Pemeriksaan Diagnosa Bakterial Vaginosis

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Pemeriksaan Diagnosa Bakterial Vaginosis

1. Kultur Vagina
Usap vagina dikultur baik anaerob maupun aerobik pada permukaan brain
heart infusion plate agar dilengkapi dengan vitamin K (0,5mg/l) dan Haemin (5mg / l),
agar darah dan agar coklat. Sebagai tambahan Bacteroides Bile Esculin
agar,Neomycin Vancomycin Chocolate agar diinokulasi untuk kultur anaerob. Setiap
media diperiksa setelah 48 jam, 96 jam dan 7 hari,hasil kultur yang telah diisolasi
diidentifikasi dengan menggunakan teknik mikrobiologi yang telah distadarisasi (Renu
dkk, 2005)
2. Kriteria Spiegel
Metode pemeriksaan Spiegel merupakan penilaian yang berdasar pada
jumlah kuman Lactobacillus, Gardnerella dan flora campuran dalam menegakkan
diagnosis apakah seseorang terdiagnosis BV atau tidak. Kriteria Spiegel bersifat lebih
tegas karena hanya terdapat 2 kriteria aja, yaitu normal dan BV positif,sehingga lebih
memudahkan dalam menentukan perlu atau tidaknya dilakukan terapi (Udayalaxmi
dkk, 2011).
Jika pada pengecatan Gram menunjukkan predominasi (3+ - 4+)
Lactobacillus, dengan atau tanpa morfotipe Gardnerella, diinterpretasikan normal. Jika
pada pengecatan Gram menunjukkan flora campuran meliputi bakteri Gram positif,
bakteri Gram negatif,atau bakteri Gram variabel dan morfotipe Lactobacillus menurun
atau tidak ada (0-2+), diinterpretasikan infeksi BV. Setiap morfotipe bakteri diamati
pada pemeriksaan dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif 100 kali kemudian
dijumlahkan (darirerata 10 lapangan pandang). Skoring untuk morfotipe kuman terdiri
atas 4 kelas,yaitu 1+ jika ditemukan sebanyak < 1 per lapangan pandang; 2+ jika
ditemukansebanyak 1-5 per lapangan pandang; 3+ jika ditemukan sebanyak 6-30
per lapanganpandang; dan 4+ jika ditemukan sebanyak >30 per lapangan pandang
(Udayalaxmi dkk, 2011).
.
3. Kriteria Nugent
Kriteria Nugent atau juga dikenal sebagai skor Nugent merupakan metode
diagnosis infeksi BV dengan pendekatan berdasarkan jumlah bakteri yang ada sekret
vagina. Kriteria Nugent merupakan modifikasi dari metode Spiegel dalam
penghitungan jumlah kuman pada preparat basah sekret vagina.
Kriteria Nugent dinilai dengan adanya gambaran Lactobacillus, Gardnerella
vaginalis danMobiluncus spp. (skor dari 0 sampai 4 tergantung pada ada atau
tidaknya pada preparat). Kuman batang Gram negatif/Gram variable kecil (Garnerella
vaginalis) jika lebih dari 30 bakteri per lapangan minyak imersi (oif) diberi skor 4; 6-30
bakteri per oif diberi skor 3; 1-5 bakteri per oif diberi skor 2; kurang dari 1 per oif diberi
skor 1; dan jika tidak ada diberi skor 0.Kuman batang Gram-positif besar
(Lactobacillus) skor terbalik, jika tidak ditemukan kuman tersebut pada preparat diberi
skor 4; kurang dari 1 per oif diberi skor 3; 1-5 per oif diberi skor 2; 6-30 per oif diberi
skor 1; dan lebih dari 30 per oif diberi skor 0. Kuman batang Gram berlekuk-variabel
(Mobiluncus sp.) , jika terdapat lima atau lebih bakteri diberi skor 2 , kurang dari 5
diberi skor 1 , dan jika tidak adanya bakteri diberi skor 0. Semua skor dijumlahkan
hingga nantinya menghasilkan nilai akhir dari 0 sampai 7atau lebih. Kriteria untuk
infeksi BV adalah nilai 7 atau lebih tinggi; skor 4-6 dianggap sebagai intermediate, dan
skor 0-3 dianggap normal (Udayalaxmi dkk, 2011).
.
4. Kriteria Amsel
Menueurt Udayalaxmi dkk (2011) Kriteria Amsel dalam penegakan
diagnosis BV harus terpenuhi 3 dari 4 kriteria berikut:
a. Adanya peningkatan jumlah cairan vagina yang bersifat homogen. Keluhan yang
sering ditemukan pada wanita dengan BV adalah adanya gejala cairan vagina
yang berlebihan,berwarna putih yang berbau amis dan menjadi lebih banyak
setelah melakukan hubungan seksual. Pada pemeriksaan spekulum didapatkan
cairan vagina yang encer, homogen, dan melekat pada dinding vagina namun
mudah dibersihkan. Pada beberapa kasus, cairan vagina terlihat berbusa yang
mana gejala hampir mirip dengan infeksi trikomoniasis sehingga kadang sering
keliru dalam menegakan diagnosis.
b. pH cairan vagina yang lebih dari 4,5
pH vagina ditentukan dengan pemerikasaan sekret vagina yang diambil dari
dinding lateral vagina menggunakan cotton swab dan dioleskan pada kertas strip

