Laporan Respirasi Manusia
Laporan Respirasi Manusia
Laporan Respirasi Manusia
Oleh:
Nama : Afifah Sulistiyaningrum
NIM : B1A015025
Rombongan : III
Kelompok :2
Asisten : Dian Krisna Arifiani
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengukur volume inspirasi dan
ekspirasi normal dari respirasi (volume tidal), mengukur berapa besar kapasitas paru-
paru yang dapat dimasuki udara respirasi (kapasitas vital), dan mengukur jumlah
volume paru-paru yang dapat menampung udara respirasi normal selama 1 menit
(volume total).
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah air secukupnya.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengukur waktu, akuarium,
gelas kimia, gelas ukur, dan selang plastik.
3.1 Hasil
Kapasitas
Kel Volume Tidal (mL) Vol Total (mL/menit)
Vital (mL)
.
M P ML PL M P ML PL M P
1 54 173 110 152 23.31 32.02 43.176 24.88 169 185
3 0 0 5 0 5 5 5 0
50 175 19.35 36.25 38.00 136
2 500 750 28.670 >2L
0 0 0 0 0 0
63 104 104 16.51 11.47 69.16 245 172
3 425 43.880
5 5 5 0 5 0 0 5
42 160 11.34 11.62 105.93 31.85 196 179
4 465 565
0 5 0 5 0 0 0 0
32 11.37 23.20 29.90 175 112
5 800 560 575 22.400
5 5 0 0 0 0
Keterangan :
M : Pengendara motor
P : Pejalan kaki
ML : Pengendara motor setelah aktivitas lari
PL : Pejalan kaki setelah aktivitas lari
Perhitungan Kelompok 2 :
1. Volume total (M) = volume tidal x jumlah nafas per menit
= 450 x 43
= 19.350 mL
2. Volume total (ML) = volume tidal x jumlah nafas per menit
= 610 x 47
= 28.670 mL
3. Volume total (P) = volume tidal x jumlah nafas per menit
= 1250 x 29
= 36.250 mL
4. Volume total (PL) = volume tidal x jumlah nafas per menit
= 2000 x 19
= 38.000 mL
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran volume tidal, kapasitas vital dan volume total
pada respirasi manusia diperoleh hasil dari kelompok 2 yaitu untuk volume tidal
pada orang yang biasa mengendarai sepeda motor 500 ml, sedangkan untuk pejalan
kaki yaitu 500 ml. Volume tidal setelah aktivitas lari untuk pengendara sepeda motor
diperoleh 750 ml, sedangkan untuk pejalan kaki diperoleh 1.750 ml. Volume total
untuk pengendara sepeda motor yaitu 19.350 ml, pada pejalan kaki 36.250 ml.
Volume total setelah aktivitas lari diperoleh data untuk pengendara sepeda motor
28.670 ml, sedangkan untuk pejalan kaki 38.000 ml. Kapasitas vital yang diperoleh
untuk pengendara motor >2.000 ml, sedangkan pada pejalan kaki 1.360 ml.
Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat bahwa untuk orang yang biasa berjalan
kaki hasilnya lebih tinggi dari pada orang yang biasa mengendarai motor. Hal ini
sesuai dengan pustaka, bahwa aktivitas fisik yang berat dapat meningkatkan volume
paru-paru, dengan cara menaikkan peregangan sangkar tulang rusuk lebih jauh
(Campbell et al., 2004).
Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 persen
lebih kecil daripada priadan lebih besar lagi pada orang yang atletis dan bertubuh
besar daripada orang yang bertubuh kecil (Guyton & John, 2007). Volume tidal (VT)
adalah jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas pada saat
istirahat. Volume tidal normal bagi semua orang 350-500 ml (Ville et al., 1988).
