Herbal Berpotensi Sebagai Antihipertensi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

TUGAS FARMAKOLOGI BAHAN ALAM (FA 5142)

HERBAL BERPOTENSI SEBAGAI ANTIHIPERTENSI

Disusun Oleh :

Muchammad Reza Ghozaly 20713033

Joko Priyanto Wibowo 20713003

Irene Iskandar 10711067

SEKOLAH FARMASI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2014
A. Pendahuluan
I. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang disebabkan oleh kenaikan tekanan
darah arteri. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan pembuluh
darah meningkat secara kronis. Hipertensi dapat terjadi karena jantuk bekerja
lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko yang paling signifikan untuk
penyakit kardiovaskular. Kriteria umum yang dikeluarkan oleh American Heart
Association untuk hipertensi pada orang dewasa adalah tekanan darah yang lebih
besar dari 140/90 mmHg. Tekanan darah pada 120/80 mmHg atau dibawah itu
adalah normal, dan tekanan darah antara 121/81 dengan 139/89 menunjukkan pre-
hipertensi. (Martini, Fundamental of Anatomy and Physiology)

II. Prevalensi
Menurut WHO, kenaikan tekanan darah diperkirakan menyebabkan
kematian 7,5 juta kematian, yaitu sekitar 12,8% dari total kematian. Secara
keseluruhan, prevalensi kenaikan tekanan darah pada orang dewasa berumur dua
puluh lima tahun ke atas adalah sekitar 40% pada tahun 2008.

Prevalensi kenaikan tekanan darah, lebih besar pada negara yang memiliki
pendapatan rendah, menengah kebawah, dan menengah keatas. Seluruhnya
memiliki rata-rata sekitar 40%. Prevalensi kenaikan tekanan darah pada negara
dengan pendapatan tinggi lebih rendah yaitu sekitar 35% (WHO).
Gambar 2.1 Grafik Prevalensi Kenaikan Tekanan Darah di Wilayah WHO

Prevalensi kenaikan tekanan darah terbesar terjadi di afrika, dimana terjadi


kenaikan tekanan darah sebanyak 46% kedua jenis kelamin. Di wilayah Afrika,
pria dan wanita mempunyai rata-rata kenaikan tekanan darah dengan prevalensi
lebih dari 40%. Prevalensi terendah kenaikan tekanan darah adalah di willayah
WHO adalah di Amerika serikat yaitu 35% untuk kedua jenis kelamin. Pada
wilayah ini, pria memiliki prevalensi lebih tinggi daripada wanita (39% persen
untuk pria dan 32% untuk wanita). Dalam seluruh wilayah WHO, pria memiliki
prevalensi kenaikan tekanan darah lebih tinggi daripada wanita. Perbedaan yang
signifikan secara statistik hanya terjadi di wilayah Amerika dan Eropa. (WHO)

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada


umur lebih dari sama dengan 18 tahun sebesar 25,8 %, tertinggi di Bangka
Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat
melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang
didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi,
ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan
darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %). (Riset
Kesehatan Dasar 2013)

III. Patofisiologi
Hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Pada kebanyakan pasien hipertensi disebabkan oleh etiologi
patofisiologi yang tidak diketahui. Kondisi ini disebut hipertensi primer.
Hipertensi tipe ini tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol. Pasien
hipertensi lainnya (dengan persentase yang lebih kecil) mempunyai penyebab
hipertensi yang dapat diketahui. Kondisi ini disebut hipertensi sekunder.
Hipertensi ini dapat terjadi bersamaan dengan kondisi medis lain atau terinduksi
secara endogen. Bila penyebabnya dapat diketahui, hipertensi berpotensial untuk
disebuhkan. (Dipiro,2008)
IV. Faktor Resiko
Faktor Resiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor
resiko yang tidak dapat diubah seperti usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga
serta faktor resiko yang dapat diubah seperti kebiasaan merokok, kebiasaan
mengkonsumsi alkohol, obesitas, pola hidup dan olahraga secara teratur. Resiko
hipertensi dapat dikurangi dengan menghentikan kebiasaan merokok dan
mengkonsumsi alkohol, mengurangi berat badan untuk penderita obesitas,
memperbaiki pola hidup dan berolahraga secara teratur.

V. Terapi Non-Farmakologi
Terapi non-farmakologi untuk penderita hipertensi dapat dilakukan dengan
kombinasi antara penurunan berat badan (bagi pasien kegemukan), membatasi
asupan natrium, olahraga dengan teratur, menghentikan kebiasaan merokok dan
mengurangi konsumsi alkohol. Terapi non-farmakologi ini penting bagi semua
pasien hipertensi.

VI. Prinsip Terapi Antihipertensi


Tekanan darah arteri merupakan produk kombinasi dari kardiak output dan
resistensi perifer. Obat-obat dapat menurunkan tekanan darah dengan bekerja
pada resistensi perifer, kardiak output atau keduanya. Obat dapat mengurangi
kardiak output dengan menghambat kontraktilitas miokardial atau mengurangi
ventricular filling pressure. Pengurangan ventricular filling pressure dapat dicapai
dengan bekerja pada venous tone atau pada volume darah melalui efek ginjal.
Obat dapat mengurangi resistensi peripheral dengan bekerja pada otot polos untuk
menyebabkan relaksasi pada pembuluh darah atau mengganggu aktivitas sistem
yang dapat menghasilkan konstriksi seperti sistem saraf simpatik. Pada pasien
dengan hipertensi sistolik terisolasi, kompleks hemodinamik pada sistem arteri
yang kaku, berkontribusi dalam meningkatkan tekanan darah. Efek obat dapat
memediasi perubahan dalam resistensi perifer dan juga melalui efek pada
kekakuan arteri.

