Alat Tangkap Longline

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Alat Tangkap Longline

Longline merupakan suatu alat tangkap yang efektif digunakan untuk menangkap ikan tuna.
Selain itu alat tangkap ini selektif terhadap hasil tangkapannya dan pengoperasiannya bersifat
pasif. Sehingga, tidak merusak sumber daya hayati perairan (Herlindah, 2004). API Longline
enggunakan umpan untuk menarik perhatian ikan
Target ikan : ikan tuna, dsb

Alat tangkap terdiri dari : tali utama (main line), tali cabang (tali pancing, branch line), tali
pemberat, pemberat, pelampung, tali pelampung (float line), bendera (sign flag), jangkar
(anchor), tali jangkar (anchor line), dan mata pancing (hook)

jenis-jenis mata pancing


Klasifikasi Longline :
Berdasarkan cara pengoperasian
Drift Longline, yaitu longline yang dioperasikan dalam keadaan hanyut
Bottom Longline, yaitu longline yang dioperasikan didasar perairan
Berdasarkan letak pengoperasiaran di perairan
Longline permukaan (surface longline)
Longline pertengahan (midwater longline)
Longline dasar (bottom longline)
Berdasarkan kontruksi alat tangkap
Longline tegak (vertical longline)
Longline mandatar (horizontal longline)
Berdasarkan jenis ikan yang ditangkap
Longline tuna, longline cucut, dsb

umpan untuk menangkap tuna

Operasi Alat Tangkap Longline Tuna Kapal rawai tuna dapat memperkerjakan 15-23 orang
Langkah pengoperasian
Setting (penyiapan dan pelepasan alat tangkap), Immersing (perendaman alat tangkap), dan
hauling (penarikan alat tangkap).

Setting dilakukan sekitar 5 hingga 6 jam tergantung pada kondisi main line, branch line dan
hauling terakhir Jika hauling dilakukan pukul 04.00 maka setting selanjutnya dilakukan pukul
07.00 dengan kecepatan 2-5 knots Setelah setting, line dilepas, dimana setelah 3-5 jam pelepasan
line (drifting), maka selanjutnya dilakukan hauling Hauling biasanya dilakukan pukul 17.00
Pembagian kerja pada saat hauling
1 Oang mengoperasikan line hauler, 1 orang memantau dan mengatur main line ke basket, 2
orang menggulung branch line, dan 4 orang standby untuk membenahi penempatan branch line
dan main line, serta memproses ikan yang tertangkap.
posisi hook ketika mendapat ikan

Jenis-jenis ikan tuna

A. Nama Indonesia : Tuna sirip kuning atau Madidihang


Nama Internasional : Yellowfin Tuna
Nama Latin : Thunnus albacore
Fork Length atau ukuran layak tangkap 120cm

B. Nama Indonesia : Tuna sirip biru selatan


Nama Internasional : Southern Bluefin Tuna
Nama Latin : Thunnus macoyii
Fork Length atau ukuran layak tangkap : 140cm

C. Nama Indonesia : Tuna mata besar


Nama Internasional : Big Eye Tuna
Nama Latin : Thunnus Obesus
Fork Length atau ukuran layak tangkap : 120cm

D. Nama Indonesia : Albakora Nama Internasional : Albacore


Nama Latin : Thunnus alalunga
Fork Length atau ukuran layak tangkap : 95cm
PANCING: POLE AND LINE

Pancing (Hook and Line)


Pole and Line (HUHATE)

1. Definisi dan Klasifikasi


Pole and line atau huhate adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari bambu sebagai joran
atau tongkat dan tali sebagai tali pancing. Pada tali pancing ini dikaitkan mata pancing yang
tidak berkait dimaksudkan agar ikan dapat mudah lepas. Pada pengoperasiannya alat tangkap ini
dilengkapi dengan umpan dalam bentuk mati ataupun hidup. Alat tangkap ini termasuk dalam
klasifikasi pancing (hook and line).