Kapasitas vital (VC) adalah jumlah gas yang dapat diekspirasi setelah inspirasi
secara maksimal. VC = VT + IRV + ERV (seharusnya 80% TLC). Besarnya adalah
3400 ml dan 4800 ml, secara berturut-turut untuk wanita dan laki-laki seusia
mahasiswa perguruan tinggi (Campbell et al., 2004). Sanjaya et al. (2014)
mengatakan bahwa kapasitas vital paru-paru dipengaruhi oleh posisi tubuh, kekuatan
otot-otot pernafasan, kemampuan paru, dan rongga dada untuk berkembang.
Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari udara oleh
organisme hidup yang digunakan untuk serangkaian metabolisme yang akan
menghasilkan karbondioksida (CO2) yang harus dikeluarkan karena tidak dibutuhkan
oleh tubuh. Setiap makhluk hidup melakukan pernapasan untuk memperoleh oksigen
O2 yang digunakan untuk pembakaran zat makanan di dalam sel-sel tubuh. Alat
pernapasan setiap makhluk hidup tidaklah sama, pada hewan invertebrata memilki
alat pernapasan dan mekanisme pernapasan yang berbeda dengan hewan vertebrata
(Waluyo, 2010).
Pernapasan merupakan mengambil oksigen dari udara dan mengantarkannya ke
jaringan. Oksigen itu dipakai untuk oksidasi glukosa, sehingga keluar energi dalam
ikatan fosfat (ATP). Ada makhluk yang tak membutuhkan oksigen dari udara sebagai
oksidator, disebut bernapas secara anaerobis (tanpa udara). Sedangkan makhluk yang
membutuhkan oksigen sebagai oksidator zat makanan untuk memnghasilkan energi
disebut bernapas secara aerobis (dengan udara). Sesungguhnya kedua cara bernapas
itu bisa terjadi dalam satu individu, seperti terdapat pada hewan tinggi (Mamalia).
Jika oksigen kurang atau tak ada, jaringan dapat bernapas secara anaerobis. Reaksi
kimia yang terjadi pada saat makanan itu itu disebut reaksi Embden-Meyerhorf, dan
ATP yang terjadi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang terjadi kalau bernapas
secara aerobis (Yatim,1987).
Fungsi dari sistem respirasi manusia yaitu menyediakan oksigen yang
diperlukan oleh jaringan-jaringan dan mengeliminasi karbondioksida (CO2).
Oksigen ditransport oleh darah melalui reaksi dengan hemoglobin (Hb). Afinitas
CO2 terhadap Hb 250 kali lebih tinggi dibanding dengan O2. Keberadaan oksigen
yang ada didalam darah mengurangi kapasitas darah untuk mengikat O2 yang
mengakibatkan tidak adanya oksigen didalam jaringan (Neto, 2008).
Menurut Fatmawati (2015), berdasarkan tempat terjadinya pertukaran gas O2
dan CO2, pernapasan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pernafasan luar (respirasi eksternal), merupakan pertukaran O2 dalam
alveolus dengan CO2 dalam darah.
2. Pernafasan dalam (respirasi internal), merupakan pertukaran gas O2 dengan
CO2 dari aliran darah dengan sel-sel tubuh.
Respirasi melibatkan oksidasi molekul-molekul, penyusunan molekul-molekul
berenergi tinggi seperti ATP dengan cara melepas pasangan elektron (dan ion
hidrogen, atau proton) melalui suatu transport elektron, dan pemberian elektron
tersebut ke suatu akseptor elektron anorganik. Berdasarkan ada atau tidaknya oksigen
respirasi dibagi menjadi dua yaitu respirasi aerob dan respirasi anaerob. Proses
respirasi aerob terjadi jika akseptor elektron terminalnya berupa oksigen. Respirasi
anaerob terjadi jika akseptor elektron terminalnya berupa molekul anorganik dan
bukannya oksigen molekuler, contohnya sulfat atau nitrat (Stansfield et al., 2006).
Menurut Jasin (1989), ada empat macam volume udara dalam paru-paru, antara
lain:
1. Volume Residu (VR), yaitu volume udara yang masih tersisa di dalam paru-
paru ketika mengeluarkan napas dengan sekuat tenaga.
2. Volume Cadangan Inspirasi (VCI), yaitu volume udara maksimum yang
masih dapat dimasukkan ke dalam paru-paru setelah melakukan inspirasi
normal.
3. Volume Cadangan Ekspirasi (VCE), yaitu volume udara yang masih dapat
dikeluarkan dari paru-paru setelah melakukan ekspirasi normal.
4. Volume Tidal (VT), yaitu volume udara yang keluar masuk paru-paru selama
bernapas secara normal.
Menurut Soemantri (2007), kapasitas paru-paru ada empat macam, antara lain:
1. Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity IC)
Kapasitas inspirasi yaitu jumlah udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru-
paru setelah akhir ekspirasi secara biasa (IC = IRV + TV). Kapasitas tersebut
menunjukkan banyaknya udara yang dapat dihirup setelah taraf ekspirasi
secara biasa hingga mengembang paru-paru secara maksimal.
2. Kapasitas Residu Fungsional (Functional Residual Capacity FRC)
Kapasitas residu fungsional yaitu jumlah udara di dalam paru-paru pada akhir
ekspirasi secara biasa (FRC = ERV + RV). Kapasitas tersebut bermakna
untuk mempertahankan kadar O2 dan CO2 yang relatif stabil di alveoli
selama proses inspirasi dan ekspirasi.
3. Kapasita Vital (Vital Capacity VC)
Kapasitas vital yaitu volume udara maksimal yang dapat masuk dan keluar
paru-paru selama satu siklus pernafasan yaitu setelah inspirasi maksimal dan
ekspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV). Kapasitas vital bermakna untuk
menggambarkan kemampuan pengembangan paru-paru dan dadda.
4. Kapasitas Paru-paru Total (Total Lung Capacity TLC)
Kapasitas paru=paru total yaitu jumlah udara maksimal yang dapat mengisi
paru-paru (TLC = VC + RV). Nilai TCL maksimal pada laki-laki adalah
6000 ml sedangkan pada perempuan 4200 ml.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan frekuensi pernapasan
menurut Irianto (2004) antara lain:
1. Usia, balita memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan manula,
karena semakin bertambah usia akan membuat intensitas pernapasan akan
semakin menurun.
2. Jenis kelamin, laki-laki memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat
dibandingkan perempuan.
3. Suhu tubuh, semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan
akan semakin cepat.
4. Posisi atau keadaan tubuh, frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat
dibandingkan posisi duduk, frekuensi pernapasan posisi tidur terlentar lebih
cepat dibandingkan posisi tengkurap.
5. Aktivitas, semakin tinggi aktivitas maka frekuensi pernapasan akan semakin
cepat, misalnya frekuensi pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari
dibandingkan posisi diam.
Menurut Haq et al. (2011), mekanisme respirasi pada manusia ada dua macam
yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
1. Pernapasan Dada
Pernapasan Dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk.
Pernapasan dada berlangsung dalam 2 tahap, yaitu :
Inspirasi, terjadi bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, tulang rusuk
terangkat, volume rongga dada membesar, paru-paru mengembang, sehingga
tekanan udaranya menjadi lebih kecil dari udara atmosfer, sehingga udara
masuk.
Ekspirasi, terjadi bila otot antar tulang rusuk luar berelaksasi, tulang rusuk
akan tertarik ke posisi semula, volume rongga dada mengecil, tekanan udara
rongga dada meningkat, tekanan udara dalam paru-paru lebih tinggi dari
udara atmosfer, akibatnya udara keluar.
2. Pernapasan perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan
aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.
Pernapasan perut juga berlangsung dalam dua tahap, yaitu :
Inspirasi, terjadi bila otot diafragma berkontraksi, diafragma mendatar
mengakibatkan volume rongga dada membesar sehingga tekanan udaranya
mengecil dan diikuti paru-paru yang mengembang mengakibatkan tekanan
udara di dalam paru-paru lebih kecil dari tekanan udara atmosfer, sehingga
udara masuk ke paru-paru.
Ekspirasi, diawali dengan otot diafragma berelaksasi dan otot dinding perut
berkontraksi menyebabkan diafragma terangkat dan melengkung menekan
rongga dada, sehingga volume rongga dada mengecil dan tekanannya
meningkat sehingga udara dalam paru-paru keluar. Pernapasan perut
umumnya terjadi saat tidur.
Fungsi dari sistem pernapasan manusia adalah untuk menyediakan oksigen ke
jaringan dan untuk membuang karbon dioksida yang diproduksi. Sebagian besar
oksigen diangkut oleh darah melalui reaksi dengan molekul hemoglobin.
Pengangkutan karbon dioksida terjadi dengan cara yang sama, namun afinitas dengan
hemoglobin sekitar 250 kali lebih tinggi dari oksigen. Keberadaan karbon dioksida
dalam darah mengurangi kapasitas untuk membawa oksigen oleh karena itu, besar
konsentrasi karbon dioksida menghasilkan kurangnya oksigen dalam jaringan
(Yanagihara, 2008). Menurut Das (2013), tingkat respirasi merupakan salah satu
parameter fisiologis penting yang membantu untuk memberikan informasi yang
signifikan tentang status kesehatan pasien, terutama dari sistem pernapasan manusia.
Abnormal laju pernapasan bisa menunjukkan berbagai kondisi termasuk penyakit
pernafasan serta kelainan sistemik termasuk kelainan kardiovaskular dan asidosis.
Tingkat pernapasan juga merupakan parameter yang biasa digunakan dalam
pemantauan pasien rutin untuk mendeteksi penyakit lebih awal dan penurunan
kondisi klinis.
IV. KESIMPULAN
Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L. G. 2004. Biologi Jilid 3 Edisi 5.
Jakarta: Erlangga.
Das, S. 2013. Development of a Respiration Rate Meter a Low-cost Design
Approach. Health Information an International Journal, 2(2): 9-16.
Fatmawati, S. 2015. Desain Laboratorium Skala Mini untuk Pembelajaran Sains.
Yogyakarta: Deepublish.
Guyton, A. C. & John . E. H. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.
Haq, M. F. D., Kemalasari, & Wijayanto, A. 2011. Pengolahan Sinyal Respirasi
dengan Fir untuk Analisa Volume dan Kapasitas Pulmonary. Surabaya: ITS.
Irianto, K. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung:
Yrama Widya.
Jasin, M. 1989. Biologi Umum untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Bina
Pustakatama..
Kay, I. 1998. Introduction of Animal Physiology. New York: Biosientific Publisher
Springer Verlag.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Neto, C. A. 2008. A Carbon Monoxide Transport Model of The Human Respiratory
System Applied to Ourban Atmosphere Exposure Analysis. Journal of The
Brazilan Society of Mechanical Science and Engineering, 30(3): 1-8.
Sanjaya, I. G. A., Sudiana, I. K., & Budiawan, I. M. 2014. Pengaruh Pelatihan
Hollow Sprint Terhadap Kecepatan dan Kapasitas Paru pada Siswa Putra Kelas
V SD Negeri Tulangampiang Denpasar. E-Journal IKOR Universitas
Pendidikan Ganesha, vol 2.
Schmidt-Nielsen, K. 1990. Animal Physiology Adaptation and Environment Fourth
Edition. New York: Cambridge University Press.
Soemantri, I. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Stansfield, W. D., Colome, J. S., & Cano, R. J. 2006. Biologi Molekuler dan Sel.
Jakarta: Erlangga.
Ville, C. A., Warren F., Walker, & Robert D. B. 1988. Zoologi Umum. Jakarta:
Erlangga.
Waluyo, J. 2010. Biologi Umum. Jember: UNEJ.
Yanagihara, J. I. 2008. A Carbon Monoxide Transport Model of The Human
Respiratory System Applied to Urban Atmosphere Exposure Analysis. J. of the
Braz. Soc. of Mech. Sci. & Eng, 30(3): 253-260.
Yatim,W. 1987. Biologi. Bandung: Tarsito.