VII. Terapi Farmakologi


Terapi hipertensi secara farmakologi dapat dilakukan dengan
menggunakan obat-obat yang dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu
diuretik, Agiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-inhibitor), antagonis
reseptor angiotensin II, kalsium channel bloker, agen simpatolitik (-bloker), alfa
bloker, agen yang bekerja pada sentral, sympathetic nerve terminal blockers,
vasodilator dan inhibitor renin.

a. Diuretik

Mekanisme kerja obat golongan ini adalah dengan mengubah


keseimbangan ion natrium dengan meningkatkan eksresi natrium. Diuretik
mempunyai efek antihipertensi ketika digunakan sendiri dan dapat meningkatan
efikasi obat antihipertensi lainnya. Diuretik dibagi menjadi tiga kelas yaitu
diuretik tiazid, diuretik loop dan diuretik hemat kalium. Contoh dari diuretik
tiazid adalah hidroklorotiazid dan chlorhalidone. Mekanisme kerja diuretik tiazid
adalah blokade transporter Na/Cl pada tubulus ginjal sehingga mengurangi
volume darah, namun efeknya pada pembuluh darah belum diketahui. Contoh dari
diuretik loop adalah furosemid, bumetanid, torsemid, asam etakrinik. Mekanisme
kerja dari diuretik loop adalah blokade transporter Na/K/2Cl pada lengkung henle
sehingga menyebabkan penurunan volume darah, namun efeknya pada pembuluh
darah belum diketahui. Sedangkan contoh obat dari diuretik hemat kalium adalah
amilorid, triamteren, spironolakton. Mekanisme kerja diuretik hemat kalium
adalah dengan blokade reseptor aldosteron pada renal collecitng tubule sehingga
meningkatkan eksresi natrium namun mengurangi ekskresi natrium.

Struktur kimia dari beberapa obat golongan diuretik sebagai berikut :

Hidroklorotiazid Furosemid

Spironolakton
Gambar 7.1 Struktur Hidroklorotiazid, Furosemid dan Spironolakton

b. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-inhibitor)


Obat ini bekerja dengan menginhibisi enzim yang menkonversi
angiotensin I menjadi angiotensin dua dalam sistem renin-angiotensin-aldosteron.
Hal ini menyebabkan jumlah angiotensin II menurun sehingga mnyebabkan
vasokonstriksi dan menurunkan sekresi aldosteron sehingga terjadi penurunan
tekanan darah. Obat ini juga dapat menurunkan resistensi perifer. Obat ini juga
dapat meningkatkan konsentrasi bradikinin. Obat-obat yang termasuk golongan
ini adapal Captopril, analapril, lisinopril, quinapril, ramipril, benazepril,
moexipril, fosinopril, trandolapril, dan perindopril. Beberapa struktur dari obat
golongan ini sebagai berikut :

Gambar 7.2 Struktur Hidroklorotiazid, Furosemid dan Spironolakton


Captopril Benazepril Perindopril

c. Antagonis reseptor angiotensin II


Dengan memberikan efek antagonis bagi angiotensin II, agen ini dapat
merelaksasikan otot polos kemudian menyebabkan vasodilatasi, meningkatkan
garam pada ginjal dan ekskresi air, mengurangi volume plasma darah dan
mengurangi hipertropi selular. Antagonis reseptor angiotensin II, secara teoritis
dapat mengatasi beberapa kerugian dari penggunaan ACE inhibitor, yang tidak
hanya mencegah konversi angiotensin I menjadi angiotensin II namun juga
mencegah degradasi bradikinin yang dimediasi oleh ACE. Terdapat dua subtipe
reseptor angiotensin II, yaitu AT1 dan AT2. Reseptor angiotensin II subtipe AT1
lokasinya secara dominan berada pada jaringan vaskular dan miokardial, juga
pada otak, ginjal, dan sel adernal glomerulosa yang mengsekresi aldosteron.
Sedangkan reseptor angiotensin II subtipe AT2 dapat ditemukan dalam adrenal
medula, ginjal dan sistem saraf pusat dan berperan dalam perkembangan vaskular.
Karena reseptor AT1 memediasi feedback inhibisi pelepasan renin, konsentrasi
renin dan angiotensin II meningkat selama antagonisme reseptor AT1 terjadi.
Konsekuensi klinis dari peningkatan angiotensin II ini memiliki efek pada
reseptor AT2 yang tidak dihambat namun belum diketahui akibatnya. Contoh obat
yang termasuk dalam golongan ini adalah losartan, kandersartan, irbesartan,
valsartan, talmisartan, dan aprosartan. Beberapa contoh struktur obat golongan ini
sebagai berikut :

