Panduan Transfer Pasien
Panduan Transfer Pasien
Panduan Transfer Pasien
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Transfer atau pemindahan pasien merupakan salah satu bidang penting di ilmu kesehatan
(kedokteran dan keperawatan). Banyak masalah potensial dapat dicegah dengan mengoptimalkan
kondisi pasien sebelum transfer (pemindahan pasien dilakukan). Walaupun berbagai usaha
meminimalisasi komplikasi sudah dilakukan, jalan menuju penanganan yang sempurna sehingga
keamanan pasien tercapai masih panjang. Berikut akan dipaparkan panduan untuk menangani
transportasi pasien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.
2. Tujuan
a. Terlaksananya standar pelayanan prosedur untuk transfer/ memindahkan pasien keluar
rumah sakit.
b. Terlaksananya sistem pencatatan dan pelaporan transfer/ memindahkan pasien.
c. Terlaksananya standar operasional prosedur untuk transfer/ memindahkan pasien di dalam
rumah sakit.
d. Peningkatan keselamatan pasien dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.
e. Terlaksananya standar pelaksanaan petugas transfer pasien.
3. Pengertian
a. Definisi Transfer Pasien
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dan kelengkapan dokumentasi ke unit lain
sebagai pengelola pasien selanjutnya.
b. Definisi Transporter Pasien
Transporter adalah petugas yang berwenang dan memiliki kompetensi melakukan transfer
pasien.
c. Macam Transfer Pasien Rumah Sakit
1. Transfer pasien keluar dari rumah sakit atau merujuk pasien.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2008) mendefinisikan sistem rujukan sebagai suatu
sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan
secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani) atau secara horizontal (antar
unit yang setingkat kemampuannya).
2. Transfer pasien di dalam rumah sakit/ pindah ruang.
Yang dimaksud transfer pasien di dalam rumah sakit adalah memindahkan pasien
dari unit atau ruang perawatan ke unit atau ruang perawatan yang lain.
3. Tujuannya adalah:
a.Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan selanjutnya
1
b.Memenuhi keinginan keluarga pasien
Alat ini bisa digerakkan dengan didorong oleh pihak lain, digerakkan dengan
menggunakan tangan, atau digerakkan dengan menggunakan mesin otomatis.
c. Scoop Stretcher
Scoop stretcher adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pasien (biasanya
disimpan dalam ambulan) di mana kedua sisinya bisa dipisah untuk memudahkan proses
pengangkatan pasien.
2
d. Pat Slide
Pat Slide adalah sebilah papan yang digunakan untuk memmindahkan pasien ke tempat
tidur lain.
e. Brancard pasien
Brancard pasien adalah tempat tidur sementara untuk pasien dan mudah untuk
dipindakan.
3
yang sedang mendapat panggilan tugas emergensi. Jenis ambulan ini tidak dilengkapi
peralatan yang memadai sebagai mana ambulance untuk mentransfer pasien.
b. Ambulance 2 (dua)
Ambulance jenis Kijang Inova G difungsikan untuk ambulance jenis BLS. Digunakan
untuk menjemput pasien dengan kondisi sadar tanpa kegawatan nafas dan jantung
serta mengantar pasien pulang dari rumah sakit tanpa kegawatan nafas dan jantung.
Jenis ambulance ini dilengkapi dengan sarana yang memadai seperi box ambulance,
obat, oksigen, dan sebagainya tanpa disertai monitor, defibrilator.
c. Ambulance 3 (tiga)
Ambulance jenis Travelo yang difungsikan untuk ambulance jenis ALS, digunakan
untuk memjemput dan merujuk pasien dan dan atau ke rumah sakit lain dengan
kondisi gawat darurat dengan kegawatan nafas dan jantung. Dengan catatan
peggunaan defibrilator meminjam Instalasi Pelayanan Intensif. Jenis ambulan ini
dilengkapi dengan sarana yang memadai seperti suction, monitor.
