Refarat Dysphonia
Refarat Dysphonia
Refarat Dysphonia
PENDAHULUAN
Disfonia yaitu setiap gangguan suara yang disebabkan kelainan pada organ-
organ fonasi, terutama laring, baik yang bersifat organik maupun fungsional. Disfonia
bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala penyakit atau kelainan
pada laring1. disfonia dapat mempengaruhi semua kelompok umur2. Walaupun tidak
Penyebab dari disfonia dapat berupa infeksi virus saluran nafas atas yang
tissue (polyps) atau penebalan (nodules) di pita suara, masalah dengan kekuatan paru-
paru juga dapat menyebabkan perubahan suara, masalah dengan gerakan dari pitas
Gangguan suara atau disfonia ini dapat berupa suara parau yaitu suara
terdengar kasar (roughness) dengan nada lebih rendah dari biasanya, suara lemah
(hipofonia), hilang suara (afonia), suara tegang dan susah keluar (spastik), suara
terdiri dari beberapa nada (diplofonia), nyeri saat bersuara (odinofonia), atau
disfonia.
diawali dengan diagnosis yang tepat dan terapi yang sesuai dengan diagnosis dan
etiologi tersebut. Terapi dapat berupa medikamentosa, vocal hygiene, terapi suara dan
Tinjauan Pustaka
Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar
daripada bagian bawah1. Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang dan beberapa
struktur yang berbentuk U dan dapat dipalpasi di leher depan dan lewat mulut pada
dinding faring lateral. Meluas dari masing-masing sisi bagian tengah os atau korpus
hioideum adalah sesuatu prosesus panjang dan pendek yang mengarah ke posterior
dan suatu prosesus pendek yang mengarah ke superior. Tendon dan otot-otot lidah,
mandibular dan kranium, melekat pada permukaan superior korpus dan kedua
prosesus4. Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglottis, kartilago
terletak dekat permukaan belakang laring, dan membentuk sendi dengan kartilado
Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot ekstrinsik dan intrinsik. Otot-
otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan, sedangkan otot-otot
ada yang terletak di atas tulang hioid (suprahioid) dan ada yang terletak di bawah
laring keatas.
pada bagian lateral laring. Otot-otot intrinsik laring yang terletak di posterior, adalah
Rongga laring. Batas atas rongga laring (cavum laringeus) adalah aditus
laringeus, batas bawahnya adalah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago
ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah lamina kartilago tiroid dan arkus
aritenoid, konus elastikus, dan arkus kartilago krikoid, sedangkan batas belakangnya
adalah M.Aritenoid transversus dan lamina kartilago krikoid. Dengan adanya lipatan
plika vokalis (pita suara asli) dan plika ventrikularis (pita suara palsu). Dalam menilai
tingkat pembukaan rima glotis dibedakan dalam 5 posisi pita suara, yaitu posisi
median, posisi paramedian, intermedian, abduksi ringan dan abduksi penuh. Pada
posisi median kedua pita suara terdapat di garis tengah, pada posisi paramedian
pembukaan pita suara berkisar 3-5 mm dan pada posisi intermedian 7 mm. Pada
posisi abduksi ringan pembukaan pita suara kira-kira 14 mm dan pada abduksi penuh
antara plika ventrikularis, disebut rima vestibuli. Plika vokalis dan plika ventrikularis
membagi rongga laring dalam 3 bagian, yaitu vestibulum laring, glotik dan subglotik.
Vestibulum laring adalah rongga laring yang terdapat di atas plika ventrikularis.
