IDENTIFIKASI Plasmodium
IDENTIFIKASI Plasmodium
IDENTIFIKASI Plasmodium
I. TUJUAN
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membedakan identifikasi plasmodium pada preparat
awetan.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi morfologi dan spesies plasmodium
yang diamati pada preparat sediaan.
II. METODE : Metode yang digunakan adalah pemeriksaan sediaan kering dengan
pewarnaan giemsa secra mikroskopis.
III. PRINSIP
Memisahkan Hb dalam sel darah merah sehingga danya parasite dalam sel darah
merah dapat dilihat secara mikroskopik dengan pembesaran lensa objektif 10X dan 100X.
Selain empat spesies Plasmodium diatas, manusia juga bisa terinfeksi oleh
Plasmodium knowlesi, yang merupakan plasmodium zoonosis yang sumber infeksinya
adalah kera. Penyebab terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan
Plasmodium vivax. Untuk Plasmodium falciparum menyebabkan suatu komplikasi yang
berbahaya, sehingga disebut juga dengan malaria berat2.
Siklus hidup Plasmodium terdiri dari 2, yaitu siklus sporogoni (siklus seksual) yang
terjadi pada nyamuk dan siklus skizogoni (siklus aseksual) yang terdapat pada manusia.
Siklus ini dimulai dari siklus sporogoni yaitu ketika nyamuk mengisap darah manusia yang
terinfeksi malaria yang mengandung plasmodium pada stadium gametosit. Setelah itu
gametosit akan membelah menjadi mikrogametosit (jantan) dan makrogametosit (betina).
Keduanya mengadakan fertilisasi menghasilkan ookinet. Ookinet masuk ke lambung
nyamuk membentuk ookista. Ookista ini akanmembentuk ribuan sprozoit yang nantinya
akan pecah dan sprozoit keluar dari ookista. Sporozoit ini akan menyebar ke seluruh tubuh
nyamuk, salah satunya di kelenjar ludah nyamuk. Dengan ini siklus sporogoni telah
selesai2.
Siklus skizogoni terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus eksoeritrositik dan siklus eritrositik.
Dimulai ketika nyamuk menggigit manusia sehat. Sporozoit akan masuk kedalam tubuh
manusia melewati luka tusuk nyamuk. Sporozoit akan mengikuti aliran darah menuju ke
hati, sehingga menginfeksi sel hati dan akan matang menjadi skizon. Siklus ini disebut
siklus eksoeritrositik. Pada Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae hanya
mempunyai satu siklus eksoeritrositik, sedangkan Plasmodium vivax dan Plasmodium
ovale mempunyai bentuk hipnozoit (fase dormant) sehingga siklus eksoeritrositik dapat
berulang. Selanjutnya, skizon akan pecah mengeluarkan merozoit yang akan masuk ke
aliran darah sehingga menginfeksi eritrosit dan di mulailah siklus eritrositik. Merozoit
tersebut akan berubah morfologi menjadi tropozoit belum matang lalu matang dan
membentuk skizon lagi yang pecah dan menjadi merozoit lagi. Diantara bentuk tropozoit
tersebut ada yang menjadi gametosit dan gametosit inilah yang nantinya akan dihisap lagi
oleh nyamuk. Begitu seterusnya akan berulang-ulang terus. Gametosit tidak menjadi
penyebab terjadinya gangguan klinik pada penderita malaria, sehingga penderita dapat
menjadi sumber penularan malaria tanpa diketahui (karier malaria) 2.
Tabel Lamanya siklus eksoeritrositik
Pemeriksaan mikroskop hapusan darah masih menjadi baku emas untuk diagnosis
malaria. Preparat untuk pemeriksaan malaria sebaiknya dibuat saat pasien demam untuk
meningkatan kemungkinan ditemukannya parasit. Sampel darah harus diambil sebelum
obat anti malaria diberikan agar parasit bisa ditemukan jika pasien memang mengidap
malaria. Darah yang akan digunakan untuk membuat preparat diambil dari ujung jari manis
untuk pasien dewasa, sedangkan pada bayi bisa diambil dari jempol kaki. Sebelum
dilakukan pengambilan darah, dilakukan prosedur aseptik pada ujung jari pasien. Dengan
menggunakan lanset steril ujung jari pasien dicukit, kemudian sampel diambil dengan kaca
obyek. Ada 2 bentuk sediaan yang digunakan untuk pemeriksaan mikroskopik, yakni
hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis2.
Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat ini masih digunakan pada
pemeriksaan di laboratorium. Prinsip pemeriksaan sediaan apus ini adalah dengan
meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass, kemudian dilakukan pengecatan dan
diperiksa dibawah mikroskop. Guna pemeriksaan apusan darah: 1. Evaluasi morfologi dari
sel darah tepi (eritrosit, trombosit, dan leukosit) 2. Memperkirakan jumlah leukosit dan
trombosit 3. Identifikasi parasit (misal : malaria. Microfilaria, dan Trypanosoma). Sediaan
apus darah tepi dapat diwarnai dengan berbagai macam metode termasuk larutan-larutan
yang sederhana antara lain: pewarnaan Giemsa, pewarnaan acid fast, pewarnaan garam,
pewarnaan wright, dan lainlain. Pewarnaan Giemsa disebut juga pewarnaan Romanowski.
Metode pewarnaan ini banyak digunakan untuk mempelajari morfologi sel-sel darah, sel-
sel lien, sel-sel sumsum dan juga untuk mengidentifikasi parasit-parasit darah misal
Tripanosoma, Plasmodia dan lain-lain dari golongan protozoa3.
Hapusan darah tebal untuk deteksi parasit malaria di darah ketika parasitemia rendah.
Dibuat dengan meletakkan satu tetes darah berukuran besar pada kaca obyek yang bersih,
dan dengan menggunakan sudut dari kaca obyek yang kedua sebarkan darah untuk
membuat lingkaran dengan ukuran kira- kira sebesar uang logam. Setelah dikeringkan
dengan udara, preparat tadi tidak difiksasi tapi langsung diwarnai dengan pewarna cair
seperti Wright atau Giemsa. Paparan hapusan darah tebal dengan pewarna cair tanpa fiksasi
terlebih dahulu menyebabkan sel darah merah ruptur sehingga pemeriksa bisa melihat
bentuk parasit pada lapisan tebal dari materi organik pada preparat. Preparat tebal selalu
digunakan untuk mencari parasit malaria. Preparat ini terdiri dari banyak lapisan sel darah
merah dan sel darah putih. Saat pewarnaan, hemoglobin di dalam sel darah merah larut
(dehemoglobinisasi), sehingga darah dalam jumlah besar dapat diperiksa dengan cepat dan
mudah. Parasit malaria, jika ada, lebih terkonsentrasi daripada di preparat tipis dan lebih
mudah dilihat dan diidentifikasi2.
Hapusan darah tipis untuk pemeriksaan malaria dibuat dengan cara yang sama
dengan pembuatan hapusan darah rutin untuk evaluasi hematologis. Satu tetes darah
berukuran kecil diletakkan pada salah satu ujung dari kaca obyek yang bersih. Kaca obyek
yang kedua dipegang dengan sudut 45 terhadap kaca obyek yang pertama, menyentuh
tetesan darah tadi, dan menyebarkannya dengan hapusan yang tipis saat kaca obyek yang
kedua didorong sepanjang permukaan kaca obyek yang pertama ke arah ujung yang lain.
Setelah pengeringan dengan udara, preparat tadi difiksasi dengan anhydrous methanol dan
diwarnai dengan pewarna Fields, Wrights atau Giemsa. Preparat tipis digunakan untuk
mengkonfirmasi spesies parasit malaria, ketika dengan preparat tebal sulit dilakukan. Ini
hanya digunakan untuk mencari parasit pada kondisi tertentu. Preparat tipis yang disiapkan
dengan baik terdiri dari satu lapis sel darah merah dan sel darah putih yang tersebar pada
setengah dari kaca obyek2.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusuma W, Lestari AAW, Herawati S, Putu IW, Yasa S. Pemeriksaan Mikroskop Dan Tes
Diagnostik Cepat Dalam Menegakkan Diagnosis Malaria Microscopic Examination and
Rapid Diagnostic Test in Making Malaria Diagnosis. 2006:1-16.