Keratokonjungtivitis
Keratokonjungtivitis
Keratokonjungtivitis
Oleh:
Pembimbing :
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : An. S
Umur : 6 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jaten, Karanganyar
Tanggal periksa : 26 September 2016
No. RM : 01333847
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama :
Kedua mata nrocos sejak 1 hari yang lalu
D. Kesimpulan Anamnesis
OD OS
B. Vital Sign
RR : 20 x/menit HR :112x/menit T : 37.40C
C. Pemeriksaan subyektif
OD OS
A. Visus Sentralis
B. Visus Perifer
1. Konfrontasi tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan
D. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata OD OS
2. Supercilia
6. Kelopak mata
a. pasangannya
b. gerakannya
c. rima
d. kulit
7. sekitar glandula
lakrimalis
8. Sekitar saccus
lakrimalis
9. Tekanan intraocular
10. Konjungtiva
a. konjungtiva
palpebra superior
b. konjungtiva
palpebra inferior
c. konjungtiva fornix
d. konjungtiva bulbi
11. Sclera
14. Iris
15. Pupil
16. Lensa
IV. DIAGNOSIS
ODS Keratokonjungtivitis bakterial
V. TERAPI
Non Medikamentosa:
Medikamentosa:
VI. PLANNING
Kontrol 3 hari lagi untuk evaluasi pengobatan
VII. PROGNOSIS
OD OS
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONJUNGTIVITIS
1. Definisi
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu
adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada
konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian
berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam
kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai
dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar
begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak.
Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri,
tapi ada juga yang memerlukan pengobatan.
2. Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang
membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan
melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari
bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata
(kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan
berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri
dari tiga bagian:
3. Tanda Konjungtivitis3
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda
asing, yaitu tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar
mata, gatal dan fotofobia. Tanda penting konjungtivitis
adalah hiperemia, epifora, eksudasi, pseudoptosis,
hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva),
folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa
dan membran, granuloma, dan adenopati preaurikuler.
4. Klasifikasi konjuntivitis
a. Konjungtivitis bakteri
Konjungtivitis bakteri akut disebabkan oleh
streptococcus, Corynebacterium diphtherica,
pseudomonas, neisseria dan haemophilus.
c. Konjungtivitis Chlamydia2
Konjungtivitis chlamydia juga disebut trakoma,
disebabkan oleh Chlamydia trakomatis. Dapat
menyerang segala umur tapi biasanya pada anak
muda dan anak-anak. Cara penularan melalui kontak
langsung dengan penderita. Inkubasinya berkisar
selama 5-14 hari.
1. Stadium insipien
Terdapat hipertrofi dengan folikel kecil-kecil pada
konjungtiva palpebra superior, yang
memperlihatkan penebalan dan kongesti
pembuluh darah konjungtiva. Sekret jernih dan
sedikit bila tidak ada infeksi sekunder. Kelainan
kornea jarang didapatkan.
2. Stadium established
Terdapat hipertrofi papiler dan folikel yang matang
dan besar pada konjungtiva palpebra superior.
Dapat ditemukan pannus konjungtiva (pembuluh
darah yang terletak di daerah limbus atas dengan
infiltrat) yang jelas. Terdapat hipertrofi papil yang
berat seolah-olah mengalahkan gambaran folikel
pada konjungtiva superior.
3. Stadium parut
Terdapat parut pada konjungtiva palpebra superior
yang terlihat sebagai garis putih halus sejajar
margo palpebra. Parut pada limbus kornea disebut
lengkungan herbert. Gambaran papil mulai
berkurang.
4. Stadium sembuh
Pembentukan parut sempurna pada konjungtiva
palpebra superior sehingga menyebabkan
perubahan bentuk tarsus yang dapat
mengakibatkan enteropion dan trikiasis.
d. Konjungtivitis Alergi
i. Konjungtivitis vernalis
Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I
yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren.
Pada kedua mata ditemukan papil besar dengan
permukaan rata pada konjungtiva palpebra, rasa
gatal yang berat, sekret gelatin berisi eosinofil,
pada kornea terdapat keratitis, neovaskularisasi dan
tukak indolen. Pada tipe limbal terdapat benjolan
pada daerah limbus dan bercak Horner Trantas
berwarna keputihan yang terdapat di dalam
benjolan6.
Bentuk Palpebra
Terutama mengenai konjungtiva palpebra
superior. Terdapat pertumbuhan papil yang besar
(Cobble stone) yang diliputi sekret mukoid.
Konjungtiva palpebra inferior edema dan hiperemi,
kelainan kornea lebih berat dari bentuk limbal. Papil
tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan
permukaan yang rata dengan kapiler
ditengahnya7,8.
Bentuk Limbal
B. KERATOKONJUNGTIVITIS
1. DEFINISI
Keratokonjungtivitis adalah peradangan ("-itis") dari
kornea dan konjungtiva. Ketika hanya kornea yang
meradang, hal itu disebut keratitis, ketika
hanya konjungtiva yang meradang, hal itu
disebut konjungtivitis.1,2
2. KLASIFIKASI
Keratokonjunctivitis sicca digunakan ketika peradangan
karena kekeringan. ("Sicca" berarti "kering" dalam
konteks medis.) Hal ini terjadi dengan 20% pasien RA.
Istilah "Vernal keratokonjunctivitis" (VKC) digunakan
untuk merujuk keratokonjungtivitis terjadi di musim
semi, dan biasanya dianggap karena alergen.
Atopik keratokonjunctivitis adalah salah satu manifestasi
dari atopi.
Epidemi keratokonjunctivitis disebabkan
oleh adenovirus infeksi.
Keratokonjungtivitis limbus superior diduga disebabkan
oleh trauma mekanik
3. ETIOLOGI
Konjungtivitis dapat diakibatkan oleh virus, bakteri,
fungal, parasit, toksik, chlamydia, kimia dan agen alergik.
Konjungtivitis viral lebih sering terjadi daripada
konjungtivitis bakterial. Insidensi konjungtivitis meningkat
pada awal musim semi. Etiologi konjungtivitis dapat
diketahui berdasarkan klinis pasien. Pada tingkat seluler
terdapat infiltrat seluler dan eksudat pada konjungtiva.
Etiologi keratitis superfisial antara lain adalah infeksi
(bakteri, viral, dan fungal), degeneratif (dry eye, defek
neurotropik atau berhubungan dengan penyakit sistemik),
toksik dan alergi. Morfologi dan distribusi lesi pada kornea
dapat membantu mengetahui penyebab keratitis. Ada
beberapa penyebab potensial keratokonjungtivitis yaitu
kekeringan, infeksi virus, manifestasi dari atopi atau
allergen maupun trauma mekanik.
4. PATOFISIOLOGI
Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun
tipe 1 terhadap alergen. Alergen terikat dengan sel mast
dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan
degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi
bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan
pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain
termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat,
prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan
bradikinin dengan segera menstimulasi nosiseptor,
menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas
vaskuler, vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi
konjungtiva.2,11
b. Keratokonjungtivitis Vernal
Pasien umumnya mengeluh sangat gatal dengan
kotoran mata berserat-serat. Biasanya terdapat riwayat
alergi di keluarganya (hay fever, asma, atau eksim),
dan terkadang disertai riwayat alergi pasien itu sendiri.
Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat
banyak papilla halus di konjungtiva tarsalis inferior.
Konjungtiva palpebralis superior sering menampilkan
papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papil raksasa
berbentuk polygonal, dengan atap rata dan
mengandung berkas kapiler. 2
d. Keratokonjungtivitas Epidemi
Keratokonjungtivitas epidemika umumnya bilateral.
Awalnya sering pada satu mata saja, dan biasanya
mata pertama lebih parah. Pada awalnya, terdapat
injeksi konjungtiva, nyeri sedang dan berair mata;
dalam 5-14 hari kan diikuti oleh fotofobia, keratitis
epithelial dan kekeruhan subepitel yang bulat. Sensasi
kornea normal dan terdapat nodus preaurikular dengan
nyeri tekan khas. Edema palpebral, kemosis dan
hyperemia konjungtiva menandai fase akut, dengan
folikel dan perdarahan konjungtiva yang sering muncul
dalam 48 jam. Dapat terbentuk pseudomembarn
(sesekali membrane sejati) dan mungkin disertai, atau
diikuti, parut datar atau pembentukan simblefaron. 2
Keratokonjungtivitis epidemika
Keratokonjungtivitis alergi
Nyeri ++/++ ++ ++ - - -
+
Halo ++ - - - - -
Gatal - - - - - ++
Demam - - - - -/++ -
Injeksi ++ ++ ++ +++ ++ +
konjungtiva
Kekeruhan +++ - +/++ - -/+ -
kornea
Kedalaman Dangkal N N N N N
COA
Sekret - + + ++/++ ++ +
+
Kelenjar - - - - + -
preaurikular
6. PENATALAKSANAAN
Masing-masing jenis konjungtiva memberikan gejala
klinis yang berbeda. Penatalaksanaan keratokonjungtivitis
tergantung pada berat ringannya gejala klinik. Pada kasus
ringan sampai sedang, cukup diberikan obat tetes mata
tergantung jenis penyebabnya seperti pada
keratokonjungtivitis akibat alergi dapat diberikan anti
histamin topikal dan dapat ditambahkan vasokontriktor,
kemudian dilanjutkan dengan stabilasator sel mast. Pada
kasus yang berat dapat dikombinasi dalam pengobatannya
ataupun dilakukan pembedahan.1,2
7. KOMPLIKASI
Kebanyakan konjungtivitis dapat sembuh sendiri, namun
apabila konjungtivitis tidak memperoleh penanganan yang
adekuat maka dapat menyebabkan komplikasi:1