Periodontitis Kronis

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Periodontitis Kronis


Periodontitis kronis merupakan penyakit periodontal yang paling umum.
Periodontitis kronis berkembang secara lambat dan menjadi signifikan secara klinis
11
pada dewasa tetapi dapat juga terjadi pada anak-anak. Periodontitis kronis
didefinisikan sebagai suatu penyakit infeksius yang menyebabkan inflamasi pada
jaringan pendukung gigi, kehilangan perlekatan yang progresif dan kehilangan tulang.
Merokok dibuktikan dapat meningkatkan keparahan penyakit periodontal. Kerusakan
jaringan periodontal pada pasien periodontitis kronis yang perokok ternyata
meningkat. Sebagai hasil, perokok dengan periodontitis kronis mengalami lebih
12
banyak kehilangan perlekatan dan tulang dan memiliki poket yang lebih dalam.

2.1.1 Faktor Etiologi


Menurut teori Socransky, penyakit periodontal dapat disebabkan oleh berbagai
patogen dalam jumlah yang berbeda. Teori beliau menyatakan bahwa 6 hingga 12
spesies bakteri mungkin menyebabkan kebanyakan kasus periodontitis yang
destruktif dan spesies tambahan mungkin menjadi penyebab kasus yang lain.
Kombinasi bakteri yang berbeda mungkin terdapat pada lesi individual dan bersama-
sama memproduksi faktor virulensi yang diperlukan. Selama 25 tahun, beberapa
peneliti mengatakan bahwa suatu jumlah bakteri dari flora subgingiva menunjukkan
huungan yang positif pada perkembangan penyakit periodontal. Penelitian ini
menunjukkan korelasi yang positif di antara kehadiran bakteri dan jumlah bakteri
serta tanda-tanda penyakit seperti inflamasi, kedalaman probing yang meningkat dan
13
kehilangan perlekatan.
Penelitian lain oleh van Winkelhoff dkk., telah membuktikan bahwa
Actinobacillus actinomycetemcomitans (A. actinomycetemcomitans),
Porphyromomnas gingivalis (P. gingivalis), Prevotella intermedia (P. intermedia),

Universitas Sumatera Utara


Bacteroides forsythus (B. forsythus), Fusobacterium nucleatum (F. nucleatum) dan
Peptostreptococcus micros (P. micros) lebih prevalen secara signifikan dalam poket
13
pasien periodontitis kronis dibanding dengan kontrol yang sehat.
Peneliti Bragd dkk. dan Slots dkk. telah mengatakan bahwa beberapa spesies
bakteri mungkin berperan sebagai marker untuk penyakit karena bakteri tersebut
sering dihubungkan dengan tanda klinis penyakit periodontal. Beberapa penelitian
retrospektif yang mengaitkan jumlah spesies bakteri dengan perkembangan penyakit
periodontal menunjukkan korelasi dengan jumlah P. gingivalis, P. intermedia dan A.
actinomycetemcomitans dan mengusulkan bahwa tingkat bakteri ini mungkin
13
mengindikasikan risiko terjadinya kerusakan periodontal di suatu daerah.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Papanaou dkk. yang menunjukkan
bahwa sebanyak 148 pasien dewasa yang berkebangsaan Cina berumur antara 30-59
dengan periodontitis kronis ditemukan peningkatan dalam spesies tertentu, terutama
P. gingivalis , T. denticola, B. forsythus dan C. recta, di daerah terjadinya
13
periodontitis yang progresif.

2.1.2 Patogenesis Periodontitis Kronis


Etiologi utama penyakit periodontal adalah bakteri anaerob fakultatif gram
negatif yang terdapat di dalam lapisan biofilm subgingiva. Bakteri ini mempunyai
kemampuan untuk mengaktifkan mekanisme pertahanan pejamu dalam memperbaiki
jaringan yang rusak pada waktu yang bersamaan, bakteri ini akan memproduksi
14
toksin yang akan menghancurkan epitel dan struktur periodontal. Bila organisme
terpapar dengan serangan bakteri, hal tersebut akan memicu respon imun antara
patogen bakteri dan pejamu. Bakteri tersebut akan menyebabkan pelepasan sitokin
seperti interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor-lpha (TNF-), sehingga
15
meningkatkan jumlah produksi polimorfonuklear leukosit. Leukosit adalah sel
pertama yang akan melawan bakteri patogen yang menyerang jaringan periodontal.
Pada tahap awal terjadinya periodontitis, terjadi peningkatan PMN yang sekaligus
akan meningkatkan pengeluaran radikal bebas dalam proses fagositosis melawan
infeksi. Pasien dengan penyakit periodontal mempunyai kadar PMN yang tinggi dan

Universitas Sumatera Utara


ROS yang berlebihan yang akan menyebabkan destruksi jaringan gingiva, ligamen
periodontal dan tulang alveolar melalui berbagai cara termasuk merusak DNA dan
merangsang pembentukan sitokin proinflamasi. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa
16
keterlibatan ROS yang berlebihan berkaitan dengan kerusakan jaringan periodontal.

