeda.
Antosianin tergolong pigmen yang disebut flavonoid yang pada umumnya larut
dalam air. Antosianin merupakan pigmen berwarna merah, biru, violet, dan
biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan, dan sayur-sayuran (Winarno, 1984).
Antosianin merupakan salah satu dari sekian banyak pigmen yang terdapat di
alam. Antosianin memberikan warna yang bervariasi dari warna biru hingga
merah. Kestabilan antosianin sangat dipengaruhi oleh pH, suhu, enzim, oksigen,
senyawa kopigmentasi, asam askorbat, protein dan SO2. Peningkatan suhu
pengeringan akan merusak antosianin walaupun dilindungi dengan konsentrasi
bahan pengisi yang sama (Permana, 2012). Pigmen antosianin memiliki beberapa
manfaat, salah satunya dalam bidang pangan yaitu penentuan warna produk
makanan serta pengalengan produk makanan. Pada pengolahan sayur-sayuran
adanya antosianin dan keasaman larutan banyak menentukan warna produk
tersebut (Winarno, 1984).
Menurut Permana (2012) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
warna antosianin adalah pH. Penambahan asam dengan tingkat keasaman
yang berbeda pada ekstraksi pigmen antosianin mempengaruhi warna yang
dihasilkan. Hal ini disebabkan karena sifat asam akan menyebabkan warna
antosianin menjadi merah, sedangkan sifat basa akan menyebabkan warna
antosianin menjadi biru. Semakin banyak substitusi OH akan menyebabkan
warna semakin biru. Selain itu, menurut Kristiana (2012), dilakukan
penambahan asam pada ekstraksi pigmen antosianin karena antosianin tidak
stabil di dalam larutan netral atau basa, sehingga ekstraksi dilakukan pada
kondisi asam.
Dalam percobaan ini, praktikan menggunakan sampel kulit buah manggis
karena telah diketahui kulit manggis mengandung pigmen antosianin. Kulit
buah manggis dapat dijadikan bahan baku untuk pewarna alami berupa
antosianin yang menghasilkan warna merah, ungu, dan biru (Farida, 2015).
Pendapat Chaovanalikit (2012) bahwa senyawa antosianin pada kulit buah
manggis berupa cyanidin-3-sophoroside yang merupakan antosianin terbesar
dalam kulit buah manggis.
Pigmen antosianin pada kulit manggis dapat diekstraksi. Ekstraksi adalah
pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan
bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda
dari komponen-komponen dalam campuran (Bernasconi, 1995). Salah satu
cara ekstraksi adalah dengan metode maserasi. Menurut pendapat Sihombing
(2008), maseras merupakan metode ekstraksi dingin, yaitu proses
pengekstrakan simplisia dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada temperatur ruangan, sehingga zat-zat yang terkandung di dalam
simplisia relatif lebih aman jika dibandingkan dengan penggunaan ekstraksi
panas.
Dalam proses ekstraksi, memerlukan penggunaan pelarut. Pelarut yang
digunakan merupakan bahan pelarut menguap. Pemilihan pelarut yang akan
dipakai dalam proses ekstraksi harus memperhatikan sifat kandungan
senyawa yang akan diisolasi. Sifat yang penting adalah polaritas dan gugus
polar dari suatu senyawa. Suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang
sama polaritasnya sehingga akan menghasilkan sifat fisikokimia ekstrak yang
dihasilkan (Septiana, 2012).
Ekstraksi pigmen antosianin yang dilakukan pada praktikum ini
menggunakan pelarut etanol 96%. Penggunaan pelarut etanol dalam ekstraksi
pigmen antosianin karena kepolarannya hampir sama dengan polaritas
antosianin. Faktor kecocokan antara kepolaran pelarut dengan zat yang
dilarutkan menyebabkan antosianin mudah larut (Kristiana, 2012). Selain itu,
pelarut etanol lebih aman dibandingkan pelarut lainnya seperti metanol
(Sihombing, 2008).
Proses ekstrasi pigmen antosianin dalam kulit manggis menggunakan alat
berupa vacuum rotary evaporator. Vacuum Rotary Evaporator adalah alat
yang berfungsi untuk memisahkan suatu larutan dari pelarutnya sehingga
dihasilkan ekstrak dengan kandungan kimia tertentu sesuai yang diinginkan.
Prinsip kerja dari alat ini yaitu airan yang ingin diuapkan biasanya
ditempatkan dalam suatu labu yang kemudian dipanaskan dengan bantuan
penangas, dan diputar. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan oleh suatu
pendingin (kondensor) dan ditampung pada suatu tempat (Senjaya, 2005).
Dalam buku berjudul Teknik Laboratorium Kimia Organik oleh Ibrahim
(2013), rotari evaporator terdiri dari tiga komponen utama, yaitu pompa
vakum, pendingin dan pemanas. Vakum berperan untuk menurunkan titik
didih, pendingin untuk mencairkan kembali pelarut dan pemanas adalah
untuk menguapkan pelarut. Labu putar tempat sampel dan untuk menampung
pelarut yang telah mencair. Gambar alat rotari evaporator sebagai berikut :