4
BAB II
TATA LAKSANA
Dalam prosedur transfer pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang menerima
pasien dan pihak yang mengirim pasien. Untuk memperlancar kegiatan tersebut maka diperlukan
petugas transfer dan kompetensinya serta tatalaksana pelaksanaannya.
5
ringan / pre syok,
ditemukan skala
nyeri4
4 Derajat 2 Pasien dengan 1.Petugas 1.Semua keterampilan Ambulance, semua
penurunan ambulance diatas, ditambah; peralatan diatas
2.Perawat
kesadaran dengan penggunaan alat ditambah; monitor
3.Dokter
total GCS di pernafasan, bantuan EKG dan tekanan
bawah 10-12 atau hidup lanjut, darah dan
dengn gangguan penggunaan kanttong defibrillator bila
hemodinamik pernafasan(beg-valve diperlukan
sedang. Contoh mask), penggunaan
kasus: IMA, open defibrillator,
fraktir dengan penggunaan monitor
pendarahan, intensif
trauma thorax,
fraktur cervikal,
trauma abdomen,
CVA, COS/ COB
5 Derajat 3 Pasien dengan 1.Perawat Dokter: Ambulance
2.Petugas 1. Minimal 6 bulan
penurunan lengkap/AGD 118,
ambulance pengalaman
kesadaran dengan monitor ICU
3.Dokter
mengenai
kegawatan nilai portable yang
perawatan pasien
total GCS di lengkap, ventilator
intensif dan
bawah 10 atau dan peralatan
bekerja di ICU
dengan gangguan transfer yang
2. Keterampilan
hemodinamik memenuhi standar
bantuan hidup
berat. Contoh minimal.
dasar dan lanjut
kasus: post 3. Keterampilan
cardiac arrest, menangani
respiratory arrest, permasalahan
shock jalan nafas dan
cardiogenik, pernapasan,
ALO, pasien minimal level ST
terintubasi/ EET 3 atau sederajat
4. Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit berat
atau kritis
6
Perawat:
1. Minimal 2 tahun
bekerja di ICU
2. Keterampilan
bantuan hidup
dasar dan lanjut
3. Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit
berat/kritis.
8
4. Foto panoramic merupakan foto rontgen extra oral yang menghasilkan
gambaran yang meperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan
maksila beserta struktur pendukungnya. Foto rontgen ini dapat digunakan
untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan
perkembangan gigi geligi, mendetesi penyakit dan mengevaluasi trauma
5. Pegiriman dengan sepengetahuan dari kepala instalasi radiologi ke
layanan radiologis yang dipilih berdasarkan reputasi yang baik serta
memenuhi standar dan kontrol mutu (sesuai kebijakan pelayanan
radiologi)
b) Penunjang Laboratoris
1. Uji mikrobiologi dan sensitivitas
2. Patologi Anatomi (PA)
3. Pemerksaan darah
4. Pemeriksaan urin
5. Pemeriksaan feses
6. Pemeriksaan sputum
7. Pemerksaan cairan tubuh
8. Pasien yang membutuhkan pemeriksaan ini, specimen akan dikirim ke
Laboratorium Prodia/ Laboratorium Sima/ Laboratorium PA Welirang/
Laboratorium Higina/ Laboratorium RSUP Sanglah
9. Pengiriman sesuai rekomendasi dari kepala instalasi laboratorium ke
laboratorium yang dipilih berdasarkan reputasi yang baik serta memenuhi
standar Undang-undang (sesuai kebijakan pelayanan laboratorium)
c) Penunjang Neurologis
1. EMG (Elektromiografi) merupakan suatu pemeriksaan non-invasif dan
digunakan untuk memeriksa keadaan saraf perifer sebagai pelengkap dari
pemeriksaan klinis neurologis. Pasien yang membutuhkan pemeriksaan
ini dirujuk ke RSUP Sanglah
2. EEG (Electroencephalogram) adalah suatu tes untuk mendeteksi
kelainan aktivitas elektrik otak (Campellone, 2006). Sedangkan menurut
dr. Darmo Sugondo, Electroencephalography adalah prosedur pencatatan
aktivitas listrik otak dengan alat pencacatan yang peka sedangkan grafik
yang dihasilkannya disebut Electroencephalogram.