2.1.3 Gambaran Klinis


Gambaran klinis penyakit periodontitis kronis adalah inflamasi gingiva dan
perdarahan, pembentukan poket, mobiliti gigi, migrasi gigi, kehilangan tulang
13
alveolar dan halitosis.

2.1.3.1 Inflamasi gingiva dan perdarahan


Walaupun inflamasi gingiva merupakan tanda yang penting dalam penyakit
periodontitis, manifestasi dari inflamasi menjadi kurang nyata dengan perkembangan
periodontitis. Biasanya gingiva berwarna pink, konturnya selalu normal, tidak akan
ada perdarahan saat probing dilakukan dan pasien tidak ada keluhan perdarahan
sewaktu menyikat gigi. Kehadiran dan keparahan inflamasi gingiva bergantung pada
status oral hygiene pasien; sewaktu oral hygiene buruk, inflamasi gingiva terlihat
13
nyata dan terjadinya perdarahan saat menyikat gigi, atau perdarahan secara spontan.

2.1.3.2 Pembentukan Poket


Pengukuran poket merupakan pemeriksaan yang penting sewaktu diagnosis
periodontal tetapi harus diintepretasi bersama dengan inflamasi gingiva dan
pembengkakan, dan bukti radiografi kehilangan tulang alveolar. Secara teoritis, jika
tidak ada pembengkakan gingiva, suatu poket dengan kedalaman lebih dari 2 mm
13
mengindikasi migrasi apikal dari epitel sulkular.

Universitas Sumatera Utara


2.1.3.3 Mobiliti Gigi
Sebagian mobiliti gigi dalam dataran labiolingual boleh terjadi pada gigi sehat
yang berakar satu, terutama insisivus bawah yang lebih mobil dibandingkan dengan
13
gigi yang berakar banyak. Peningkatan mobiliti gigi disebabkan oleh:
1. Pelebaran ligamen periodontal dengan tidak adanya kehilangan tulang
alveoalar atau jaringan pendukung lain
2. Pelebaran ligamen periodontal disertai dengan kehilangan tulang alveolar
atau jaringan pendukung lain
3. Kehilangan tulang alveolar atau jaringan pendukung lain tanpa adanya
pelebaran ligament periodontal
Mobiliti juga bisa bertambah setelah bedah periodontal dan pada saat hamil.
Pada patogenesis periodontal, destruksi jaringan selalunya ditandai inflamasi dan
trauma oklusal. Mobiliti yang disebabkan oleh inflamasi dan traumatik oklusi
biasanya reversibel, tetapi mobiliti yang disebabkan oleh destruksi jaringan
13
pendukung adalah irreversibel.

2.1.3.4 Migrasi Gigi


Pergerakan gigi dari posisi asli dalam lengkung rahang merupakan gambaran
dari penyakit periodontal. Posisi gigi yang sehat dipelihara oleh keseimbangan dari
lidah, bibir, dan daya oklusal. Sewaktu jaringan pendukung hilang, daya-daya
tersebut menentukan pola migrasi gigi. Gigi insisivus biasanya bermigrasi paling
sering dalam arah labial, tetapi gigi dapat bergerak dalam semua arah atau mengalami
13
ekstrusi.

Universitas Sumatera Utara


2.1.3.5 Kehilangan Tulang Alveolar
Resorpsi tulang alveolar dan destruksi ligamen periodontal merupakan
gambaran yang paling penting pada periodontitis kronis. Pemeriksaan radiografi
adalah bagian yang penting sewaktu diagnosis periodontal, karena dapat diperoleh
ketinggian tulang alveolar, bentuk destruksi tulang, lebar ruang ligamen periodontal
dan densitas cancellous trabeculation. Tanda pertama radiografik dari destruksi
13
periodontal adalah kehilangan densitas margin alveolar.