Gambar 7.3 StrukturValsartan


Losartan Losartan Valsartan dan Ibesartan
Irbesartan
d. Kalsium Channel Bloker
Kalsium channel bloker merupakan kelompok obat yang penting untuk mengatasi
hipertensi. Obat antagonis channel Ca2+ dibagi menjadi dua kelompok yaitu
dihidropiridin dan non-dihidropiridin. Obat-obat yang termasuk dalam kelompok
dihidropiridin adalah amlodipin, isradipin dan nifedipin dan yang termasuk
kelompok non-dihidropiridin adalah diltiazem dan verapamil. Perbedaan struktur
tersebut mengakibatkan perbedaan cara kerja dan tempat kerjanya pada tempat
masuknya kalsium, belum dimengerti.
Dasar dari penggunaan antagonis channel Ca2+ sebagai obat darah tinggi adalah
pengertian bahwa hipertensi secara umum merupakan akibat dari kenaikan
resistensi vaskular. Karena kontraksi otot polos vaskular bergantung pada
konsentrasi Ca2+ bebas intraselular. Inhibisi perpindahan transmembran Ca 2+
melalu channel Ca2+ yang voltasesensitif dapat menurunkan jumlah total Ca2+ yang
dapat mencapai intraselular. Semua Ca2+ bloker menurunkan tekanan darah
dengan merelaksasikan otot polos arteriolar dan menurunkan resistensi vaskular
perifer. Pada obat-obatan dihidropiridin, takikardia dapat terjadi akibat stimulasi
adrenergik dari nodus sinotrial. Respon ini secara umum cukup rendah kecuali
bila obat diberikan dengan cepat. Takikardia tidak terjadi pada pemberian obat
verapamil dan diltiazem karena efek kronotropik negatif langsung dari kedua obat
ini. Penggunaan bersama obat antagonis reseptor dengan verapamil dan
diltiazem dapat menimbulkan masalah. Semua kalsium channel bloker efektif bila
digunakan tunggal untuk pengobatan hipertensi rendah hingga menengah. Namun,
kelompok obat ini tidak digunakan untuk monoterapi hipertensi. Pasien dengan
hipertensi sistolik terisolasi merupakan pengecualian. Profil efek yang tidak
diinginkan dari bloker channel Ca2+ bervariasi menurut kelas obatnya. Pasien yang
menerima kapsul nifedipin yang dilepaskan segera, dapat mengalami sakit kepala,
flushing, dizziness dan edema periferal. Karena itu, formulasi kerja cepat
nifedipine tidak sesuai untuk terapi jangka panjang hipertensi. Struktur dari
beberapa obat golongan ini sebagai berikut :

Gambar 7.4 StrukturAmlodipin


Diltiazem Nifedipin
Diltiazem, Amlodipin dan Nifedipin
e. Antagonis reseptor -adrenergik (-bloker)
Antagonis reseptor -adrenergik mempengaruhi regulasi peredaran darah
melalui beberapa mekanisme termasuk pengurangan pada kontraktilitas
miokardial, heart rate dan kardiak output. Konsekuensi yang penting pada
penggunaan antagonis reseptor -Adrenergik blokade reseptor pada kompleks
jukstaglomerular, mengurangi sekresi renin, dan dengan demikian mengurangi
produksi angiotensin II. Mekanisme ini sepertinya merupakan mekanisme
antihipertensi dari obat golongan ini. Antagonis reseptor -adrenergik dapat
menurunkan tekanan darah dengan mekanisme lain, termasuk mengubah kontrol
sistem syaraf simpatik pada tingkat sistem saraf pusat, mengubah sensitivitas
baroreseptor, mengubah fungsi neuron adrenergik periferal dan meningkatkan
biosintesis prostasiklin.
Antagonis reseptor -adrenergik dibagi menjadi dua yaitu antagonis
reseptor -adrenergik nonspesifik contohnya adalah propranolol, nadolol dan
carteolol serta Antagonis reseptor -adrenergik selektif 1 (kardioselektif) seperti
Metoprolol, Bisoprolol, Altenolol dan Nebivolol.
Struktur dari beberapa obat Antagonis reseptor -adrenergik sebagai berikut :
Altenolol
PropranololGambar 7.5 Struktur Propranolol dan Altenolol
f. Alfa bloker
Contoh obat golongan ini adalah Prazosin, terazosin, dan doxazosin. Obat
ini memberikan efek antihipertensi dengan memblokade secara selektif reseptor 1
pada arteriol dan vena. Alfa bloker mengurangi tekanan arterial dengan
mendilatasi pembuluh darah. Retensi garam dan air terjadi ketika obat ini
digunakan tanpa diuretik. Obat ini paling efektif ketika digunakan dalam
kombinasi dengan obat lain seperti -bloker dan diuretik. Struktur dari beberapa
contoh obat golongan ini sebagai berikut :