(2,5,7)
pH. . Pemeriksaan ini cukup sensitif, 90% dari penderita BV mempunyai pH
cairan vagina lebih dari 5; tetapi spesitifitas tidak tinggi karena PH juga dapat
meningkat akibat pencucian vagina, menstruasi atau adanya sperma. pH yang
meningkat akan meningkatkan pertumbuhan flora vagina yang abnormal
c. Whiff test Positif
Whiff test diuji dengan cara meneteskan potasiom Hidroxida 10% pada sekret
vagina, pemeriksaan dinyatakan positif jika setelah penentesan tercium bau
amis. Diduga meningkat pH vagina menyebabkan asam amino mudah terurai
dan menegeluarkan putresin serta kadaverin yang berbau amis khas. Bau amis
ini mudah tercium pada saat melakukan pemeriksaan spekulum, dan ditambah
bila cairan vagina tersebut kita tetesi potasiom Hidroxida 10%. Cara ini juga
memberikan hasil yang positif terhadap infeksi trikomoniasis.
d. Ditemukan clue cells pada pemeriksaan mikroskopis
Secret vagina diolesi pada slide kaca bersih, dikeringkan dengan udara, panasnya
tetap dan diwarnai dengan metode Gram dengan menggunakan campuran aseton
alkohol (1: 1) sebagai penghilang bau dan encer carbol fuchsin sebagai pewarna.
Sel epitel vagina yang benar-benar tertutup oleh variabel gram coccobacilli. Clue
cells merupakan sel-sel epitel vagina yang dikelilingi oleh bakteri Gram variabel
coccobasilli sehingga yang pada keadaan normal sel epitel vagina yang ujung-
ujungnya tajam, perbatasanya menjadi tidak jelas atau berbintik sehingga hasil ini
dijadikan petunjuk. Clue cells dapat ditemukan dengan pengecatan gram sekret
vagina dengan pemeriksaan laboratorium sederhana dibawah mikroskop cahaya.
Jika ditemukan paling sedikit 20% dari lapangan pandang.
5. Pemeriksaan Penunjang lainnya
a. OSOM BV blue test
SOM BV tes biru dengan hampir sama berkhasiat, tidak memakan waktu dan
minimal memiliki keahlian teknis . digunakan untuk mendiagnosis bakteri
vaginosis dengan cepat. prinsipal OSOM BV blue test yaitu Deteksi aktivitas
sialidase bakteri pada keputihan. Sialidase adalah enzim yang diperoduksi oleh
bakteri patogen seperti Gardnerella Vaginalis, Bacteroides spp., Prevotella spp.,
Dan Mobiluncus Spp. Hasil pada pemeriksaan berwarna biru mengindikasikan
VB blue test positif (Fatima dkk, 2010).
b. DGGE/ Denaturing Gradient Gel Electrophoresis
metode yang paling baik digunakan saat ini untuk mempelajari struktur komunitas
bakteri tanpa membutuhkan proses kultivasi, berdasarkan keanekaragaman gen
pengkode untuk RNA ribosom, dimana pola denaturasi DNA pada suhu tinggi
menjadi dasar dari metode ini (Qing Xia, 2016).
c. DNA microarray
Teknologi yang digunakan untuk melihat urutan sekuens asam nukleat yang
berada pada lokasi tertentu dan dapat digunakan untuk menganalisis beribu-ribu
sampel pada waktu yang bersamaan. Prinsipnya adalah mengandalkan
kemampuan DNA sampel yang telah dilabel dengan zat fluorescent untuk
melakukan rekombinasi dengan probe yang telah ada pada chip microarray
(Stekel 2003). Dalam analisis ini digunakan sampel DNA normal dan DNA kanker
atau tumor. Kedua jenis DNA ini kemudian diamplifikasi dan masing-masing
diberi pewarna fluorescent yang berbeda satu sama lain. Pada contoh yang
ditampilkan, DNA normal diberi warna hijau, dan DNA tumor memiliki warna
merah. Setelah proses hibridisasi, tiap DNA akan memancarkan cahaya sesuai
dengan zat warna yang dibawa masing-masing. Bila DNA membawa ekspresi
normal dan tumor, maka akan muncul wana lain, seperti kuning. Namun bila tidak
ada DNA yang mampu melakukan hibridisasi dengan probe, pewarna tidak
terekspresi dan terlihat berwarna hitam (Dols dkk, 2011).
d. Polymerase Chain Reaction
Polymerase Chain Rection (PCR) merupakan suatu metode molekuler dengan
cara enzimatis untuk melipatgandakan secara eksponensial suatu sekuen
nukleotida (gen target) tertentu secara invitro. Bakteri penyebab BV sebagian
besar adalah anaerob obligat, termasukMobiluncus sp, yang seringkali sulit
tumbuh pada medium kultur konvensional sehingga teknik PCR sangat
mendukung dalam mendeteksi adanya bakteri ini. Teknik PCR sangatsensitif
sehingga dapat digunakan untuk melipatgandakan satu molekul DNA, selain
itumikroorganisme yang dideteksi tidak harus hidup sehingga metode ini dapat
digunakan untuk mendeteksi bakteri anaerob penyebab bakterial vaginosis.
Sampel positif ditandai dengan adanya amplicon sebesar 403 bp (David, 2016).