3. Pasien yang membutuhkan pemeriksaan ini dirujuk ke RSUP Sanglah
atau praktek swasta dokter neurologi (Dr. Ketut Mudanayasa, Sp.S.)
d) Alat penunjang sedang dipakai atau sedang rusak
1. Pasien akan diberikan informasi, saran, dan solusi untuk membantu
menyelesaikan permasalahannya.
9
2. Rujukan dilakukan ke laboratorium dan rumah sakit yang dipilih
berdasarkan reputasi yang baik serta memenuhi standar dan kontrol mutu
sesuai kebijakan dan kerja sama Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
e) Tidak memiliki tenaga ahli/ profesional
1. Akan dilakukan rujukan di mana profesional yang dibutuhkan dapat
memberikan pelayanan yang diharapkan
2. Medical Check Up melakukan rujukan di RSUP Sanglah untuk
melakukan pemeriksaan mata.
f)Keinginan pasien atau keluarga
1. Pasien akan diberikan informasi, saran, dan solusi untuk membantu
menyelesaikan permasalahannya
2. Pasien yang menggunakan fasilitas JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan
Masyarakat) dirujuk di RSUP Sanglah
3. Penentuan Pasien Dirujuk
a. Petugas yang menentukan pasien harus ditransfer keluar rumah sakit/ dirujuk adalah
DPJP/ dokter spesialis/ dokter.
Pasien yang dijemput ambulan oleh perawat dan permasalahan kesehatannya tidak
dapat diterima di Rumah Sakit Jiwa maka diputuskan untuk dirujuk. Setelah
melakukan koordinasi dengan dokter jaga IGD perawat bisa langsung melakukan
rujukan dengan seijin pasien dan keluarga.
b. Dokter pengirim berkewajiban untuk memberikan informasi yang tepat dan akurat.
Informasi harus diberikan sebelum proses transfer kepada pasien yang kompeten
atau wali/ penanggung jawab pasien. Informasi atau edukasi mencakup diskusi atas
tujuan/manfaat, risiko transfer, alasan transfer/ dirujuk serta estimasi biaya yang
diperlukan didokumentasikan pada Rekam Medik (RM 05) sebelum transfer.
c. Koordinasi sebelum pemindahan pasien
1) Dokter pengirim menentukan dokter penerima pada rumah sakit tujuan untuk
menerima pasien dan memastikan sebelum mengirim bahwa sumber yang
memadai telah tersedia
2) Rumah sakit yang dirujuk harus diinformasikan secara lisan dan tertulis tentang
situasi medis dan prosedur terapi yang diberikan
3) Kirimkan informasi lain yang diperlukan rumah sakit yang dituju, yaitu:
a) Informasi tentang biodata pasien
b) Informasi tentang tindakan/ pelayanan yang dibutuhkan pasien
c) Informasi tentang jadwal tindakan yang ditetapkan
d) Pada kasus rujukan melanjutkan perawatan maka perlu disampaikan pula
bahwa penderita akan segera dirujuk agar petugas penerima rujukan
menyiapkan sarana yang diperlukan
4) Pemberitahuan kepada rumah sakit rujukan harus dilakukan sebelum pemindahan
dilakukan
4. Petugas yang mendampingi pasien
a. Jumlah petugas yang mendampingi 1-2 orang yang terkualifikasi
10
b. Dokter dengan kualifikasi:
1) Dokter umum/ dokter spesialis
2) Mempunyai sertifikat BLS dan ATLS
3) Minimal bekerja di Rumah Sakit Jiwa selama 1 tahun
4) Mempunyai sertifikat transfer pasien
5) Memiliki SIP
6) Mampu berkomunikasi dengan baik
c. Perawat dengan kualifikasi:
1) Mempunyai sertifikat BLS
2) Minimal bekerja di Rumah Sakit Jiwa selama 1 tahun
3) Mempunyai sertifikat transfer pasien