Gambar 6.1 Alat rotari evapotator vakum


Keterangan gambar :
1. Kondensor : berfungsi sebagai pendingin yang mempercepat proses
perubahan fasa, dari fasa gas ke fasa cair.
2. Labu alas bulat penampung : berfungsi sebagai wadah pelarut.
3. Vakum : berfungsi sebagai penyedot uap pelarut.
4. Labu alas bulat sampel : berfungsi sebagai wadah larutan yang akan
diekstrak.
5. Waterbath : berfungsi sebagai wadah air yang dipanaskan oleh hot
plate untuk labu alas yang berisi sampel.
6. Hot Plate : berfungsi untuk mengatur suhu pada waterbath dengan
temperature yang diinginkan (tergantung dari titik didih pelarut).
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat diketahui nilai rendemen
yang tertera pada Tabel 6.1. Percobaan dilakukan menggunakan dua sampel
kulit manggis masing-masing berat awal 100 gram yang telah dihaluskan
dengan penambahan asam yang berbeda. Pada sampel pertama, asam yang
digunakan adalah asam klorida (HCl), sedangkan pada sampel kedua, asam
yang digunakan adalah asam asetat (CH3COOH). Setelah penambahan asam
dan didiamkan selama 24 jam, masing-masing sampel dievaporasi. Hasil
proses evaporasi, didapatkan berat akhir sampel. Penambahan asam klorida
mendapatkan hasil berat akhir sebesar 47,808 gram, sedangkan penambahan
asam asetat mendapatkan hasil berat akhir sebesar 57,670 gram. Dari hasil
berat akhir tersebut, dapat dihitung nilai rendemen masing-masing sampel
dengan membandingkan berat akhir dan berat awal sampel kemudian dikali
100%. Sampel pertama didapatkan rendemen sebesar 47,808% dan untuk
sampel kedua didapatkan rendemen sebesar 57,670%.
Hasil perhitungan nilai rendemen dari percobaan didapatkan hasil yang
tidak sesuai teori. Menurut Kristiana (2012), ekstraksi pigmen antosianin
menggunakan pelarut etanol 95% dan penambahan asam klorida 1%
dihasilkan rendemen sebesar 29,68%. Sedangkan menurut Farida (2015),
rendemen pigmen antosianin dengan pelarut yang sama tetapi dengan
penambahan asam asetat dihasilkan rendemen sebesar 34,22%. Perbedaan
hasil percobaan dengan teori menunjukkan bahwa terdapat kesalahan dalam
praktikum. Hal tersebut disebabkan karena ketidaktelitian praktikan dalam
mengekstrak kulit buah manggis.
Jumlah hasil rendemen yang dihasilkan terdapat perbedaan pada
penambahan asam yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan nilai
keasaman (pH) asam yang ditambahkan. Asam klorida memiliki nilai pH
yang lebih rendah dibanding asam asetat. Menurut Kristiana (2012), pigmen
antosianin lebih stabil pada kondisi asam daripada kondisi basa atau netral.
Penambahan asam pada proses ekstraksi berfungsi mendenaturasi membran
sel dan melarutkan pigmen antosianin keluar dari sel. Semakin kuat asam atau
pH semakin rendah, maka pigmen antosianin yang larut akan semakin
banyak. Hal ini terbukti pada hasil percobaan didapat rendemen dengan
penambahan asam HCl lebih rendah dibandingkan asam asetat. Selain jumlah
rendemen, warna yang dihasilkan juga berbeda pada penambahan asam yang
berbeda. Perbedaan jenis asam yang ditambahkan juga berpengaruh terhadap
intensitas warna yang dihasilkan. Hal ini diduga karena penambahan jenis
asam dapat berpengaruh terhadap lingkungan pH rendah yang dapat merubah
pewarna semakin baik dan pH yang tinggi akan membuat pewarna semakin
tidak baik (Moulana, 2012).