2. Konstruksi Alat Penangkapan Ikan


Pole and line terdiri dari gandar yang biasa terbuat dari bambu, tali pancing dan mata pancing.
Panjang galah biasanya tergantung ukuran perahu yaitu semakin besar ukuran perahu yang
digunakan, ukuran gandar atau joran juga semakin panjang dan terbuat dari bambu atau
fiberglass karena ringan dan lentur. Tali utama terbuat dari bahan nylon monofilament warna
merah atau hijau dan panjangnya 2/3 dari panjang gandarnya.
Mata pancing pole and line ini ada dua macam yaitu yang berkait balik dan tidak berkait balik,
namun yang sering digunakan adalah yang tidak berkait balik. Mata pancing ini diselipkan
seakan-akan disembunyikan pada umpan tiruan, sehingga secara tidak langsung kelihatan
menyolok. Untuk mata pancing yang berkait balik memakai umpan, yaitu umpan hidup atau
masih segar. Penggunaan mata pancing ini hanya dilakukan kalau nantinya ikan yang akan
ditangkap tidak suka menyambar umpan tiruan.
Berdasarkan sumber yang diperoleh dari Balai Keterampilan Penangkapan Ikan Ambon (1981),
huhate terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut, joran/galah yang terbuat dari bambu atau
plastik dengan panjang yang berkisar antara 2 - 3,25 meter. Kemudian tali dari bahan sintetis,
monofilament atau multi filament dengan panjang 1,5 2,5 meter dan diameter tali 0,2 0,3
meter. Lalu kawat baja (wire leader) yang panjangnya 5 10 cm, terdiri dari 2 3 urat yang
disatukan/ dipintal dengan diameter 1,2 mm. setelah itu mata kail (hook) yang khusus, karena
ujungnya tidak memiliki kait. Gambar konstruksi alat dapat dilihat pada lampiran.

3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan


3.1 Kapal
Bentuk kapal pole and line sangat berperan penting dalam keberhasilan penangkapan ikan ini,
untuk itu kapal yang digunakan harus sesuai untuk pengoperasian. Menurut Subani dan Barus
(1989), ada beberapa ciri khusus bentuk kapal pole and line diantaranya yaitu pertama pada
bagian atas dek kapal bagian depan terdapat plataran ( flat form ) yang digunakan sebagai tempat
memancing, kedua dalam kapal harus tersedia bak-bak untuk penyimpanan ikan umpan yang
masih hidup, dan yang ketiga pada kapal pole and line ini harus dilengkapi sistem semprotan air
( water splinkers system ) yang dihubungkan dengan suatu pompa.
Sedangkan tenaga pemancing jumlahnya bervariasi misalnya saja untuk kapal ukuran 20 GT
dengan kekuatan 40-60 HP. Kapal pole and line adalah kapal dengan bentuk yang stream line dan
mempunyai olah gerak kapal yang lincah dan tergolong kapal yang mempunyai kecepatan
service sedang yaitu diatas 10 knot dan gerakan stabilitas yang baik untuk mengejar
segerombolan ikan, yakni kapal tersebut sambil olah gerak.
3.2 Nelayan
Untuk pengoperasian alat tangkap pole and line ini dibutuhkan tenaga anak buah kapal (ABK)
berjumlah 22-26 orang, dengan ketentuan sebagai berikut : 1 orang sebagai kapten, 1 motoris, 1-
2 orang pelempar umpan, 1 orang sebagai koki dan sisanya sebagai pemancing (Subani dan
Barus, 1989).
3.3 Alat bantu
Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap huhate ini biasanya dalam
pengoperasian alat sering menggunakan alatbantu diantaranya yaitu pila-pila yaitu digunakan
sebagai tempat duduk atau berdiri tempat pemancing, yang letaknya bisa pada bagian haluan dan
buritan antara sepanjang lambung kiri dan kanan (Ditjenkan, 1994).
Pipa Penyemprot atau sprayer digunakan untuk menyemprot air secara percikan ke permukaan
laut. Tujuannya adalah untuk mengelabui ikan-ikan seolah-olah pada permukaan laut terdapat
banyak ikan terutama cakalang. Kemudian alat bantu berikutnya yaitu bak umpan, bak umpan
digunakan sebagai tempat umpan. Pada bak umpan tersebut sebaiknya diberi warna putih supaya
lebih mudah dan dengan lampu penerang di beberapa tempat masing-masing berkekuatan 50
watt. Fungsi dari lampu tersebut agar dapat memberikan fototaksis positif dari ikan, sehingga
ikan-ikan tersebut dapat membentuk schooling yang baik. Apabila dalam bak umpan tidak
dipasang lampu, maka dapat menyebabkan umpan banyak bergerak secara tidak menentu, antara
umpan yang satu dengan lainnya saling bertubrukan dan membuat umpan tersebut rusak tidak
dapat dipergunakan
Sibu-sibu digunakan untuk menaikkan umpan hidup dari palka umpan ke dalam bak penebar
umpan dan juga untuk menebarkan umpan hidup ke laut. Sibu- sibu yang berukuran kecil dipakai
untuk menebar umpan dari bak penebar ke laut, sedangkan sibu-sibu besar digunakan untuk
memindahkan umpan dari palka ke dalam bak penebar umpan. Lalu ada ember digunakan untuk
mengangkat umpan hidup dari bagan nelayan ke dalam palka umpan, dan juga untuk berbagai
keperluan. Ember ini juga menjadi ukuran dalam menentukan banyaknya umpan yang
dimasukkan ke dalam palka umpan.
3.4 Umpan
Penangkapan ikan cakalang dengan huhate atau pole and line biasanya menggunakan jenis
umpan untuk mengumpulkan ikan cakalang yaitu umpan hidup. Jenis umpan hidup yang paling
baik digunakan dalam perikanan Pole and line adalah ikan teri (Subani, 1973; Murdianto, Rosana
dan Penturi, 1995 dalam Simbolon D, 2003). Pada mata pancing alat huhate ini biasanya
dipasang bulu ayam yang berfungsi untuk mengelabui ikan sasaran dan menutupi mata pancing.