4) Memiliki STR
5) Mampu berkomunikasi dengan baik
5. Dokumen transfer pasien keluar rumah sakit
a. Proses transfer pasien keluar rumah sakit harus didokumentasikan dengan jelas dan
benar
b. Lembar rujukan
1) Dibuat sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit lain
2) Diisi dan dilegkapi oleh dokter/ DPJ/ dokter spesialis
3) Terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu:
a) Lembar rujukan
1. Biodata pasien dan penanggung jawabnya
2. Nama pengirim dan penerima rujukan
3. Tujuan dilakukan rujukan
4. Ringkasan keadaan pasien
Kondisi pasien saat dirujuk
Temuan yang sigifikan/ pemeriksaan fisik
Hasil laboratorium, radiologi, dll
Tindakan yang telah diberikan
Pengobatan yang telah diberikan
Tanda tangan dan nama dokter yang mengirim
b) Lembar jawaban rujukan
1. Biodata pasien dan penanggung jawabnya
2. Dirujuk kembali oleh
3. Ringkasan:
Diagnosis
Kondisi pasien saat dirujuk
Temuan signifikan/ pemeriksaan fisik
Tindakan yang telah diberikan
Pengobatan yang sudah diberikan
Tanda tangan dan nama dokter yang merawat
c) Pada rujukan tindakan di mana tempat rujukan tidak menyediakan laporan
hasil tindakan, maka petugas yang mengantar pasien akan meminta pada
dokter/ perawat tempat rujukan untuk mengisi form laporan tindakan (RM
05). Rujukan tindakan adalah proses transfer pasien ke rumah sakit lain atau
tempat pelayanan kesehatan di luar rumah sakit agar pasien mendapatkan
layanan kesehatan yang diperlukan
11
d) Blangko pemeriksaan tindakan (radiologi/ laboratorium)
e) Dokumen pemesanan ambulan dan observasi selama transfer
1. Perawat mengisi form untuk pemesanan ambulan yang diserahkan kepada
perawat IGD
2. Di dalam ambulan, kondisi pasien diobservasi dan tercatat di lembar status
ambulan yang akan disimpan menjadi satu dengan rekam medis pasien
3. Observasi meliputi tanda-tanda vital, GCS
4. Observasi untuk pasien kritis tiap 5-15 menit, sedangkan untuk pasien
kondisi stabil dilakukan tiap 30-60 menit
6. Persiapan transfer pasien ke luar rumah sakit adalah:
a. Tentukan tempat rujukan dan pastikan tempat rujukan telah siap menerima pasien
b. Siapkan dan sertakan dokumentasi untuk mendukung tindakan/ pemeriksaan yang
akan dilakukan
c. Siapkan pasien
1) Pengiriman pasien dengan aman saat transfer akan lebih mengikat bila isertai
pemantapan proses yag efisien dan terorganisisr serta didukung oleh peralatan
dan petugas yang terkualifikasi
2) Ketika pelayanan dibutuhkan melebihi sumber yang tersedia, idealnya pasien
ditransfer ke fasilitas yang memiliki sumber yang dibutuhkan/ rujuk
d. Siapkan ambulan
1) Persiapan ambulan
a) Pilih ambulan dan sesuaikan dengan kebutuhan pasien (dilakukan oleh
petugas IGD sesuai kebutuan dan kategori pasien)
b) Bila diperlukan pergunakan sirine/ lampu sirine untuk memperlancar
proses transfer
2) Driver/ pengemudi
a) Kesiapan dan pengetahuan driver tentang rute atau tujuan yang diinginkan
b) Kesiapan fisik untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab selama
proses transfer
e. Persiapan peralatan dan perbekalan farmasi di ambulan
1) Peralatan ventilasi dan jalan nafas:
a) Peralatan portable suction dan kanulnya
b) Peralatan porteble oxigen dengan tabung yang adekuat