Daerah ini disebut daerah supraglotik. Antara plika vokalis dan plika ventrikularis,
pada tiap sisinya disebut ventrikulus laring morgagni. Rima glottis terdiri dari 2
adalah ruang antara kedua plika vokalis, dan terletak di bagian anterior, sedangkan
bagian interkartilago terletak antara kedua puncak kartilago aritenoid, dan terletak di
bagian posterior. Daerah subglotik adalah rongga laring yang terletak di bawah pita
suara (plika vokalis). Pada orang dewasa dua pertiga bagian pita suara adalah
Membran pada pita suara terlibat dalam pembentukan suara dan bagian kartilago
terlibat dalam proses penapasan. Jadi kelainan pada pita suara akan berefek pada
karena suara yang dibentuk pada tingkat pita suara akan diteruskan melewati traktus
vokalis supraglotis. Di daerah ini suara dimodifikasi oleh beberapa struktur oral
faringeal (seperti lidah, bibir, palatum dan dinding faring), hidung dan sinus. Organ
tersebut berfungsi sebagai articulator dan resonator.3 Perubahan pada posisi, bentuk,
atau kekakuan pada dinding faring, lidah, palatum, bibir dan laring akan merubah dari
Persyarafan Laring
dan n.laringis inferior. Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan
sensorik. Nervus laringis inferior merupakan lanjutan dari n.rekuren setelah saraf itu
cabang dari n.vagus. Nervus rekuren kanan akan menyilang a.subklavia kanan
Vaskularasasi laring
Pendarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang, yaitu a.laringis superior dan
a.laringis inferior. Arteri laringis superior merupakan cabang dari a.tiroid superior.
Arteri laringis inferior merupakan cabang dari a. tiroid inferior. Didalam laring arteri
a.laringis superior. Vena laringis superior dan vena laringis inferior letaknya sejajar
dengan a.laringis superior dan inferior dan kemudian bergabung dengan vena tiroid
Pembuluh limfa untuk laring banyak, kecuali di daerah lipatan vocal. Disini
mukosanya tipis dan melekat erat dengan ligamentum vokale. Didaerah lipatan vocal
Laring memiliki 3 fungsi utama yaitu fonasi, respiratori dan proteksi (refleks
1. Fungsi fonasi
Suara dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya
interaksi antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh
adanya tekanan udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya
ruangan resonansi seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring,
dan hidung.
Terdapat dua teori mengenai pembentukan suara yaitu :
Teori Myoelastik Aerodinamik.
Selama ekspirasi aliran udara melewati ruang glotis dan secara tidak
membuka dan yang pertama kali pula kontak kembali pada akhir
dari getaran plika vokalis adalah saat adanya impuls dari sistem saraf
bilateral).
2. Fungsi respiratori
Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk
tinggi akan menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan bila pCO 2 tinggi
parsial CO2 darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi pita suara.
3. Fungsi proteksi
Laring berfungsi untuk mencegah adanya benda asing masuk ke dalam
trakea dengan adanya refleks (berupa refleks batuk) dari otot-otot yang
celah proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan
introitus esofagus.
Laring juga merupakan salah satu reseptor utama dari batuk, selain
akan mencegah aspirasi makanan padat atau cair dan berbagai benda asing
lain dari luar. Batuk akan terbangkitkan apabila ada rangsangan pada reseptor
batuk yang melalui saraf aferen akan meneruskan impuls ke pusat batuk
tersebar difus di medulla. Dari pusat batuk melalui saraf eferen impuls
merangsang) atau secara termal (udara dingin). Mereka juga dapat terangsang
bronkokonstriksi.
Laring (voice box) terdiri atas kartilago dan otot-otot serta memiliki
sepasang pita suara yang akan saling menjauh saat inspirasi dan mendekat
saat ekspirasi. Pita suara dapat saling mendekat dan menjauh sehingga
melalui pita suara dapat berubah secara cepat oleh karena otot di sekitar
pita suara dan tekanan udara saat bernafas, sehingga timbul nada pada
dinding dada, abdomen, larynx, pharynx, cavum oris, palatum mole dan
3. Neuron penghubung
Syaraf yang berperan penting dalam membawa sinyal dari otak menuju
Gambar 2.2 Pita suara saat menarik nafas dalam, posisi respirasi
Gambar 2.4 Pita suara terbuka, terdapat celah sempit antara bagian
disebabkan kelainan pada organ-organ fonasi, terutama laring, baik yang bersifat
ini dapat berupa suara parau yaitu suara terdengar kasar (roughness) dengan nada
lebih rendah dari biasanya, suara lemah (hipofonia), hilang suara (afonia), suara
tegang dan susah keluar (spastik), suara terdiri dari beberapa nada (diplofonia) , nyeri
dalam ketegangan serta gangguan dalam pendekatan (adduksi) kedua pita suara kiri
2.4 Etiologi
pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan akan menimbulkan suara parau.