E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum acara VI Ekstraksi Pigmen Antosianin Kulit
Manggis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil rendemen dari sampel awal 100 gram dengan penambahan asam
asetat sebesar 57,670%.
2. Hasil rendemen dari sampel awal 100 gram dengan penambahan asam
klorida sebesar 47,808%.
3. Hasil rendemen yang lebih tinggi ialah dengan penambahan asam asetat
namun warna dan viskositas rendemen dengan penambahan asam
klorida lebih baik.
4. Warna rendemen dengan penambahan asam asetat ialah merah
keunguan.
5. Warna rendemen dengan penambahan asam klorida ialah merah bata.
6. Faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi antosianin adalah
temperatur, waktu ekstraksi dan pH.
7. Pigmen antosianin dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami makanan.
DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G., H. Gerster, H. Hauster, H. Stauble, E. Schneiter. 1995. Teknologi


Kimia Bagian 2. Pradnya Paramita. Jakarta.
Chaovanalikit, A et.al. 2012. Anthocyanin and Total Phenolics Content of
Mangosteen and Effect of Processing on the Quality of Mangost een
Products. International Food Research Journal Vol. 19, No. 3, Hal. 1047.
Darsam dan Muchtar Afandi. 1981. Petunjuk Praktek Alat/Mesin Pengolahan
Hasil Pertanian 3. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Farida, Rita dan Fithri Choirun Nisa. 2015. Ekstraksi Antosianin Limbah Kulit
Manggis Metode Microwave Assisted Extraction (Lama Ekstraksi dan
Rasio Bahan : Pelarut). Jurnal Pangan dan Agroindustrik, Vol. 3, No. 2,
Hal. 363-369.
Ibrahim, Sanusi, Marham Sitorus. 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Kristiani, Herlina Dwi., Setyaningrum Ariviani dan Lia Umi Khasanah. 2012.
Ekstraksi Pigmen Antosianin Buah Senggani (Melastoma malabathricum
Auct. non Linn) dengan Variasi Jenis Pelarut. Jurnal Teknosains Pangan,
Vol. 1, No. 1, Hal. 106.
Moulana, Ryan., Juanda, Syarifah Rohaya dan Ria Rosika. 2012. Efektivitas
Penggunaan Jenis Pelarut dan Asam dalam Proses Ekstraksi Pigmen
Antosianin Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L). Jurnal
Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia, Vol. 4, No. 3, Hal. 20.
Mpiana, Pius T., KotoTe Niwa N. Ngbolua, Matthieu T. Bokota, Teddy K.
Kasonga, Emmanuel K. Atibu, Damien S. T. Tshibangu dan Virima
Mudogo. 2010. In Vitro Effects of Anthocyanin Extracts from Justicia
Secunda Vahl on the Solubility of Haemoglobin S and Membrane Stability
of Sickle Erythrocytes. Blood Transfus No. 8, Hal. 249.
Palapol, Y., S. Ketsa, D. Stevenson, J. M. Cooney, A. C. Allan dan I.B. Ferguson.
2009. Colour Development and Quality of Mangosteen (Garcinia
mangostana L.) Fruit during Ripening and After Harvest. Postharvest
Biology and Technology Vol 51, Hal. 349.
Permana, Asep W., Siti Mariana Widayanti, Sulusi Prabawati dan Dondy A