c) Peralatan untuk pemberian oksigen (nasal kanule, masker oksigen non
rebreathing dan rebreathing)
d) Peralatan untuk jalan nafas (nasofaringeal dan orofaringeal)
e) Pulse oksimetri
f)Alat monitor dan defibrillator (bila memungkinkan atau tersedia)
2) Perangkat imobilisasi:
a) Collar
b) Perangkat traksi ekstrimitas bawah (bila tersedia)
c) Perangkat imobilisasi ekstrimitas atas dan bawah (papan kayu)
d) Perlengkapan dressing (perban, mitela, kasa, cairan untuk dressing,
plester, gunting perban)
3) Alat komunikasi: perangkat komunikasi dua arah (Radio Medik)
4) Obstetrik kit
12
5) Peralatan lainnya
a) Stetoskop
b) Termometer
c) Senter
d) Selimut/ linen
e) Bengkok
f)Plastik
g) Catatan observasi
6) Persiapan obat-obatan di ambulan
a) Adrenalin
b) Lidocain
c) Sulfas atropine
d) Natrium bicarbonat/ metylon
e) Cairan intravena
f. Siapkan petugas yang akan merujuk
Petugas yang disiapkan adalah petugas yang berkompeten dan telah terlatih yaitu
seorang perawat atau dokter sesuai kualifikasi yang telah ditentukan
g. Saat pasien di dalam ambulan, maka yang harus diperhatikan dalam proses
mempersiapkan pasien yang akan ditransfer adalah:
1) Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa
bernafas tanpa kesulitan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat bantu
jalan nafas (airway), pastikan bahwa pasien mendapat pertukaran aliran oksigen
yang cukup adekuat selama proses transfer.
2) Amankan posisi brancard ambulan. Pastikan pasien aman selama perjalanan,
kunci brancard untuk mencegah roda brancard bergerak saat ambulan melaju.
3) Pastikan pasien terfikasis dengan baik dan aman. Tetap pertahankan sirkulasi dan
respirasi serta indari fiksasi yang menyebabkan nyeri,
4) Periksa bidai atau alat imobilisasi, balutan, atau perban untuk menjaga keamanan
saat transfer.
5) Ajak keluarga atau wali yang harus menemani pasien, biarkan menumpang pada
ruang pengemudi agar tidak mempengaruhi proses perawatan pasien.
6) Identifikasi pasien sesuai prosedur dan tenangkan pasien.
7. Transfer pasien keluar rumah sakit dalam kondisi kritis/ gawat darurat
a. Pasien kondisi kritis atau gawat darurat adalah pasien dengan disfungsi atau gagal
pada satu atau lebih sistem tubuh dan tergantung pada penggunaan peralatan untuk
monitoring dan terapi. Penderita gawat darurat dapat berupa kasus bedah atau kasus
non bedah.
b. Penting untuk mendapatkan persetuuan setelah menginformasikan kepada pasien
ataupun perwakilannya yang resmi tentang fakta, situasi, alasan pemindahan, dan
nama rumah sakit rujukan.
c. Transfer pasien kondisi kritis antar rumah sakit dilakukan bila manfaat bagi pasien
melebihi resiko transfer. Dilakukan dengan cepat dan aman.
13
d. Prinsip dalam pelaksanaan transfer pasien kritis adalah jangan membuat penyakit/
cidera penderita menjadi lebih parah/ do not further harm.
e. Resusitasi dan stabilisasi
Lakukan resusitasi dan stabilisasi sebelum transfer ke rumah sakit rujukan
1) Stabilisasi kondisi pasien merupakan tindakan yang harus dilakukan pada pasien
kondisi kritis sebelum ditransfer agar keadaan tidak menjadi lebih buruk atau
meninggalkan kecacatan di kemudian hari.