tubuh sesuai dengan hambatan yang terjadi pada fisiologi pembentukan suara
laring dan sekitarnya. Penyebab ini secara garis besar dapat diklasifikasikan
infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus ataupun jamur (laryngitis akut,
laryngitis kronis); proses inflamasi (nodules, polip, kista, LPR); adanya tumor
masalah pada tiroid, gangguan pada syaraf, dan trauma pada area pita suara.
1. Kelainan Kongenital
a. Laringomalasia
nampak secara klinis setelah beberapa bulan atau tahun. Dua teori besar
Sindrom ini banyak terjadi pada golongan sosio ekonomi rendah, sehingga
b. Laringeal webs
Merupakan suatu selaput jaringan pada laring yang sebagian menutup
jalan udara. 75 % selaput ini terletak diantara pita suara, tetapi selaput ini
2. Infeksi
a. Infeksi virus
Infeksi paling banyak yang menyebabkan suara parau dikarenakan oleh
virus.
b. Infeksi bakteri
Infeksi bakteri pada daerah laring bisa terjadi, epiglottitis bakterial oleh
menyebabkan suara parau pada anak yang sehat, tetapi ini merupakan
diakibatkan infeksi virus atau bakteri dan biasanya terjadi bersamaan dengan
common cold. Inflamasi menyebabkan pembengkakan jaringan-jaringan
laring.
common cold, atau pemakaian suara berlebihan. Radang laring dapat akut
atau kronik.
Laringitis Akut
Laringitis akut merupakan radang mukosa pita suara dan laring kurang
dari tiga minggu. Penyebab radang ini adalah bakteri. Pada radang ini
terdapat gejala radang umum seperti demam, malaise, dan gejala lokal seperti
suara parau sampai tidak bersuara sama sekali (afoni), nyeri menelan atau
terutama di atas dan bawah pita suara. Terapi yang diberikan berupa istirahat
Laringitis Kronik
hipertrofi selaput lendir pita suara atau sekitarnya. Terdapat juga kelainan
vaskular, yaitu dilatasi dan proliferasi, sehingga selaput lendir itu tampak
hiperemis.
sehingga pita suara tampak kaku dan tebal, disebut laringitis kronis
penebalan pita suara yang di suatu tempat berwarna keputihan seperti tanduk.
Pada tempat keratosis ini perlu diperhatikan dengan baik, sebab mungkin di
bawahnya terdapat tumor yang jinak atau yang ganas. Suara parau juga dapat
3. Inflamasi
Berkembangnya nodul, polip atau granuloma pada pita suara dapat
diakibatkan oleh iritasi dan inflamsi yang kronis pada pita suara yang berasal
lingkungan.
a. Nodules
Nodule paling sering didapatkan pada anak-anak dan wanita. Pada
jinak dapat terjadi unilateral dan timbul akibat penggunaan korda vokalis
yang tidak tepat dan berlangsung lama. Letaknya sering pada sepertiga
batuk. Pada pemeriksaan terdapat nodul di pita suara sebesar kacang hijau
baik dengan pembatasan dan reedukasi vokal, namun banyak juga yang
Polip laring ditemukan pada orang dewasa, lebih banyak pada pria dari
pada wanita, dan sangat jarang didapatkan pada anak. Pada pemeriksaan,
lebar di pita suara, dan tampak kapiler darah sangat sedikit serta ditemukan
Pada polip yang besar, meskipun dasarnya di pita suara, polip ini
lagi.