2.1.3.6 Halitosis
Metabolisme dari berbagai bakteri oral, terutama bakteri Gram-negatif
anaerob dalam saliva, sewaktu bereaksi dengan substrat di dalam mulut, contohnya
debris makanan dan plak, dapat menghasilkan campuran yang mengandung sulfur
seperti hidrogen sulfida dan methylmercaptan yang mengeluarkan bau yang tidak
menyenangkan dalam mulut dan ketika bernafas. Inflamasi akut, dengan pus yang
13
keluar dari poket ketika diberi tekanan juga menyebabkan halitosis.

17
Gambar 1. Gambaran klinis priodontitis kronis

Universitas Sumatera Utara


2.2 Efek Merokok Terhadap Penyakit Periodontal
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik
5
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Bergstrom dkk. mengatakan
bahwa kedalaman probing, kehilangan tulang alveolar dan mobiliti gigi meningkat
pada perokok. Penyakit periodontal yang parah dengan peningkatan kehilangan
tulang, kehilangan perlekatan, resesi gingiva dan pembentukan poket periodontal
lebih prevalen pada perokok. Perbandingan antara parameter klinis penyakit
periodontal di antara perokok dan bukan perokok menunjukkan bahwa simtom klinis
lebih parah dan dimenifestasi oleh peningkatan kedalaman poket dan resesi gingiva,
dan kehilangan tulang alveolar yang cepat; namun, perdarahan gingiva menurun pada
18
pasien tersebut

17
Gambar 2. Periodontitis kronis pada perokok

2.2.1 Kandungan dalam Rokok


Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang rokok yang
10
dibakar, akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Rokok menghasilkan suatu
pembakaran yang tidak sempurna yang dapat diendapkan dalam tubuh ketika dihisap.
Komponen gas asap rokok terdiri dari karbonmonoksida, karbondioksida,hidrogen
sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Partikel rokok
terdiri dari tar, nikotin, benzantraccne, benzopiren, fenol, cadmium, indol,karbarzol
dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker (karsinogen).
Nikotin merupakan komponen yang paling banyak dijumpai di dalam rokok.

Universitas Sumatera Utara


Tar, nikotin, dan karbonmonoksida merupakan tiga macam bahan kimia yang
paling berbahaya dalam asap rokok. Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan
kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogenik. Pada saat rokok
dihisap, tar masuk ke rongga mulut sebagai uap padat yang setelah dingin akan
menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi,
saluran napas, dan paru-paru. Komponen tar mengandung radikal bebas, yang
berhubungan dengan risiko timbulnya kanker.
Nikotin merupakan bahan yang bersifat toksik dan dapat menimbulkan
ketergantungan psikis. Nikotin merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis,
berbentuk cairan, tidak berwarna, dan mudah menguap. Zat ini dapat berubah warna
menjadi coklat dan berbau seperti tembakau jika terpapar dengan udara. Nikotin
berperan dalam menghambat perlekatan dan pertumbuhan sel fibroblas ligamen
5
periodontal, menurunkan isi protein fibroblas, sehingga dapat merusak sel membran.

2.3 Antioksidan dalam Saliva


Saliva merupakan cairan yang kompleks dalam rongga mulut, yang
dikomposisi oleh campuran hasil sekretori dari kelenjar mayor dan minor. Saliva
mempunyai berbagai mekanisme perlindungan seperti sistem perlindungan imunologi
dan enzimatik terhadap bakteri, virus, jamur, perlindungan mukosa, dan juga
19
menggalakkan penyembuhan.
Salah satu mekanisme perlindungan adalah sistem antioksidan. Antioksidan
mempunyai banyak manfaat kesehatan yang menjadikannya popular dalam proses
evaluasi penyakit periodontal. Peroksidase yang dijumpai dalam rongga mulut
merupakan enzim yang penting antioksidan dalam saliva. Peroksidase oral ini
20
memainkan dua peran:
1. Mengurangi tingkat perokidase hidrogen (H2O2) yang diekskresi ke dalam
rongga mulut dari kelenjar parotid oleh bakteri dan leukosit
2. Meningkatkan aktiviti antibakterial spesifik dengan cara menghalangi
metabolisme dan proliferasi berbagai bakteri dalam rongga mulut.