Setyabudi. 2012. Sifat Antisianin Bubuk Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) Instan dan Aplikasinya Untuk Minuman Fungsional
Berkarbonasi. Jurnal Pascapanen Vol. 9, No. 2, Hal. 89.
Ratanamarno, Sujitra., Jammong Uthaubutra dan Kobkiat Saengnil. 2005. Effects
of Bagging and Storage Temperature on Anthocyanin Content and
Phenylalanine Ammonia-Lyase (PAL) Activity in Mangosteen (Garcinia
mangostana L.) Fruit Pericarp During Maturation. Songklanakarin J. Sci.
Technol, Vol. 27, No. 4, Hal. 712.
Santoso, Wahyu Eka Arief dan Teti Estiasih. 2014. Jurnal Review: Kopigmentasi
Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas Var. Ayamurasaki) dengan Kopigmen
Na-Kaseinat dan Protein Whey serta Stabilitasnya terhadap Pemanasan.
Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol. 2, No. 4, Hal. 123.
Senjaya, Yusuf Adi dan Wahyu Surakusumah. 2005. Potensi Ekstrak Daun Pinus
(Pinus merkusii Jungh. Et De Vriese) sebagai Bioherbisida Penghambat
Perkecambahan Echinochloa colonum L. dan Amaranthus viridis.
Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia. Jakarta.
Septiana, Aisyah Tri dan Ari Asnani. 2012. Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak
Rumput Laut Coklat Sargassum duplicatum Menggunakan Berbagai
Pelarut dan Metode Ekstraksi. Jurnal Agrointek Vol. 6, No. 1, Hal. 1.
Sihombing, Christina Noventy., Nasrul Wathoni dan Taofik Rusdiana. 2008.
Formulasi Gel dan Antioksidan Ekstrak Buah Buncis (Phaseolus Vulgaris
L.) dengan Menggunakan Basis Aqupec 505 HV. Fakultas Farmasi
Universitas Padjajaran. Sumedang.
Supiyanti, Wiwin etal. 2010. Uji Aktivitas Antioksidan dan Penentuan Kandungan
Antosianin Total Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L). Majalah
Obat Tradisional Vol. 15, No. 2, Hal. 69.
Wijana, Susinggih, Sucipto dan Lia Meika Sari. 2015. Pengaruh Suhu dan Waktu
Pengeringan terhadap Aktivitas Antioksidan pada Bubuk Kulit Manggis
(Garcinia Mangostana L.). Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Brawijaya. Malang.
Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi Edisi Terbaru. M-Brio Press. Bogor.
LAMPIRAN

Gambar 6.2 Penyaringan Ekstrak Kulit


Manggis

Gambar 6.3 Ekstraksi Kulit Manggis dengan


Rotari Evaporator Vakum

Gambar 6.4 Hasil Ekstraksi Kulit Manggis dengan Penambahan


Asam Asetat
LAMPIRAN

Rumus menghitung % rendemen


berat ekstrak antosianin
Rendemen = berat awal x 100%

1. Diketahui: Massa beaker glass = 63,752 gram (a)


Massa beaker glass + ekstrak = 111,56 gram (b)
Maka gram ekstrak = b-a
= 111,56 63,752
= 47,808 gram (berat akhir)
Ditanyakan: % rendemen
47,808
% Rendemen pada HCl = 100 x 100%

= 47,808%
2. Diketahui: Massa beaker glass = 63,730 gram (a)
Massa beaker glass + ekstrak = 121,4 gram (b)
Maka gram ekstrak = b-a
= 121,4 63,730
= 57,670 gram (berat akhir)
Ditanyakan: % rendemen
57,670
% Rendemen pada CH3COOH = 100 x 100%

= 57,670%

Anda mungkin juga menyukai