Gambar 7.6 Struktur Prazosin, Doksazosin dan Terasozin


Prazosin Doksazosin Terasozin
g. Agen yang Bekerja pada Sentral
Obat ini menstimulasi reseptor 2 subtipe 2A adrenergik pada batang otak,
menyebabkan turunnya pengaliran keluar (outflow) simpatik dari sistem saraf
pusat. Penurunan konsentrasi plasma norepinefrin berkorelasi langsung dengan
efek hipotensi. Pada dosis yang lebih tinggi daripada dosis yang diperlukan untuk
stimulasi 2A reseptor pusat, obat ini dapat mengaktivasi reseptor 2 subtipe 2B
pada sel otot polos. Efek vasokonstriksi terlihat ketika terjadi overdosis obat ini.
Agonis 2A adrenergik menurunkan tekanan arteri dengan efek pada kardiak
output dan resistensi periferal. Contoh obat golongan ini adalah Clonidin.
Metildopa merupakan agen antihipertensi yang bekerja terpusat. Merupakan
prodrug yang metabolit aktifnya memberikan efek antihipertensi. Metildopa
digunakan sebagai antihipertensi di masa lalu namun masih digunakan sekarang
pada saat kehamilan karena keamanannya yang telah teruji. Metildopa merupakan
analog dari 3,4-dihidroksifenilalanin (DOPA), dimetabolisme oleh L-aromatic
amino acid decarboxylase pada neuron adrenergik menjadi -metildopamin, yang
kemudian diubah menjadi -metilnorepinefrin. Metilnorepinefrin disimpan dalam
vesikel sekretori neuron adrenergik, sebagai subtitusi norepinefrin. Kemudian,
ketika neuron adrenergik melepaskan neurotransmiternya, yang dikeluarkan
adalah -metilnorepinefrin, bukan norepinefrin. Karena -metilnorepinefrin
berpotensi seperti norepinefrin sebai vasokonstriktor, subtitusinya untuk
norepinefrin pada vesikel neurosekretori adrenergik periferal tidak mengubah
respon vasokonstriksi pada neurotransmisi adrenergik periferal. Sebaliknya, -
metilnorepinefrin bekerja pada sistem saraf pusat untuk menghambat neuronal
adrenergik keluar dari batang otak. Metilnorepinefrin mungkin bekerja sebagai
agonis pada presinaptik 2 adrenergik reseptor pada babtang otak, melemahkan
pelepasan NE, dan mengurangi sinyal adrenergik vasokonstriksi pada sistem saraf
simpatik perifer.
Struktur Clonidin dan Metildopa sebagai berikut :

Gambar 7.7 Struktur Clonidin dan Metildopa


h. Sympathetic Nerve Terminal Blocker
Contoh Metildopa
Clonidinobat golongan ini adalah Reserpin dan Guanetidin.Reserpin terikat
kuat pada vesikel penyimpana adrenergik pada neuron adrenergik sentral dan
periferal dan tetap terikat pada periode waktu yang lama. Interaksi ini
menghambat vesikular katekolamin transporter yang memfasilitasi penyimpanan
vasikular. Kemudian, ujung sel saraf kehilangan kapasitasnya untuk
mengkonsentrasikan dan menyimpan norepinefrin dan dopamin. Katekolamin
keluar ke sitoplasma, lalu dimetabolisme oleh intraneuronal monoamin oksidase
dan sedikit atau tidak ada transmiter aktif yang dikeluarkan dari ujung sel saraf
ketika mengalami depolarisasi. Akibatnya terjadi faramkologikal simpatektomi.
Proses yang serupa terjadi pada tempat penyimpanan 5-hidroksitriptamin.
Penipisan amin biogenik yang diinduksi oleh reserpin berkolerasi dengan bukti
disfungsi simpatik dan efek antihipertensi. Pengembalian fungsi simpatik
memerlukan sintesis vesikel penyimpanan baru, yang membutuhkan waktu
berhari-hari hingga beberapa minggu setelah pemberian obat dihentikan. Karena
reserpin mengurangi amin pada sistem saraf pusat seperti pada neuron adrenergik
periferal, memungkinkan bahwa efek antihipertensi terkait pada kerja sentral
maupun periferal.
Struktur Guanetidin dan Reserpin sebagai berikut :

Gambar 7.8 Struktur Guanetidin dan Reserpin


i. Vasodilator Guanetidin
Contoh obat golongan ini adalah Hidralazin, minoksidil dan natrium
nitroprusida. Hidralazin menyebabkan relaksasi langsung otot polos arteriolar.
Mekanisme molekular yang memediasi hal tersebut belum diketahui dengan jelas,
namun akhirnya melibatkan penurunan konsentrasi kalsium intraselular. Obat ini
tidak mendilatasi arteri koronari epikardial atau merelaksasi otot polos vena.
Minoksidil tidak aktif secara in vitro namun dimetabolisme oleh sulfotransferase
pada hati menjadi molekul aktifnya yaitu minoxidil N-O sulfat. Pembentukan
metabolit aktif ini merupakan jalur minor pada metabolisme minoxidil. Minoxidil
sulfat merelaksasi otot polos vaskular pada sistem terisolasi dimana parent
drugnya tidak aktif. Minoxidil sulfat juga mengaktivasi ATP-modulated K+
channel. Dengan membuka K+ channel pada otot polos dan membiarkan
terjadinya efluks K+ menyebabkan terjadinya hiperpolarisasi dan relaksasi otot
polos.
Nitropusida merupakan nitrovasodilator yang bekerja dengan melepaskan
NO. NO mengaktifkan jalur guanilil siklase-siklik GMP-PKG, menyebabkan
vasodilatasi, dengan meniru produksi NO oleh sel endotelial vaskular, yang
terganggu pada banyak pasien hipertensi. Mekanisme dilepaskannya NO belum
jelas dan mungkin melibatkan jalur enzimatik dan nonenzimatik.
Struktul Hidralazin, Minoksidil dan natrium nitroprusida sebagai berikut

Gambar 7.9 Struktur Hidralazin, Minoksidil dan Natrium Nitroprusida


Sumber : Goodman & Gilmans The Pharmacological Basic of Terapeutics
j. Inhibitor Renin
Mekaniskme Kerja obat ini adalah dengan menginhibisi aktivita renin
sehingga menurunkan jumlah angiotensin I, angiotensin II dan aldosteron
sehingga menurunkan tekanan darah.
Contoh obat golongan ini adalah aliskiren. Struktur dari aliskiren sebagai berikut :