Daftar Pustaka
Renu Goyal, Poonam Sharma, Iqbal Kour, Neera Aggarwal, Vibha Talwar. 2005. Diagnosis
of Bacterial Vaginosis in Women in Labour. Journal JK Science. Department of
Microbiology, University College of Medical Sciences & GTB Hospital, Delhi.

Udayalaxmi, Gopalkrishna Bhat, sUBBannayya kotiGadde, shalini shenoy, 2011.


Comparison of the Methods of Diagnosis of Bacterial Vaginosis. Journal of
Clinical and Diagnostic Research. Department of Microbiology, Kasturba
Medical College, Manipal University, Mangalore-575001, India.

Fatima Shujatullah, Haris M Khan, Razia Khatoon, Tamkin Rabbani, Abida Malik. 2010. An
evaluation of OSOM BV blue test in the diagnosis of bacterial vaginosis.
Department of Microbiology, Jawaharlal Nehru Medical College, Aligarh. India

Dols JAM, Smit PW, Kort R, et al. 2011. Microarray-based identication of clinically relevant
vaginal bacteria in relation to bacterial vaginosis. Am J Obtet Gynecol

Qing Xia, Lijuan Cheng, Hua Zhang, Shangwen Sun, FangLiu et al. 2016. Identication of
vaginal bacteria diversity and it's association with clinically diagnosed bacterial
vaginosis by denaturing gradient geln electrophoresis and correspondence
analysis. Journal Infection, Genetics and Evolution.

David W. Hilbert, William.L. Smith, Teresa E. Paulish-Miller, Sean G. Chadwic, Eli Mordechai
et al. 2016. Utilization of molecular methods to identify prognostic markers for
recurrent bacterial vaginosis. Journal Diagnostic Microbiology and Infectious
Disease. Detroit, MI, USA

Anda mungkin juga menyukai