Kista pita suara merupakan massa yang terdiri dari membran (sakus).
Kista dapat berlokasi dekat permukaan pita suara atau lebih dalam, dekat
ligament. Sama seperti nodul dan polip, ukuran dan lokasi mengganggu
getaran dari pita suara dan menyebabkan suara parau. Terapi pembedahan
reflux, atypical reflux. Dan yang paling diterima dari berbagai sinonim
Sampai saat ini dua hipotesis yang diterima dikalangan ilmuan untuk
proses terjadinya LPR. Hipotesis yang pertama yaitu asam lambung secara
4. Tumor
Tumor Jinak
a. Papilloma
Papiloma laring adalah suatu tumor jinak pada laring yang berasal dari
sering dijumpai pada anak-anak 80% pada usia kelompok usia di bawah 7
2.
Pada orang dewasa
spesifik yaitu HVP 16. Pada pasien dengan papilloma laring, mukosa
mudah berdarah. Tipe lesi ini bersifat agresif dan mudah kambuh, tetapi
dapat hilang sama sekali secara spontan, letak dapat diadaerah glottis, sub
ataupun supraglotis.
b. Hemangioma
Merupakan tumor jinak pembuluh darah, mungkin timbul pada daerah
jalan nafas dan menyebabkan suara parau atau lebih sering stridor.
c. Limphangioma ( higroma kistik)
Merupakan tumor pembuluh limfa. Sering timbul didaerah kepala dan
leher dan dapat mengenai pada jalan nafas yang menyebabkan stridor
Tumor ganas
Tumor Ganas laring lebih sering mengenai laki-laki dibanding
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa
hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok,
alkohol, sinar radio aktif, polusi udara, radiasi leher dan asbestosis.
Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 98% dari semua tumor ganas
tumor ganas laring, lebih banyak mengenai pria dari wanita dengan
laring. Sering dari kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah
dari glottis. Sering bermetastase ke paru-paru dan hepar. two years survival
rate-nya sangat rendah. Terapi yang dianjurkan adalah reseksi radikal dengan
krikoid 70%, tiroid 20% dan aritenoid 10%. Sering pada laki-laki 40 60
1. Supraglotis
Terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglottis sampai batas atas glottis
Mengenai pita suara asli. Batas inferior glottis adalah 10 mm dibawah tepi
bebas pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot otot intrinsic pita
suara. Batas superior adalah ventrikel laring. Oleh karena itu, tumor glottis
dapat mengenai satu atau kedua pita suara, dapat meluas ke subglotis sejauh
10 mm, dan dapat mengenai komisura anterior atau posterior atau prosesus
3. Subglotis
Tumbuh lebih dari 10 mm dibawah tepi bebas pita suara asli sampai batas
inferior krikoid.
Suara parau yang persisten atau perubahan suara yang lebih dari 2-4
tumor. Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala
dini dan menetap. Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian
bawah plika ventrikularis, atau di batas inferior pita suara, serak akan timbul
gejala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama
tidak khas dan subjektif, seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang
kemoterapi. Ketika kanker laring ditemukan lebih awal maka pilihan terapi
berupa pembedahan atau radiasi dengan angka kesembuhan tinggi, lebih dari
90%.5
kerusakan yang dapat disebabkan oleh trauma tumpul, trauma tajam, dan
penyebab lainnya. Hal ini menyebabkan fungsi laring sebagai proteksi jalan
adalah sesak nafas. Batuk, batuk darah, emfisema subkutis (pada leher,
kepala, dada), sianosis, gangguan suara juga merupakan tanda dan gejala
suara parau.
b. Benda asing
Benda asing yang termakan oleh anak-anak bisa masuk ke laring dan
Paralisis dapat terjadi juga pada pita suara. Paralisis pita suara terjadi ketika
salah satu atau kedua pita suara tidak dapat membuka ataupun menutup
dengan semestinya. 6
cabangnya yaitu nervus laringeus rekurens yang mempersarafi pita suara. Jika
terjadi penekanan maupun kerusakan terhadap nervus ini maka akan terjadi
paralisis pita suara, di mana pita suara tidak dapat beradduksi. Secara normal,
ketika berfonasi, kedua pita suara beradduksi, tetapi karena terjadi paralisis
salah satu atau kedua pita suara, maka vibrasi yang dihasilkan oleh pita suara
tidak maksimal.