Gambar 7.10
VIII. Daftar Pustaka Struktur
Brunton L. Laurence, JohnAliskiren
S Lazo, Keith L. Parker. 2006. Goodman & Gilmans
The Pharmacological Basic of Therapeutics 11th edition. Halaman 845-
867
Katzung Betram G, Susan B. Masters, Anthony J. Trevor.2012. Basic and
Clinical Pharmacology 12th edition.McGrawHill : New York
Martini, Nath.2012.Fundamental of Anatomy and Physiology 9th edition.Pearson : USA.
Halaman 718-730

A. Seledri
1. Deskripsi
Seledri (Apium graveolens L) dapat
tumbuh baik di dataran rendah maupun
tinggi dan paling baik pada kisaran suhu
7-16 C. Tanah yang baik untuk areal
penanamannya adalah yang subur dan
gembur dengan pH 5,5-6,8.
Tumbuhan seledri dikategorikan sebagai
sayuran, perkebunan seledri di Indonesia
terdapat di Brastagi, Sumatera Utara dan di
Jawa Barat tersebar di Pacet, Pangalengan dan Cipanas yang berhawa
sejuk.
Tanaman ini dikenal sebagai obat tradisional untuk menurunkan tekanan
darah. Penelitian tentang tanaman seledri telah berkembang dari herba
hingga bagian tanaman tertentu seperti akar, batang dan daunnya.

2. Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Apiales
Famili: Apiaceae
Genus: Apium
Spesies: Apium graveolens L.

3. Bagian Yang Digunakan : Daun dan batang

4. Cara Pemakaian :
Ambil seledri yang telah dicuci bersih secukupnya, air matang satu gelas, kemudian blender.
Ambil blenderan seledri dan air tadi, lalu saring. Minum jus seledri yang sudah disaring tersebut
1 kali sehari setelah sarapan. Namun ingat, sebelum minum secara rutin jus seledri ini, sebaiknya
ketahui tensi darah anda. Dan Setelah anda melakukannya selama 1-2 minggu, lakukan tensi
darah kembali dan lihat hasilnya

5. Tinjauan Fitokimia
Daun seledri mengandung banyak vitamin yakni vitamin A, vitamin B1, vitamin B2,
vitamin B3, vitamin B5, vitamin B6, vitamin C, vitamin E dan vitamin K yang dapat
digunakan untuk mencegah atau untuk mengobati beberapa penyakit.

6. Uji Praklinis

Studi antihipertensi dilakukan terhadap fraksi etanol air dan etil asetat akar Seledri pada
tikus jantan yang diinduksi hipertensi dengan prednison 1,5 mg/kgbb dalam NaCl 2,5 % selama 2
minggu. Sebanyak 21 ekor tikus putih jantan dibagi menjadi 7 kelompok. Tekanan darah dan laju
jantung diukur dengan alat Biopac System MP 150. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi
etanol air dan etil asetat dapat menurunkan tekanan darah terutama pada dosis 40 mg/kgbb
sebanding dengan Captopril 2,5 mg/kgbb (Siska, dkk., 2011).
7. Uji Klinis
Penelitian dilakukan pada 30 orang pria dewasa dengan mengukur tekanan darah sistol
dan diastol pada posisi duduk dengan metode gabungan, sebelum dan sesudah minum EES sekali
sehari, selama satu minggu. Analisis data dengan uji t berpasangan dan Wilcoxon signed rank
test dengan = 0,05. Tekanan darah sistol sebelum minum ekstrak etanol seledri berkisar antara
100 mmHg dan 123,75 mmHg dengan rerata 116,02 mmHg, sedangkan setelah minum ekstrak
etanol seledri berkisar antara 96,25 mmHg dan 126,00 mmHg dengan rerata 109,40 mmHg.
Rerata tekanan darah sistol setelah minum ekstrak etanol seledri mengalami penurunan sebesar
5,7% (6.62 mmHg) dengan menggunakan uji t berpasangan diperoleh nilai p < 0,001. Tekanan
darah diastol sebelum minum ekstrak etanol seledri berkisar antara 65,00 mmHg dan 88,75
mmHg dengan rerata 74,79 mmHg, sedangkan setelah minum ekstrak etanol seledri berkisar
antara 60,00 mmHg dan 85,00 mmHg dengan rerata 70,20 mmHg.
Dengan demikian, rerata tekanan darah diastole setelah minum ekstrak etanol seledri mengalami
penurunan sebesar 5,95% (4,59 mmHg), dengan menggunakan Wilcoxon signed rank test
diperoleh nilai p < 0,001.
Penurunan tekanan darah terjadi karena dalam seledri mengandung senyawa 3-n-butylphthalide
yang berefek memblok calcium channel, vasodilatasi dan diuretik sehingga tekanan darah akan
menurun.
3-n-butylphthalide

8. Daftar Pustaka

Supari, F. (2002). Lowering blood pressure effect of Apium graviolens ( seledri ) and
Orthosiphon stamineus Benth ( kumis kucing ) in mild and rnoderate hypertension, I(4),
28.