Universitas Sumatera Utara


2.4 Stres Oksidatif
Menurut Sies H, stres oksidatif didefinisi sebagai suatu gangguan dalam
keseimbangan pro-oksidan atau antioksidan yang menyebabkan kerusakan yang
3,21
potensial yaitu proliferasi dari SOR dan radikal bebas. Kerusakan jaringan
periodontal terjadi apabila homeostatis mengalami ketidakseimbangan yang
disebabkan oleh organisme asing menginduksi kerusakan oksidatif dan inflamatori.
Interaksi mikrobial bisa menyebabkan stress oksidatif dari aktiviti reaktif SOR atau
dari defisiensi antioksidan. Stres oksidatif merupakan faktor penting yang memicu
22
kerusakan jaringan periodontal. SOR seperti anion superoksida, radikal hidroksil,
dan hidrogen peroksida, bisa dihasilkan melalui jalur bakteri-host yang menginduksi
kerusakan jaringan. Pada waktu yang sama, PMN menghasilkan dan meningkatkan
konsentrasi SOR, yang menyebabkan kerusakan oksidatif pada jaringan periodontal.
Mekanisme destruktif ini termasuk kerusakan DNA, peroksidasi lipid, kerusakan
23
protein dan oksidasi dari enzim.

2.5 Peran Antioksidan dan Mekanisme Penyakit Periodontal


Antioksidan adalah semua zat yang apabila berada dalam kepekatan yang
lebih rendah dibandingkan dengan suatu substrat yang telah dioksidasi, secara
24
signifikan akan menunda atau menghalangi pengoksidaan substrat tersebut.
Antioksidan merupakan salah satu senyawa yang dapat menghalangi proses oksidasi
25
pada molekul yang berasal dari dalam tubuh ataupun dari asupan makanan.
Periodontitis merupakan kondisi inflamatori kronik yang memengaruhi rongga mulut.
Penyakit ini diinisiasi oleh biofilm subgingiva tetapi progresinya tergantung pada host
respons yang abnormal. Bukti terbaru menunjukkan implikasi peningkatan radikal
bebas dalam patogenesis periodontitis karena ia menambah peluang untuk kerusakan
24
jaringan.

Universitas Sumatera Utara


2.5.1 Peranan Antioksidan
Antioksidan berperan penting dalam tubuh manusia karena dapat
menetralisasi radikal bebas dalam tubuh dengan cara memberikan satu elektronnya
sehingga terbentuk molekul yang stabil dan mengakhiri reaksi radikal bebas.
Antioksidan tidak hanya penting untuk menghalangi terjadinya tekanan oksidatif dan
kerusakan jaringan, tetapi juga penting dalam mencegah peningkatan produksi
proinflamatori sitokin, yang merupakan hasil pengaktifan dari respon pertahanan
tubuh yang terjadi terus menerus. Beberapa kegunaan antioksidan adalah seperti
15,24
berikut:
1.Memutuskan rantai radikal bebas seperti yang dilakukan oleh vitamin E
(alfatokoferol), vitamin C (asam askorbat), vitamin A (beta karoten), asam urat dan
bilirubin.
2.Mencegah reaksi Fenton yang dilakukan oleh protein alami misalnya
albumin, transferrin, laktoferrin, caeruloplasmin, haptoglobin dan asam askorbat.
3.Melalui enzim yang bersifat antioksidan yaitu enzim yang berfungsi dengan
mengkatalis proses oksidasi molekul yang dilakukan oleh catalase dan glutathione
peroxidase.
4.Mencegah terbentuknya radikal bebas.
5.Mengubah radikal bebas yang sangat reaktif menjadi kurang reaktif.
6.Memperbaiki jaringan atau sel yang telah dirusak oleh radikal bebas.
7.Menyediakan lingkungan yang baik sehingga mendorong antioksidan
bekerja dengan optimal.

2.5.2 Klasifikasi Antioksidan


Secara garis besarnya antioksidan dapat dibedakan berdasarkan cara kerja,
sumber produksi dan jenisnya. Antioksidan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
25,26
antioksidan enzimatik dan antioksidan bukan enzimatik.
1. Antioksidan enzimatik terdiri dari glutathione peroxidase, superoxide
24
dismutase dan catalase yang berfungsi melindungi sel dari tekanan oksidatif.
2. Antioksidan bukan enzimatik terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara


a.Glutathione merupakan antioksidan yang sangat penting dan banyak
terdapat di sitoplasma
b.Bilirubin yaitu antioksidan yang terdapat di dalam darah
c.Melatonin yaitu sejenis hormon yang merupakan antioksidan yang kuat dan
d.Koenzim Q yang berperan sebagai antioksidan yang larut di dalam membran
lemak.
Berdasarkan modifikasi Niki, antioksidan dapat diklasifikasikan berdasarkan
23
peranannya yaitu :
1. Antioksidan yang bertindak sebagai pencegah radikal bebas. Cara kerja
antioksidan ini adalah dengan mencegah pembentukan radikal bebas melalui
penguraian senyawa bukan radikal seperti H2O2 (contohnya catalase, glutathione
peroxidase dan S-tranferase), chelation (proses di mana molekul logam berikatan
dengan radikal bebas). Contohnya transferrin, ceruloplasmin, albumin, haptoglobin,
dan mencegah O2 yang aktif (contohnya superoxide dismutase dan karotenoid).
2. Antioksidan yang bertindak sebagai pemusnah radikal bebas. Cara kerja
antioksidan ini adalah dengan memusnahkan radikal bebas untuk menghalang rantai
initiation dan menghancurkan rantai propagation. Contoh dari antioksidan ini adalah
ubiquinol, vitamin A, vitamin E, karotenoid yaitu bersifat lipofilik sedangkan yang
bersifat hipofilik adalah asam urat, asam askorbat, albumin dan bilirubin.
3. Antioksidan yang bertindak sebagai senyawa perbaikan jaringan. Cara kerja
antioksidan ini adalah dengan memperbaiki membran jaringan yang rusak. Contoh
dari antioksidan ini adalah DNA repair enzymes, protease, transferase dan lipase.
Klasifikan antioksidan berdasarkan peranan, cara kerja, kelarutan dan lokasi
ditunjukkan di dalam tabel 1 :

Universitas Sumatera Utara


27
Tabel 1. Klasifikasi antioksidan berdasarkan cara kerja, kelarutan dan lokasi
ANTIOKSIDAN CARA KERJA KELARUTAN LOKASI
Asam Askorbat Memutuskan ikatan Larut dalam air Plasma, cairan
(Vitamin C) SOR sulkus gingiva
Mencegah(berikatan (CSG),
dengan ion logam) cerebrosal fliud
Memproduksi Vitamin E (GSF)
Alfa Tokoferol Memutuskan ikatan Larut dalam Plasma, CSG,
(Vitamin E) SOR lemak saliva
Carotenoids Memutuskan ikatan Larut dalam Plasma
(Vitamin A) SOR lemak
Albumin Memutuskan ikatan Larut dalam air Plasma, CSG,
SOR saliva
Berikatan dengan
bilirubin
Mencegah (berikatan
dengan ion logam)

Bilirubin Memutuskan ikatan Larut dalam Plasma


SOR lemak
Melindungi albumin
Caeruloplasmin Mencegah (berikatan Larut dalam air Plasma, CSG,
dengan ion logam) saliva

Haptoglobin Mencegah (berikatan Larut dalam air Plasma, CSG


dengan ion logam)
Transferin Mencegah (berikatan Larut dalam air Plasma, CSG,
2+ saliva
dengan Fe
Asam urat Memutuskan ikatan Larut dalam air Plasma, CSG,
SOR saliva
Reduce Memutuskan ikatan Larut dalam air Plasma, saliva,
glutathione SOR CSG, lapisan
Substrat untuk enzim alveolar pada
GSH-Px paru

Universitas Sumatera Utara


2.6 Pertahanan Antioksidan dan Mekanisme Inflamasi
Kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas diduga menjadi penyebab
berbagai penyakit termasuk periodontitis. Antioksidan merupakan jalur pertahanan
tubuh pertama yang akan mencegah jaringan periodontal dari serangan radikal bebas
27
sehingga mempertahankan kondisi jaringan periodontal yang sehat. Bila pejamu
terinfeksi dengan bakteri patogen, PMN yang ada di dalam tubuh akan direkrut untuk
menghancurkan bakteri sehingga terjadi pengeluaran sitokin akibat proses tersebut.
PMN berperan dalam terjadinya penyakit periodontal karena PMN adalah respon
pejamu yang dominan dan merupakan sistem imun tubuh dari infeksi bakteri oral.
-
Menurut Asman, PMN akan memproduksi superoxide (O2 ) melalui proses oksidatif
sehingga jumlah PMN dan aktivitas oksidatif di jaringan periodontal akan semakin
meningkat. Menurut Smalley, untuk menghindari kerusakan oksidatif dari produksi
-
superoxide (O2 ) tersebut, maka antioksidan seperti superoxide dismutase (SOD)
-
distimulasi untuk mengkonversikan superoxide (O2 ) dengan hidrogen peroksida
(H2O2) sehingga SOD berperan sebagai katalis untuk menukarkan superoxide dengan
28
oksigen dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida akhirnya akan dihilangkan
oleh enzim yang kedua terlibat disebut katalase yang lebih banyak terdapat di dalam
sel intraselular dibanding sel ekstraselular. Katalase ini bertindak sebagai penghancur
hidrogen peroksida dan superoxide. Secara ringkasnya dapat disimpulkan seperti di
26
bawah :
2- +
2O + 2H SOD H2O2 +O2