4. Metode Pengoperasian Alat


Pengoperasian alat tangkap pole and line ini ada beberapa tahap yang harus dijalankan yaitu
tahap pertama adalah persiapan meliputi kegiatan merangkai alat pancing, mempersiapkan
tempat penyimpanan hasil tangkapan, menyediakan umpan, menyediakan alat bantu
penangkapan, pengisian BBM dan perbekalan makanan untuk para ABK. Setelah semua
persiapan selesai maka tahap selanjutnya adalah keberangkatan mencari fishing ground.
Pencarian gerombolan ikan ini dapat dilakukan secara manual yaitu mencari langsung kawanan
ikan dengan berlayar kesana-kemari ada pula yang hanya memperhatikan kawanan burung laut
atau mendatangi rumpun yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Setelah mendapatkan lokasi
kawanan ikan maka tahap yang selanjutnya yaitu pemancingan. Pemancingan dilakukan dengan
cara melemparkaan ikan umpan hidup sebagai perangsang agar cakalang lebih mendekat ke arah
kapal sehingga lebih mudah dijangkau oleh pancing. Setelah ikan mendekat, agar umpan hidup
tidak banyak terbuang, maka kran penyemprot air laut dibuka dan setelah ikan terlihat meloncat-
loncat kemudian dipancing.
Kegiatan pemancingan ini dilakukan begitu rupa yaitu dengan menjatuhkan pancing ke atas
permukaan air dan bila disambar oleh cakalang, dengan cepat diangkat melalui atas kepala dan
secara otomatis terlempar ke dalam dek kapal. Hal demikian dilakukan hingga berulang-ulang.
Pemancingan dengan cara seperti ini biasa disebut dengan cara banting. Disamping itu ada yang
disebut dengan cara gepe yaitu cara pemancingan dengan pole and line dimana setelah ikan
terkena pancing dan diangkat dari dalam air kemudian pengambilan dari mata pancing dilakukan
dengan cara menjepit ikan diantara tangan dan badan si pemancing. Hal yang menjadi parameter
keberhasilan dalam penangkapan dengan cara ini yaitu kelengkapan alat bantu, waktu
penangkapan, faktor politik dan keahlian pemancing. Untuk lama pengoperasian pole and line ini
waktu yang dibutuhkan bisa sampai 1-2 jam dalam hal penangkapan, namun untuk lama
perjalanan dan pengoperasiannya bisa mencapai 1-3 minggu.

5. Daerah Pengoperasian
Menurut Uktolseja et al (1989), daerah penangkapan untuk tuna dipengaruhi oleh arus dan
suhu perairan. Setiap jenis tuna memiliki suhu optimum, diantaranya, blue fin tuna dan albacore
suhu optimum berkisar 15- 210C, skipjack tuna (cakalang) suhu optimum 19-240C, dan little
tuna (tongkol) dengan suhu optimumnya 12-240C
Di perairan Indonesia, penangkapan dengan menggunakan pole and line banyak terdapat di
wilayah Indonesia timur seperti Minahasa, Gorontalo, Air tembaga, Ambon, Bacan, Banda,
Teratai dan Sorong. Sedangkan daerah penangkapan ikan dunia dengan menggunakan pole and
line sebagai berikut, antara lintang 400LU-400LS yaitu daerah kepulauan Hawai, Chili, dan
daerah ekuator lainnya. Kemudian daerah kepulauan Hokkaido dan Filipina serta Samudera
Atlantic dan Laut Mediterania

6. Hasil Tangkapan
Usaha penangkapan dengan pole and line biasanya ditujukan yang utama yaitu untuk
menangkap ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) akan tetapi dalam kenyataannya sering
tertangkap juga hasil sampingan beberapa jenis ikan yang lain, diantaranya: yellow fin tuna
(Thunnus albacares), little tuna (Auxis thazard), dan lain-lain (Balai Keterampilan Penangkapan
Ikan Ambon, 1981). Selanjutnya dalam FAO (1980) mengatakan bahwa para nelayan pole and
line terutama menangkap ikan skipjack (Katsuwonus pelamis), albacore (Thunnus alalunga),
tuna kecil seperti frigate mackerel (Auxis spp), dan ikan dolphin (Coryphaena spp), juga yellow
fin (Thunnus albacares), ikan-ikan muda spesies ikan tuna yang besar yang lain, bonito (Sarda
spp), dan tuna kecil (Euthynnus spp). Semua jenis tadi tersebar secara luas di lautan dan
Samudera di dunia.

Anda mungkin juga menyukai