Dewi, Jasaputra, Litanto, 2013, Jurnal Medika Planta, Efek Ekstrak Etanol Seledri
(Apium graveolens L) Terhadap Tekanan Darah Pria Dewasa

Siska, Armenia, Arifin, 2011, Jurnal Bahan Alam Indonesia, Akar Seledri sebagai
Antihipertensi : Efektivitas Fraksi Etanol, Air dan Etil Asetat Pada Tikus Jantan
Hipertensi, 7(6)

B. Mengkudu
1. Deskripsi
Tanaman mengkudu merupakan tanaman
tahunan (perenial) yang berbentuk perdu,
dengan ketinggian antara 3-8 m, batang
tanaman keras dan berkayu yang tumbuh ke
atas serta mempunyai banyak percabangan.
Cabang-cabang tumbuh mendatar dengan arah
keluar kanopi tanaman. Daun termasuk daun
tunggal, terdiri atas satu helai daun setiap satu
tangkai daun (petiolus). Berbentuk lonjong,
dengan ukuran panjang antara 10-40 cm dan
lebar antara 15-17 cm, tergantung tingkat
kesuburan tanaman. Permukaan daun bagian
atas berwarna hijau mengkilap, sedangkan
permukaan bagian bawah berwarna hijau agak
pucat.
Tangkai daun pendek dan melekat pada batang atau cabang secara berselang-seling atau
berpasangan. Semakin subur pertumbuhan tanman, semakin rimbun dan besar ukuran
daunnya.

2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Rubiales
Famili: Rubiaceae (Kopi-kopian)
Genus: Morinda
Spesies: Morinda citrifolia L.

3. Bagian Yang Digunakan : Buah.

4. Cara Pemakaian :
Cara membuat ramuan :
Mengkudu dibuang bijinya, lalu ditumbuk menjadi satu dengan mentimun, disaring dan
diambil airnya. Kemudian diaduk dengan gula aren lalu diberi air panas.

Cara meminumnya : ramuan tersebut diminum 1 gelas pada pagi dan 1 gelas pada sore
hari. Lakukan secara rutin selama 3 hari berturut-turut.

5. Tinjauan Fitokimia
Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, viamin, dan mineral penting,
tersedia dalam jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu
mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis
senyawa yang terkandung dalam mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin, lycine,
sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens,
phenylalanine, magnesium, dll.
6. Uji Praklinis
Pada penelitian ini ekstrak buah mengkudu dosis 0,6% dan 1,0% secara bermakna
menyebabkan relaksasi dengan mekanisme langsung pada otot polos, bukan melalui endotel.
Kemungkinan mekanisme kerja relaksasi yang langsung pada otot polos adalah sebagai antagonis
reseptor adrenergik-'1 baik yang kompetitif maupun non kompetitif, sehingga sinyal transduksi
melalui protein Gq dan stimulasi enzim PLC seperti tersebut di atas tidak terjadi. Hal ini
mengakibatkan turunnya kontraksi oleh fenilefrin sebagai agonis adrenergik-'1 seperti yang
terlihat pada data penelitian ini.
Alternatif lain kemungkinan dalam ekstrak buah mengkudu terdapat substansi analog
nitric oxide (NO). NO menstimulasi guanilil siklase menjadi guanilat siklase sehingga terjadi
peningkatan cGMP yang selanjutnya mengaktivasi protein kinase G (PKG). PKG menyebabkan
defosforilasi myosin light chain (MLC) dan penurunan kadar Ca 2+ intrasel sehingga kontraksi
tidak terjadi

7. Daftar Pustaka
Iskandar, Y., 2007, Karya Tulis Imilah, Tanaman Obat Yang Berkhasiat Sebagai Antihipertensi,
Unpad, Bandung (not published)

Gilani, A. H., Mandukhail, S., Iqbal, J., Yasinzai, M., & Aziz, N. (2010). Antispasmodic and
vasodilator activities of Morinda citrifolia root extract are mediated through blockade of voltage
dependent calcium channels.
C. Mengkudu
1. Deskripsi
Tanaman mengkudu merupakan tanaman
tahunan (perenial) yang berbentuk perdu,
dengan ketinggian antara 3-8 m, batang
tanaman keras dan berkayu yang tumbuh ke
atas serta mempunyai banyak percabangan.
Cabang-cabang tumbuh mendatar dengan arah
keluar kanopi tanaman. Daun termasuk daun
tunggal, terdiri atas satu helai daun setiap satu
tangkai daun (petiolus). Berbentuk lonjong,
dengan ukuran panjang antara 10-40 cm dan
lebar antara 15-17 cm, tergantung tingkat
kesuburan tanaman. Permukaan daun bagian
atas berwarna hijau mengkilap, sedangkan
permukaan bagian bawah berwarna hijau agak
pucat.
Tangkai daun pendek dan melekat pada batang atau cabang secara berselang-seling atau
berpasangan. Semakin subur pertumbuhan tanman, semakin rimbun dan besar ukuran
daunnya.

2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Rubiales
Famili: Rubiaceae (Kopi-kopian)
Genus: Morinda
Spesies: Morinda citrifolia L.

3. Bagian Yang Digunakan : Buah.

4. Cara Pemakaian :
Cara membuat ramuan :
Mengkudu dibuang bijinya, lalu ditumbuk menjadi satu dengan mentimun, disaring dan
diambil airnya. Kemudian diaduk dengan gula aren lalu diberi air panas.

Cara meminumnya : ramuan tersebut diminum 1 gelas pada pagi dan 1 gelas pada sore
hari. Lakukan secara rutin selama 3 hari berturut-turut.