2) Stabilisasi dilakukan secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada
3) Stabilisasi yang dimaksud adalah mempertahankan fungsi bantuan hidup dasar
(Basic Life Support) tetap baik
4) Setelah pasien relatif stabil, transfer/ rujukan bisa dikerjakan
5) Pada kondisi tertentu di mana stabilisasi sulit dicapai maka perimbangkan
transfer segera dilakukan agar segera mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan
dengan tetap menjaga alat monitoring dan alat yang digunakan sebagai life
saving terjaga keberadaannya
6) Tetap perhatikan prinsip dalam pelaksanaan transfer pasien kritis yaitu jangan
membuat penyakit/ cidera penderita menjadi lebih parah/ do not further harm
f. Langka-langkah yang harus diperhatikan:
1) Decision
Keputusan untuk mentransportasi pasien pada kondisi serius/ kritis adalah sebuah
tindakan medis. Karena itu tanggung jawab dimiliki oleh dokter/ DPJP yaitu
dokter yang menangani pasien
2) Planning
Perencanaan meliputi pemilihan tujuan, mengevaluasi jarak dan waktu, serta
pemilihan jalur transport. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah pemilihan
alat monitoring, prediksi kemungkinan komplikasi dan pemilihan tim transfer
pasien (sesuai dengan ketersediaan/ kualifikasi tenaga dan kategori pasien).
3) Implementasi
Tahap implementasi adalah bertugasnya tim transfer pasien yang dipilih yang
bertanggung jawab mengantar pasien sampai pada tim medik atau rumah sakit
tempat tujuan.
4) Mampu berkomunikasi dengan baik
g. Peralatan perbekalan untuk menunjang pasien
1) Monitor EKG
2) Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport yang memadai
3) Mesin suction dengan kateter suction
4) Obat untuk resusitasi: adrenalin, lignocaine, atropine, dan sodium bicarbonat
5) Cairan intravena dan infus obat dengan syringe atau pompa infus dengan baterai
6) Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut
7) APD dan kebutuhan linen
h. Monitor selama transport
1) Monitoring kontinu pada EKG monitor (tekanan darah, nadi, respiratory rate dan
saturasi oksigen)
2) Monitoring pendarahan massif pada kasus cidera atau kecelakaan
14
3) Monitoring kondisi umum pasien (kualitas dan kuantitas kesadaran)
4) Monitoring kelayakan/ kondisi patent alat medis emergency yang dipakai pasien
(ETT, nasofaringeal dan orofaringeal)
5) Observasi pasien kritis dilakukan tiap 5-15 menit dan dicatat pada lembar
observasi ambulan
15
a. Kondisi pasien stabil sehingga layak transfer
b. Pada kondisi di mana stabilitas sulit dicapai karena masalah tertentu (telah
mendapatkan resusitasi maksimal), maka pertimbangan segera transfer pasien
agar secepatnya medapatkan kebutuhan medis yang diperlukan. Tetap berpegang
pada prinsip jangan membuat penyakit / cidera penderita menjadi lebih parah/ do
not harm further
c. Bila kondisi unit/ruang yang ditentukan telah siap menerima pasien, maka poses
transfer ke unit/ruang bisa dilakukan
d. Mendapat rekomendasi dari DPJP/ dokter atau sesuai kriteria bila dibutuhkan
transfer pasien ke Instalasi Pelayanan Intensif
e. Telah disepakati dan disetuji oleh pasien atau keluarga
f. Dokumen transfer telah dilengkapi
8. Transfer pasien Instalasi Pelayanan Intensif
a. Sebelum pasien masuk ke Instalasi Pelayanan Intensif, pasien dan/atau keluarganya
harus mendapatkan penjelaskan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan
mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di IPCU, serta tindakan kedokteran
yang mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat di IPCU
b. Penjelasan tersebut diberkan oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) atau
dokter
c. Atas penjelasan tersebut pasien dan atau keluarganya dapat menerima/ menyatakan
persetujuan untuk dirawat di Instalasi Pelayanan Intensif. Persetujuan dinyatakan
dengan menandatangani formulir informed consent
d. Pada keadaan sarana dan prasarana IPCU yang terbatas pada suatu rumah sakit,
diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau permintaan
akan pelayanan IPCU lebih tinggi daripada kemampuan pelayanan yang dapat
diberikan. Kepala IPCU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan
pasien di IPCU. Bila kebutuhan masuk IPCU melebihi tempat tidur yang tersedia,
Kepala IPCU menentukan berdasarkan prioritas kondisi medik, pasien mana yang
akan dirawat di IPCU.
e. Kriteria Pasien Masuk dan Keluar Instalasi Pelayanan Intensif
IPCU mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus dalam bidang
kedokteran dan keperawatan gawat darurat psikiatri. Pelayanan IPCU diperuntukkan
dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang memerlukan perawatan lebih intensif.
Tujuan dari pelayanan adalah memberikan pelayanan medik tertitrasi dan
berkelanjutan serta mencegah fragmentasi pengelolaan.
f. Kritera pasien masuk Instalasi Pelayanan Intensif
IPCU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi yang
intensif. Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang
memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan pasien yang
16
memerlukan pementauan intensif (prioritas 3). Penilaian objektif atas beratnya
penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas masuk ke
IPCU
1) Pasien Prioritas 1 (satu)
Membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan, gangguan
perilaku, pasien datang dengan restrain/diborgol. Misalnya : perilaku kekerasan,
membawa senjata tajam, agitasi, agresif secara fisik dan lisan.
2) Pasien Prioritas 2 (dua)
Pasien kemungkinan/resiko tinggi membahayakan diri sendiri dan orang
lain. Misalnya : indikasi bunuh diri, halusinasi, delusi, paranoid, kekacauan
pikiran, agitasi, gangguan mood/adanya gejala gejala depresi berat, eforia/mudah
marah.
3) Pasien Prioritas 3 (tiga)
Pasien tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain, distres ringan,
tidak ada gangguan perilaku. Misalnya : pasien menyadari adanya gangguan
psikotik, pasien menyadari membutuhkan pengobatan, keuangan, sosial, dan
akomodasi merupakan masalah yang saling berhubungan
4) Prioritas 4 (empat) : Pasien meninggal / DOA
g. Kritera pasien keluar Instalasi Pelayanan Intensif
1) Prioritas pasien dipindahkan dari IPCU berdasarkan pertimbangan medis oleh
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) serta dokter lain yang merawat dan
di acc oleh staf perawatan atau supervisi sore atau malam untuk menempatan
ruang rawat inap tenang.
2) Setelah pasien dinyatakan tidak memerlukan perawatan di Istalasi Pelayanan
Intensif (tidak memenuhi kriteria yang tepat di unit tersebut) maka akan
dipindahkan ke Instalasi Rawat Inap, didokumentasikan pada RSJ.FM.URM-01-
04-9 (form transfer pasien di dalam rumah sakit)
h. Persiapan Penerimaan Pasien di Instalasi Pelayanan Intensif
1) Perawat Instalasi Pelayanan Intensif harus setiap saat mempersiapkan diri bila
ada pasien baru
2) Ruangan, tempat tidur, dan monitor harus selalu dalam kondisi siap pakai
3) Peralatan lain disesuaikan dengan kondisi pasien yang akan diterima
4) Peralatan yang akan dipakai oleh pasien baru segera dikeluarkan dari tempat
penyimpanan dan disetting sesuai kebutuhan
5) Peralatan yang disimpan dalam tempat penyimpanan harus dalam keadaan baik
dan siap pakai
17
BAB III
DOKUMENTASI
18
2. Transfer pasien di dalam rumah sakit
a. RSJ.FM.URM-01-04-9, yaitu Transfers Pasien Intra RS.
19
BAB IV
PENUTUP
Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan transfer pasien sesuai prosedur di
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
pembuatan panduan ini dikarenakan oleh terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi.
Tim penyusun berharap para pihak terkait dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan panduan di kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang terkait pada khususnya dan juga bagi para pembaca pada umumnya.
20