Gambar 2.12 Paralisis Pita Suara
7. Penyakit sistemik
ia
Disfoni Secara anatomi normal, tetapi terjadi penggunaan yang
fungsional abnormal dari mekanisme suara. Kondisi ini terkait dengan g
stress, gangguan psikologi atau kompensasi dari infeksi
saluran napas atas. n
Paralysis pita Kelemahan atau tidak bergeraknya satu atau kedua pita
suara suara.
Vocal nodules Pembentukan jaringan fibrotik pada pita suara. Biasa disebut
nodes
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan klinik, dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Anamnesis harus lengkap dan terarah meliputi jenis keluhan gangguan
keluarga, kebiasaan merokok, minum kopi atau alkohol, hobi atau aktivitas
laring baik yang kaku (rigid telescope) atau serat optic (fiberoptic
suara) yang lebih jelas baik dalam keadaan diam (statis) maupun pada saat
pita suara secara dinamis akan lebih jelas dengan menggunakan stroboskop
Selain secara anatomis fungsi laring dan pita suara juga dapat dinilai
normal dan suara yang mengalami gangguan. Alat ini juga dapat digunakan
anatomi.
2.6 Penatalaksanaan
diagnosis yang tepat dan terapi yang sesuai dengan diagnosis dan etiologi tersebut.
Terapi dapat berupa medikamentosa, vocal hygiene, terapi suara dan bicara serta
tindakan operatif. Tindakan operatif untuk mengatasi gangguan suara atau disfonia
disebut Phonosurgery.
BAB III
KESIMPULAN
Disfonia yaitu setiap gangguan suara yang disebabkan kelainan pada organ-
organ fonasi, terutama laring, baik yang bersifat organik maupun fungsional. Disfonia
bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala penyakit atau kelainan
pada laring. Manifestasi gangguan kualitas suara pada disfonia dapat bervariasi
seperti desahan, parau, tegang, tercekik, tebal, nada menjadi tinggi atau rendah,
tergantung struktur anatomis yang terganggu dan patofisiologi produksi suara yang
laryngeal webs); proses infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus ataupun
jamur (laryngitis akut, laryngitis kronis); proses inflamasi (nodules, polip, kista,
pekerjaan, keluarga, kebiasaan merokok, minum kopi atau alkohol, hobi atau aktivitas
diluar pekerjaan,penyakit yang pernah atau sedang diderita, alergi, lingkungan tempat
tinggal dan bekerja, dan lain-lain. Diperlukan juga pemeriksaan seperti laringoskop
langsung dan tak langsung, stroboskop, analisis suara serta penunjang lainnya seperti
patologi anatomi.
Penatalaksanaan disfonia atau disebut juga suara serak diawali dengan
diagnosis yang tepat dan terapi yang sesuai dengan diagnosis dan etiologi tersebut.
Terapi dapat berupa medikamentosa, vocal hygiene, terapi suara dan bicara serta
tindakan operatif. Tindakan operatif untuk mengatasi gangguan suara atau disfonia
disebut Phonosurgery.
BAB 4
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
2. Schwartz SR, Cohen SM, Dailey SH, Rosenfeld RM, Deutsch ES, Gillespie
MB, et al. Clinical practice guideline: Hoarseness (Dysphonia). Otolaryngol -
Head Neck Surg. 2009;141(3 SUPPL. 2).
4. Adams GL, Boies LR, Hilger PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. 1996. 369-
376 p.