5. Tinjauan Fitokimia
Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, viamin, dan mineral penting, tersedia
dalam jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang
terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa
yang terkandung dalam mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin, lycine, sosium,
caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens, phenylalanine,
magnesium, dll.

6. Uji Praklinis
Pada penelitian ini ekstrak buah mengkudu dosis 0,6% dan 1,0% secara bermakna menyebabkan
relaksasi dengan mekanisme langsung pada otot polos, bukan melalui endotel. Kemungkinan
mekanisme kerja relaksasi yang langsung pada otot polos adalah sebagai antagonis reseptor
adrenergik-'1 baik yang kompetitif maupun non kompetitif, sehingga sinyal transduksi melalui
protein Gq dan stimulasi enzim PLC seperti tersebut di atas tidak terjadi. Hal ini mengakibatkan
turunnya kontraksi oleh fenilefrin sebagai agonis adrenergik-'1 seperti yang terlihat pada data
penelitian ini.
Alternatif lain kemungkinan dalam ekstrak buah mengkudu terdapat substansi analog nitric oxide
(NO). NO menstimulasi guanilil siklase menjadi guanilat siklase sehingga terjadi peningkatan
cGMP yang selanjutnya mengaktivasi protein kinase G (PKG). PKG menyebabkan defosforilasi
myosin light chain (MLC) dan penurunan kadar Ca2+ intrasel sehingga kontraksi tidak terjadi
7. Daftar Pustaka
Iskandar, Y., 2007, Karya Tulis Imilah, Tanaman Obat Yang Berkhasiat Sebagai Antihipertensi,
Unpad, Bandung (not published)

Gilani, A. H., Mandukhail, S., Iqbal, J., Yasinzai, M., & Aziz, N. (2010). Antispasmodic and
vasodilator activities of Morinda citrifolia root extract are mediated through blockade of voltage
dependent calcium channels.

D. Kumis Kucing
1. Deskripsi
Tumbuhan berbatang basah, tinggi sampai
1,5 m, daunnya berbentuk bulat telur,
bunganya berwarna putih seperti kumis
kucing, batangnya berbentuk empat persegi
dan mudah di patahkan.
Tumbuh liar diladang, di tepi sungai dan di
tempat-tempat yang tanahnya agak lembab
sampai ketinggian 700 m dpl, ada juga yang
ditanam sebagai tanaman hias.
Kumis kucing termasuk terna tegak, pada
bagian bawah berakar di bagian buku-
bukunya dan tingginya mencapai 2 meter.
Batang bersegi empat agak beralur berbulu
pendek atau gundul. Helai daun berbentuk
bundar atau lojong, lanset, bundar telur atau
belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya,
ukuran daun panjang 1 10cm dan lebarnya
7.5mm 1.5cm.
Urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan
berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai
daun 7 29 cm. Ciri khas tanaman ada pada bagian kelopak bunga berkelenjar, urat dan
pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga
bibir, mahkota yang bersifat terminal yakni berupa tandan yang keluar dari ujung cabang
dengan panjang 7-29 cm, dengan ukuran panjang 13 27mm, di bagian atas ditutupi oleh
bulu pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih, panjang tabung 10 18mm,
panjang bibir 4.5 10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih
panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna
coklat gelap, panjang 1.75 2mm. 2.3. gagang berbulu pendek dan jarang, panjang 1 mm
sampai 6 mm.
2. Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Lamiales
Famili: Lamiaceae
Genus: Orthosiphon
Spesies: Orthosiphon stamineus Benth.

3. Bagian Yang Digunakan


Daun

4. Cara Pemakaian
Untuk pencegahan atau pengobatan, biasanya daun kumis kucing direbus, kemudian air
rebusannya didinginkan dan diminum. Dapat juga daun kumis kucing dikeringkan dan diseduh
seperti teh yang diminum setiap pagi dan sore.

5. Tinjauan Fitokimia
Tanaman ini mengandung : genkosid orthosifonin; Zat lemak; Minyak atsiri; Minyak lemak;
Saponin; Sapofonin; Garam kalium

6. Uji Praklinis
Efek antihipertensi dari kestrak kumis kucing setelah dilakukan pengobatan selama 2 minggu.
Dengan dosis sebagai berikut :
a. Dosis 250 mg/kgbb, 500 mg/kgbb dan 1000 mg/kgbb dapat menurunkan tekanan darah secara
signifikan
b. Dosis 250 mg/kgbb memberikan efek antihipertensi yang paling optimum.
c. Dosis diatas 250 mg/kgbb tidak memberikan perbedaan penurunan tekanan darah yang
signifikan.
d. Efek antihipertensi dibandingkan dengan irbesartan 20 mg/kgbb.

Menurut Yuliana et al. (2009), ekstrak kumis kucing mempengaruhi adenosine A (1) receptor
antagonists sehingga meningkatkan volume ekskresi urine (diuresis) dan mengurangi tingkat
keasaman serum.
7. Uji Klinis
Fitofarmaka yang mengandung kumis kucing dan seledri mampu menurunkan tekanan darah
sistolik sebesar 24,72 mmHg hampir setara dengan Amlodipine (26,27 mmHg). Penurunan itu
juga terjadi pada tekanan diastolik. Hal ini menunjukkan bahwa kumis kucing dan seledri dapat
digunakan untuk mengontrol tekanan darah ringan dan sedang karena tidak ada perbedaan
terhadap amlodipine sebagai pembandingnya.

8. Daftar Pustaka

Supari, F. (2002). Lowering blood pressure effect of Apium graviolens (seledri) and Orthosiphon
stamineus Benth (kumis kucing) in mild and rnoderate hypertension, I(4), 2

Azizan, N. A., Ahmad, R., Mohamed, K., & Ahmad, M. Z. (2012). The in vivo antihypertensive
effects of standardized methanol extracts of Orthosiphon stamineus on spontaneous
hypertensive rats: A preliminary study, 6(6), 376379. doi:10.5897/AJPP11.362
E. Belimbing Wuluh
1. Deskripsi
Pohon kecil, tinggi mencapai 10 m
dengan batang yang tidak begitu besar
dan mempunyai garis tengah hanya
sekitar 30 cm. Ditanam sebagai pohon
buah, kadang tumbuh liar dan
ditemukan dari dataran rendah sampai
500 m dpi. Pohon yang berasal dari
Amerika tropis ini menghendaki tempat
tumbuh tidak ternaungi
dan cukup lembab. Belimbing wuluh
mempunyai batang kasar berbenjol-
benjol,
percabangan sedikit, arahnya condong ke atas. Cabang muda berambut
halus seperti beludru, warnanya coklat muda. Daun berupa daun
majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak daun
bertangkai pendek, bentuknya bulat telur sampai jorong, ujung runcing,
pangkal membundar, tepi rata, panjang
2.10 m, lebar 1-3 cm, warnanya hijau, permukaan bawah hijau muda.

2. Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Geraniales
Famili: Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan)
Genus: Averrhoa
Spesies: Averrhoa bilimbi L

3. Bagian Yang Digunakan : Buah.

4. Cara Pemakaian :
Tiga buah dicuci lalu dipotong-potong seperlunya, rebus dengan 3 gelas air bersih
sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum setelah makan pagi.

5. Tinjauan Fitokimia
Sifat kimiawi: Rasa asam, sejuk
Efek farmakologi : Menghilangkan sakit (analgetik), memperbanyak pengeluaran empedu,
antiradang, peluruh kencing, astringent.
KANDUNGAN KIMIA: Batang: Saponin, tanin, glucoside, calsium oksalat, sulfur, asam
format, peroksidase. Daun: Tanin, sulfur, asam format, peroksidase, calsium oksalat, kalium
sitrat.

6. Uji Praklinis

Uji aktivitas antihipertensi menggunakan modifikasi metode Gilman et al., (1992) dan
Djatmiko et al.,(2001a) dengan hewan uj i kucing dilakukan di Fakultas Kedokteran
Hewan, IPB. Kucing yang digunakan berbobot sekitar 2 kg, sebanyak enam ekor untuk
dua perlakuan. Dosis yang digunakan adalah 4 taraf dosis, yaitu 8,3; 16,6; 25 dan 33
mg/kg bb dengan 3 ulangan. Persiapan larutan uji dengan membuat larutan sesuai pH
darah kucing (5-7). Larutan dibuat isotonis dengan menambahkan gliserin sebagai
emulsifier dengan konsentrasi larutan 40% (air sebagai pelarut). Campuran disterilisasi
menggunakan autoklaf pada suhu 121C selama 15 menit. Hewan uji (kucing) dianestesi
menggunakan urethan 25 % dengan dosis 1,75g/kg bb, karena bobot kucing yang dipakai
2 kg, maka dipakai 14 cc. Setelah kucing pingsan lalu diletakkan di meja operasi.
Pertama-tama bulu pada tempat yang akan digunakan untuk proses percobaan
dibersihkan, kemudian vena femoralis pada paha untuk memasukkan kanula sebagai
tempat memasukkan larutan uji. Arteri carotis pada leher dibuka, lalu dimasukkan trakhea
tube yang disambungkan dengan larutan natrium
sitrat dan manometer air raksa. Tekanan darah kucing akan terbaca pada alat kimograf.
Kemudian disuntikkan heparin 0,1 % sebanyak 5 cc untuk mencegah pembekuan darah,
penyuntikan larutan uji sesuai dosis dilakukan pada kanula.
Ekstrak kasar memiliki efek hipotensif yang signifikan lebih rendah dari pada ekstrak
murni. Dosis dengan efek hipotensif tertinggi yaitu dosis 33 mg/kg bb. Pemberian ekstrak
kasar belum mampu menurunkan tekanan darah hewan uji yang hipertensi ke tekanan
darah normal, karena hanya mampu menurunkan tekanan darah 46,5 mmHg, sehingga
tekanan darah hewan uji setelah diberikan ekstrak masih 130,5 mmHg. Pemberian
ekstrak murni dengan dosis 33 mg/kg bb mampu menurunkan tekanan darah 54,5 mmHg.
Hasil penelitian Bipat et al., (2008) pada babi yang telah disuntik dengan epinephrin
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun belimbing wuluh dengan konsentrasi 0,01
mg/ml dan 1 mg/ml menurunkan tekanan darah masing-masing menjadi 151 12 mmHg
dan 127 23 mmHg dari tekanan semula 174 10 mmHg.

7. Daftar Pustaka
Iskandar, Y., 2007, Karya Tulis Imilah, Tanaman Obat Yang Berkhasiat Sebagai Antihipertensi,
Unpad, Bandung (not published)

Hernani, dkk., 2009, Pengeruh Pemberian Ekstrak Daun Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan
Tekanan darah hewan Uji, J. Pascapanen, 6(1), 54-61

Anda mungkin juga menyukai