2H2O2 katalase 2H2O+O2

Selain itu, radikal hydroxyl (OH ) akan di hasilkan melalui reaksi yang
2+ 2+
melibatkan hidrogen peroksida dan logam seperti Fe atau Cu yang disebut reaksi
Fenton dan secara ringkasnya dapat disimpulkan seperti di bawah :
+ 3+
Fe2 + H2O2 Fe + OH + OH

+ 2+ +
Fe3 + H2O2 Fe + OOH + H

Universitas Sumatera Utara



Mekanisme untuk mencegah hidroksil radikal (OH ) yang akan merusak sel
adalah dengan pengikatan radikal bebas dengan antioksidan dalam bentuk logam
seperti lactoferrin, transferrin, haptoglobin dan albumin. Penghapusan hydroxyl

radikal (OH ) juga dilakukan oleh vitamin C, asam urat dan reduce glutathione
29
(GSH) yang banyak terdapat di dalam cairan sulkus gingiva. Dengan adanya
antioksidan yang berasal dari sistem pertahanan tubuh terdapat dalam serum, saliva
dan cairan sulkus gingiva, hal ini akan memberikan pengaruh positif terhadap
17
kesehatan jaringan periodontal. Jadi tubuh masih dapat bergantung kepada
pertahanan antioksidan dari serangan ROS yang masih berada di bawah kondisi
normal. Walaupun mekanisme kerja setiap antioksidan berbeda, namun peranannya
15,,29
adalah sama yaitu untuk melindungi sel dan jaringan supaya tetap sehat.

2.7 Antioksidan pada Perokok dan Bukan Perokok


Perokok lebih cenderung mengalami periodontitis kronis dibandingkan
dengan bukan perokok. Suatu mekanisme potensial adalah melalui kerusakan jaringan
yang disebabkan oleh spesies oksidatif yang berasal dari asap rokok. Stimulasi dari
-
antigen bakterial menyebabkan PMN menghasilkan superoksida (O2 ) melalui jalur
metabolik dari respiratory burst sewaktu fagositosis. Oleh karena asap rokok
mengandungi jumlah spesies oksidatif yang besar, merokok meningkatkan
pembentukan ROS dan merupakan sumber stres oksidatif. Dalam tubuh manusia,
antioksidan yang paling signifikan adalah SOD, yang mengkatalase dismutase
superoksida, suatu radikal oksigen yang dilepaskan ke jalur inflamatori dan
menyebakan kerusakan jaringan pengikat. Banyak penelitian yang mengatakan bahwa
merokok meningkatkan aktivitas SOD dalam saliva dan darah. Peningkatan aktiviti
SOD ini terjadi sebagai mekanisme perlindungan untuk mengeliminasi radikal
superoksida berlebihan yang dihasilkan oleh stres oksidatif yang diinduksi oleh
29
rokok.

Universitas Sumatera Utara


2.8 Kerangka Teori

Interaksi bakteri dan host

Periodontitis Kronis Merokok

Spesies Oksidatif

PMN -
Superoksida (O2 )

Stres Oksidatif SOD

Antioksidan pada saliva

Universitas Sumatera Utara


2.9 Kerangka Konsep

Variabel Bebas: Variabel Tergantung:

Pasien periodontitis kronis Status antioksidan total pada


perokok dan bukan perokok saliva

Variabel Terkendali: Variabel Tidak Terkendali:

-Ketrampilan operator -Diet


-Temperatur ruangan - Jenis rokok
laboratorium
-Intensitas merokok
-Metode pengambilan
saliva -Media penyimpanan
o
saliva (80 C)
-Sterilisasi alat dan bahan
-Jumlah saliva yang
diambil

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai